NovelToon NovelToon

Main Hati

1.Prolog

Happy reading dear readers....

"pulang ke kota mu

ada setangkup haru dalam rindu

masih seperti dulu

tiap sudut menyapaku bersahabat

penuh selaksa makna...

terhanyut aku akan nostalgi

saat kita sering luangkan waktu

menikmati bersama suasana Jogja

dipersimpangan langkah ku terhenti

ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera

orang duduk bersila

musisi jalanan mulai beraksi

seiring laraku kehilanganmu

merintih sendiri ditelan deru kota mu

malam ini kau tlah tiada kan kembali

namun kota mu hadirkan senyummu abadi

ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi

bila hati mulai sepi tanpa terobati...."

Jogja, Mei 2020

"hikzzzz...."

wanita muda itu menyeka cepat air matanya. Lagu yang sayup terdengar selalu terngiang setiap dia mulai termenung sendiri. Dia menyukainya, dari dulu.

Entah kenapa, tapi liriknya seolah menjadi mantra yang menggiring kehidupannya sebagai lakon kisah lagu ini.

Dia menggeliat, merenggangkan tangannya ke atas, menarik pelan rongga tulang tubuhnya yang berasa remuk redam setelah seharian membanting tulang.

Sambil mendengarkan lagu pujaannya yang diputar berulang-ulang tanpa bosan. Wanita itu masih tampak sibuk merapikan sejumlah tumpukan baju, menyemprotkan parfum sesuai yang diinginkan si empunya kemudian memasukkannya dengan rapi dalam packingan plastik bening.

Setelah barisan mesin cuci yang berjajar rapi di sudut kiri ruangan beroperasi siap merontokkan semua kotoran yang menempel di baju sampai kinclong, wanita itu bergeser ke sudut ruangan di sebelah yang berisi macam-macam pernak pernik HP.

Mencari posisi yang paling uenak sambil selonjoran, dia menyalakan laptopnya dan mulai mengetik sambil memeriksa beberapa buku catatan yg bertumpuk rapi disebelahnya. Sepertinya dia sedang memeriksa hasil kegiatan usahanya hari ini.

"ting...ting...."

notif HP nya berbunyi dua kali. "WA siapa gerangan sudah tengah malam begini.." gumamnya dalam hati sambil mengedarkan pandang mencari benda kotak pipih yang sangat dipuja manusia zaman now itu.

Deg....tertera sebuah nama di sana. Nama yang sangat susah payah disingkirkan dalam pikirannya selama ini. Melihat namanya saja sanggup memacu detak jantungnya, dan hatinya pun malah lancang menyebut namanya. Ternyata walau sudah dikunci rapat-rapat, tetap saja percuma, ahhhh mungkin besok harus cari tukang las biar aman....

Wanita muda itu termenung sejenak, mondar-mandir dalam ruangan dan sesekali menggaruk tengkuk bahkan kepalanya yang tidak gatal. Melihat ke layar HP, kemudian meletakkannya lagi. begitu terus berulang untuk sesaat sebelum dia memutuskan untuk mengetik sesuatu di HPnya dan mengirimkannya dengan harapan apa yang dia lakukan tidak salah.

Dengan cepat dia merapikan pekerjaannya yang belum selesai. Kemudian beranjak masuk ke kamarnya, mengganti daster ternyamannya dengan kaos lengan panjang dan celana jeans kesukaan, berlapis hoodie tersayang.

Dia mematut dirinya dalam pantulan cermin,

meyakinkan dirinya sendiri, berusaha mengalahkan ragu yang berputar-putar di kepalanya dan menepis segala bimbang dan ketakutan yang selama ini mendekam di hatinya.

Setelah merasa mantap, segera dia berlari menuju ke lantai atas. dikecupnya satu persatu kening ketiga buah hatinya yang tertidur lelap di kasur mereka masing2. Bukan kamar yaaa, hanya kasur berjajar yang disekat dengan lemari dan meja belajar masing-masing, karena mereka tinggal di ruko bertingkat yang sangat menghemat lahan.

"mba Sum....mba..."

setengah berbisik digoyangkan pelan tubuh mba Sum. Setelah mengerjap-ngerjapkan matanya ragu, perempuan paruh baya yang tanpa sengaja dijumpainya tergeletak pingsan di depan kontrakannya dulu dan akhirnya dipercaya 2 tahun ini merawat anak2nya itupun terduduk kaget.

