Harumi berjalan seorang diri ditengah derasnya hujan tepat di Kota Kelahirannya, Harumi Nayaka itulah Nama ku yang setiap pertama kali orang lain mendengarnya akan langsung memastikan jika aku adalah perempuan berdarah Jepang.
Benar, aku ber usia 30 tahun yang lahir dari rahim seorang Wanita berkebangsaan Jepang dengan ayahku yang seorang Pelaut keturunan Inggris.
Aku di usia yang mungkin sudah bukan usia Remaja lagi, berjalan sendu dengan wajah muram menundukkan kepala ditengah rintik hujan yang jatuh deras di kepala dan tubuhku hingga membasahi seluruh bagian diriku tanpa celah.
Berpakaian sederhana kaos putih polos panjang selutut dengan jeans ketat panjang semua habis basah dan sangat dingin merasuk dengan bebasnya kekulit tubuhku yang mulai menggigil.
Perlahan aku berjalan dengan tujuan yang tak jelas, yang hanya membawa tas berisikan handphone dan uang yang tak seberapa cukup untuk perjalanan jauh dan secarik kertas yang tak henti-hentinya kugenggam selama perjalananku melintasi jalan raya yang tampak sunyi itu dikarenakan hujan deras yang membasahi seluruh Kota Bristol, Inggris.
"Aku ingin menyalahkan diriku sendiri karena tak akan pernah bisa menjadi istri yang baik untuk Anton" batinku yang terus berucap dan selalu terngiang dalam benakku bagaimana tidak sempurnanya aku.
Kulihat jarum jam pada jam tangan ku yang terlihat samar samar akibat air hujan, waktu sudah menunjukkan jam 5 lewat 25 menit sore hari menjelang petang.
Tanpa kusadari sudah hampir 1 jam aku berjalan kaki tanpa arah tujuan diguyur hujan deras tanpa pelindung apapun seperti payung ataupun jaket yang menutupi diriku.
"ini memang pantas aku terima karena kekuranganku karena ketidaksempurnaanku sebagai istri" batinku bergejolak sepanjang perjalananku yang tak jelas.
Sampai akhirnya tanpa kusadari samar-samar dari kejauhan kuliat sorot cahaya lampu sebuah mobil menghampiriku dengan cepatnya semakin mendekat dan terus mendekat kearahku.
Membuat kedua mataku semakin tak jelas melihat arah cahaya itu karena silau nya yang begitu terang, kucoba menaungi kedua mataku dengan satu tanganku agar memudahkanku melihat seseorang dibalik cahaya itu, tapi tiba-tiba ada suara tak asing terdengar dibaliknya.
"Rumiiiiiii" suara teriakan serak seorang laki-laki yang sangat tidak asing buatku.
"Anton, Anton"balasku dengan terisak menangis menatap wajah laki laki yang berada dibalik cahaya itu. Benar sekali, lelaki dibalik cahaya itu yang turun dari mobil dengan tergesa gesa berlari menghampiri ku, dia Adalah Anton Riandra Suamiku, suamiku yang sudah menemaniku selama 4 tahun pernikahan Kami.
Dengan sigap dia berlari dan langsung memelukku, tanpa memperdulikan tubuhnya yang ikut basah akibat hujan. Anton tak menyadari saat itu dirinya tak menggunakan pelindung hujan apapun sama sepertiku.
"Rumiii, pulanglah" bisiknya pelan ditelingaku dengan tetap memeluk tubuhku yang hanya setinggi 149cm dibandingkan dengan dirinya yang jauh lebih tinggi, berbadan besar tegap dan sangat bidang, bisa kurasakan detak jantungnya berirama sangat cepat dan tak beraturan.
Melepas pelukannya, Anton langsung menarik tanganku dengan sigap membawaku masuk ke dalam mobil yang masih dalam kondisi menyala dengan lampu yang masih terus menyorot ke arah jalan.
Di dalam mobil, kami berdua hanya diam dan tidak mengatakan satu patah kata pun, sampai keheningan itu pecah setelah Anton mulai memegang tanganku sambil terus menjalankan mobil dengan satu tangan yang masih memegang kendali, pandangan matanya sesekali melihat ke arahku kemudian kembali fokus melihat kearah jalan didepannya.
