Hembusan angin subuh dan juga bau basah embun masih sangat terasa .
Pagi-pagi sekali Ayla sudah bangun tapi tak langsung keluar kamar karena Ayla masih tak bisa sembarangan berkeliaran 'walaupun' di rumahnya orang tua kandungnya sendiri.
Ayla tak pernah mengerti kenapa ia sangat berbeda dengan saudaranya padahal ibu mereka sama ayah mereka juga sama.
Dan sampai sekarang hingga berusia dua puluh tahun umurnya dan selama tinggal di rumah ini Ayla sama sekali tak pernah menerima perhatian ibunya walaupun sedikit saja.
Pernah Ayla dapatkan perhatian ibunya tapi, saat ia masih bayi tapi, saat ia di ketahui tak bisa melihat dan di putuskan buta permanen. Ayla di biarkan ibunya dan Ayah lalu sang kakak pun juga acuh sang adik seperti jijik melihat Ayla.
Di depan matanya satu keluarga membencinya pun Ayla tak akan tahu atau memperlihatkan wajah licik dengan warna suara yang ceria.
"Kakak... Tahu aku udah lama Lo gak punya barang bagus yang kakak punya di kamar ada gak ya, biasanya kakak masih nyimpen barang bagus yang di beliin bibi," itu suara Adik Ayla yang selalu masuk kamar tanpa izin dan mengambil semua barang bagus yang Ayla punya.
Ayla hanya tersenyum mengangguk.
"Kakak kayak orang lumpuh ya... padahal buta, ups maaf Kak, oiya.. kak Hari ini Mama Sama Papa dateng mau ngomongin perjodohan nah... kak."
"Kakak kan cantik dan kakak Baik kakak terima aja ya perjodohannya, Sekalian kakak keluar dari rumah ini eh.. bukan maksudnya pergi tinggal bahagia sama suami kakak."
Ayla hanya tersenyum miring. Adiknya memang sesengaja itu, kentara sekali membencinya.
"Mana ada laki-laki yang mau sama Perempuan cacat itu pasti perjodohan buat kamu karena perusahaan papa butuh investor besar dan kamu harus menikah dengan pewarisnya kan, Aku gak mau," ucap Ayla dangan tegas dan tenang.
"Oh.. Gak Mau berarti kakak Bodoh gak mau nikah emang kalo orang bodoh gak pernah sekolah kerjanya di kamar aja itu gak baik, Kalo gitu makasih ya Kak aku bakalan pikirin caranya supaya kakak tetep nikah dan perjodohan tetap terjadi.."
Adik Ayla keluar begitu saja dari dalam kamar Ayla yang terlihat lebih baik dari kamar pembantu.
Ayla yang tak bisa melihat selalu seperti ini sabar setiap hari dan setiap waktu.
Setelah adiknya keluar pasti akan ada sesuatu terjadi dan ibunya akan datang.
"AYLA... KAMU APA KAN ADIKMU HA... KAMU ITU UDAH TIDAK BISA MELIHAT GAK USAH NYELAKAIN ADIKMU SEGALA. AYLA KAMU BERIKAN SAJA APA YANG ADIKMU MINTA KENAPA SIH HARUS MEMBUATNYA MENANGIS."
Ibunya yang masuk kamar tiba-tiba dan marah dengan suara tinggi tak kaget lagi untuk Ayla karena adiknya pandai bersandiwara dan ibunya hanya sayang pada kakak dan adiknya.
"Aku diam saja disini aku bahkan gak melakukan apapun."
"Diam kamu ya!" Ibunya kembali marah karena Ayla mengelak.
"Dasar tidak tahu malu masih untung kamu di rumah ini," cibir ibu yang masih terdengar di telinga Ayla. Ayla terdiam saja dengan wajah datarnya tapi, ibunya tidak diam sampai lelah.
"Tidak masalah Bi saya hanya ingin membantu," ucap Ayla menatap kedepan padahal Artnya berada di sampingnya. Bibi ada di sana, merasa kasihan tapi, sepertinya nonanya ini terlalu baik.
Semua Orang berkumpul di meja makan dengan tenang
seketika raut wajah semua orang yang ada di meja makan berubah menjadi tidak senang dengan kehadiran Ayla.
