NovelToon NovelToon

Azzahra , Love Story

Sambutlah kedatanganku

"kota sambutlah kedatangan ku"

Batin Zahra lirih untuk menyemangati dirinya yang baru saja turun dari bus di terminal.

Zahra :[ aku sudah sampai di terminal kamu sebelah mana Lan.]

Pesan Zahra pada temannya sekolahnya dulu yang bernama Lani dan tombol send telah Zahra tekan.

" Zahraaaaa"

Mendengar namanya terpanggil Zahra pun mencari sumber suara, kekanan kekiri depan belakang Zahra menoleh ternyata temannya di depan tempat parkir bersandar pada mobil berlogo BMW beberapa warna hitam.

Berjalan dengan santai membawa tas ransel di punggung Zahra menghampiri temannya.

"kena badai dari mana zaaa itu rambut kenapa berantakan ?"

"badai desa membawa ke kota." jawab santai dari Zahra

ha ha ha akhirnya mereka tertawa bersama, bukan keadaan berdasarkan realita malah bertanya seperti mengejek keadaan Zahra sekarang. ya jelas saja emang penampilan Zahra terlihat berantakan seperti terkena angin badai. Rambutnya yang tadinya di kuncir kuda sekarang jadi amburadul seperti Tarang burung yang baru saja bertelur, jaket yang tadinya di pakai sekarang di biarkan nangkring di pundaknya.

"zaaa cari SPBU dulu kamu bersihin badan sama rapiin penampilanmu."

"kalau kayak gini siapa yang mau memperkerjakan kamu zaaa." Lana terus saja berkomentar tentang penampilanku.

"cari makan dulu lah Lan , Laper tau..." protes Zahra

"ok... masuk gih..."

Zahra dan Lani pun masuk ke dalam mobil, sang sopir pun melajukan kendaraannya setelah Lani memberi tahu arah tujuan mereka sebelum Zahra ke tempat kerjanya.

Setelah sampai di restoran mereka memesan makan dan kembali ngobrol, tak selang berapa lama pesanan mereka pun datang.

"zaaa, apa kamu yakin mau kerja jadi pembokat ?" tanya Lani tiba tiba setelah selesai makan

"gak pengen nyoba kayak aku gini.?" dengan bangganya Zahra menggeleng atas pertanyaan Lani

"gila kamu Lan, banyak orang kamu merokok gini.?" bukannya Zahra tidak tau akan Lani namun yang membuat Zahra risih Lani merokok di tempat umum seperti itu.

Sekarang giliran Lani yang dengan bangganya menggeleng dengan pertanyaan Zahra.

"udah bisa kali zaaa, ini kota bukan di desa."

"cari toilet sana bersihkan diri mu dan penampilanmu, aku tunggu disini."

Perintah Lani sedangkan Zahra yang masih asyik menikmati sedotan terakhir jus alpukatnya

"cepetan zaaa, bentar lagi aku mau ketemu Daddy sugar ku soalnya."

Akhirnya Zahra melangkah mencari toilet dalam restoran tersebut.

Zahra tau betul gimana temannya satu itu, Lani menceritakan semuanya pada Zahra saat lebaran bulan kemaren saat Lani pulang kampung yang tak jauh dari panti asuhan tempat Lani tinggal.

Memang awal mula Lani pekerja sebagai pelayan di rumah bos kayanya, saat itu Lani dengan sengaja menggoda anak bosnya yang lagi galau karena pertengkaran dengan istrinya.

Hari semakin hari tuan mudanya itu menaruh hati dengan Lani dan akhirnya Lani di keluarkan dari lingkungan rumahnya dan di belikan apartemen yang sekarang ia tempati, tanpa pernikahan mereka tinggal di apartemen dalam satu kamar.

"mbok ini teman ku Zahra." Lani memperkenalkan Zahra pada wanita paru baya yang bekerja di apartemennya.

"mari neng saya antar ke tempat kerjanya neng." ucap pelayannya Lani

"tega kamu Lan, teman baru datang gak di suruh istirahat malah langsung kamu kirim ke bosnya." dengan raut wajah sedih yang Zahra buat buat

"yaelah za , muka mu melas amat. besok deh kalau kamu ada waktu aku ajak jalan jalan bentar lagi laki ku mau datang, dia ngajak aku keluar kota soalnya."