Aku hanya bisa termenung melihat kearah depan jalan dengan pandangan kosong yang tak kupahami. Secarik kertas yang masih ku genggam erat ditanganku, mulai mengingatkanku kembali tentang kejadian 3 jam yang lalu sebelum ini terjadi.
"apa yang kau inginkan sayang ?" tanya Anton yang tetiba membuyarkan lamunanku. Pandangan Anton masih tertuju didepan jalan dengan tetap memegang kendali mobil tapi kali ni kedua tangannya sudah menggenggam setiran.
Aku mulai menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata, karena tidak sanggup menjawab pertanyaan Anton. Pertanyaan singkat darinya membuatku terdiam berat untuk menjawabnya.
Mobil kami masih terus menerobos kencang membelah hujan yang semakin deras melaju melintasi jalan Kota Bristol yang masih tampak sunyi dan hanya sesekali kulihat mobil lain melintasi jalan.
"kita mau kemana ?" tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan Anton sebelumnya.
"aku akan membawamu ke Hampton" jawab nya yang langsung berbalik menatap ku dengan sorotan mata tajamnya.
"Hampton Hotel ?" balasku dengan kebingungan dan penuh pertanyaan.
Anton tidak balik menjawab pertanyaanku, dia hanya terus memandang lurus ke depan seolah tak menyadari yang kutanyakan.
Anton Riandra dan diriku sudah mengarungi pernikahan selama 4 tahun, kami hanya berdua karena sampai sekarang kami masih belum di karuniai momongan.
Kami pertama kali bertemu di dunia pekerjaan, dulunya aku adalah pekerja paruh waktu yang ditempatkan sebagai staff bagian personalia di sebuah Perusahaan yang bergerak dibidang Arsitektur sambil menyelesaikan Kuliahku di New York.
Anton ketika tu bekerja sebagai Kepala bagian Personalia, dia sudah bekerja selama 8 tahun di perusahaan tersebut.
Anton Riandra adalah lelaki bertubuh atletis keturunan Indonesia Amerika, berwajah tampan, dengan tubuh yang bidang tinggi 186cm, jika diperhatikan wajah Anton lebih mengikuti ibunya yang turunan Amerika dibandingkan Asia, bermata coklat dengan rambut yang selalu rapi ketika bekerja.
Suamiku Anton sangat menyayangi ibunya yang merupakan keturunan Amerika sekarang bermukim di London seorang diri setelah sepeninggalan Ayah Anton yang meninggal dikarenakan kecelakaan Beruntun sekitar 10thn lalu di New York.
Anton memiliki Ameera Kakak Perempuan satu-satunya yang sekarang hidup di New York bersama suaminya Robert dengan kedua anak perempuannya.
Setelah kami memutuskan untuk menikah, secepatnya aku menyelesaikan kuliah Strata 1 ku yang sudah sangat ketinggalan di bidang Desain Grafis dan Resign dari pekerjaanku sebagai staff di Perusahaan tersebut.
Enam bulan pernikahan kami, Rezeki kami mulai perlahan lahan semakin meningkat, Anton diberikan kesempatan besar yaitu Kenaikan Jabatan sebagai pemimpin Direktur Utama Cabang Baru Perusahaan tempat dia bekerja di kota Bristol, Inggris.
Aku sangat bahagia karena keberuntungan itu membuatku bisa kembali ke kota kelahiranku Bristol. Aku mulai menyibukkan diri membuka usaha kecil di sini, sebuah Toko Bunga di pinggir jalan yang tempatnya kubeli dari hasil tabunganku.
Ayah dan Ibuku sekarang tinggal tidak jauh dari rumah ku dengan Anton. Aku memiliki dua adik Laki-Laki Takeru yg berusia 24 thn dan si bocah Ben yang ber usia 10thn.
"sudah sampai" jelas Anton sambil dengan cepat mematikan mesin mobil, melepas safetybelt dan segera membuka pintu Mobil.
Aku langsung terkejut ternyata memang benar suamiku membawaku tepat didepan Hotel Hampton. Entah apa yang ada dipikiran Anton hingga membawaku ke sini.