"Untuk hari ini aku memintanya datang makan bersama karena Ayla yang harus menggantikan adiknya menikah kalian terimalah Ayla duduk sebentar di sini dan makan bersama di meja makan."
Ayah yang bicara datar dan tegas bicara pada Ayla ketika perlu kalo tidak perlu ya tidak akan di panggil untuk bicara.
Sarapan yang tadinya mereka nikmati dengan nyaman malah tidak di lanjutkan karena kedatangan Ayla.
"Kalian berdua makan lah," ucap Ayah menunjuk Ibu dan adiknya Ayla yang menghentikan makannya sedangkan Kakak Laki-laki hanya diam dan acuh seperti biasanyanya.
Ayla mengambil teko air minum dan gelas. Menempelkan bibir gelas pada teko Air ketika di tuang agar tidak tumpah.
Walaupun Ayla buta Ayla tidak ingin di layani oleh siapapun bahkan pengasuhnya sekalipun, bibi pelayan.
Ayla juga sudah biasa dengan sikap dingin keluarganya yang tidak pernah mau berinteraksi dengan Ayla yang buta ini.
Ibunya sendiri pun selalu mendiami bahkan bicara seperlunya pada Ayla, itu pun dengan perasaan kesal tak beralasan lalu melampiaskannya pada Ayla.
Ketika semua hal membuat Ayla jadi serba salah Ayla hanya terus berusaha tersenyum untuk dirinya dan menguatkan dirinya.
Setidaknya hanya tersenyum saja, bisa membuat Ayla kuat ketika menghadapi semua masalah yang ada.
Selesai makan pagi semua masih tetap ada di meja makan.
"Ayla kamu akan di jodohkan dengan pewaris Perusahan T dan akan menikah segera, karena adik kamu, kamu terpaksa mau," ucap Ayahnya dengan tenang tapi, seperti mau tak mau bicara dengan Ayla.
Ayla tersenyum tipis.
"Semua orang normal akan berpikir dua kali jika mau punya Istri buta, termasuk papa yang bicara pada putri buta nya jika Putri normal dan putra normal nya tak bisa melakukan apa yang papa mau."
Seketika itu tatapan ketiga orang yang sejak tadi sibuk dengan urusannya menatap Ayla dengan tatapan memincing tak suka dengan begitu tak nyaman Ayla yang menjadi objek mereka terlihat lebih unggul di mata mereka sekarang.
"Papa... kenapa gak langsung ngomong aja sih biar dia cepet ngerti." Kata kakak laki-laki Ayla.
Semua menatap Ayla.
"Aku menolak Pah..." Kata Ayla tegas dan pelan.
Satu meja makan langsung hening seketika dan tiba-tiba Ayla berdiri dari duduknya.
Di tempat lainnya satu keluarga yang baru saja ke datangan seorang lelaki yang terlihat super sibuk itu duduk diantara mereka dan saat duduk semuanya menghela nafas seperti sejak tadi menahan nafas.
"Kamu akan menikah Arga, segera." Tidak ada yang menjawab atau bertanya ulang atas kalimat yang keluar dari mulut seorang lelaki tua, juga ke pala rumah tangga.
"Segera bawa istrimu dan tinggalah sendiri sayang, karena jika Kamu dan istrimu tinggal serumah dengan Mama maka tak baik kedepannya." Seorang perempuan tua dengan wajah masih sangat manis walau dimanapun terlihat sedikit keriput di wajah.
Tatapan lelaki muda itu yang namanya di sebut Arga terdiam dengan tatapan datarnya.
Sedangkan lelaki dengan berewok putih wajah lebar dan tatapan mata tajam yang bicara meminta sang putra lelaki dengan nama Arga itu menikah menatap datar putranya yang tak berekspresi.
"Yaa.. Menikah... Lakukan apa yang kalian mau," ucapnya sangat kelewat santai bahkan jauh dari perkiraan sang ibu yang sudah membayangkan jika Arga akan menolaknya.
