NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Shavira

Prolog

Cerita ini mengisahkan tentang Khalid Putra Hanggana atau yang biasanya disapa Ical untuk menemukan dan mendapatkan cinta seorang Shavira, Gadis yang dijumpainya setahun yang lalu. Pertemuan pertama mereka karena suatau ketidaksengajaan berhasil mencuri hati Ical. Tanpa disadarinya mereka beberapa kali berada di tempat yang sama. Hingga akhirnya saat Ical hijrah ke kota Malang, dia berhasil menemukan jejak sang gadis melalui Bundanya. Ical pun semakin bersemangat untuk mendapatkan cinta dari Shavira.

Ical, atau anak dari Rio dan Sissy, dia adalah keturunan jawa dan sunda. Ical memiliki saudara kembar perempuan yang bernama Khansa Putri Hanggana, atau biasa dipanggil Aca.

Ical dan Aca menghabiskan masa ksekolahnya di Malang. Lalu mereka berkuliah di Bandung.

Aca sudah menikah dengan Difan dan kini mereka serta anak mereka Dea, tinggal di kota Bandung.

Ical dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih. Ayah dan Bunda selalu memberikan perhatian penuh pada anak - anak nya. Meski begitu mereka tak pernah dimanjakan. Mereka berdua tumbuh menjadi anak yang penuh cinta dan saling menyayangi satu sama lain.

Di sisi lain, Shavira Amalia atau biasa dipanggil Avi, tumbuh dan besar di panti asuhan. Kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan. Kedua orangtuanya yang merupakan perantau dari Sumatra tidak meninggalkan jejak keluarganya sama sekali. Sepeninggal kedua orangtuanya, Avi dirawat oleh seorang nenek tetangganya. Sayangnya sang nenek pun meninggal terpeleset di kamar mandi hingga akhirnya seorang wanita membawanya ke sebuah panti asuhan. Meski tanpa kasih sayang keluarga tapi Avi tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pemberani. Dia berhasil mendapatkan beasiswa dari SD sampai SMA hingga bisa kuliah di sebuah PTN di Bandung. Untuk membantu ibu panti mencukupi kebutuhan sehari harinya, Avi memberikan les tambahan. Hingga sebuah peristiwa kebakaran terjadi dan menewaskan sang ibu panti dan beberapa anak panti yang masih kecil. Dia akhirnya mengambil alih secara penuh tanggung jawab menyekolahkan adik yang tersisa. Dia mendapatkan pekerjaan merawat Ibu dari saudara temannya. Hingga akhirnya dia sudah lulus kuliah dan memilih kembali ke Malang untuk menyusul adik - adiknya yang memilih tinggal di pondok pesantren di Malang.

...***...

Sudah setahun ini Ical pindah ke Malang dan mulai membuka usaha sendiri disana.

Ical sedang mengantar Sissy untuk berbelanja. Karena hari ini Aca, Difan dan anaknya yang masih bayi akan datang liburan ke Malang.

Ical meninggalkan Bundanya untuk mengambilkan barang yang ada di deretan yang agak jauh.

Setelah mengambil barang yang disuruh Sissy, Ical pun kembali menuju Sissy yang sedang memilih buah - buahan. Tampak olehnya sang Bunda sedang berbincang dengan seorang wanita berhijab. Saat sekilas tampak wajah wanita itu, Ical segera mempercepat langkahnya. Dia sangat yakin wanita itu adalah sosok yang dicarinya selama ini.

"Loh Bun. Wanita yang tadi bicara sama Bunda kemana ?" Ical tak menemukan wanita itu saat sudah ada di samping Sissy.

"Oh dia pergi kesana." Sissy menunjuk ke arah kasir. Ical langsung menyimpan barang yang dibawanya ke dalam troli dan bergegas menyusul wanita itu.

"Cal, Kamu mau kemana ? Kok Bunda ditinggalin ?" teriak Sissy.

"Bentar Bun. Urusan penting." jawab Ical sambil mempercepat langkah kakinya.

Ical mencari ke setiap kasir tapi wanita itu tak nampak juga. Akhirnya Ical kembali ke Bundanya dengan langkah gontai.

"Kamu kenapa lesu gitu sih Nak ?" tanya Sissy sambil menatap sang anak.

