NovelToon NovelToon

Aku Bukan Pelakor

BAB 1

Peringatan!!!........

Yang masih bocil dilarang ikut ikutan membaca bacaan orang gede (21+),😁😁😁🤭

Sequel dari Takdir Cinta Millaerin, (Mega dan Eki).

Mega adalah gadis yatim piatu yang berasal dari sebuah panti asuhan bernama panti asuhan kasih Bunda.

Bukan sembarang gadis yatim piatu dari panti asuhan, karena Mega adalah gadis yang memiliki paras cantik dengan tubuh yang proporsional bak model.

Dulunya ia bekerja sebagai pegawai part time dan akhirnya bertemu dengan sosok laki-laki yang bisa meluluhkan hatinya.

Laki-laki itu bernama Eki seorang anak konglomerat yang menjalankan sebuah perusahaan besar.

Seorang pria yang ditakuti oleh banyak orang karena terkenal dengan sifat dinginnya.

Sayangnya pria itu memiliki kelainan. Pria itu mengidap penyakit insomnia.

Bukan penyakit insomnia biasa, Karena pria itu benar-benar sulit untuk tidur sehingga Ia membutuhkan dokter khusus yang selalu mengontrol kesehatannya.

Bahkan untuk tidur saja Eki memerlukan seorang dokter yang khusus membunyikan alat musik untuk mengantarnya tidur.

Tapi pria dingin dan kaya raya itu akhirnya menemukan obatnya ketika ia bertemu dengan Mega.

Ya entah kenapa pria itu merasa sangat nyaman ketika tidur bersama Mega ia akan tidur dengan lelap dan merasa sangat nyaman.

Dari situlah awalnya Mega dibayar untuk menemaninya tidur setiap malam dan akhirnya ia jatuh cinta pada gadis itu.

Eki dan Mega sama-sama saling mencintai tapi kegengsian keduanya membuatnya sulit untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Eki adalah pria kejam yang dingin dan tidak banyak berbicara. Apalagi untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis yang ia cintai yaitu Mega.

Sedangkan Mega tentu saja tidak berani mengatakan perasaannya pada karena ia selalu berpikir bahwa ia berada di samping Eki karena uang.

Ya, awalnya ia merasa senang karena hanya membuat pria itu tidur lalu ia mendapat gajinya setiap bulan.

Tapi suatu malam ia menjadi gadis yang nakal dan ingin mencoba anggur bekas minum Eki.

Dimana malam itulah akhirnya Mega kehilangan kesuciannya ia akhirnya tunduk di bawah perlakuan Eki.

Saat itu juga Mega merasa dirinya sudah berubah menjadi seorang gadis yang menjajakan tubuhnya untuk menikmati kemewahan.

Tapi ia tidak bisa lepas dari pria itu, di satu sisi, ia jatuh cinta pada Eki. Di sisi lain ia sudah biasa dimanjakan dengan harta, jadi Mega akan kesulitan bila tiba-tiba ia jatuh miskin.

Dan yang paling penting, Eki tak akan membiarkannya hidup dengan tenang jika ia berniat meninggalkan pria itu.

Mega melihat tas yang baru saja ia beli. Tas merek Hermes yang merupakan keluaran terbaru.

"Aku tidak akan bisa memiliki ini tanpa uang, opps,, maksudku tanpa pria kaya itu." Ucap Mega mengelus lembut bayi baru kesayangannya itu.

"Kau belanja lagi?" Seorang pria keluar dari kamar mandi.

Pria itu adalah Eki, lelaki yang tak memiliki perasaan, lelaki yang paling disukai sekaligus di benci oleh Mega.

"Ya,, hanya membeli kacang goreng." Ucap Mega seraya tersenyum dalam hati.

'Kacang goreng untukmu, tapi untuk beberapa orang, ini adalah kemustahilan!' gumam Mega.

