🌹 Happy Reading 🌹
Avika Nataliea Fortuta, seorang gadi yatim yang hidup hanya dengan Ibunya saja yang bekerja sebagai penjaga toko baju.
Hidup dengan kesederhanaan tak membuat semagat Vika menurun, dia bahkan menjadi sosok murid paling pintar di sekolahnya.
Hingga kerap kali kepintaraanya itu selalu di manfaatkan oleh teman-teman sekitarnya.
Vika adalah sosok yang periang, cantik, cerewet dan baik hati. Namun sayang karna dia di anggap misikin kebanyakan teman-teman sekolahnya tidak ada yang mau berteman denganya.
Dia adalah satu-satunya murid yang menerima Bea siswa di SMA Seksyen itu, di mana sekolah itu masuk dalam jejeran sekolah paling Ellite di daerahnya.
Saat ini Vika tengah serius menatap ke arah papan tulis di sekolahnya yang menampilkan jadwal ujian nasional yang akan di adakan beberapa hari lagi, membuat beberapa siswa jadi menangis takut menghadapi Ujian akhir yang menentukan kelulusan mereka.
"Ehm,,ini mata pelajaranya yang paling susah malah duluan ya," lirihnya berbicara sendiri sambil menggerakan bibirnya ke kanan dan kiri membuat kesan menggemaskan dari wajahnya.
Dan tiba-tiba saja dari arah belakang ada yang menepuk pundaknya. "Serius banget sih liatnya," ucap seseorang yang sontak menganggetkanya.
Vika langsung memegang jantungnya yang terasa ingin copot saat ini, "Jendra kamu ngagetin aja sih," sahutnya pelang sambil mengatur nafasnya perlahan.
Namun Jendra hanya terkekeh melihat ekspresi wajah manis dari Vika.
Rajendra Vico Ardiona adalah teman sekelas Vika yang paling populer di sekolah itu, dia adalah sosok anak pengusaha paling kaya di Negara ini, dan wajahnya yang sangat tampan itu mampu membuat siapa pun klepek-klepek kepadanya, termasuk Vika.
Dia menyimpan rasa pada Jendra sudah sangat lama, berawal dari dirinya masuk di saat masa Orientasi sekolah dia melihat Jendra dan langsung jatuh hati pada pria ini.
Namun sayang, dia sudah menyadari posisi dirinya yang mungkin masuk dalam katagori buruk rupa, sehingga untuk menatap wajah Jendra saja, Vika sama sekali tidak berani melakukanya.
"Vik, loe sibuk gak sih hari ini?" tanya Jendra yang tiba-tiba saja membuat Vika melongo mendengar itu.
Vika memperbaiki rambutnya dengan menyelipkan di belakang telinga, "gimana-gimana Jen?" tanyanya balik ingin memastikan bahwa Jendra benar-benar sedang menanyakan waktunya.
Bukanya apa, selama hampir tiga tahun dia bersekolah, ini adalah pertama kalinya Jendra bertanya basa-basi seperti itu, karna biasanya pria itu hanyalah tersenyum dan menyapnya saja, tidak pernah lebih dari itu.
"Karna besok lusa kita Ujian Nasional, Gue butuh loe ngajarin Gue, bisa gak Loe hari ini ke rumah gue? Atau elo mau jalan sama pacar loe?" Serunya lagi dengan kalimat yang lebih jelas dan di pahami oleh Vika.
"Ehhmm,, gimana ya ? Masalahanya aku gak pernah ngajarin orang lain, apa lagi sampai ke rumahnya,"Jawab Vika nampak berfikir keras bingung dengan jawabanya sendiri.
"Aelah elu mah, sekali-kali bantu teman napa, elu pintar tapi gak mau bagi-bagi ilmu nih pelit," hardiknya dengan menampilkan wajah ngambeknya, karna Jendra tau pasti Vika akan menolaknya.
Vika semakin terlihat bingung, dia takut jika para fans Jendra akan kebakaran jenggot kalo misalkan mereka tau Vika datang ke rumah Jendra, walaupun itu tujuanya hanya untuk belajar, mereka pasti tidak akan ada yang mau mengerti itu.