"ok kabari ya...."

Sebenarnya Zahra hanya mengoda Lani untuk menutupi ke gugupannya yang akan bekerja sebagai pelayan. Akhirnya Zahra mengikuti si mbok menuju lokasi rumah bos barunya tempat ia akan bekerja di antar oleh supir pribadi Lani yang tadinya juga menjemput ia di terminal.

"siapa nama mu ?..." tanya seorang wanita paru baya yang duduk di single sofa depan Zahra menopangkan satu kaki ke satu kakinya lagi dengan buku majalah yang duduk manis di atas pahanya.

-

-

-

-

Mulai bekerja part 1

Sesampainya Zahra dan si mbok di halaman rumah yang mewah nan megah mata Zahra membulat betapa ia mengagumi rumah itu nampak dari depan bak istana pangeran tampan yang di dalam buku buku dongeng yang sering ia baca saat kecil bersama anak anak panti asuhan lainnya.

"ayo neng..." ajak si mbok saat Zahra masih mematung melihat rumah yang akan ia tempati mencari uang.

Zahra pun mengikuti langkah kaki si mbok memasuki rumah itu, di sambut oleh seorang pelayan yang usianya sama dengan si mbok.

"mari neng nyonya besar di ruang tengah." ajak pelayan rumah itu dan si mbok yang mengantarku langsung pulang dengan supirnya tadi.

Terlihat wanita paru baya yang mungkin seumuran dengan almarhumah ibu Zahra duduk dengan anggun sepertinya menunggu ke datangannya

"siapa nama mu ?..." tanya seorang wanita paru baya yang duduk di single sofa depan Zahra menopangkan satu kaki ke satu kakinya lagi dengan buku majalah yang duduk manis di atas pahanya.

"Azzahra nyonya, bisa di panggil Zahra atau zaa saja." jawab zaa sambil menundukan kepalanya.

"hm ya saya Melinda, kamu sudah di jelaskan sama teman kamu tentang pekerjaan kamu kan."

"sudah nyonya."

" kamu tidak perlu ikut bersih bersih atau pun memasak karena sudah ada tugasnya sendiri, kamu cukup melayani dua anak saya."

"babbysister maksudnya nyonya ...?" tanya zaa memastikan

"ya tapi bukan bayi lo ya... anak saya yang pertama sudah dewasa yang kedua masih kuliah yang sebentar lagi saya jemput di bandara."

Melinda menjelaskan semua tentang pekerjaannya yang mengurus dua anak majikannya itu, yang satu sudah dewasa sekitar umur 28 dan anak keduanya masih seumuran dengannya 21 tahun yang sebentar lagi akan pulang setelah melakukan study trening di Belanda.

Betapa terkejutnya zaa mendapatkan pekerjaan mengurus dua laki laki yang sudah dewasa karena zaa memang anti laki laki dari dulu bukannya ia menyukai sesama jenis namun ia masih menghindari seorang laki laki karena takut sakit hati seperti ibunya dulu.

sebenarnya zaa ingin mengundurkan diri namun sayang setelah Melinda menyebut nominal gaji bulanannya yang terbilang menggiurkan akhirnya ia mengiyakan pekerjaan yang di berikan nyonya barunya itu. belum lagi uang tips yang ia dapatkan sebagai ganti uang jajan setiap minggunya.

"baik zaa kamu mengertikan..." zaa membuyarakan lamunannya membayangkan berapa saja uang yang ia dapatkan selama setahun bekerja di sana.

"ya nyonya..."

"semoga kamu betah ya..." ucap Melinda yang diiringi senyum oleh zaa tanda ia mengerti.

"Bi Siti tolong antar zaa kekamarnya ya... biar dia istirahat dulu."

"baik nyonya..." yang bernama Bi Siti pun mengantarkan zaa ke kamarnya.

"nanti jam 7 malam kamu siap siap ya melayani makan tuan Ricko dan tuan Micko, tanang saja nanti kamu ada temannya kog namanya Nita dia sekarang juga masih istirahat." jelas bi Siti

Zaa pun mengulaskan senyum untuk menjawabnya karena sungguh lelah badan yang ia rasakan. setelah mengunci pintu kamar Zaa merapikan bajunya dalam lemari plastik samping kasur tempat tidurnya di ambil satu stel baju ganti dan handuk Zaa memasuki kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

" Zaa ayo bangun sebentar lagi makan malam." suara dari luar pintu membangunkan tubuh Zaa dari posisi ternyamannya.