"Aku mau tidur." Ucap Arka bejalan ke lemari pakaian.

Ya, sedari tadi Arka hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggang pria itu.

Tapi Mega sudah terbiasa dengan kelakuan Eki, jadi ia hanya cuek saja. Mega kemudian bangkit berdiri, ia menggendong bayi kesayangannya dan membawanya ke sebuah rak yang berisi tas-tas mewah miliknya.

"Diam di situ, aku akan memamerkanmu dalam beberapa hari ke depan." Ucap Mega tersenyum.

Mega kemudian berjalan ke arah ranjang dan merapikan buku-buku Eki yang berantakan di atas tempat tidur.

Yup, selain bekerja keras, pria itu juga hobi membaca, membaca majalah yang membahas tentang bisnis, bisnis, bisnis, dan bisssssssnis!!!!......

Setelah selesai membereskan buku, Eki juga telah datang. Pria itu segera naik ke tempat tidur dan mengambil posisi yang nyaman.

Eki mengulurkan tangannya pada Mega. Gadis itu tersenyum padanya lalu berjalan ke arah Eki dan masuk ke pelukan pria itu.

"Kau hanya ingin tidur kan?" Tanya Mega.

"Mm,," jawab Eki.

Mega bisa benafas lega sekarang. Ia tidak perlu melayani pria itu lagi.

Apa lagi tadi siang ia sudah lelah berkeliling mol bersama sahabatnya.

Pagi harinya ketika Mega bangun, pria itu sudah tidak ada.

Mega memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya yang masih tersisa.

Mega mengerjakan komiknya sampai siang hari. Ia berhenti ketika seseorang menekan bel apartemennya.

Apartemen itu ialah salah satu apartemen Eki yang sangat privasi.

Baru dua orang saja yang pernah datang ke tempat itu, sahabatnya dan sahabat Eki. Erin dan Arka.

Mega begitu heran, tapi ia tetap saja pergi untuk melihat Siapa yang datang.

Dan ternyata yang datang ialah seorang gadis yang tak ia kenal.

Tentu saja ia mengabaikan Gadis itu dan dan berbalik untuk meninggalkan pintu apartemen.

Belum beberapa langkah ia menjauh ketika ia mendengar gadis itu menekan beberapa tombol pada pintu.

"Apa yang dilakukannya?" Pikir Mega mengamati gadis itu.

"Sial! Kenapa kode yang diberikan ini salah?" Gerutu Elen.

"Siapa gadis itu? Apa dia pikir apartemen ini sembarang apartemen yang bisa di kunjungi?" Pikir Mega.

Mega belum mengatakan apa pun ketika gadis itu melakukan sebuah panggilan telpon.

"Aku sudah berada di apartemen sesuai dengan informasi yang kau berikan. Tapi password yang kau berikan padaku salah!

Apa kau sedang mempermainkanku?"

"-"

"Kau!!" Elen langsung mematikan ponsel itu dan berdecak dengan kesal.

Gadis bertubuh langsing itu kembali masuk ke dalam lift.

"Siapa sih gadis itu?" Pikir Mega sebelum ia berbalik untuk kembali mengerjakan komiknya.

Belum beberapa menit ia menggambar, ponselnya juga berdering.

"Ada apa?" Tanyanya pada Eki di seberang telpon.

"Apa seseorang datang ke rumah?"

"Mm, ya, seorang gadis. Kau tahu?" Tanya Mega.

"Tutup saja pintunya. Jangan pernah membukanya."

"Baiklah." Jawab Mega dengan cuek lalu kembali menggambar.

Sayangnya, ia sudah tidak fokus untuk menggambar lagi, jadi Ia memutuskan untuk membuka media sosialnya.

Betapa kagetnya ia ketika membaca berita terpanas yang sedang menjadi pembicaraan semua orang.

Berita tersebut membahas pertunangan Eki dengan seorang gadis yang merupakan anak dari salah satu konglomerat.