Melihat Vika yang diam saja, Jendra langsung mengambil keputusanya sendiri, "lu diam berarti jawabanya iya, pokoknya pulang sekolah kita langsung ke rumah gue, kalo masalah nyokap lu, nantikan elu bisa ngabarin dia di rumah gue," sahut Jendra yang membuat mulut Vika menganga tidak percaya, dengan begitu beraninya Jendra memutuskannya secara sepihak.
Dan baru saja dia mau menolaknya, Jendra sudah lebih dulu pergi meningglkanya yang masih berdiri tegak di depan papan tulis.
Krrrriiingg,,krrriiinggg, bell tanda masuk sudah terdengar, menandakan jika jam istirahat telah usai.
Namun sepanjang pelajaran terakhir ini Vika menjadi tidak tenang, "aduh gimana ini, belum jalan sama dia aja mata fansnya udah menceleng gitu, aku harus alasan apa ini," gumamnya dalam hati dnegan keringat yang terus keluar di wajahnya menandakan kepanikanya.
Berbeda dengan Jendra yang sedari tadi semenjak dia berbicara dan menatap langsung ke arah mata Vika, tiba-tiba saja dia merasakan jika jantungnya itu tidak normal dalam berdetak.
"Sepertinya gue sudah mau mati." Lirihnya pelan, lalu berusaha fokus dengan pelajaran yang di terangkan, namun dia sama sekali tidak bisa mengendalikan degupan jantungnya.
Hingga beberapa waktu dua jam telah usai, dan menandakan bahwa pelajaraan hari ini telah selesai di laksanakan.
Mereka tengah bersiap-siap untuk pulang, dan Jendra yang melihat guru sudah keluar dari kelas, langsung segera mendekat ke arah Vika dan menarik tangan mungil itu agar tidak kabur.
"Jendra lepasainn, aku malu di liatin banyak orang," ucapnya dengan berusaha menepis tangan Jendra dari pergelangan tanganya.
Namun Jendra seperti menulikan telinganya dan terus membawa Vika sampai masuk ke dalam mobil Sport Lamborghininya.
"Masuk," perintahnya sambil membukakan pintu untuk Vika.
Sejenak Vika melihat ke sekelilingnya yang menjadikanya sorotan kali ini. "Kan aku bilang juga apa, baru di gandeng aja mata mereka udah kaya mau terkeluar gitu, gimana kalo mereka semua tau aku akan belajar bareng Jendra, bisa kejang-kejang kali mereka," batinya yang merasa takut jika di terkam macan-macan sekolahnya.
"Avika Nataliea, aku bilang masuk," Ucap Jendra lagi yang melihat Vika tak kunjung masuk, malah dia berdiri dengan melamun.
Sontak Vika terkejut mendengar suara Jendra yang terdengar memerintah itu. "I--iya," balasnya lalu masuk ke dalam mobil, dengan Jendra yang masih setia menutup kembali pintu mobil itu.
Setelah memastikan Vika sudah naik dengan benar ke dalam mobil, Jendra langsung melanhkah masuk ke dalam kendali di sebelah, "makasih ya lu udah mau ikut sama gue," lirihnya pelan dengan senyum lembutnya, lalu dia segera mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalan raya.
Vika yang melihat Jendra sudah jauh dari sekolah kini hanya ampu mengeduskam nafasanya berat. "Terima kasih, sumpah ya untung cinta, kalo engga udah aku jitak nih cowok, orang jelas-jelas dirinya lah yang memaksa Vika agar tetap ikut bersamanya.
Sekarang malah dia mengatakan jika dirinya lah yang menyetujui permintaan Jendra.
"Kita mau kemana Jendra?" tanya Vika yang bingung melihat jalan yang tidak pernah dia liat sebelumnya.
Jendra tersenyum melihat wajah bingung dari gadis cantik di sebelahnya ini, "kita cari makan dulu yuk, baru kita ke apartemen gue, biar di sana lebih nyaman belajarnya," serunya yang di balasa anggukan kepala singkat oleh Vika yang sedang merasa canggung dengan situasi ini.
Visual Avika Natalie Fortuta & Rajendra Vico Ardiona.
To be continue.
*Jangan lupa sedakah Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya**😘😘 *
Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh 😭😭😭
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
Follow IG Author @Andrieta_Rendra
🌹 Happy Reading 🌹
Saat ini mereka berdua telah tiba di Apartemen milik Jendra, dengan membawa Mcdonalds yang tadi sempat mereka beli dengan Drive thru.
