NovelToon NovelToon

Sekar & Raja Phinisi

Perkenalan

...Dear Readers Yang Terhormat… Sebelum Membaca Ini Diharapkan Untuk Membaca “My Butler”  (Kisah Galang & Kasih) Karena Tokoh-Tokohnya Diambil Dari Sana Dan Masih Berkelanjutan. Tapi Kalau Tidak Juga Tidak Apa-Apa. Tokoh Sekar Disini Akan Menuntun Anda. Terimakasih....

...📖📖🎻🎻🎻🎻📖📖...

Sekar Point OF View

“Hallo Kar… Sekar... Sinyalnya jelek! Gak dengar aku...!”

“Iya bentar, Kasih! Aku lagi manjat tangga dulu, biar dapat sinyal!” kataku sambil memanjat tangga tiang di kapal Phinisi. Ku keraskan suara ku agar teman ku Kasih bisa mendengar ucapan ku.

Yah, aku adalah Brigitta Sekar. Orang memanggil ku Sekar. Aku asli Jawa tulen. Tidak ada blasteran campur-campur dengan negara lain. Kulit ku juga tidak seputih susu macam orang bule dan orang Korea. Aku hanya Sekar orang biasa.

Kata ibuku, namaku ini memiliki arti loh… Ibuku bilang kalau namaku ini dalam bahasa Jawa berarti bunga. Tapi waktu aku googling ternyata nama ku ini memiliki banyak arti. Dalam bahasa Sunda memiliki arti yang sama juga, bunga. Kalau bahasa Sansekertanya berarti puncak. Entah puncak apa sampai saat ini aku belum tahu.

Kata Google, sifat dan karakter namaku ini berarti tulus, semangat, mudah jatuh cinta dan pemimpi. Yah… aku memang seorang pemimpi. Aku bermimpi ingin menjadi pemain cello terkenal dan penulis. Tidak itu saja, aku bahkan ingin bermimpi menjadi seperti temanku yang bernama Kasih. Hidupnya sangat beruntung. Temanku itu dinikahi oleh orang kaya yang bernama Galang. Seorang owner (pemilik) hotel yang memiliki banyak cabang. Nama perusahannya adalah Luxus Company. Enak kali lah jadi temenku itu. Hehee…

Tapi aku tidak mau iri. Kata ibu-ibu kompleks di rumahku, rejeki itu sudah ada yang ngatur. Semakin dikejar… semakin banyak juga pengeluaran. Tapi kalau gak dikejar… dompet kotong mlompong alias kosong, itu menurutku.

“Kenapa kenapa?! Aku lagi sibuk ni. Banyak kerjaan!” kataku sedikit mengeraskan suara. Saat ini aku lagi bekerja part time di kapal phinisi. Kapal tempat aku part time saat ini bernama Raja Phinisi yang berkode RP 07. Sebetulnya Raja Phinisi Company memiliki puluhan kapal, tapi aku belum tahu berapa jumlahnya.

Boleh dibilang pekerjaan ini sangat menyenangkan. Tapi cukup beresiko juga karena taruhannya nyawa. Bekerja disekelilingi oleh lautan lepas. Padahal aku tidak bisa berenang. Itulah mengapa aku hanya diizinkan ambil part time saja kalau lagi banyak tamu. Sebenarnya itu juga tidak boleh. Tapi aku beruntung karena mengenal mbak Lia.

Mbak Lia adalah karyawan lama di Raja Phinisi. Dia salah satu karyawan yang dipercayai oleh pemilik perusahaan ini, namanya pak El. Ya, hanya 2 huruf ‘El’, begitu orang memanggilnya.

“Kamu kemasi kopermu, Kar! Mas Galang siapin pesawat buat jemput kamu! Kita ada acara Grand Opening Restaurant Underwater besok! Denger gak aku omong ini?!” suara Kasih sangat keras memenuhi gendang telingaku. Hmm… Huft…

“Jemput pakai apa?! Aku masih di daerah Raja Ampat ini! Aku gak bisa berenang Kas! Aneh kamu!”

“Siapa yang suruh kamu berenang?! Mas Galang ngasih undangan juga buat bos mu. Kata mas Galang bosmu akan jemput kamu pakai seaplane. Habis itu baru pakai pesawat betulan dari Marinda Airport Raja Ampat menuju Bintan Kepulauan Riau!” Ucapan Kasih itu membuat otak ku berpacu cepat.  Bosku? Berarti pak El… Mimpi apa aku bakal satu pesawat dengan pak El? Hihii. Semoga duduk bersebelahan… Otak ku semakin melayang membayangkan wajah pak El.