"Walaupun berganti orang perjodohan ini tetap berlangsung apa kamu setuju," ucap sang ibu yang mulai memancing keributan dan hasilnya Arga tak tertarik menjawabnya dan pergi.
Tanpa mengatakan apapun Sang ayah paham jika Putranya akan mau dan segera mereka akan melangsungkannya.
Gedung yang di beli dan di miliki oleh keluarga Arga hanya gedung tidak bersama isinya dan isi segala macam tentang pernikahannya asisten Arga yang mengurusnya karena semua hal yang ayah Arga percaya pada istrinya tidak di lakukan secara baik bahkan semuanya serba kekurangan dan entah kemana uang sisanya.
Tapi, memang pintar istrinya ini mengelabui suaminya bahkan Arga sudah tahu sebelum sang ayah membeli gedung itu. Ibu tirinya memang hanya menyukai uang ayahnya dan wajah Ayahnya yang tampan.
Sekarang Arga yang masih berdiri di depan cermin terdiam beberapa saat mengamati penampilannya.
Asistennya yang selalu di sampingnya mulai membuka berkas yang sudah siap ia baca di layar tablet.
"Ayla... Gadis buta, tidak berpendidikan bisa membaca dengan belajar otodidak di bantu pengasuh juga pelayan. Tidak dianggap putri oleh Rico ayahnya, Hidup besar dan tidur di kamar tak layak yang lebih baik dari pembantu. Tidak menyukai makan makanan selain sayur dan buah lalu susu untuk telur tidak terlalu suka dan bahan tepung biasa menjadi camilan..."
Arga mengangkat tangannya membuat sang Asisten menghentikan membaca tulisan informasi tentang Ayla yang begitu banyak dan rinci sampai ke kehidupan sehariannya.
Arga berbalik menatap Asistennya.
"Untuk sifat Nona Ayla lebih banyak diam dan bicara jika perlu. Tak pernah bersosialisasi dengan siapapun dan biasanya hanya sering dengan pengasuhnya jika pengasuhnya sendiri yang memulai berinteraksi."
Arga menatap Asistennya mengulurkan tangannya dan menatap layar tablet didepannya.
"Minta kepala pengurus rumah tangga menyiapkan kamar dengan kebutuhan istriku jangan sampai ada kekurangan bilang pada kepala pelayan wanita untuk siapkan menu makanan sesuai keinginan istriku," ucapan Arga seketika membuat melongo asistennya apa ini Tuannya.
Tidak mungkin yang berdiri didepannya adalah Tuannya jika benar Tuannya, Seorang Arga Marvelino tampak sangat perhatian sekali pada calon istrinya.
Di gedung acara pernikahan Arga tiba lebih dulu dan langsung melangkah masuk dengan asistennya semua tamu undangan sudah menunggu di kamar pengantin. Ayla sama sekali tidak di dandani dengan cantik dan apa adanya karena ibunya Leni sudah malas melihat putri keduanya ini terlalu cantik.
Rosa sang adik sibuk memainkan ponselnya dan dengan santainya memfoto dirinya yang di rias sedemikian cantiknya karena katanya asistennya putra keluarga kaya itu sangat tampan. Rosa mau mengikat dengan pesona wajahnya.
Tapi, siapa tahu kalo asisten Arga sama sekali tak tertarik dengan wanita atau gadis muda bahkan di sebut gay dengan Arga. Asistennya Arga tidak mau mengenal wanita atau gadis muda bukan karena kelainan dan penyakit tapi, karena pekerjaan sudah membuatnya tak sempat memikirkan hal pasangan.
Ayla di bawa turun oleh ibu dan adiknya juga beberapa keluarga sewaan untuk mengiringi Ayla.
Dalam hatinya Ayla sangat marah tangannya mengepal memegang tongkatnya dengan keras.
Ayla masih tidak mau bahkan sepertinya hak Ayla sebagai seorang yang memiliki pendapat sudah di hapus.
Disamping Arga, Ayla hanya diam saja sampai acara akad berlangsung dan dengan sekali ucapan akad pun selesai.
"Saya terima nikahnya Ayla..." Suara itu yang hanya Ayla dengar dan setelahnya seperti tertutup sesuatu hanya suara nging yang Ayla dengar.