"Ayo masuk Vik, anggap aja tempat sendiri," seru Jendra yang mempersilahkan Vika untuk masuk ke dalam, dan lalu menutup pintunya.
Vika terlihat memperhatikan setiap sudut ruangan apartemen Jendra yang terlihat sangat mewah dan eleghant khas pria.
Dan di saat Vika masih sibuk menatap sekitar, Jendra datang dari arah dapur dengan membawa makanan tadi yang sudah tertata rapi di piring. "Vika, ayo makan dulu." Ajaknya pada Vika yang sedang duduk manis di sofa.
Jendra melangkah mendekat ke arah Vika, dan meletakan makanan itu ke meja, lalu dia mencari remote tv untuk menyetel sebuah film.
"Loe suka film apa Vik?" tanya Jendra sambil memutar-mutar mencari film yang cocok untuk mereka jadikan hiburan saat ini.
"Aku suka film apa aja sih Jen, netral aku mah," balasnya dengan mulai mengambil burger yang tadi dia beli.
Jendra terlihat menganggukan kepalanya pelan sambil terus mencari film yang pas buat mereka tonton saat ini, "oh ini aja ya, film Joker mau gak?" Tanyanya menawarkan sebuah filM pembunuhan.
Vika terlihat berfikir sejenak, "ehm ganti deh, yak kali kamu ajakin nonton gituan," tolaknya mengambil alih remote di tangan Jendra dengan berani, bahkan dia lupa jika saat ini dia sedang menjaga etika.
"Terus film apa dong?" tanya Jendra dengan mengikuti langkah Vika yang mengambil nugget lalu memakanya.
Terlihat Vika membulatkan matanya besar ketika melihat salah satu judul film yang ingin sekali dia tonton di biskop, tapi karna tidak memiliki uang maka dia mengurungkanya.
"Wihh kamu punya film Breaking Down," imbuhnya pelan menatap Jendra dengan senyum bahagia.
Jendra menyeritkan keningnya bingung, karna dia sendiri tidak pernah memeriksa saluran chenelnya, "film apa itu? Breaking down apaan tuh," serunya yang tidak mengetahui film itu.
"Ya udah ayo kita nonton ya, biar kamu tau. Ini tuh keren banget tau, romantis banget," lirihnya pelan, lalu mengatur posisi duduknya.
Dan bahkan sepertinya dia lupa jika tujuan awalnya datang ke sini untuk belajar bareng.
Mereka berdua menikmati film itu dengan serius, dan bahkan ikut larut masuk dalam ceritanya, hingga tanpa sadar saat ini mereka berdua saling berdempetan seperti sepasang kekasih yang sedang menikmati waktunya.
Namun tiba-tiba saja dari film itu mulai muncul adegan yang tak selayaknya mereka tonton, "aaakkkhh," teriak Vika menutup matanya. Namun suara desahan dari film itu sangat terdengar jelas di telinga mereka berdua.
Jendra yang sudah terbawa suasana kini mulai mengelus telinga Vika untuk merangsang nafsu hornynya. "Eemmhh Jendraa," keluhnya menepiskan tangan Jendra yang mulai menjelajah.
"Vika," bisiknya pelan membuat Vika langsung merinding.
"Jendra lepas, ini udah gak wajar Jend." Balasnya pelan sambil memaksa melepaskan tangan Jendra yang sudah melingkar di pinggangnya.
"Kamu harus tanggung jawab Vik, kamu udah membangkitkan nafsuku," bisiknya lagi membuat Vika semakin menegang mendengar kalimat itu.
Vika terus memberontak dari pelukan Jendra. "Jend, ingat kita belum lulus sekolah, gak mungkin melakukan ini apa lagi kita belum ada ikatan apa pun, lagian aku tidak memancingmu, tapi aku memang tidak tau jika isi filmnya seperti ini," balasnya lagi, semakin memberontak ketika Jendra menarik tangan Vika dan mengarahkanya pada kukubirdnya itu.
Dengan cepat Vika menarik tanganya, "enggak Jen, ini salah, aku harus pulang sekarng," tolaknya lagi lalu ingin melarikan diri.
Namun langkahnya terhalang oleh Jendra yang ikut berdiri dan langsung menangkup wajah Vika agar berhadapan dengan wajahnya. "Vika liat ke dalam mataku!" Perintahnya tegas, yang lalu di ikuti oleh Vika.