Seorang komikus yang sangat terkenal bernama Elena Lorenza.

"Gadis ini!" Mega tak percaya ketika ia melihat foto gadis yang baru saja datang di depan pintu apartemennya.

"Dia tunangannya Eki?" Mega memejamkan matanya dan mengepal kuat tangannya. Apa ini saatnya ia akan berpisah dengan orang yang dicintainya itu.

Beri like dan tambahkan ke favorit....🙏❤️

Selanjutnya, tolong bagi pembaca yang belum cukup umur (-21) supaya tidak lanjut membaca...

BAB 2

Dua malam telah berlalu sejak berita Eki dan Ellen telah menyebar, tapi pria itu belum juga kembali ke apartemen.

Ini adalah malam ketiga, Mega berdiri di balkon kamar memandangi bangunan-bangunan tinggi yang masih sibuk.

"Dia tidak pulang lagi." Ucap Mega sambil tersenyum.

Mega menghabiskan teh di tangannya lalu kembali masuk ke dalam rumah.

Ia sedang mencuci gelas gelasnya ketika seseorang tiba-tiba saja datang dan memeluknya dari belakang.

Pria itu menciumnya dengan tidak sabaran, seolah ada dendam di balik ciumannya.

"Kau sudah kembali." Kata Mega seraya berbalik melihat wajah Eki. Pria itu terlihat lelah dengan kantong mata berwarna hitam menghiasi matanya.

Mega bisa menebak kalau Eki sudah tidak tidur sepanjang malam pria itu tak bersamanya.

"Aku merindukanmu," Kata Eki kembali membungkam Mega dengan bibirnya.

Pria itu tak sabaran terus memperdalam bungkamannya hingga kini tangannya telah berlabuh kemana-mana.

"Kita pindah ke kamar," ucap Mega di sela-sela kesibukan Eki.

Eki langsung menuruti keinginan Mega, ia menggendong gadis itu ke kamar.

Begitu di baringkan di tempat tidur, Mega langsung menahan berat tubuh Eki yang menimpahnya.

"Jangan buru-buru," ucap Mega saat melihat pria itu mulai melepaskan pakaian mereka dengan brutal.

Eki memandangi gadisnya dan mulai memperlambat gerakannya.

Cup!

Sebuah ciuman hangat lalu di ikuti ciuman dalam.

Mega mengeratkan pelukannya pada Eki kala pria itu dengan tidak sabarnya meraba tubuh Mega.

"Mmmh,," Desahnya menancapkan kukunya di punggung Arka.

"Kau basah sayang," kata Eki dengan suara beratnya saat ia menggapai bagian selatan Mega.

Mega sudah kepanasan dan nafasnya memburu. Semua titik sensitifnya telah di raih oleh pria itu.

"Bisakah kau memasukkannya sekarang?" Ucap Mega di sela-sela desahannya.

"Jangan buru-buru," Eki mengembalikan ucapan Mega.

Dengan kuat Mega melingkarkan kakinya di pinggang Arka, "Kau! Cepatlah!! Ini,, ngghh.."

Eki memperhatikan wajah Mega yang memohon, selain nafasnya yang memburu, wajah gadis itu juga memerah.

Hal itu semakin membuatnya merasa tertantang untuk memuaskan gadis itu.

"Aku akan memberikanmu," Kata Eki seraya mulai memposisikan benda di selatan agar tepat pada sasarannya.

Plop!

Dengan satu hentakan, Mega menjerit keras. 3 hari mampu membuatnya sangat merindukan aktifitas intimnya dengan Eki.

Dasar pria yang membuatnya kecanduan!

Dengan gerakan lambat mengawali pertempuran mereka, Mega di tuntun Eki untuk mengimbangi gerakannya.

"Sayang!! Emhh! Pelan!" Jerit Mega saat pria itu semakin mempercepat irama permainan mereka.