"Gak apa - apa Bun." jawab Ical sambil menunduk.

"Kamu yakin ?" Sissy sangat yakin ada sesuatu yang terjadi dengan anaknya.

"Iya. Ayo Bun kita cepetan pulang. Nanti Aca keburu datang." Ical coba mengalihkan pembicaraan. Sissy sangat yakin hal yang mengganggu putranya berkaitan dengan wanita tadi.

"Apa Ical kenal dengan wanita tadi ya ? anaknya sih ramah." gumam Sissy dalam hati. Sepanjang perjalanan pulang Sissy terus memikirkan hal itu hingga tanpa disadarinya merka sudah sampai di rumah.

"Bun, kita udah sampai loh. Kenapa Bunda diam aja." tanya Ical yang melihat Sissy melamun.

"Bun.. Bunda..." Ical menggerakkan tangannya di depan muka Sissy karena gak ada tanggapan.

"Eh iya. Udah sampai ya. Maaf Bunda melamun." jawab Sissy.

"Bunda mikirin apa sih ?" tanya Ical.

"Mikirin wanita tadi yang ngobrol sama Bunda. Orangnya cantik, lembut, sopan." Sissy sengaja ingin memancing reaksi Ical.

"Bunda kenal ?" tanya Ical.

"Namanya Avi. Bunda kenal sama dia di tikonya temen Bunda. Dia dulu kerja disana tapi sekarang sudah berhenti. Kamu kenal ?" Sissy balik bertanya.

"Ooh. Gak Bun gak kenal." Kata Ical singkat.

"Ternyata wanita tadi benar Avi." Gumam Ical dalam hati.

Sebenarnya Ical penasaran juga dengan cerita Bundanya tapi dia pura - pura tidak tertarik biar Bundanya gak curiga. Biarlah dia mencari tahu sendiri keberadaan Avi. Kalau memang Avi jodohnya pasti akan dipertemukan bagaimanapun caranya.

Hai.. Akhirnya cerita ini berhasil tayang juga ya. Semoga kalian suka dengan jalan ceritanya.

Bagi vote atau Bunga atau secangkir kopi 😁😁

Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Geng Pelangi" yang menceritakan kehidupan Sissy, Zizi, Yoan dan Amira sebelumnya.

Bagi yang belum baca cerita tentang kisah orangtua Ical juga bisa baca "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" atau bisa buka di bio saya ya..

Like 👍 Komen dan Vote ✌✌

ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..

Makasih 🙏🙏🙏

Bersambung

#1 Memulai Usaha Sendiri

Setelah lulus dan wisuda dari universitasnya, akhirnya Ical memutuskan untuk kembali ke Malang dan membangun usahanya sendiri.

"Kamu yakin mau balik ke Malang Cal ?" tanya Aca, saudara kembarnya.

"Yakin bangetlah. Aku ingin buka usaha disana." jawab Ical tanpa mengalihkan pandangannya dari gadget yang dipegangnya.

"Trus usaha kamu yang disini gimana ?" tanya Aca lagi.

"Udah aku serahin sama Irwan. Biar dia nerusin sendiri." Ical memandang sekilas Aca. Dilihatnya mata Aca sudah mulai berkaca - kaca.

"Kenapa kamu jadi sedih gitu ?" Ical menatap Aca dengan khawatir.

"Entahlah. Tapi kita kan belum pernah berpisah jauh." Aca mulai menangis.

"Ya ampun Ca. Kamu itu udah menikah, sedang hamil. Aku juga nantinya pasti akan menikah jadi cepat atau lambat kita akan hidup terpisah lah." Ical mengusap lembut punggung Aca.

"Tapi aku gak bisa kalau jauh sama kamu." kata Aca disela tangisannya.

"Harus bisa Ca. Kamu sekarang punya Kak Difan. Gak bisa selamanya bergantung sama aku. Hargai suami kamu." Ical mengangkat dagu Aca agar melihatnya.

"Tapi kamu harus janji selalu kabarin aku tiap hari ya." Aca menggenggam tangan Ical.

"Gak tiap hari juga Ca. Tapi aku akan selalu kasih kabar. Ayolah Ca. Kita udah dewasa dan punya kehidupan masing - masing. Aku juga udah tenang melepas kamu dengan Kak Difan." Ical menarik Aca dalam pelukannya.