"Apa elo benar-benar mencintai gue ? Soalnya gue pernah tidak sengaja membawa buku harian elo, yang berisikan tentang persaan cinta loe itu, apakah itu benar?" tanyanya dengan lembut menatap ke dalam sorot mata Vika.
Dan dengan ragu Vika menganggukan kepalanya sebagai jawaban. "Lalu buktikan lah jika memang itu benar, karna gue butuh bukti jika memang loe mencinta gue," balasnya menantang kepada Vika.
Vika yang polos kini mulai ikut masuk ke arus permainan Jendra. "Aku harus buktikan dengan apa ? Aku tidak mempunyai apa-apa," jawabnya yang membuat Jendra tersenyum mendengarnya.
"Making Love with me," bisik Jendra yang berhasil membuat Vika membulatkan matanya dengan tajam, "Loe mau kan membuktikanya? Agar gue bisa membalas persaan itu juga nanti," serunya dengan mulut dan janji manisnya.
Lagi-lagi Vika terlihat sedang befikir sejenak, dia sangat mencintai Jendra sedari awal masa sekolah, apakah dengan cara ini dia bisa mendapatkan cinta dari Jendra.
"Aku takut Jen, nanti kalo hamil gimana ?" tanyanya dengan nada gemetaran memikirkan hasil buruk dari perbuatanya.
Jendra tekekeh mendengar itu, "gak akan sayang, gue akan pelan-pelan kok dan kalo hamil gue pasti akan tanggung jawab, karna itu kan adalah anak kita," balas Jendra dengan penuh dengan keyakinan, tanpa sedikitpun rasa ragu yang terlihat di matanya.
Vika yang benar-benar polos dalam hal seperti ini pun akhirnya menganggukan kepalanya singkat mengizinkan Jendra untuk melakukanya, berharap jika Jendra akan menepati janjinya untuk membalas cinta dari Vika serta akan bertanggung jawab jika sampai hamil nanti.
Jendra yang melihat Vika menganggukan kepalanya itu, tidak ingin menyia-nyiakan kesemptan dia langsung melahap bibir mungil Vika, yang terasa sangat manis baginya.
Hingga mereka lepas kendali dan bahkan Jendra sudah meluncuti pakaianya dan Vika, dan terlihat kedunya yang sudah sama-sma bugil, "Sayang, gue gak kuat lagi, gue masukin ya," izinya pada Vika yang sudah terlihat sangat pasrah.
Vika kembali menganggukan kepalanya, dan Jendra terlihat berusaha memasuki Apom Vika, "jleeebbbbb,, aaaarrrggghhhh skkkkkit," teriak Vika ketika kukubrid itu masuk menghancurkan masa depanya.
Jendra memasukinya dengan sekali hentakan, dan langsung membuat darah virgin milik Vika berceceran keluar.
"Oh god, dia masih Virgin," umpat Jendra dalam hati yang mendadak gelisah saat ini.
Dia pikir jika Vika adalah wanita yang sama perti lainya, yang sudah berlobang.
Namun karna sudah di selimuti nafsu, Jendra terus menggenjot tubuh Vika, hingga dia lupa untuk melepaskanya di luar, dan bahkan mereka melakukan hubungan terlarang ini hingga ke dua kali pelepasaan yang sama-sama mereka tembakan di dalam.
Dan setelah melakukan itu, terlihat Vika yang sangat lelah tidur di atas temapt tidur Jendra dengan pelukan hangat yang menemaninya hingga ke alam mimpi.
Mereka tertidur hingga waktu menunjukan pukul 7.00malam, yang membuat Vika sontak terbangun ketika melihat jam yang sudah menunjukan malam hari.
"Astaaaagggaaa,, aku ketiduraan."
To be continue.
*Jangan lupa sedakah Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya**😘😘 *
Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh 😭😭😭
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
Follow IG Author @Andrieta_Rendra
🌹 Happy Reading 🌹
"Astaaaagggaaa,, aku ketiduraan." ucap Vika terkejut di saat melihat jam yang menunjukan waktu malam hari.
Jendra yang berada di sebelahnya kini akhirnya juga ikut membuka matanya, "ada apa sih sayang ? Kamu tiba-tiba kaget gitu," tanyanya dengan mata yang masih terpejamkan.