"nggih Bu...? ada apa malam-malam?"

tanyanya kebingungan sambil melirik jam yang menempel di dinding depannya.

"aku ke luar bentar ya mba. nitip anak-anak, kalau ada yang kebangun mencari ku bilang aja ibu ada perlu bentar"

Setelah yakin mba Sum mengangguk mengerti, Wanita itu segera turun dan mengeluarkan sepeda motor satu-satunya yang dia miliki. Dipacunya cepat memecah dinginnya malam tanpa takut. Walau tengah malam, Jogja tidak pernah sunyi maupun seram. Rasanya manusia hidup 1 x 24 jam di sini, hanya berganti shift jadwal tayangnya sesuai skenario kehidupan mereka.

15 menit, waktu tempuh maksimal dengan kecepatan maksimal di malam hari yang bisa ditembus untuk jarak 15km plus berhenti dibeberapa titik lampu merah. Sampai lah sudah, nampak wanita itu manarik buang nafas berulang kali untuk memberi sedikit kelegaan dihatinya, atau lebih tepatnya keberanian.

******

Lesehan Kopi pinggiran kali Code.

Sambil mengedarkan pandangan mencari sosok yang sudah cukup lama tak dia jumpai, diliriknya jam tangan di tangan kirinya. Jam 1 dini hari.

Kepulan asap rokok membumbung, diiringi canda tawa dan sendau gurau muda mudi belia yang riang ceria. "aku pernah seperti itu, dulu..." bisik hatinya membuat bibirnya tersenyum kecut.

Duduk membelakangi keramaian kerumunan manusia dan hiruk pikuk kendaraan di jalan.

Wanita itu menemukan seseorang yang dicarinya. Masih setia dengan rokoknya, pandangannya menerawang hampa ke depan. Terlihat kurus tak terurus sekalipun dalam keremangan penerangan yang memang seadanya.

Perlahan wanita itu melangkah mendekat, sambil membungkuk permisi melewati mereka yang terduduk santai di tikar plastik sederhana.

"hai..."

Dia memberanikan diri menyapa setelah jaraknya cukup dekat.

Seorang pria tampan mendongak kearahnya,

menatapnya sumringah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Pria tadi menepuk tempat disebelahnya sambil bergeser.

"duduklah..."

Dengan sedikit ragu wanita tadi duduk di sampingnya, tentunya dengan sedikit jarak untuk mengantisipasi terdengarnya detak jantung yang sudah tak karuan iramanya.

"apa kabar Ayumi??"

suara merdu yang begitu hangat menyentuh gendang telinganya yang mulai kedinginan.

"Alhamdulillah, baik mas...."

Pria itu menatapnya kecewa. Hatinya tersenyum kecut, tapi ya begitulah mungkin sudah seharusnya Ayumi memanggilnya sekarang.

"Aku menerindukanmu Ay....."

Sekali lagi pria itu bersuara. Parau, bergetar dan tertahan menyiratkan betapa berat beban kata-kata yang diucapkannya.

Pria itu menatapnya penuh harap, mengerakkan tangannya ingin memeluk wanita itu, Ayumi....ya, namanya Ayumi.

"maafkan aku mas..."

hanya tiga kata itu yang keluar dari bibir Ayumi untuk memukul mundur pria itu dan mengurungkan niat untuk memeluknya.

Tangan pria itu terkulai lemas tak bertenaga. Digeseknya perlahan keduanya kemudian meniupnya. Menghangatkannya dari suasana malam yang semakin dingin.

"Tuhan...mungkin dia hanya rindu atau sekedar refleks karena lama tak bertemu, maafkan aku kak..."

Ayumi merasa tak enak hati melihat raut wajah kecewa pria tadi.

Mereka saling diam, bingung menyusun kata apa yang harus diucapkan walau dalam hati dan pikiran mereka banyak sekali tanda tanya yang memerlukan jawaban.

Pria itu menatapnya sayu, mengunci pergerakan Ayumi, tak bisa berkutik lagi. Ditatapnya lekat wajah yang begitu dirindukannya, seolah memindai seluruh jawaban dari semua pertanyaan yang sebenarnya sudah tersusun rapi dalam benaknya.