"Tidak, ini,, ini enak! Akhh"

Suara kenikmatan terus bergema dari kedua insan itu hingga akhirnya keduanya terkulai lemas di tempat tidur.

Eki langsung memeluk Mega lalu menghirup aroma manis gadis itu. Aroma menenangkan itu segera membuatnya mengantuk.

Mata yang tak dipejamkan selama 3 hari terakhir akhirnya tertutup rapat membawa Eki ke alam mimpi.

Pagi hari segera tiba, cahaya matahari masuk melalui jendela kamar.

Mega mengucek matanya dan mendapati kamar itu telah kosong lagi.

Eki sudah tak berada di kamarnya.

"Dia pergi lagi," ucapnya lirih. Tak biasanya pria itu bersikap seperti itu, tak berpamitan padanya. Bahkan pesan saja tak ditinggalkan.

Mega segera menyelesaikan rutinitas paginya. Ia memiliki jadwal untuk bertemu dengan Rando.

Mega langsung melajukan mobilnya ke sebuah pusat perbelanjaan tempat mereka janjian.

"Mega!" Panggil Rando menghampiri gadis itu.

"Kau sudah lama menunggu?" Tanyanya merasa bersalah.

"Aku baru saja datang, ayo!" Kata Rando memegang tangan Mega dan menarik gadis itu melewati beberapa pengunjung.

"Kenapa buru-buru?" Tanya Mega dengan kesal karena ia menggunakan hells yang menyiksanya jika terus berlari.

"Kau tidak nyaman?" Rando segera berhenti dan memperhatikan hells milik Mega.

"Tidak apa, kita berjalan pelan saja." Ucap Mega lalu keduanya melanjutkan perjalanan mereka.

Hari ini keduanya berencana membelikan pakaian untuk anak sahabat mereka.

Setelah beberapa waktu berjalan, akhirnya mereka tiba juga di salah satu toko yang masuk ke daftar kunjungan mereka.

"Kan penuh, kita ke toko lain saja." Kata Rando saat mereka tiba dan toko itu penuh dengan pengunjung.

Ya, hari ini memang hari raya jadi sangatlah wajar jika pusat perbelanjaan dipenuhi orang.

Sebenarnya toko itu tidak terlalu ramai, tapi Rando tidak mau mood Mega jadi terganggu oleh banyak orang.

Akhirnya mereka mengunjungi 3 toko dan situasinya sama semua. Terlalu ramai menurut Rando.

"Tidak apa, kan masih ada satu toko," ucap Mega berjalan ke sebuah toko yang dikenal menjual barang-barang mewah untuk anak-anak.

"Kau yakin?" Tanya Rando karena ia tahu toko itu adalah sala satu toko milik Ellen. Ia sudah membaca semua informasi tentang Ellen.

Jadi ia merasa tidak enak membawa Mega ke tempat milik Ellen, saingan cinta Mega.

"Tidak masalah, lagi pula ia tidak akan ada di tokonya." Ucap Mega dengan percaya diri.

Lagi pula, tidak ada yang mengetahui hubungannya dengan Eki, kecuali beberapa teman dekat Eki saja.

"Baiklah." Keduanya pun memasuki toko itu.

Memang selain toko itu milik Ellen, barang-barang disana juga mahal, jadi hanya orang berkantong tebal saja yang masuk ke toko itu.

Sebabnya, toko itu tidak terlalu ramai.

"Selamat datang," ucap para pelayan dengan wajah ramah mereka.

"Apa yang bisa kami bantu?"

"Kami mencari pakaian untuk anak laki-laki berumur 4 tahun." Kata Rando.

"Silahkan ke arah sini," ucap sala satu pelayan lalu memandu mereka.

"Ini terlihat sangat cocok dengan Arin." Ucap Mega mengangkat sebuah kemeja berwarna abu-abu.