"Makasih ya Cal. Selama ini selalu jagain aku." Bisik Aca dalam pelukan Ical.

"Itu sudah tugasku sebagai saudara laki - laki kamu." Ical membalas pelukan Aca. Kenapa jadi serasa mereka sepasang kekasih yang akan terpisah jauh.

Keesokan harinya Difan dan Aca mengantar Ical ke stasiun. Ical memilih pulang dengan naik kereta api.

"Kayaknya kereta nya udah datang. Langsung naik aja yuk." kata Ical.

"Cal, hati - hati di jalan ya." kata Difan sambil membantu Ical membawa kopernya.

"Makasih Kak. Ca, aku pergi dulu ya." Ical memeluk Aca.

"Iya. Baik - baik di Malang ya." kata Aca yang matanya sudah mulai berkaca - kaca.

"Kamu juga baik - baik disini. Jaga keponakan aku ya." Ical mengusap perut Aca yang sedikit buncit.

Tak berapa lama suara pemberitahuan bahwa kereta akan segera berangkat pun terdengar. Aca dan Difan langsung turun dari kereta. Difan merangkul bahu Aca yang masih menangis sambil menunggu kereta berangkat.

"Yuk, kita pulang." kata Difan setelah kereta jauh dari pandangan.

"Kak, aku lapar." bisik Aca malu - malu.

"Hahaha. Iya ayo kita makan dulu. Mau makan apa ?" tanya Difan sambil mengelus kepala Aca.

"Pengen yamin." kata Aca.

"Lets go." Difan menggandeng tangan Aca menuju mobil.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Keesokan harinya kereta pun tiba di stasiun kota Malang. Ical memilih untuk sarapan nasi rawon di warung favoritnya di daerah stasiun.

*kring.. kring... *

"Cal, kamu udah sampai ?" tanya Sissy.

"Udah Bun. Tapi Ical lagi makan rawon dulu nih." kata Ical.

"Kenapa jajan sih Nak ? Kan Bunda masak." protes Sissy.

"Ya mumpung disini Bun. Nanti masakan Bunda pasti akan Ical makan kok." kata Ical.

"Iya deh. Kamu pulang naik apa ?" tanya Sissy lagi.

"Gampang lah Bun. Naik taksi online aja." kata Ical.

"Nanti biar di jemput Ayah aja. Kebetulan Ayah juga mau ke cake shop." kata Sissy.

"Gak ngerepotin gitu ?" tanya Ical.

"Gaklah. Kan deket. Kamu tunggu aja disana." jawab Sissy.

"Iya Bun." Ical pun mematikan sambungan teleponnya.

Sejam kemudian Ical dan Rio sampai di rumah.

"Nih minum dulu. Kamu pasti capek." Sissy menyodorkan segelas teh tawar.

"Makasih Bun." Ical mencium tangan Sissy lalu mengambil gelasnya.

"Kamarmu udah diberesin. Mandi trus istirahat dulu." Sissy duduk di samping anaknya.

"Tau aja aku ngantuk Bun. Hehehe." Ical tersenyum menatap wanita yang telah melahirkannya.

"Ya taulah. Kan Bunda juga dulu sering traveling." Sissy mencubit lengan Ical.

"Oh iya ya. Ical ke kamar dulu ya Bun. Nanti masakan Bunda pasti aku makan setelah bangun tidur." pamit Ical.

"Oke." Sissy menjawab singkat.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Sudah 2 minggu Ical di Malang. Ical sudah mulai menjalankan bisnis design nya. Berbekal promosi dari mulut ke mulut dan beberapa teman saat SMA, sudah banyak yang memakai jasa Ical untuk mendesain flyer atau media promosi.

"Perkembangan usaha kamu gimana ?" tanya Rio saat mereka sarapan.

"Alhamdulilah Yah. Banyak yang pakai jasa Ical." jawab Ical.

"Alhamdulilah kalo gitu. Kamu kerja sendiri atau join sama teman ?" tanya Rio lagi.

"Ya Ical desain dari rumah lalu cetak nya ngikut ke temen." kata Ical.

"Cal, kamu belum ada niat bikin kantor untuk usaha kamu ?" Rio menatap anak lelakinya.