Dengan ragu-ragu aku membuka pintu mobil, dan mulai melangkah keluar, baju celana masih belum kering akibat hujan, tapi cuaca petang saat itu terlihat hujan mulai mereda sedikit demi sedikit.
"kenapa kita tidak ke rumah saja" tegasku kepada Anton yang sedang fokus mengunci alarm mobil.
"Ikutlah, apa kau tidak lihat tubuhmu dengan ku basah dan aku sudah tidak nyaman dengan kondisi tubuh basah seperti ini" jawab Anton yang langsung menarik tanganku dengan tegas menuju lobby hotel hingga masuk ke lift menuju lantai 27.
Ketika di dalam lift, dengan paksa Anton mendorongku hingga tersandar di dinding lift dan menciumku dengan penuh gairah, yang saat itu hanya kami berdua di dalamnya.
Bibir Anton menekan paksa bibirku hingga membuatku sulit bernafas, lidahnya mulai bermain main di arena seluruh dalam bibirku, dia memeluk erat, seolah aku akan lepas darinya. Tapi dengan Refleks aku mendorong tubuh bidang Anton untuk melepaskan ciuman nya dariku melepaskan pelukan kuatnya.
"Lepaskan akuu" tegasku sambil terus berusaha melepas kan diri.
Ting
Akhirnya pintu lift terbuka perlahan, sehingga Anton mulai melepaskanku dan menarik tanganku keluar lift yang telah sampai di Lantai 27.
*Jangan Lupa Vote ya 🥰
Dukung Author dengan Vote, Like dan Juga Koment
Thank You
Dengan langkah cepat Anton berjalan menuju Kamar 2719 sambil tetap menarik tangan kiriku, aku yang mulai lelah dan penuh kebingungan bekecamuk dalam diriku.
"kenapa kau membawaku ke sini, Anton ?" tanyaku sambil menatap punggung tegap nya dari belakang.
Tapi Anton tak menjawab sepatah kata pun, sampai didepan kamar, dia langsung membuka pintu, mengaktifkan Lampu, Ac dengan kartu kamar tersebut. Dengan kasar Anton melemparku langsung ke atas Tempat tidur.
"Layani aku Rumiiii" titah Anton sambil menatap tajam mataku dan memulai melepas kancing kemeja Hitamnya yang masih terlihat sedikit basah.
Ini pertama kalinya aku melihat wajah suamiku yang dulu begitu hangat, sekarang berubah begitu penuh amarah. Rambut Anton yang hitam kecoklatan terlihat agak mengkilap karena masih basah akibat hujan.
"cukuuuuup Anton" teriak ku
"aku suami sah mu, apa salah aku meminta hak ku" balas Anton dengan keras yang sudah selesai membuka kemejanya dan terlihat hanya tubuh atletis nya yang sangat mempesona bagi hampir semua wanita
Aku terdiam sejenak, menatap kedua mata suamiku yang dipenuhi amarah yang mulai tidak terkendali. Mataku mulai kabur akibat air mataku yang sudah tidak terbendung. Sampai akhirnya aku teringat secarik kertas yang masih ada di genggamanku.
Kulemparkan kertas yang sudah basah itu di hadapan Anton, tapi dia sama sekali tidak memperdulikannya. Suamiku sangat tau pasti bahwa kertas itu adalah Surat Perceraian yang belum ditanda tangani Anton.
"Apa yang kau inginkan Rumi ?" tanya Anton kembali dengan menurunkan volume suaranya.
"aku bukan istri yang sempurna Anton, aku tau kau sangat menderita sebagai suami, lebih baik kita berpisah" dengan terisak penuh tangis menjawab pertanyaanya
"inikah yang kau inginkan, rumi ?, menjadi Janda adalah pilihan terbaikmu daripada melayani suamimu" jawab keras Anton hingga membuat ku membeku.
Flashback
Aku memahami bagaimana Pernikahan yang begitu rapuh ini tidak akan bisa berjalan mulus. Aku memiliki Rahasia Terbesar dalam pernikahan kami, Anton sangat mengetahui itu.
Aku dan Anton berpacaran singkat hanya dalam kurun waktu 5bulan, Anton pria yang sangat baik, penuh kehangatan walapun dia bukan tipe yang sangat romantis, tapi dia sangat posesif padaku.