"baik bi aku cuci muka dulu" tanpa membuka pintu aku menjawab bi siti.

Setelah Zaa selesai mencuci mukanya ia kembali memakai baju seragam pelayan yang di berikan bi Siti tadi, merapikan rambutnya yang ia kuncir kuda kemudian ia sanggul kecil tanpa anak rambut yang biasanya ia biarkan terurai di keningnya. tanpa make up polesan apapun ia keluar dari kamarnya.

"kamu Zahra kan, aku Nita patner kamu melayani dua pangeran tampan." ucap Nita semangat sambil mengulurkan tangannya untuk Zaa jabat.

"udah udah ayo cepat kerja, ngobrolnya nanti saja." ucap pelayan bagian dapur yang bernama Bi diya.

Pelayan yang berjumlah 7 orang pun melakukan pekerjaannya masing masing.

7 pelayan pun ada tugasnya masing masing, 2 orang bagian dapur, 2 orang mengurus ke dua tuan muda dan 2 orang lagi mengurus kebersihan rumah. Kalau bi Siti sebagai kepala pelayan, melayani Melinda. Tidak ada yang boleh melayani Tuan besar kecuali Malinda sendiri.

Ada 4 laki laki yang bekerja di luar rumah utama. 1 tukang kebun bersih bersih bagian luar rumah, 1 satpam gerbang dan 2 nya adalah supir pribadi untuk tuan dan nyonya besar.

Hanya dentingan sendok yang terdengar di ruang makan, hening itu sudah pasti karena tuan besar sudah memberi peraturan saat di meja makan.

Para pelayan sudah stay di dapur menunggu seluruh penghuni rumah sampai selesai makan.

-

-

-

-

-

Mulai Bekerja part 2

"Nita kamu bantu Zahra ya..." perintah bi Siti yang di anggukan kepala oleh Nita

"Zaa kamu layani tuan Micko aja ya... dia lebih mudah di pahami."

"yang duduk di meja nomor dua sebelah kakan itu tuan muda Micko, kalau duduk di meja pertama sebelah kanan tuan muda Ricko. Jangan sampai ketukar bisa bahaya kita nanti." jelas si Nita menunjuk ke arah meja makan yang masih kosong.

"memang kenapa Nit...?" tanya ku yang penasaran

"tuan muda Ricko spesies siluman es yang berwujud manusia tidak mudah melayani dia." mata Zahra membulat tidak percaya dengan penjelasan Nita baru saja.

"memang ada siluman di era modern begini Nit ?..." Zahra bahkan mengira ucapan Nita itu benar benar

"au ah... nanti aja aku jelasin ayo buruan sebelum pada turun." Nita menepuk keningnya pelan mendengar ucapan Zahra yang tidak mengerti bahasa ungkapan yang ia ucapkan.

Semua makanan tertata rapi selang beberapa saat semua anggota turun dari lantai atas menuju ruang makan.

Yang bertugas melayani anggota rumah pun menunggu sampai anggota keluarga itu menempati tempat duduknya masing masing.

Dengan sigap Nita melayani Tuan muda Ricko, bi Siti melayani nyonya besar setelah nyonya besar melayani suamimya. Zahra yang masih kaku mendapat tatapan tajam dari Nita, Langsung ia menyiapkan makan untuk tuan muda Micko.

"kamu baru ya..." sapa tuan muda Micko yang memegang tangan Zahra saat Zahra ingin mengambil Lauk untuknya.

"Micko ..." tegur Melinda dengan tatapan tajam menyuruh anak ke duanya melepaskan tangannya dari Zahra

"hmm" jawab Micko yang memutar bola matanya seakan malas berdebat dengan sang mama.

Tanpa orang lain sadari Zahra menangkap tatapan tajam dari tuan besar yang duduk di kursi utama meja makan, cepat cepat Zahra menundukan kepalanya.