Tiba-tiba...
"Bagaimana para sanksi?"
"SAH."
Dilanjutkan doa bersama dengan gemetaran kedua tangan Ayla terangkat untuk berdoa.
Dalam hatinya,' semoga orang yang terbaik dari pilihan yang terbaik yang engkau berikan pada hamba dan Hamba ikhlas menerimanya sebagai Suami sah Hamba, Ya Allah.'
"AAMIIN." Semuanya mengimkan Doa yang telah di panjatkan penghulu dan tanpa sadar ada doa tersembunyi milik orang lain yang juga di panjatkan diam-diam telah di aamiinkan juga oleh semua orang.
Selanjutnya acara yang berlangsung dengan mengundang para kolega keluarga dan juga Kolega bisnis yang datang sili berganti.
***
Tak perlu waktu yang lama lagi Ayla dan Arga langsung pulang ke rumah dan membiarkan ayah ibu mereka yang menyambut tamu sangat banyak karena Arga tak punya kenalan yang banyak jadi Arga hanya akan menikah dan kembali bekerja lagi.
Saat didalam mobil Ayla yang sudah berganti pakaian seketika Arga yang melihat pakaian Ayla yang duduk didalam mobil membuat kepalanya pusing.
"Siapa yang memberikan mu baju tahun 90an." Kata Arga dengan suara besar nan garangnya.
"A-aku yang mau." Ayla menjawab langsung karena kalo dia bilang ibu dan adiknya itu sangat tidak masuk akal pasti mereka sekeluarga sudah membicarakan hal baik dan dan saat Ayla bilang dirinya hanya memiliki baju mirip dengan model nenek-nenek pasti sangat bertolak belakang bukan.
Sudahlah bilang saja kalo Ayla sendiri yang mau.
"Kau bawakan baju tertutup kerumah sediakan sebanyak mungkin dan secukup mungkin terserah kepala pelayan dan jangan lupa selalu menanyakan seleranya," ucap Arga pada asistennya yang duduk di sebelah sopir.
Asistennya mengangguk mengerti dan mulai menghubungi kepala pelayan.
Ayla hanya diam saja memegang tongkatnya sekarang waktu setelah menikah dan menjadi istri orang, Ayla sama sekali tak merasa kan perbedaan mencolok didirinya semuanya sama saja dan hanya berbeda jika suara lelaki di sampingnya terkesan besar dan serak layaknya seorang pria berbadan bagus dan sehat, mungkin.
Terdengar dari suaranya jika orang ini yang duduk di sebelah Ayla yang sudah menjadi suaminya ini tak pernah makan gorengan, apa sebagus itu?
Ayla yang diam Arga yang sibuk dengan waktu istirahatnya. Didalam mobil hanya ada kecanggungan.
Di tempat pernikahan semua tamu di buat bingung karena tak ada pengantin di saat bertanya dan langsung di jawab pihak keluarga lelaki, ternyata pengantinnya sedang tidak sehat dan setelah akad langsung pergi dan meminta maaf jika tak bisa bertemu tamu-tamu.
Alasan yang di buat ibunya Arga dan orangtua Ayla sangat pas.
Dan mereka berdua sangat bagus di sebut besan sehati sepemikiran.
Saat acara makan bersama di tempat lain tanpa kehadiaran Ayla dan Arga. Rico dan istrinya. Ayah Arga dan istri keduanya karena istri pertama meninggal yang sekaligus ibu dari putra pertamanya.
Mereka berbicang ringan seru membicarakan tentang tatacara dan tata krama di rumah mereka masing-masing dan cara mereka mendidik Ayla juga sangat baik.
Mereka juga mengaku sangat sedih jika Ayla tak dirumah padahal Ayla paling ceria.
Semua ucapan dan teks sandiwara yang tak terlihat bentuknya itu mampu mereka katakan di hari pernikahan dan membuat keluarga Arga terkejut sekaligus senang karena mereka mendapatkan keluarga baik.
Jika salah satu wajah atau beberapa wajah terlihat sekali menutupi ekspresi asli mereka.
Sampai di rumah Ayla terdiam turun sendiri dari mobil dan melangkah tanpa di antar siapapun.