Vika yang melihat Jendra masih ingin tertidur, kini berusaha untuk bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan dirinya, "awwwww,,sssatt," rintihnya merasakan perih di apomnya.
Jendra langsung membuka matanya sempurna ketika mendengar rintihan dari Vika, "kamu mau kemana?" tanya Jendra yang melihat Vika sedang berusaha bangkit dan berjalan.
"Jendra ini tuh udah malam, aku takut Ibu khawatir nyariin aku, apa lagi kamu tau kan jika tadi aku lupa menelpon ibu," jawabnya sambil menutupi tubuhnya yang masih polos.
Jendra juga ikut bangkit dari tidurnya, dan melangkah mendekat ke arah Vika, lalu menggendongnya. "Aaahhhh Jendra lepasin, aku bisa jalan sendiri," seru Vika di saat Jendra menggendong tubuh polosnya bagaikan anak koala.
"Apanya yang mau jalan sendiri kalo kamu masih merasa sakit," balas Jendra dengan lembut, lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi.
Seseampainya di kamar mandi, Jendra menyalakan keran dengan menggunakan tangan kananya untuk mengsi bathtub, agar memudahkan Vika untuk berendam sejenak, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk menahan tubuh Vika yang berada di gendonganya, maklum lah sangking kekarnya tubuh Jendra dan mungilnya tubuh Vika sehingga untuk menjadikan gadis itu seorang balita sangatlah mudah baginya.
Sambil menunggu bathtub nya terisi penuh, Jendra mendudukan tubuhnya di pinggiran bathtub yang cukup luas, Jendra kembali menatap wajah Vika yang sangat imut itu.
Dia mulai kembali mengendus leher Vika karna tidak tahan dengan godaan yang ada. Membuat Vika sedikit merasa risih dengan tindakan Jendra. "Jen,udah ya ini udah malam aku harus buru-buru pulang," ucapnya dengan lembut, ingin bangkit dari pangkuan Jendra itu. Namun Jendra tidak memperdulikanya, dia malah menyusu di gunung kembar milik Vika, dan membuat si empunyanya kembali teransang.
"Jen,,ssshhttt, udah ya, tadi kan udah dua kali, aku capek Jen, aku pengen pulang," serunya berusaha melepaskan kepala Jendra dari gunungnya.
"Kamu tidak boleh pulang, sebelum aku mengizinkanya," balas Jendra lalu membawa tubuh Vika masuk ke dalam bathtub yang sudah penuh, dan kembali merangsang tubuh Vika agar mau malayaninya.
Setelah beberapa menit, Jendra berhasil menaikan kembali nafsu dari Vika, dan melakukan penyatuanya kembali hingga satu jam kemudian mereka baru selesai dengan adegan pennyatua serta mandi mereka.
"Gue antar ya," ucap Jendra sambil memeluk tubuh Vika yang sedang merapikan rambutnya itu dari belakang.
Vika menganggukan kepalanya lemah, dia tidak bisa menolak karna ini sudah malam dan dia takut jika tidak mendapatkan kendaraan umum yang lain.
"Ya udah ayo, aku takut ibu bakal khawatir kalo aku pulang kemalaman," ajaknya sambil melepaskan tangan Jendra yang berada di pinggangnya, lalu dia melangkah keluar untuk mengambil tas dan memakai sepatunya kembali dan kemudian mereka pergi mengantar Vika pulang.
Tak membutuhkan waktu yang lama, saat ini mereka sudah sampai di depan gang rumah Vika, "loe yakin gak mau gue antar sampai dalam?" tanya Jendra meyakinkan lagi.
"Iya, sampai sini aja, udah malam kamu pulang gih," balas Vika sambil merapikan barangnya dan ingin melangkah keluar.
"Aku pergi ya," pamit Vika pada Jendra.
Dan Jendra langsung melum**at kembali bibir Vika yang sudah menjadi candu baginya, "thanks ya Vik, dan Soory soal-." serunya tiba-tiba merasa canggung dengan apa yang ingin di sampaikan.
Vika yang malu kini hanya menanggukan kepalanya saja, lalu membuka pintu mobil kemudian melangkah keluar.
Setelah itu dia menunggu sampai mobil Jendra menghilang baru dia berjalan masuk ke dalam gangnya.