"tak seharusnya aku menemuinya. Kenapa setelah sekian lama dia masih begitu mengikat hati ku, tatapannya selalu berhasil membuat ku tak bisa berkutik lagi..."

Ayumi merutuki kebodohannya sendiri dalam hati.

Dinginnya malam seolah membekukan tubuh Ayumi. Dia diam tak bergeming saat tatapan pria itu bergerak turun teralihkan ke bibirnya. Ayumi tak menyadari, Pria di depannya adalah kutub Utara magnet dan dia adalah kutub selatannya. Sudah hukum alam kedua kutub ini akan saling tarik menarik saat berdekatan.

Perlahan tubuh keduanya bergerak saling mendekatkan diri. Pria itu menggapai pipi tirus Ayumi yang memang tak pernah gembul dari dulu. Masih lembut dan hangat walaupun dalam cuaca dingin sekalipun. Perlahan ujung ibu jarinya membelai bibir tipis yang sepertinya refleks jadi agak terbuka karena efek sentuhannya.

"aku merindukanmu..." jerit hati pria itu tak terdengar.

Pria itu menghela berat nafasnya. Ayumi diam tak bergeming sedikitpun. Matanya terpejam tak sanggup menatap wajah pria di depannya dalam jarak yang begitu dekat.

Tak dapat dipungkiri, dalam hatinya pun dia sangat merindukannya.

Semuanya terjadi begitu cepat, entah siapa yang mulai menarik atau malah menyerahkan diri duluan. Bibir keduanya sudah saling bertaut, membunuh semua rindu yang bersembunyi selama ini tanpa membiarkannya hidup di celah sudut manapun.

Tanpa memberi jeda karena mereka berdua memang sama-sama lihai dalam "bersilat lidah", melupakan dimanakah mereka berada saat ini.

Pria itu semakin memperdalam pagutan bibir mereka, tangan kanannya menekan lembut tengkuk Ayumi, tak membiarkannya mundur sedikitpun. Tangan kirinya sibuk mengamankan tubuh ramping Ayumi dalam pelukannya tak menyisakan jarak satu mili pun diantara keduanya.

Dalam kesadarannya yang mulai berkabut, otak Ayumi masih berusaha memukul mundur kelancangan respon tubuhnya yang malah semakin bergerak maju mengimbangi lawan mainnya. Ternyata kerinduan yang berkecamuk dalam hatinya lebih kuat daripada usaha otaknya untuk tetap sadar.

Keduanya larut dalam nikmatnya rasa sakit dan rindu yang sudah sekian lama terpendam. Mereka seolah hanyut dalam alunan semilir angin malam, terbawa aliran air di bawah sana yang tak banyak berubah dari saat mereka pertama kali duduk di sana 15 tahun yang lalu....

Dunia milik mereka berdua untuk sesaat sebelum ada hentakan yang menarik paksa keduanya menjauh.

Ayumi kebingungan dan sulit bernafas. Dia tak bisa berteriak, tubuhnya tak bisa bergerak. Kesadarannya yang nyaris hanyut dia pertahankan untuk tetap terjaga. Pikirannya panik dan tak bisa berpikir.

Bulir bening turun deras di kedua pipinya melihat apa yang terjadi di depan matanya. Teriakan dan makian. Hujaman pukulan yang bertubi-tubi dia saksikan. Kerumunan manusia yang dibubarkan paksa.

Namanya yang terus dipanggil memaksa ketidakberdayaannya untuk tetap tersadar.

"Tuhan....apa yang terjadi???..."

kesadarannya berangsur-angsur hilang. Matanya kali ini benar-benar terpejam. Semuanya menjadi gelap menyisakan ruang hampa dan kosong yang membuatnya tenggelam dalam kebingungan dan ketakutan.

*****

hai readers, bantu like nya yaa buat novel pertama ku🤗🙏

2.Happy Birthday Ayumi

I'm back....😊

Juni 2005

"happy birthday to you, happy birthday to you... happy birthday dear Ayumi, semoga panjang umur" riuh tepuk tangan para sohib Ayumi setelah selesai melantunkan lagu sakralnya orang yang lagi ulang tahun.😁

Sesaat mereka hening dan memejamkan mata, mungkin berdoa, lalu acara tiup lilin yg cuma di tancepin di atas kue donat sebiji ala-ala perayaan ulang tahun pun dilaksanakan.