"Belum Yah. Biar banyak dulu klien nya sambil nyari - nyari tempat yang cocok." jawab Ical.

"Eh kalian nih ngobrol terus. Habisin dulu makanannya." tegur Sissy melihat piring Ical yang masih penuh.

"Iya Bun. Kalo butuh bantuan bilang sama Ayah ya !" kata Rio.

"Siap Yah." Ical pun melanjutkan sarapannya.

Siang itu Ical mengantar Sissy untuk berbelanja ke toko kain.

"Bun, aku tunggu sini aja ya. Bunda jangan lama - lama." kata Ical saat mereka sudah sampai si toko kain langganan Sissy.

"Oke. Kamu jangan kemana - mana ya." kata Sissy sebelum keluar dari mobil.

"Selamat siang Bu Rissya." Sapa salah satu pegawai di toko itu.

"Siang Mbak. Koh Dio nya ada ?" tanya Sissy.

"Ada Bu. Di sebelah sana." pegawai itu menunjuk ke arah dua orang yang sedang di depan deretan kain.

"Siang Koh. Lagi sibuk ya ?" sapa Sissy.

"Hai Si. Enggak, ini cuma lagi ngajarin pegawai baru aja." Dio melirik pada perempuan berhijab panjang itu.

"Saya mau ambil pesanan kain saya Koh." kata Sissy tanpa basa - basi.

"Kok buru - buru amat ?" tanya Dio sambil mengambilkan pesanan kain yang sudah dibungkus rapi.

"Iya nih soalnya ditungguin sama anak saya." Sissy menunjuk ke arah mobil yang terparkir di depan toko.

"Avi, kamu ingat - ingat ya Bu Rissya ini pelanggan tetap toko ini. Kalo beliau kesini lagi kamu harus layani dengan baik dan sopan." kata Dio.

"Siap Koh." jawab Avi sambil mengangkat sedikit kepalanya menatap Sissy.

"Semoga kamu betah ya kerja disini sama Koh Dio. Gak usah diambil hati kalo dia marah - marah." kata Sissy mencandai Avi, sang pegawai baru.

"Iya Bu." jawab Avi singkat.

"Sejak kapan aku jadi galak. Jangan bikin hoax kamu ya." Dio pura - pura tersinggung.

"Iya.. Iya.. Koh Dio ini bos paling baik." puji Sissy tulus.

"Lebay deh. Hahaha." kata Dio.

"Ya sudah. Saya pamit dulu ya. Semangat ya kerjanya Avi." Sissy berjalan menuju mobil.

"Ayo Cal. Kita pulang." ajak Sissy.

"Udah Bun ?" tanya Ical sambil menghidupkan mesin mobilnya.

"Udah. Kita mampir cake shop dulu ya." kata Sissy.

"Siap Bun." Ical sudah menjalankan mobilnya. Tanpa sengaja matanya menangkap sosok wanita yang dicarinya dari kaca spion. Ical spontan menginjak rem mobilnya.

"Kamu apa - apaan sih Cal. Ngerem mendadak gini." omel Sissy.

"Bun, Bunda kenal sama perempuan itu ?" Ical menunjuk ke arah toko kain.

"Perempuan mana ?" Sissy tak melihat siapapun didepan toko.

"Loh kok gak ada. Ya udahlah. Mungkin aku salah lihat orang." kata Ical dengan suara pelan.

"Aneh deh kamu. Ayo cepetan jalan, udah di klakson sama mobil lain." kata Sissy.

"Maaf Bun." Ical pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan toko kain.

Hampir aja Ical ketemu sama Avi ? Apakah mereka akan berjodoh ?

Bagi vote atau Bunga atau secangkir kopi 😁😁

Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Geng Pelangi" yang menceritakan kehidupan Sissy, Zizi, Yoan dan Amira sebelumnya.

Bagi yang belum baca cerita tentang kisah orangtua Ical juga bisa baca "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" atau bisa buka di bio saya ya..

Like 👍 Komen dan Vote ✌✌

ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..

Makasih 🙏🙏🙏

Bersambung

#2 Tentang Shavira (1)

Maafkan udah hampir sebulan baru bisa up lagi🙏🙏.. Saya lagi banyak hal yang harus diurus di dunia nyata.. Semoga bisa lancar menulis lagi.. 😊

...**Selamat Membaca 📖📖**...