Selama kami berpacaran, Anton menghargai aturanku, aku tidak ingin berhubungan badan sebelum menikah. Walaupun aku tau Anton saat itu berusia 31thn, usia dewasa yang memilik hasrat tinggi terhadap wanita. Tapi dia rela menahannya demi menghormatiku, kami hanya sebatas berpelukan dan hanya beberapa kali dia memberi kecupan di bibirku.
Sampai saatnya, Anton mulai memiliki keinginan menikahiku dengan bertemu langsung kedua orang tuaku di Bristol. Ayah dan Ibu tanpa berfikir panjang langsung menerima kehadiran Anton di tengah tengah keluarga kami. Anton sangat pandai mengambil hati kedua orang tuaku dan mudah dekat dengan kedua adikku.
Acara Pernikahan kami dilaksanakan 2bulan setelah dia melamarku, Acara Pemberkatan kami berlangsung sangat sederhana di Gereja St Nicholas, Bristol yang hanya dihadiri keluarga dan kerabat terdekat.
Aku yang mengenakan Gaun Putih sederhana dengan potongan mermaid dibagian bawahnya dihias beberapa manik dan pernak pernik cantik yang menempel dibagian depannya, sangat kagum dengan hasil desain gaun pernikahanku yang dibuat langsung oleh ibuku yang juga dulunya dia adalah seorang desainer Gaun Pengantin.
Sahabatku Andrea dengan sukarela mau membantu mempersiapkanku. Mengubah penampilanku bak seorang Putri. Bakat kecilnya dalam dunia makeup mampu menjadikanku Pengantin paling cantik di hari spesialku.
Andrea menyesuaikan tatanan rambutku dan riasannya dengan kepribadianku. Dia sangat mengenalku, aku sangat senang hal yang simpel dan sederhana.
"Harumi kamu cantik sekali, gaun putih ini sangat cocok dengan kulit putih dan rambutmu yang hitam" ucap manis Andrea sambil tersenyum bahagia menatapku dicermin.
"Aku gugup Andrea, perutku lemas sekali. Kaki dan tanganku gemetar" jawabku terbata bata
"Jangan panik Rumi, kau sebentar lagi akan menjadi Istri Anton, Kalian pasangan yang sangat serasi, Anton sangat tampan dan kau cantik. Kuharap kau segera memiliki momongan yang rupawan seperti ayah dan ibunya." kata hangat Andrea selalu membuatku tenang.
Andrea Benedict adalah sahabatku sejak SMA, dia gadis baik,pemalu, dan sangat menyukai dunia Seni Rupa.
Andrea sudah menikah lebih dulu dariku, dia memiliki seorang putri cantik ber usia 2tahun, dan suaminya Marco Benedict bekerja sebagai Staff Keuangan di sebuah Bank Ternama di Bristol. Hidupnya sederhana tapi Andrea sangat bahagia, mereka keluarga kecil yang selalu menginspirasiku.
*tok
tok
tok*
Suara ketukan pintu itu membuyarkan suasana kamar pengantin yang begitu tegang hingga membuatku terkejut.
Aku mulai semakin cemas, campur aduk hingga membuat kepalaku sedikit pusing, dan perutku terasa mendidih.
Andrea perlahan membuka pintu kamar, terlihat Ayahku Harry berdiri tegap sambil tersenyum bahagia menatapku, Ayah sangat tampan mengenakan tuxedo hitam dengan sepatu pantofel hitam mengkilap.
Pria paruh baya itu, sangat bahagia menantikan hari bersejarah anak perempuan satu satunya ini, dirinya tidak sabar menggandeng Putri Cantiknya menuju altar pernikahan.
"Kau sudah siap anakku" ucap ayahku
Aku hanya menganggukkan kepalaku, sambil menahan air mata.
Aku mulai berjalan perlahan sambil digandeng di pergelangan tangan ayah ku.
"Ayah jaga kesehatan selalu, aku sangat menyayangimu" batinku dalam Doa, kutatap wajah ayahku tanpa disadari olehnya.
Aku berjalan perlahan ber iringan dengan ayah, kami mulai berhenti didepan pintu masuk Altar gereja dari balik pintu aku bisa mendengar musik iringan mulai dimainkan.