Ayumi Suherman, yang kebetulan punya bapak bernama pak Suherman pula. Hari ini usianya genap 20th, anak pertama pegawai negeri biasa yang saat ini merantau dan berstatus mahasiswi Ilmu Komunikasi tahun kedua salah satu universitas negeri di Jogja.

Parasnya boleh dibilang cantik, atau sebagian besar orang melabelinya dengan kosakata ayu/ manis.

Kornea mata coklat mudanya yang dipayungi bulu mata lebat super lentik, membuat siapa saja yang bertemu mata dengannya enggan berpaling.

Berperawakan ramping dan mungil, tp bukan mini lhooo yaaa...., rambut lurusnya yang sering diikat ekor kuda plus lesung pipit yang muncul di pipi saat tersenyum, membuatnya terlihat imut2 dan menggemaskan walau sudah berkepala dua.

"thanks dear..." seru Ayumi bahagia sambil memeluk sohibnya. Dyas, Indri dan Fenny, they are the best di mata Ayumi. Walaupun mereka berbeda bangsa, eh salah... suku bangsa tepatnya, tapi toh nggak ngaruh, malah mereka semakin hot dari hari ke hari selama hampir dua tahun ini.

Eiiit...tertinggal satu orang lagi. Erick, satu-satunya cowok ganteng yang nyelip diantara para penyamun.

Ayumi memanggilnya kak Erick, selain karena faktor U, yang notabene walaupun Erick hanya berselisih 1th saja di atasnya, tapi Erick adalah kakak kelas SMAnya yang kebetulan menunda tahun masuk kuliahnya dan sekarang jadi satu tahun angkatan dengan Ayumi.

Erick, walaupun kesehariannya diantara para gadis rumpi, tapi dia bukan tipe cowok melambai lhoooo....

Postur tubuhnya wow, tinggi tegap sempurna. rambut lurus hitam selalu dipotong cepak mengekspose jelas paras cucoknya, membuat para gadis lumeerrr, terlebih lagi saat beruntung bisa bersitatap dengan sepasang mata elang miliknya.😍

Setelah obrolan ringan yang ngalor ngidul nggak jelas, dan mengisi penuh perut mereka dengan bungkusan nasi goreng yang tadi sudah mereka beli sebelum ke kost Ayumi, sore pun terlewatkan dan hari mulai berganti malam.

Mulailah berdering nada poliponik dari masing-masing benda kotak yang hampir mirip HT tapi bedanya ini benda kalau mau always on harus pakai duit alias pulsa dulu cuuuyyy, g cukup masuk frekuensi ajaahh gitu....

"OK, sudah selesai beib, jemput sekarang yaaa..." nada suara Dyas yang sok manis segera menyahut begitu benda kotak itu menempel di telinganya.

Indri dan Fenny??? 11/12 sama aja, semua tinggal menunggu jemputan kekasih hati mereka.

"huuufffttt...., pulang semua ya? nggak ada yang nginep gitu?" Ayumi mengerucutkan bibirnya lebay, pertanda protes dan kecewa ketika ketiga sohibnya menggeleng serempak.

Tak lama menunggu, ketiganya berpamitan, karena kebetulan dijemput dalam waktu yang hampir bersamaan.

"see you as soon Ayumi....." seru mereka berbarengan sambil melambaikan tangan.

"see ya guys....I'll miss u...." Ayumi menurunkan lambaian tangannya setelah mereka menghilang dari pandangandan. Dia terduduk di bangku kayu teras depan kamarnya. Berpikir apa yang akan dia lakukan 2 hari ke depan. Besok adalah weekend dan sohibnya pamit semua tidak akan ada yang datang.

"sudahlah....cari pacar ja sana Ay, buat apa melamun merenungi nasib? nggak usah ditunggu lagi, siapa tuh cowok mu yang hilang ditelan janji? Hafi yaa?"..., celetuk Erick sambil merunduk memeluk Ayumi dari belakang.

Refleks Ayumi berbalik, berdiri dan memukul pundak Erick sampai puas.

"aduuu..duhhh...duhh..ampun Ay.." Erick berlari menghindar dan terjadi aksi kejar-kejaran ala film India.

Mereka berdua berhenti saat sudah merasa ngos-ngosan, maklum lama nggak olah raga, anak kuliah nggak ada lagi mapel Olah Raga ya dear...