"Ya, aku rasa jika di cocokkan dengan celana dan sepatu di manekin akan sangat pas." Ucap Rando menunjuk sala satu manekin.

"Ya, itu terlihat sangat bagus. Ayo membeli mereka." Ucap Mega langsung menjatuhkan pilihannya.

"Ok," jawab Rando

"Baik, saya akan mebungkusnya." Pelayan yang benar-benar senang karena kedua orang murah hati itu.

Biasanya jika ia melayani pembeli, ia akan kerepotan membujuk mereka belanja. Orang-orang kaya memiliki kepribadian pemilih dan sombong hingga begitu sulit di senangkan hatinya.

Pelayan dengan hati-hati membungkus pakaian yang akan di beli oleh Mega dan Rando.

"Eh, Mbak, saya lupa. Itu adalah hadiah, jadi tolong dibungkusnya pake kertas kado yang imut." Ucap Mega.

"Oh, saya pikir ini untuk anak kalian, jadi saya membungkusnya dengan biasa." Kata pelayan itu sambil tersenyum.

Ia mengira Rando dan Erin adalah sepasang kekasih yang sedang berbelanja bersama.

"Eh,, enak ajah! Mbak denger ya, kalau di dunia ini cuma ada dia dan manekin itu!" Rando menunjuk sebuah manekin. "Saya lebih pilih menikah dengan manekin dibanding gadis ini!" Ucapnya.

"Apa?! Kau gila ya! Aku dibandingin sama manekin, manekinnya lebih di pilih!" Mega merasa kesal.

"Oh, jadi kamu berharap aku memilih kamu?! Hahaha,, lucu sekali seorang gadis jelek berharap di pilih oleh pangeran tampan sepertiku!" Rando tertawa keras.

"Lelaki tengik! Dengar ya, ada kamu dengan babi pun tidak bisa dibandingkan kejelekannya!"

"Jelas tidak bisa, aku kan super tampan. Masa lelaki tampan dibandingkan dengan babi yang mirip sepertimu?! Hahaha.."

Mega merasa sangat kesal dan segera menginjak kaki Rando. Tak lupa pula ia memukul pria itu hingga membuat Rando terjepit ke dinding.

"Kurang ajar! Beraninya kau menghinaku!

"Hahah,, jangan marah, wajahmu jadi kelihatan seperti wajah babi!"

"Sialan!"

Tak jauh dari mereka, dua pasang mata memandang mereka dengan tatapan berbeda.

Jangan lupa tekan tombol like,,,

BAB 3

"Wah,, wah,, wah,,! Dua orang miskin ternyata sedang belanja di toko elit." Ellen menghampiri Mega dan Rando.

Dua orang yang sedang bertengkar itu segera menghentikan aktivitas mereka dan melihat dengan kaget ke arah Eki dan Ellen.

"Sayang, aku rasa kita harus membayarkan belanjaan mereka deh. Kasihan kan orang miskin udah di bungkusan belanjaannya tapi nggak mampu bayar!" Ucap Ellen seraya tersenyum sinis.

"Eh ayam betina! Kau pikir kita tidak mampu membayar? Mulut kayak ember gak ada saringannya!" Ucap Rando dengan kesal.

Tapi ia segera terdiam saat melihat tatapan orang yang ada di samping Ellen. Aura menakutkan pria itu tak mampu membuatnya membuka mulut untuk memarahi Eki.

"Tidak usah berurusan dengan mereka, ayo membayar lalu pergi." Ucap Mega segera mengeluarkan kartu miliknya dan memberikannya pada pelayan.

"Wow gold card? Gadis miskin punya juga kartu sepeti itu ya? Dapat dari mana? Oh,, dibiayai om senang ya?" Kata Ellen melihat sinis pada Mega.

Rando sangat ingin membela, tapi ia memberi kesempatan pada Eki untuk melakukannya.

Sayangnya, apa yang ia tunggu tidak terjadi juga. Pria itu hanya diam menatap datar pada Mega, seolah Eki tak mengenal Mega.