Genggaman tanganku semakin erat dipergelangan tangan ayah. Ketika pintu mulai terbuka, aku melangkah memasuki altar. Kulihat sebagian besar tamu undangan hadir dengan suka cita menyaksikan Acara Sakral hari ini.
Kulihat didepan Pendeta Arthur, seorang Pria Rapi dan tampan mengenakan Tuxedo hitam dasi kupu kupu, berdiri gagah menatapku hangat dengan senyum. Anton Riandra dialah sosok pria yang akan segera menjadi suamiku, yang akan mengubah statusku menjadi seorang istri.
Ketika aku berjalan di altar, bisa kurasakan seluruh mata tamu yang hadir tertuju menatapku.
Ayah mulai melepaskan genggaman tanganku di pergelangannya dan membisikkan sesuatu di telinga Anton.
"Jaga dia Anton" bisik ayah sambil tersenyum.
Anton menjawab singkat dengan pelan "siap ayah"
Di hadapan Tuhan di saksikan Pendeta Arthur, kami mengucapkan Sumpah Janji Pernikahan. Meminta Berkat sebesar besarnya kepada Tuhan sebagai saksi Cinta kami dalam mengarungi Pernikahan ini dengan penuh sukacita.
Prosesi Pemberkatan Pernikahan kami berlangsung dengan hikmat dan penuh dengan kedamaian. Seluruh keluarga dan kerabat menyambut hari bersejarah ini dengan tangis bahagia. Kulihat ibu menitikkan air matanya sambil memeluk ayah, aku tau ibu sangat mencintaiku dan lega bisa menyaksikan pernikahan anak perempuannya.
Segera Anton memasangkan cincin pernikahan kami dijari manisku, begitu pula sebaliknya. Dan dengan penuh sayang, Anton memelukku sambil mencium hangat bibirku begitu dalam.
"Hai Istriku" bisik Anton ditelingaku hingga membuatku geli.
Dengan refleks kucubit pinggang Anton yang kini sudah berstatus suamiku, Membuatnya terkejut dan mulai memelukku kembali lebih erat. Pendeta Arthur hanya tertawa melihat tingkah laku kami yang seperti anak anak.
"Semoga Tuhan selalu memberkati Pernikahan Kalian dengan penuh Kebahagiaan" ucap Doa Pendeta Arthur yang sambil menatap kami berdua dengan bahagia.
Setelah Pemberkatan, kami langsung mengadakan Acara Makan malam seluruh tamu yang hadir di halaman gereja yang sudah dihias cantik dengan dekorasi simpel ala Warm Rustic Wedding.
Aku sangat berterima kasih kepada Andrea dan juga sahabat sahabatku yang lain sudah membantu mewujudkan impian Pernikahanku.
Betapa Luar Biasa dan beruntungnya aku dikelilingi orang orang yang sangat menyayangiku.
Tuhan memberikan Berkat Terbesarnya lewat mereka. Terimakasih Tuhan sudah mewujudkan impian Manisku.
Dan terlebih ada Anton yang kini telah menjadi suami yang selalu menyayangiku.
"aku tidak sabar malam pertama kita" bisik Anton menggodaku di tengah acara makan malam kami.
"hmmm" jawabku yang hanya mendehem sambil menebar senyum ke semua tamu yang hadir.
Tangan kanan Anton mulai nakal beraktivitas di bawah meja makan kami, tangannya perlahan merayap ke bagian paha atasku disaat banyak para tamu masih sibuk menikmati makanan yang dihidangkan. Hingga membuatku terkejut sekaligus tegang menahan geli yang kurasakan akibat ulahnya.
Tangan Anton mulai meremas paha atasku semakin membuatku tidak konsentrasi menghadapi para tamu yang hadir tersenyum dan mengucapkan selamat padaku.
"Sayang jangan macam macam" bisikku sambil mencengkram tangan suamiku agar menghentikan tindakan nakalnya.
*Jangan Lupa Vote ya 🥰
Dukung Author ya dengan Vote, Like dan koment
Thank you
Enam bulan pertama pernikahan kami semua berjalan begitu indah selayaknya pengantin baru yg masih penuh kehangatan.
Bahkan karir Anton pun semakin meningkat, dan dipercaya menjabat sebagai Direktur Utama Perusahaan Seymour Group Architects di cabang baru di Bristol.