"stop Ay,..." masih terengah-engah Erick cepat-cepat membentuk huruf T dengan kedua telapak tangannya.

"gini aja, pacaran sama kak Erick aja Okay???" ucapnya tanpa dosa sambil tersenyum dan mengerlingkan mata kirinya.

"issshhhhh.....siapa suruh peluk-peluk? siapa juga yang mau pacaran sama kak Erick? isihhhh... amit-amit, kak Erick salah makan apa tadi??" Ayumi mengomel sambil mengetuk meja di dekatnya 3x tanda jangan sampai terjadi.

Mereka berdua pun tertawa terbahak bahak sesudah puas saling meledek. Ya, Ayumi dan Erick sama-sama tidak pernah terlihat menggandeng siapapun dari tahun pertama kuliah mereka.

"sudah malam Ay, kak Erick pulang yaaa? masuklah, jangan sampai calon pacar kakak diculik orang...." celetuk Erick kembali iseng sambil mengacak pucuk kepala Ayumi.

Erick segera berbalik dan menaiki motornya karena Ayumi sudah mengangkat sendal dan mulai berteriak.

"awas berani lagi menggodaku kak!!!!... Ayumi uleg jadi menu baru di tempat mas Dar....!!!" ( Mas Dar\=tukang pecel lele dan penyetan favorite langganan mereka)

Erick pun tertawa terpingkal-pingkal sambil melambaikan tangan dan memacu motornya meninggalkan Ayumi yang masih merasa geram dan gemes dengan kelakuan Erick.

*****

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi mata Ayumi belum bisa diajak kompromi memasuki dunia di balik bantal. "ngapain yaaa?" bosan, itu yang dia rasakan. Akhirnya muncul ide di kepalanya. Ayumi segera bangkit dan berganti baju hangat karena mungkin malam ini bakalan dingin berdiam diri di ruangan ber AC.

Letak kost Ayumi sangat strategis,

dekat dengan sarana apapun. Cukup memakan waktu 10 menit, tentu saja jalan kaki karena Ayumi nggak punya motor yesss...

Sekarang Ayumi sudah mendekam duduk manis dengan posisi ternyaman berbekal sebotol kopi instan dan sekantong cemilan. "let's open and join the room chat"

Dimanakah Ayumi?? yups, Ayumi lagi di warnet. Satu-satunya tempat berseluncur di dunia maya yang sangat luas saat ini. "mari iseng-iseng cari kenalan, siapa tau bisa jadi pacar, hehehehe...." kelakar Ayumi dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.

Dalam hati dia membela diri dan menyalahkan Erick. Gara-gara kemakan omongan Erick, tengah malam ada gadis kelayapan seorang diri.

Satu, dua, tiga empat room chat sudah Ayumi masuki, "Tak ada yang menarik". Ayumi mendengus jengah.

Diputuskannya untuk membuka satu room chat terakhir, kalau tidak ada yang menyapanya duluan sebaiknya segera pulang saja karena setelah melirik sepintas jam dipergelangan tangan kirinya, ternyata sudah jam 12 tengah malam.

Tiba-tiba muncul kotak chat baru yang ditunggu-tunggu. Ayumi membenahi posisi duduknya dan mencoba menikmati chat terakhir sebelum memutuskan untuk pulang.

"hai Ayumi, asl pls..." (ada yang kangen cara chattingnya?? sekarang masih ada nggak ya mode chat seperti ini???😁 )

"last person let's see..." Ayumi mulai memainkan jemari lentiknya di atas keyboard.

"hai...20 f Jogja, kamu??"

"23 m Jogja too, eh kita satu kota, kamu dmn?"

balasan muncul dalam hitungan sekejap mata saja.

Setelah berbalas chat yang menurut Ayumi Ok lah, cukup menarik minat untuk ngobrol, mereka pun bertukar no HP dan sepakat menyambung obrolan via SMS/phone nantinya.

"Ayumi plg dl ya.."

"kak Ian jemput mau? tunggu kira-kira 30 menit"

"nggak usah kak, dkt aja koq..."

"oh Ok hati-hati sdh mlm, bye..."

"bye..."

Ayumi senyum-senyum sendiri sambil me end chat dan mematikan timer pemakainya. Setelah membayar sejumlah harga sewa, segera dia melangkahkan kaki pulang ke kost.