’Bah!!! Sungguh pria luar biasa! Ia sedang bersama gadis lain di depan kekasihnya, tapi tetap santuy sepeti berjemur di pinggir pantai.

Pria kaya memang menakjubkan!' Pikir Rando sambil menggertakkan giginya.

Ellen melihat Mega tak terpengaruh sama sekali, ia jadi merasa kesal. Ia seolah berbicara pada batu.

"Pelayan, tidak usaha memotong uang mereka. Aku akan memberikan pakaian itu secara cuma-cuma.

Ya,, itung-itung sebagai sumbangan buat fakir miskin agar mereka tidak usah menjual tubuhnya lagi untuk mendapatkan kemewahan!" Ucap Ellen dengan santai.

"Kau!" Rando sangat marah, tapi ia hanya bisa menatap Ellen, pria di samping Ellen begitu menakutkan untuknya.

"Tidak apa, yang dikatakannya memang benar," ucap Mega menghentikan Rando. "Kalau begitu, terima kasih untuk hadiahnya hari ini. Nona Ellen sangat baik."

Mega langsung meraih belanjaannya dan keluar dari toko itu menyeret Rando.

"Gadis itu!!" Ellen tak bisa menahan amarahnya, apa lagi saat ia melihat Eki menoleh ke arah mereka.

"Selesaikan urusanmu." Ucap Eki setelah ia sudah tidak melihat Mega.

Ellen menggertakkan giginya "Tidak jadi, ayo kita ke bioskop saja. Aku dengar ada film romantis hari ini." Katanya lalu merangkul Eki.

"Aku tidak bisa lama-lama." Ucap Eki dengan wajah datarnya namun tetap membiarkan Ellen bergelayut di lengannya.

"Tidak! Aku sudah meminta waktumu hari ini, kau sudah berjanji akan menemaniku jalan-jalan. Sekarang aku mau nonton bioskop!"

"Ayo pergi." Ucap Eki membuat suasana hati Ellen segera membaik. Keduanya berjalan ke luar toko dan pergi ke bioskop.

Kau baik-baik saja?" Tanya Rando ketika mereka sudah menjauh dari toko sebelumnya.

"Tidak apa, lagi pula mereka sudah bertunangan aku tahu posisiku. Sekarang ayo kita ke bioskop, ayo menonton film aksi yang menegangkan!" Ucap Mega menarik tangan Rando.

"Hei! Jangan berlari, kakimu akan sakit !" Rando memperingatkan gadis itu.

"Aku baik -baik saja." Ucap Mega tanpa memperlambat langkahnya.

Keduanya segera tiba di bioskop, mereka mengantri untuk membeli tiket.

"Apa kau yakin ingin menonton film ini?" Tanya Rando saat mereka salah jalur.

Harusnya mereka menonton film laga, tapi mereka malah berada di antrian film romantis yang baru saja rilis.

"Tenang saja, aku bisa kok." Kata Mega tersenyum. Ia tahu, pria itu menghawatirkannya yang baru saja melihat Eki bersama gadis lain.

Tapi dari pada film itu menjadi basi nanti, lebih baik saat ini saja menontonnya. Selagi ada waktu luang.

Akhirnya setelah 30 menit menunggu mereka selesai membeli tiket dan juga cemilan yang banyak.

Keduanya kemudian memasuki ruang bioskop dan duduk di kursi sesuai dengan nomor tiket mereka.

Lampu dia bioskop masih dinyalakan jadi semua orang masih bisa dilihat.

Karena keduanya membeli tiket biasa jadi mereka duduk bersampingan dengan banyaknya orang yang akan menonton film baru itu.

"Aku harap film ini tidak mengecewakan." Kata Mega sambil membuka bungkus cemilannya.

"Ya, aku harap kau tidak kembali bunuh diri saat melihat keromantisan film ini." Ucap Rando mengejek Mega.