Kami bahkan sudah memiliki rumah sendiri yang sangat nyaman di kota kelahiranku.
Tapi....
Kenyataannya semua keindahan itu tidak berlangsung lama.
Hotel Hampton, Bristol
Pukul 7.30 pm
"Tidak ada yang bisa kita harapkan dari pernikahan ini Anton" tegasku
"aku tidak akan pernah menceraikanmu, sampai kau meminta maaf Rumi" jawab Anton penuh kekesalan yang mencengkram keras lengan kananku dan matanya tak berhenti menatap tajam kepadaku
Suasana kamar itu sangat tidak nyaman, dan terasa begitu sesak buatku walaupun hanya kami berdua disana.
"aku tidak bisa memberimu keturunan Anton !!" teriak ku yang berusaha melepaskan semua kekesalan dan rasa sesak didadaku selama ini.
Anton suamiku sangat paham situasi yang kualami. Aku tau sifat dan keinginan besar suamiku, Anton memang berharap besar bisa memiliki keturunan dari pernikahan kami.
Setahun pernikahanku dengan Anton, aku pernah mengandung. Kehamilanku disambut sangat antusias oleh suamiku dan seluruh keluarga besar kami.
Usia kehamilanku 5 minggu ketika aku pertama kali cek ke Dokter.
Aku paham waktu itu, Anton sangat sibuk sekali karena posisi pekerjaannya dan banyak Proyek proyek besar yang di tangani nya, apalagi ia sangat berharap besar akan Cabang Baru Perusahaan ini bisa berkembang pesat dibandingkan cabang lainnya.
Tapi dari situlah masalah demi masalah mulai datang.
Puncaknya ketika Malam itu, saat hujan deras menyelimuti kota, jalan raya mulai tampak sangat sunyi.
Aku keluar rumah dengan tergesa gesa menuju Apotik membeli beberapa vitamin dan obat lainnya untuk kehamilanku yg sudah di resepkan Dokter tadi siang.
Suamiku belum juga pulang dari tempatnya bekerja, padahal waktu sudah menunjukkan jam 8 malam.
Apotik itu memang tidak jauh dari rumahku hanya melewati 2 blok, aku berjalan membawa payung dan mengenakan mantel berwarna merah.
Jalanan tampak sangat sunyi dan hanya terdengar suara hujan, Blok pertama sudah kulewati berjalan kaki dengan langkah cepat dan aku mulai merasa tidak nyaman karena seperti ada seseorang yang membuntuti ku dari belakang. Kucoba berbalik, tak ada seorang pun disana.
Sampai akhirnya aku mulai mempercepat langkahku, hampir melewati Blok kedua, seseorang dibelakang menarikku kencang hingga menjatuhkanku ditepi jalan. Payung yang kupegang erat terlepas, aku terhempas dibawah guyur hujan malam itu, kulihat samar samar ada dua orang pria yang berdiri tegap dan berbadan besar dihadapanku.
Mereka mulai menyeretku, menarik kerah mantelku menuju ke dalam blok yang remang, Aku berusaha berteriak kencang tapi pria yang satunya menutup erat mulutku hingga membuatku kesulitan bersuara.
Aku berusaha memberontak, tapi mereka terlalu kuat bagiku yang hanya seorang perempuan hamil tak berdaya melawan mereka.
Mereka ingin merampokku, kulihat pria bertopi hitam sedang mengambil dompet dan berusaha mencabut cincin pernikahanku.
Aku tidak ingin lemah dan pasrah begitu saja, sekuat kuat nya terus memberontak, hingga kugigit tangan pria yang menutup mulutku. Pria itu berteriak dengan refleks melepaskan tangannya yg menutupi mulutku dan lenganku.
Aku berhasil kabur, berlari tak berhenti dan tidak akan menoleh walau apapun yang terjadi.
Aku berteriak meminta tolong sekencang kencangnya. Tapi karena suara hujan menggaung begitu deras, tidak akan mungkin suaraku terdengar orang lain.
Mereka masih mengejarku, sampai akhirnya aku tidak bisa melihat jelas di sekelilingku karena hujan masih sangat deras malam itu. Langkahku mulai lelah dan ternyata aku baru menyadari posisiku berada di tengah jalan.