Dingiiinnnnn, sudah jam 1.30 dini hari. Keasyikan mengobrol ternyata membuat lupa waktu. Setibanya di kost, tanpa mengganti baju langsung ditariknya selimut sampai dagu. Hatinya sedikit menghangat entah kenapa, ngantuk mulai menyergap, tiba-tiba notif SMS HP nya berbunyi. SMS dari Ian, teman laki-laki yang baru dikenalnya via chat tadi.

Seketika matanya mengerjap tak percaya, rasa kaget mengalahkan ngantuknya.

Dalam sejarah kehidupan Ayumi, baru kali ini dia menerima SMS dari laki-laki menjelang tidurnya. eiiittt tentu saja kecuali dari Erick ya, itu mah hobi banget menghantui orang mau tidur.

Tetapi bagi Ayumi, Erick tidak masuk hitungan karena menurut Ayumi, Erick bukan masuk golongan laki-laki dalam definisi tertentu, Erick terlalu bawel dan terus saja menggodanya.

"have a nice dream Ayumi" sederet kata singkat yang membuat Ayumi senyum-senyum sendiri.

Tanpa membalas SMS Ian, Ayumi memasukkan HP nya ke bawah bantal. mungkin besok pagi saja biar dia penasaran, hahahaha.... dan Ayumi memutuskan untuk tidur. Mulai merangkai mimpi tentang esok hari yang bagaimana alurnya tak ada satu pun manusia yang bisa mengatur sendiri jalan ceritanya.

*****

Sementara itu, di langit selatan kota Jogja. Seorang laki-laki nampak senyum-senyum sendiri dalam ruangan kedap suara lengkap dengan berbagai peralatan audio yang merupakan ruang kerjanya.

Masih lengkap dengan headphone melingkar di kepalanya, dia mulai mengetik sesuatu pada HPnya.

"Hendra, bsk gua ke kost elu, siang, temenin nyamperin gebetan baru gua..."

"siapa lagi?" balas yang diseberang cepat, mungkin sedang dalam mode on

"ketus amat? temenin doank, bsk gua kenalin sm Silvie deh.."

"terserah elu, atur aja"

"heheheh, thanks bro..."

Setelah memastikan rencana nyamperin gebetan besok bakal lancar. Laki-laki itu kembali asyik dengan dunianya.

memainkan tombol-tombol audio didepannya, mengangguk dan menggelengkan kepala, sesekali tersenyum bahkan tertawa sambil nyerocos sendiri seperti orang gila, itulah dunianya, saat ini.

*****

bantu like, vote dan comment nya ya dear...🤗

3. Pertemuan Pertama

Hari masih pagi, bahkan di luar sana masih nampak gelap. Hanya samar-samar cahaya mentari pagi yang mulai mengintip di balik selimut dinginnya embun.

"bep...beb..." refleks jemari lentik Ayumi bergerilya mencari sumber suara motif dan getaran yang mengganggu tidurnya. Benda keras, cukup panjang dan pas digenggam.

Ayumi pun tersenyum setelah berhasil mendapatkannya, menggenggamnya erat tapi seketika memelototi benda yang tak bersalah itu. "berani sekali menggangguku pagi-pagi buta gini..!!!"

Ayumi melemparnya sembarang arah dikasurnya, menarik selimut dan memejamkan mata lagi.

"bep....bep...." lagi, dan kali ini Ayumi terbangun gregetan. segera dipencetnya 2 tombol penguncinya mencari tau siapa si pengirim pesan.

Seketika mata Ayumi membulat sempurna, berulang kali mengerjap dan seketika kantuk pun lenyap.

"kak Ian..??" ucapnya setengah berbisik terheran. Ternyata tak hanya menjelang tidur, bangun tidur pun Ian mulai mengisi daftar hadir di HPnya😎

"hai cantik, ayo bangun..Kak Ian ada mau ke kost teman dekat Ayumi sana. Boleh mampir ya?"

"hai kak.. sudah bangun kok. ehmmmm...." Ayumi berpikir dan masih ragu untuk mengiyakan. Gimana kalau seperti berita yang sering muncul di TV?

"isihhhh....Ayumi jangan parno sendiri🙈 lagian ketemuannya di kost yang padat penduduk gini, it's okay..."