Ayla bahkan harus banyak berpikir untuk bisa tetap terlihat normal walaupun buta, atau paling tidak menyusahkan.
Sehari setelah pernikahan Arga sengaja mengajak Ayla keluar. Hanya berdua dengan Ayla masih diam saja tak bicara apapun karena tak ada yang mengajaknya bicara sampai mobil di halaman rumah milik Arga sendiri saat itu Arga dan Ayla keluar mobil sendiri-sendiri bahkan Ayla seperti ingin melakukannya sendiri asisten Arga yang beniat membantu Ayla turun saja di abaikannya karena memang Ayla tidak tahu atau karena tak mau.
Asisten Arga kembali menarik tangannya dan menganggukkan kepalanya.
Langkah Ayla mengikuti langkah kaki seseorang yang Ayla tidak tahu siapa dan saat mengikuti langkahnya seketika tangan Ayla di pegang dan Ayla kaget mau menolak tapi, tangan yang memegang tangannya sangatlah hangat.
Ayla membiarkannya dan menuntun Ayla dan membawa Ayla yang entah kemana terdengar beberapa banyak langkah kaki masuk.
Ayla mendengar itu hanya diam karena tak penting juga kalo Ayla bertanya siapa dan ada apa yang terjadi.
"Nona Saya kepala pelayan dan kepala pelayan rumah tangga akan membantu Nona untuk nyaman tinggal disini." Kata seorang wanita yang Ayla dengar suaranya.
"Lakukan tugas kalian," ucap seorang yang sama seperti orang yang dari kemaren bicara dingin dengan Ayla.
"Baik Tuan." Jawab mereka bersamaan dan saat itu Ayla terdiam mematung menatap lurus.
"Hehe.. ternyata nyonya gak bisa lihat."
"Iya aku gak nyangka."
Bisikan di tempat yang dekat membuat Ayla masih mendengarnya.
Arga pun sudah berjalan menjauh setelah mengatakan satu kalimatnya dan melepaskan tangan Ayla jadi tak mendengar bisikan para pelayan itu.
Tugas Arga hanya menjadikan perempuan itu istri dan memberi perhatian dan tempat sebagai istri selebihnya biar dia saja yang urus, Arga tak mau tahu.
Asisten Arga pun sudah menjauh dan sebelum menjauh Asisten Arga juga sudah memperhatikan juga melihat semua wajah para pelayan yang terkejut dengan juga wajah mereka semua yang hadir.
Ayla mengangguk samar.
Kepala pelayan pun menganggukkan kepalannya dan mulai mempersilahkan Ayla berjalan tapi, saat yang bersamaan mereka bingung dan saat itu juga kepala pelayan wanita mengerti dan membantu menuntun Ayla keruangannya tapi, Ayla melepaskannya.
"Aku bisa sendirian terimakasih bantuannya."
"Iya Nyonya."
"Mari ikuti saya." Ayla mengangguki ucapan Bi Lilin.
Di dalam kar setelah beberapa saat yang bersamaan Ayla sudah berganti pakaian di kamarnya duduk saja setelah semua pelayan pergi Ayla hanya duduk menatap keluar jendela yang sebenarnya kalo matanya hanya melihat hitam dan ruangan gelap.
Ayla yang duduk tenang diatas kasur tanpa sadar jika Arga berdiri di belakangnya sejak pelayan keluar Arga sudah berdiri di belakang Ayla menatap punggung Ayla sangat lama.
Ayla merasa di perhatikan tapi, Ayla tidak akan sadar dan mau mengatakan sesuatu, biar saja.
Merasa berada serumah tapi mereka berdua tidak akan merasa jika mereka memiliki perasaan suami istri dari awal saja mereka sudah tertutup.
Arga berbalik pergi mencari sesuatu di dalam kamar itu dan kembali keluar dari sana.
Arga pun tak bicara sepatah katapun setelah masuk sebelum keluar dan sesudah keluar kamar.
Arga hanya memperhatikan dalam diam.
Saat Arga keluar Ayla pun tak berpindah posisi.
Sampai waktu makan malam tiba Ayla tetap di kamar tapi dengan posisi yang sudah duduk di lantai bersandar tepi ranjang dan memeluk kakinya.