Bruk
Sebuah mobil abu abu menabrakku seketika, Aku langsung tersungkur di tengah jalan, aku terhempas sangat keras. Mobil itu langsung pergi meninggalkanku tanpa tanggung jawab menolongku.
Aku tidak bisa mengingat apapun, karena kejadian itu sangat cepat, yang bisa kurasakan hanya darah yang terus keluar mengalir di kedua pergelangan kakiku, dan kepalaku sangat pusing.
Dengan kecilnya kesadaranku, aku berusaha bangkit dengan kekuatan yg masih tersisa, dan tampak kabur kulihat seorang wanita menghampiriku sambil memayungkan ku berteriak meminta pertolongan.
Ia menggenggam erat tanganku, berusaha membangunkanku. Tapi aku sudah tak kuat menahan sakit hingga membuatku tak sadarkan diri.
Dari Kejadian malam itu, aku bersyukur nyawaku masih bisa di selamatkan berkat pertolongan wanita itu yang cepat membawaku ke Rumah Sakit. Aku bahkan tidak mengetahui identitas wanita itu, karena ujar pihak Rumah Sakit dia pergi setelah mengantarku.
Aku mengalami keguguran akibat pendarahan yang hebat. Bahkan dokter sangat terkejut, karena aku masih bisa bertahan dengan kondisi seperti ini.
Bukan hanya hal itu saja, berita yang lebih menyakitkan adalah aku divonis sulit hamil lagi, sangat kecil kesempatanku untuk mengandung kembali.
Itu adalah pukulan terberat dalam hidup ku dan memupuskan harapan Anton.
"Kenapa Anton ? aku sudah selalu meminta maaf kepadamu"
"semua tak akan bisa mengembalikan anakku yang kau sia siakan akibat kebodohanmu Rumi !!!
aku ingin kau menyesali perbuatanmu seumur hidupmu" teriak Anto hingga membuat kamar itu terasa makin sesak
Aku hanya bisa menangis, menundukkan kepalaku, tak hentinya aku terus menyalahkan diriku. Karena tidak seharusnya aku keluar malam itu.
3 Tahun lalu
Saat proses penyembuhanku di Rumah Sakit selama seminggu, aku pulang ke rumah.
Pada saat pertama kali suamiku mengetahui kejadian itu, dia sangat syok dan menemaniku selama 3hari di Rumah Sakit. Anton menjaga dengan penuh perhatian dan selalu membuat diriku merasa nyaman, walaupun aku tau dia sangat sedih.
Aku berusaha menutupi vonis Dokter mengenai kondisiku, tapi akhirnya di hari ketiga Anton mengetahuinya juga.
Ia makin syok dan sangat kecewa dengan keputusan Dokter. Kulihat sorot matanya sangat sendu, dan hanya terdiam duduk di sampingku.
Kucoba memegang tangannya dan meminta maaf, ia hanya membuang muka dan pergi meninggalkanku seorang diri di Rumah Sakit.
"Kenapa dia berubah mengacuhkanku ?" batinku sambil menahan air mataku
Di saat seperti ini, aku sangat membutuhkannya, aku sangat menginginkan perhatiannya.
Ibu menemaniku selama aku di rawat, sesekali keluarga datang menjengukku. Tapi sampai saat ini, Anton belum juga muncul menjengukku lagi. Dia beralasan pada ibuku karena banyak urusan pekerjaan yang harus segera di bereskan.
Wajahku masih pucat, tubuhku masih terasa lemah dan lelah. Untuk pergi ke kamar kecil pun, ibuku mesti harus membantuku.
Aku masih merahasiakan tentang kondisiku kepada semua keluarga, hanya Anton yang mengetahuinya. Aku tidak ingin membuat harapan semua orang yang kusayangi pupus.
Pihak kepolisian masih terus berusaha mencari pelaku tabrak lari dan kedua perampok yang sudah mencelakaiku.
Tapi yang kupentingkan sekarang adalah aku harus bisa kembali sehat, dan berusaha memperbaiki hubunganku dengan Anton.
#Jangan Lupa Vote ya
Dukung Author dengan Like, Vote dan Koment
Thank you
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!