Setelah berbalas chat beberapa kali akhirnya Ayumi mengijinkan Ian mampir.

"kalau sudah dekat kak Ian telfon.."

"OK kak, kabari saja kalau sudah dekat nanti Ayumi tunggu di depan.."

dah...dig...dug..., Ayumi melempar lagi Hp yang tak berdosa itu ke atas kasur tentunya. Mehong cuuuyyy kalau sampai hancur nggak kebeli lagi.

Ayumi berdiri termangu menatap cermin, separuh hatinya merasa senang akan hadirnya seseorang dalam hidupnya, tapi separuh hati yang lain merasa bimbang teringat pesan Hafi untuk menunggunya.

Setelah menimbang beban mana yang lebih menguntungkan, kali ini akhirnya setan yang menang. "sekali-kali iseng tak apalah...hahahaha".

Rutinitas membersihkan diri sudah selesai, Ayumi memutuskan beres-beres kamar yang sudah sekian lama tak diheraninya, dan hasilnya ...huufffffttt....mandi peluh dan bau badan dah nggak karuan lagi.

Secepat kilat Ayumi beranjak mandi, Ian baru saja menelponnya 15 menit lagi sampai. untungnya gadis satu ini adalah golongan bebek, mandinya cukup 5 menit saja, tuntas dan beres...🤭

"kamu kenapa Ay??? seperti dikejar-kejar setan gitu? pelan-pelan awas kepleset...!" tegur Ayu penghuni kamar seberang melihatnya terbirit-birit keluar masuk kamar mandi.

Ayumi pun hanya nyengir kuda.

"heheheh....ada temen mau datang mba, tolong bukain pintu gerbangnya ya nanti. Ayumi ganti baju dl..." setelah yakin melihat Ayu mengangguk setuju, secepat kilat Ayumi masuk dan menutup pintu kamarnya.

Alih-alih tertutup, pintu itu justru menjepit kepalanya yang kalah lambat belum sempurna masuk ke dalam kamar, alhasil membuat Ayu terpingkal-pingkal menertawakannya.

"aduuuhhhhh...." Ayumi mengelus pelan keningnya yang memerah sambil memanyunkan bibirnya.

"untung nggak benjol, mau diumpetin kemana coba kalau sampai benjol"

Puas tertawa Ayu mendorong Ayumi masuk ke dalam kamarnya.

"cepat sana jangan ngomel aja....!!!"

Secepat mungkin Ayumi berbenah diri, mengenakan rok batik model lilit sepanjang lutut, sederhana tapi membungkus sempurna tubuhnya yang ramping dan mungil.

Dipadukan dengan kaos berwarna merah hati model V neck terkesan menonjolkan leher jenjangnya, pas di badan dan nyaman.

Rambut hitam panjang sepunggung yang lurus rasanya lebih cepat kalau dikuncir kuda saja. memoles sedikit bedak dan....

"tok...tok...Ay, sudah belum?"

Suara Ayu menyadarkannya untuk cepat-cepat mengakhiri kegiatannya di depan cermin. Diliriknya sekilas penampilannya memastikan tidak ada yang aneh, kali ini Ayumi membuka pintu perlahan-lahan,

"kok slow down seperti maling ayam takut ketauan gitu?" tanya Ayu terheran dengan polah tingkah Ayumi.

lagi-lagi Ayumi nyengir, menampakan deretan giginya yang putih rapi.

"takut kebentur lagi mba...."

"datang ya temen ku? seperti apa orangnya?"

tanya Ayumi penasaran. Sepertinya kejadian tadi ada untungnya juga, jadi bisa minta tolong Ayu dulu jadi pengamat politik.... eh pengamat orang maksudnya..

"ahaaiiiii....kencan buta sekalinya??? " ledek Ayu sambil menoel hidung mancung Ayumi.

"issshhhhh...mba Ayu ini, serius nah??plizzzz..." matanya mengerjap sok imut sambil nyengir.

"hmmmmm, good enough I think...dah sana cepetan pangeran kuda putih mu kelamaan nunggu lhoo" jawab Ayu sambil mendorong Ayumi memasuki ruang tamu.

Pelan-pelan Ayumi melangkah. Jujur saja rasanya campur aduk, grogi setengah mati, harap maklum terlalu lama berdiam di zona aman.