Shavira atau yang biasa dipanggil Avi adalah gadis yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan di Bandung. Dulu, Ayah dan Ibu Avi berjualan buah di daerah kosambi. Hari itu, Ayah dan Ibu Avi akan membeli jeruk dari petani yang ada di daerah Subang. Hari itu Avi yang baru berumur 4 tahun tidak diajak dan dititipkan kepada seorang nenek tua tetangganya.

Hari sudah mulai senja saat Ayah dan Ibu Avi mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya ditabrak oleh sebuah mini bus dari arah berlawanan. Ayah dan Ibu Avi terhimpit di dalam mobil dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Pihak kepolisian lamgsung mendatangi rumah Avi untuk mengabarkan hal ini. Keluarga besar Ayah dan Ibunya tidak diketahui ada dimana.

Sejak saat itu Avi tinggal dan diasuh oleh nenek tetangganya yang biasa dipanggil Nini Iyoh.

"Neng, sekarang eneng tinggal sama Nini ya." kata Nini Iyoh sambil membelai kepala Avi.

"Avi mau nunggu Ayah sama Ibu. Kalau pulang mau bawain Avi boneka beruang yang besar." jawab Avi.

"Ayah dan Ibu sudah pergi Neng, Ketemu sama Allah." Nini Iyoh menatap mahluk kecil yang menjadi yatim piatu itu.

"Avi gak bisa ketemu Ayah sama Ibu lagi ?" mata kecil untuk mulai berkaca - kaca.

"Iya Neng. Sekarang Eneng tinggal sama Nini ya." ucap Nini Iyoh.

"Kenapa Ayah sama Ibu gak ngajak Avi ?" isak Avi.

"Eneng kan mau jadi anak pintar jadi harus sekolah yang tinggi ya biar bisa membanggakan Ayah sama Ibu." Nini Iyoh memeluk erat Avi. Avi pun hanya mengangguk sambil terisak dalam pelukan Nini Iyoh.

Avi hidup sederhana bersama Nini Iyoh. Setahun kemudian, Nini Iyoh pun meninggal karena terpeleset di sumur dan meninggalkan Avi sendirian.

"Nini...." panggil Avi sambil mengguncang tubuh nenek yang sudah merawatnya selama setahun terakhir ini.

"Avi, Nini udah menyusul Ayah dan Ibu kamu. Sekarang kamu tinggal sama Bu Rini ya." kata wanita yang bernama Rini itu.

"Kenapa Nini juga ninggalin Avi Bu ?" tanya Avi sambil menangis.

"Avi kan anak sholehah. Jadi harus kuat ya. Kita doain Ayah, Ibu dan Nini Iyoh biar mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah." Bu Rini mengelus kepala Shavira.

"Iya Bu." Avi pun

Shavira akhirnya dibawa ke sebuah panti asuhan.

Hari - hari Shavira diisi oleh kehangatan dan kasih sayang yang diberikan oleh Ibu Rini, sang pengelola panti asuhan. Bu Rini memperlakukan Shavira dan anak panti lainnya seperti anak kandungnya sendiri. Suami Bu Rini sudah meninggal 4 tahun lalu dan beliau tidak memiliki anak. Oleh sebab itu beliau mengabdikan hidupnya untuk mengurus dan merawat anak - anak yatim piatu yang tidak ada keluarga.

Shavira tinggal di panti asuhan hingga lulus SMA. Sebenarnya beberapa kali ada keluarga yang ingin mengadopsinya, tetapi Shavira lebih memilih tinggal beesama Bu Rini. Beruntung Shavira anak yang cerdas hingga selalu mendapat beasiswa sejak SMP. Di luar waktu sekolah Shavira selalu membantu Bu Rini mengurus adik - adiknya yang lebih kecil. Lulus SMA, Shavira pun mendapat beasiswa di universitas negeei di Bandung. Bahkan Shavira mulai melakukan pekerjaan paruh waktu yaitu mengajar les murid SD.

"Vi, Ibu mau bicara sama kamu." panggil Bu Rini saat Avi baru selesai pulang kuliah.

"Iya Bu. Ada apa ya ? Kok kelihatannya penting banget." tanya Avi.