Pelayan pun hanya diam saja tak ada yang berani mengajaknya bicara karena Ayla diam saja.
Arga yang baru masuk kerumah dari menyelesaikan pekerjaannya di luar hanya melihat rumah yang sepi saat itu hanya acuh dan pergi begitu saja dari depan pintu masuk.
Arga sudah selesai mengganti pakaian dan bersiap makan malam seketika selesai makan malam pun Ayla tak turun dan keluar kamarnya.
"Siapa yang bertanggung jawab atasnya." Arga bersuara keras, seketika para pelayan datang termasuk kepala rumah tangga pak Lampu dan kepala pelayan wanita Bu Lilin datang dengan cepat.
"Kenapa dia tak terlihat sepanjang waktu keluar kamar apa ada dari kalian mengatakan sesuatu padanya atau karena kalian tahu sesuatu hal yang membuat kalian enggan membantunya," ucap Arga panjang seketika Kepala rumah tangga yang kepalanya tertunduk maju.
"Maafkan kami Tuan tapi, Nona tak bicara pada kami sesekali pun bahkan kami sudah mengajak bicara. Beliau minta, tak usah ada yang menganggunya dan... dan nona..ehm nyonya maksud saya kalo beliau tidak mau hal ini di laporkan pada Tuan," ucap kepala Rumah tangga pak Lampu dengan wajah ketakutan.
Arga mengangguk dan berdiri begitu saja seketika kepala pelayan wanita Bu Lilin dengan sigap menyiapkan makanan di nampan atau camilan di nampan lainnya jadi mereka bertiga naik keatas.
Arga tidak mau tiba-tiba dirumahnya yang tenang ada Mayat di temukan jika tak mau makan pun seharusnya ia bilang untuk menolak pernikahan ini apa wanita itu sangat lemahnya hanya menolak sekali dan tak punya penolakan lainnya. Sekarang sudah ada di rumah Arga mereka tinggal serumah dan Arga tak mau menerima penolakan apapun kecuali, Arga yang menolaknya.
"Kau mau makan atau aku yang mengantung mu di tiang depan rumah."
Suara datar Arga memenuhi ruang kamar Ayla sampai Ayla sendiri terlonjak kaget.
Pelayan langsung meletakkan di atas nakas dan berjalan keluar.
"Aku tidak mau makan, biarkan aku mati, aku juga tak butuh bantuanmu, jika aku di temui mati maka kau bisa langsung memakamkanku dengan layak dan tidak ada yang tahu juga tidak masalah, Aku juga menganggap aku tak ada keluarga lagi, lagian siapa juga yang mau menghadiri pemakaman dari anak cacat sepertiku dan juga tak berguna sepertiku, walaupun jadi istri aku juga tak berguna. Kau pasti tahukan... kenapa kau tetap..."
"KENAPA MENIKAHIKU... KENAPA.. HAH.."
Arga mengepalkan kedua tangannya. Emosinya memuncak.
"Kau... Kau bahkan tidak tahu terimakasih, Kau tahu aku menikahimu terpaksa... aku hanya mengisi setatus lajangku agar menikah saja sudah itu saja, Kau tahu apa tentangku kenapa kau bertanya dengan ragu padaku, Aku katakan sekali lagi, Aku terpaksa menikah walaupun dengan perempuan normal dan tidak BUTA SEPERTIMU!"
Deg.
Menekan kata 'Buta sepertimu,' itu membuat hati Ayla terasa sakit. Biasanya tidak apa-apa bahkan seribukali ucapan dari ibu atau saudara kandungnya pun itu tak masalah kenapa sekarang rasanya seperti di hantam duri yang sangat tajam.
"Makan sekarang!" Perintah Arga sekali tarikan nafasnya menekan emosi besar yang hampir meledak lagi.
Ayla memilih diam dan itu berhasil membuat Arga lepas kendali dan akhirnya keluar dari kamar Ayla dengan membating pintu sekaras mungkin sampai engsel pintu rusak.
Pak Lampu yang ada di bawah sampai terkejut memejamkan matanya agak lama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!