Ada 2 orang laki-laki duduk di kursi panjang teras depan menghadap jendela. Dilihat sepintas tampangnya aman, alias jauh dari tampang-tampang kriminal yang suka jadi artis jeruji besi yang sering menghiasi layar TV.

Menyadari kehadiran Ayumi, satu diantara mereka yang berjaket jeans segera berdiri.

"hai...Ayumi ya?" dia menyapa sambil tersenyum dan menjulurkan tangan kanannya.

"sweet..." hati kecilnya berbisik

Ian, Rahardian Hadinata tepatnya. 23th. Postur tubuhnya sedang saja, kulit putih, bermata agak sipit dengan hidung mancung dan rambut ikal pendek. Senyumnya?? ulalala....sanggup meluluhkan es di kutub Utara.

"yupzzz, Ayumi..., kak Ian ya?" Ayumi membalas jabatan tangannya sambil tersenyum kikuk.

"cute..." penilaian pertama dari kaca mata tanpa lensanya Ayumi.

Cukup lama mereka diam tertegun dengan posisi masih berjabat tangan. Ian menatapnya tertarik, membuat Ayumi jadi salah tingkah sendiri.

"oiya, ini Hendra... teman kak Ian, kostnya diseberang jalan Gejayan situ aja Ay. kenalin nih.." Ian menepuk pundak laki-laki yang duduk tak bergeming di sebelahnya.

"oh deket aja, hai kak...Ayumi"

Ayumi sedikit mendekat supaya jabatan tangannya terjangkau.

Laki-laki itu menatapnyaaa, ehmmm...gimana mendeskripsikannya ya??

Dengan sigap uluran tangan itu bersambut,

"Hendra..."

just it, no more, padahal Ayumi rasanya sudah hampir pingsan mendapati sorot matanya yang begitu tajam.

Tak ada senyuman, hanya tatapan mengunci seolah memindai sesuatu dari wajah Ayumi.

Genggaman tangannya begitu erat.

"oh no!! laki-laki ternyata kelakuannya bikin grogi. yang satu bikin leleh. nah yang satu ini so cool, rasanya aku membeku pemirsah..."

Hendra, Adji Mahendra. Laki-laki satu ini berkulit kecoklatan. Rambutnya lurus pendek dengan jenis potongan yang pas menempel sempurna menghiasi penampilannya yang bertampang serius bingitzzz.

Tubuhnya tinggi tegap atletis, mungkin sekitar 180cm membuat Ayumi berasa mini banget ketika berdiri di dekatnya.

Sorot matanya yang tajam dan sedikit sekali berbicara.

Ayumi menarik pelan tangannya yang cukup lama berada dalam genggaman tangan Hendra.

Ian pun meresponnya dengan membantu menyikut sisi perut temannya itu.

" jangan keganjenan elu Ndra ...!" celetuknya sambil tertawa memecahkan kecanggungan yang sempat muncul diantara mereka.

Waktu berlalu tak terasa sudah 1 jam lebih mereka ngobrol ringan masih seputar bab perkenalan. Hendra cenderung banyak diam, tapi syukurlah Ian tergolong makhluk ceriwis, mungkin faktor dia adalah salah satu announcer di salah satu radio swasta favorit anak muda di kota Jogja.

"Ok deh nanti lain waktu kak Ian singgah lagi ya, sudah sore Ay..." Ian pun pamit

Setelah mengantar tamunya dan memastikan mereka sudah tak terlihat lagi menghilang di pengkolan ujung jalan, Ayumi bergegas masuk ke kamarnya.

Menepuk pipi dan jidatnya sendiri,

alangkah memalukan, melihat mukanya yang memerah seperti kepiting rebus yang baru diangkat dari panci.

Ayumi memang tak pernah berkencan dengan laki-laki manapun sejak pertemuan terakhirnya dengan Hafi 5th yang lalu.

Janji itu masih teguh dipegangnya. Masih menunggu, walau terkadang merasa jengah karena tak ada sedikitpun titik terang keberadaan Hafi sampai detik ini.

Ayumi mengedarkan pandangannya. Terduduk di bangku kayu sederhana tempat dia biasa mengerjakan tugas kuliahnya.

Mencari Hafi di antara deretan foto yang berjejer rapi di buku Kenangan SMP. Hanya itu yang dia punya.

"Hafi....di mana kamu...."

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!