"kenapa wajahnya mengingatkan ku pada dia" batin tuan besar

"sudah ini waktunya makan." ucapan tuan besar bak remot control

Hanya dentingan sendok yang terdengar di ruang makan, hening itu sudah pasti karena tuan besar sudah memberi peraturan saat di meja makan.

Para pelayan sudah stay di dapur menunggu seluruh penghuni rumah sampai selesai makan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, Zahra tidak bisa tidur ia memutuskan keluar dari kamar ke tempat halaman belakang yang biasanya di buat menjemur pakaian.

Ia mengulang kejadian 4 jam yang lalu

Saat Zahra menangkap basah tatapan dari tuan besarnya seakan memorinya mengingatkan pada sosok misterius yang datang di pemakaman ibunya setahun yang lalu.

Namun secepatnya ia menundukan kepala karena bi Siti sudah memberi kode dengan lirikan matanya, tanpa suara pun Zahra mengerti apa maksud lirikan dari bi Siti tadi.

Makan malam pun selesai anggota keluarga sudah beranjak dari meja makan satu persatu menuju kegiatan selanjutnya entah itu tidur atau nonton TV atau pun yang lainnya.

Pelayan bagian dapur dan bersih bersih pun membereskan sisa makanan dalam meja itu.

"Zaa ayo ke atas, siapkan kebutuhan tidur tuan muda." aku hanya menganggukan kepala dan nyengir kuda.

"ini kamar tuan muda Micko, aku masuk ke kamar tuan muda Ricko dulu."

"siap" memberi hormat bak anak SD sedang melakukan upacara bendera

"Hati hati tuan muda mu satu itu tukang merayu, dia terkenal playboy." bisik Nita sambil tertawa Zahra pun memukul pelan pundak Nita

"tenang saja." Zahra meyakinkan Nita kalau dirinya tidak sama dengan wanita pada umumnya.

tok...

tok...

tok...

Ketikan pintu tidak ada jawaban dari si empunya kamar akhirnya Zahra membuka pintu dengan pelan

ceklek...

"permisi tuan."

"astaga mataku ternoda" batin Zahra saat melihat tuan mudanya yang hanya memakai boxer berbaring di atas tempat tidur yang sedang memainkan benda pintarnya.

"buka aja mata kamu, aku gak telanjang jadi gak usah berlebihan deh..."

Berlahan Zaa melangkah ke depan tuan mudanya.

"permisi tuan mau mandi air hangat atau air biasa saja.?..."

"air biasa saja pakai aroma maskulin." jelas Micko

"sebelah sana baju ganti ku, pakai pakaian tidur aja." jelasnya lagi

"baik tuan."

Zahra pun melangkahkan kakinya kekamar mandi memenui permintaan tuan mudanya, setelah selesai Zaa keluar dari kamar mandi

"sudah siap tuan."

Zahra pun melanjutkan menuju kamar ganti mencari baju ganti untuk Micko.

"maaf tuan" Zahra mencoba melepaskan pegangan tangan Micko yang mencegahnya untuk ke kamar ganti.

"apa kamu tidak ada niat mau memandikan ku ?" goda Micko

Zahra pun melepaskan tangannya dengan kasar, dengan mengibaskan pergelangan tangannya yang terasa sedikit sakit karena Micko seperti memegang dengan sedikit kekuatannya.

"tuan muda gila"

"maaf tuan, permisi."

Zahra pun melanjutkan lagi mencari baju ganti untuk tuan mudanya, sedangkan Micko masuk dalam kamar mandi. Setelah selesai menyiapkan baju ganti Zahra pun keluar dari kamar Micko.

"menarik juga." lirih Micko yang di iringi senyum menggodanya.

Saat Zahra ingin menuruni anak tangga berpapasan dengan tuan muda pertamanya yang ingin ke kamarnya. Secepatnya Zaa menunduk hormat, namun tak ada espresi yang tuan mudanya tunjukan, muka kaku dan dingin bak es balok.

"apa dia benar siluman seperti yang di bilang Nita." Ricko masih bisa mendengar ucapan lirih dari pelayan baru itu.

"aku minta nomornya donk..." Zahra sontak menjingkat dengan permintaan tuan mudanya

"boleh tidak..." pintanya lagi.

-

-

-

-

-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!