Ia tidak tega mengejek gadis yang baru saja patah hati itu. Tapi ini satu-satunya cara yang ia pikirkan agar gadis itu tertawa.

"Bangsat!! Kau pikir aku sebodoh itu? Gila ya kamu!" Ucap Mega sambil tertawa dan memukul lengan pria itu.

"Haha,, aku pikir selain jelek seperti babi, kau juga bodoh seperti babi, ternyata aku salah. Haha..."

"Tentu saja, jadi sekarang aku mengakuiku pintar 'kan? Jangan pernah menyebutku Mirip babi lagi! Atau kau akan kujadikan sate babi!"

"Pfft, aku tidak bilang kau mirip babi aku justru bilang kau lebih bodoh dari babi! Haha..."

"Sialan kau!" Pekik Mega kembali memukul Rando.

Keduanya terus bercanda, sementara di lantai atas di salah satu kursi VIP, Ellen merangkul tangan Eki dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.

Ia begitu senang jadi ia tidak memiliki waktu untuk memperhatikan bahwa di bawah ada Mega dan Rando yang juga ikut menonton.

Tapi berbeda dengan Eki yang langsung melihat Mega ketika Gadis itu memasuki ruangan.

Tatapannya terus tertuju pada gadis yang terus bercerita heboh bersama Rando.

Dimatanya terdapat sorot kecemburuan yang ditujukkan pada Mega.

"Sayang, aku akan ke toilet sebentar," ucap Ellen saat ia merasakan panggilan alam yang begitu mengganggu.

Eki tak mengatakan apapun dan membiarkan Gadis itu melakukan apapun yang ia mau.

Hanya saja ketika Elen sudah lama pergi, ia kemudian bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan tempat itu.

Setelah ia berada di parkiran, ia kemudian meraih ponselnya dan menelpon Mega.

Panggilan itu berdering 3 kali, tapi tak ada jawaban dari Mega.

Eki berdiam diri selama beberapa saat sebelum mengirim pesan teks.

"Aku menunggumu di parkiran."

Lampu di bioskop sudah di matikan. Mega pun mematikan nada dering ponselnya agar tak dan yang mengganggu momen sakralnya menikmati film romantis.

Sampai film itu selesai, Mega baru menyalakan ponselnya dan melihat pesan dari Eki.

Ia tersenyum kecut dan mengabaikannya.

"Apa kita pulang sekarang?" Tanyanya pada Rando.

"Emmh, ya, aku harus pergi ke cafe." Jawab Rando melirik jam tangannya.

"Ya sudah, aku juga memiliki perkejaan." Ucap Mega lalu keduanya berjalan ke luar pusat perbelanjaan.

"Aku akan mengantarmu pulang." Ucap Rando ketika ia melihat Mega dengan wajah yang lesu.

"Tidak perlu, aku masih sanggup menyetir kok."

"Kau yakin?"

Mega langsung menendang pria itu "Sialan kau! Kau pikir aku begitu lemah?!".

"Haha kali ajah kau berencana melompat bersama mobilmu ke sungai!" Ejek Rando pada gadis itu.

"Kau!!! Aku akan membuatmu jadi sate babi!!" Teriak Mega mengejar pria yang sudah berlari ke mobilnya.

"Awas saja kau! Sampai kita bertemu lagi, jangan salahkan aku membawa panggangan untukmu!" Teriak Mega sebelum berbalik menuju mobilnya.

Tapi ia begitu kaget ketika ia tiba di mobilnya dan mendapati pria itu sedang bersandar di depan mobilnya.

Mega mengacuhkannya dan langsung masuk ke kursi kemudi. Sayangnya, pria itu tidak melepaskannya dan ikut duduk di kursi penumpang depan.

"Kau lama sekali." Ucap Eki memasang sabuk pengamannya dan duduk bersandar sambil memejamkan mata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!