"Vi, Ibu cuma mau pesan sama kamu agar kamu kuliah yang bener ya. Kalo sudah lulus kuliah kamu cari kerjaan yang bagus dan bantu Ibu jaga Adik - adik disini ya terutama Indah, Lia Agus, dan Bayu yang sudah SMP." kata Bu Rini sambil memegang tangan Avi.

"Kenapa cuma mereka berempat yang harus Avi awasi Bu ?" Avi sedikit heran dengan ucapan Bu Rini.

"Ya bagi tugas aja. Biar yang kecil - kecil Ibu yang jaga." Bu Rini tersenyum tipis.

"Kan bisa kira jaga bareng - bareng Bu. Avi juga gak akan kemana - mana kok." Avi menatap wajah Bu Rini yang terlihat sedikit pucat.

"Iya Vi. Ini kan cuma peaan aja dari Ibu." kata Bu Rini sambil mengusap pipi Avi lembut.

"Ibu sakit ya ? Kok pucat sih ?" Avi memegang tangan Bu Rini yang masih mengusap pipinya.

"Gak kok. Mungkin cuma lelah aja. Udah kamu bersih - bersih trus bantuin Ibu masak buat makan malam ya." Bu Rini bangkit dan berjalan menuju dapur.

"Siap Bu. Tunggu ya." Avi bergegas ke kamar menyimpan tasnya.

"Kok kayak ada yang aneh ya dengan Bu Rini." gumam Avi dalam hati.

"Ah.. Mungkin cuma perasaanku aja." kata Avi lagi. Dia pun segera mandi dan kemudian menghampiri Bu Rini di dapur.

Keesokan paginya Avi bangun kesiangan. Dilihatnya Bu Rini sudah sibuk menyiapkan sarapan.

"Maaf Bu, Avi kesiangan." kata Avi sambil menghampiri Bu Rini.

"Gak apa - apa sayang. Mumpung Ibu masih bisa nyiapin sarapan buat kalian." kata Bu Rini.

Avi merasa ada yang janggal dari ucapan Bu Rini tapi tak sempat bertanya karena adik - adik yang lain keburu masuk di ruang makan.

"Indah, Lia Agus, Bayu, Ini Ibu ada uang saku buat kalian. Lumayan buat ditabung ya." Bu Rini memberikan masing - masing amplop berisikan uang.

"Wow.. Ini banyak Bu. Lagi banyak uang ya Bu ?" celetuk Agus.

"Alhamdulilah Ibu ada rejeki. Nanti buat kamu juga ada Vi." Bu Rini tersenyum menatap Avi.

"Avi gak usah Bu. Kan Avi ada honor mengajar." Avi menolak dengan halus.

"Sekali ini Ibu mau ngasih kamu Vi. Besok - besok mungkin Ibu gak sempat ngasih uang lagi buat kamu." kata Bu Rini.

"Terima aja Teh. Kalo gak mau boleh kok buat aku. Hehehe." goda Bayu.

"Iya deh. Makasih ya Bu." Avi mencium pipi Bu Rini.

Sebelun berangkat kuliah, Bu Rini sempat memberikan amplop berisi uang, atm dan perhiasan kepada Avi.

"Kok ada atm dan perhiasannya juga Bu ?" tanya Avi heran.

"Iya, ini kamu pegang dulu. Kamu pakai untuk keperluan kalian berlima ya." jawab Bu Rini.

"Maksudnya Bu ?" Avi merasa ucapan Bu Rini makin aneh.

"Ibu takut hilang. Soalnya adikmu yang kecil suka buangin barang Ibu di laci." jawab Bu Rini lagi.

"Iya deh Bu. Ini Avi bawa ya." kata Avi lalu pamit berangkat kuliah.

Saat masih kuliah itu terjadi musibah di panti asuhan milik Bu Rini. Panti asuhan mengalami kebakaran yang menyebabkan Bu Rini dan beberapa anak panti meninggal dunia.

Bagi vote atau Bunga atau secangkir kopi 😁😁

Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Geng Pelangi" yang menceritakan kehidupan Sissy, Zizi, Yoan dan Amira sebelumnya.

Bagi yang belum baca cerita tentang kisah orangtua Ical juga bisa baca "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" atau bisa buka di bio saya ya..

Like 👍 Komen dan Vote ✌✌

ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..

Makasih 🙏🙏🙏

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!