"Iibbbuuu, Vika pulang," serunya mencari keberadaan ibunya.
Namun tiba-tiba dari arah belakang, ada seseorang yang mendekat ke arahnya. "Aaadddduuhhh awwwww sakkkiitttt," bentaknya ingin memberikan pelajaran untuk orang itu karna berani menjewer telingnya.
Lalu dia melihat sosok ibunya yang sedang berdiri dengan sorot mata yang tajam. "Eehhhh,iiibbbu, Vviikka pulang bu," jawabnya dengan canggung.
"Jam berapa ini?"Bentak ibunya yang sangat marah saat ini, karna ini merupakan pertama kalinya Vika pulang hingga selarut ini tanpa mengabari terlebih dahulu.
"Maaf bu, tadi Vika ada kerja kelompok, terus Vika capek dan ketiduran di rumah teman," jawab Vika dengan rasa takut.
Dia takut jika ibunya itu tau kalo dia sedang berbohong saat ini, karna itu bukanlah keahlianya.
Ibu terlihat menatapnya dengan tatapan penuh selidik, "Benarkah begitu," tanya ibu kurang yakin dengan jawaban anaknya.
Vika terlihat semakin gugup saat ini, "iiyyaaa bu, Vika udah bener kok," jawabnya dengan tersenyum canggung.
Ibu mengduskan nafasnya kasar, "Vika, ibu tidak bodoh untuk membedakan mana parfum laki-laki dan wanita, apa lagi kamu tidak pernah pake parfum selain minyak telon, jadi sangat tidak mungkin jika parfum pria ini menmpel begitu saja di tubuhmu, kamu jangan buat ibu kecewa Vik, kamu boleh pacaran tapi harus tau batasan," seru ibunya yang semakin membuat Vika merasakan bersalah akan hal ini.
Dan tak banyak bicara lagi, ibunya langsung melangkah masuk menuju dapur, untuk mempersiapkan makanan yang tadi sudah dia masak agar memanaskanya kembali untuk Vika.
Sedangkan Vika kini terlihat berdiri mematung mendengar perkataan dari ibunya. "Maafkan Vika bu, Vika gagal menjaga kehormatan Vika sendiri," lirihnya dengan air mata yang sudah terjatuh.
Dia tau ini adalah perbuatan yang salah, dan sangat salah, jika di pikir lagi, dirinya memang begitu bodoh hingga mau menyerahkan mahkotanya untuk pria yang masih menggantung harapanya.
Karna tidak ingin larut, Vika segera masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaianya, lalu dia bersama dengan ibunya melakukan makan malam bersama.
Keesokan harinya, Vika kembali ke sekolah seperti biasa, namun dia sama sekali tidak melihat sosok Jendra sedari tadi, hingga saat ini jam pulang pun tiba.
"Kemana dia? Apa dia sengaja menghindariku?" tanya Vika sedari tadi yang tidak melihat kemana laki-laki yang telah memghancurkan harga dirinya kini terlihat seperti menghindar.
Hingga hari-hari berikutnya, di masa-masa ujian, Jendra muncul namun malah terlihat seperti tidak mengenal Vika, membuat Vika tersenyum sinis melihat reaksi dan tatapan Jendra kepadanya. "Bodoh kamu Vik, kamu menyerahkan kehormatanmu dan berharap dia akan membalas persaanmu, tapi kamu lupa siapa diri mu yang hanya butiran debu baginya," gumamnya dalam hati melihat Jendra yang seperti tidak merasa bersalah dengan kejadian waktu itu.
Dan tiba-tiba saja ada sosok wanita cantik yang berjalan menghampirinya dan duduk di pangkuan Jendra. "Sayang, kamu jadikan antar aku nanti," ucap wanita itu dengan jelas.
Membuat Vika semakin merasakan sakit di hatinya, merasa sudah di permaikan oleh pria bajingan ini.
Dan karna tidak tahan lagi, dia memilih untuk pergi dari kelas dan berjalan ke arah luar.
Sedangkan Jendra hanya diam dan menatap kepergian Vika, tanpa sama sekali ada rasa ingin menjelaskan atau hanya sekedar menyapa saja.
To be continue.
*Jangan lupa sedakah Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya**😘😘 *
Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh 😭😭😭
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
Follow IG Author @Andrieta_Rendra
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!