Kemarin sore pak El ikut naik ke kapal yang aku naiki ini. Dia datang dengan mengedarai kapal speedboat, kapal yang lebih kecil. Menurut info yang beredar dia akan menemui sodaranya disini. Tapi sampai malam ini aku belum melihat adanya tanda-tanda speedboat lain yang mendekati RP 07 ini.

“Tapi aku lagi kerja, Kas! Ntar aku kena maki sama kru kapal disini! Tiap menit ada aja kerjaan yang harus dikerjain! Kamu kan tahu sendiri waktu itu!”

“Tenang…! Mas Galang yang minta izin langsung ke bosmu itu. Jangan kuatir! Kata mas Galang, itu sebagai tanda terimakasih karena aku baik-baik aja disana waktu itu. Makanya aku minta mas Galang buat undang kamu sekalian disini! Jangan nolak!”

Aku gak tahu kenapa Kasih suka memaksakan kehendak sekarang. Mungkin karena bawaan bayinya… yah, dia sedang hamil muda. Dulu waktu masa sekolah dia bukan tipe seperti itu. Selesai ambil program D3 Perhotelan/Pariwisata, dia sempat nganggur 1 tahun. Dia cuma bantu usaha keluarganya. Tapi sekalinya masukin lamaran, dia diterima jadi VIP Butler di hotel. Tak lama kemudian dia dinikahi sama pemilik hotelnya. Ck ck ck… Enak banget hidupnya. Sedangkan aku belum mendapat pekerjaan tetap… aku masih terombang-ambing disini, dihantam angin laut juga.

“Ya Kas! Aku cek dulu sama pak El!”

“Siapa pak El?!”

“Bos ku lah, Kas! Katanya suamimu kenal sama bosku. Gimana sih kamu?! Boong ya kamu?”

“El…? Namanya bukan El! Suamiku bilang namanya Raja!”

“Raja? Siapa tuh? Oh… Mungkin nama kapalnya, Kas! Raja Phinisi.”

“Entahlah! Pokoknya kamu harus datang kesini! Harus sampai sini besok sebelum acaranya dimulai. Ok?!”

“Iya iya Bumil! Hahaaa.”

Ini sudah jelas bawaan bayinya. Tukang maksa kaya suaminya. Istrinya berlayar dikejar sampai tengah laut. Sweet banget sih mereka berdua...

“Ya udah, ku tutup dulu ya. Mas Galang udah sampai kamar ni. Bye bye!”

Enaknya punya suami. Sedang apa ya mereka di kamar? Hm… Udah mau 23 tahun tapi masih jomblo aja aku ini. Kata mamaku, wajahku tidak jelek juga. Kalau Eyang Putriku (Neneku) bilang aku ini manis kalau rambutku digerai. Tapi aku merasa tidak nyaman kalau digerai. Karena rambutku ini bergelombang agak mengembang. Jadi tidak jatuh lurus yang mudah diatur.

“Iya Kasih… Bye bye…!”

Segera ku tutup telpon temenku dan kumasukan ke kantong. Karena aku harus bersiap melompat ke lantai deck. Tiang yang ku panjat ini cukup tinggi. Jadi aku takut kalau saat aku mendarat handphone ku bisa jatuh dan ambyar (pecah).

Hari ini angin malam cukup kencang. Bisa kurasakan saat ini. Aku memanjat di tiang segitiga penyeimbang  bagian depan kapal menggunakan tangga. Hehee ini adalah anjuran mbak Lia kalau sinyal lagi jelek. Anggaplah aku lagi beradegan di kapal Titanic, saat Rose dan Jack lagi berduaan merentangkan tangan.

Tapi kenyataannya saat ini tidak seperti itu. Aku sendirian… anginnya super kencang menghantam badanku. Rasanya sudah mau jatuh jatuh terjun bebas ke lautan.

 

Author POV

“Waaaaaaa!!” Sekar berteriak dengan keras. Memejamkan mata penuh ketakutan karena kakinya terpeleset saat akan turun dari tangga.

BRUGGG! (Sekar terjatuh di lantai deck)

Aw… Huuhh… Apa ini…? Kok rasanya ada yang menempel di bibirku? Kenyal sekali. Mmm… Kok ada yang bergerak-gerak di bibirku? batin Sekar yang masih memejamkan matanya karena takut jatuh dari ketinggian. Sekar masih terdiam beberapa detik dengan mata terpejam. Menggerakan bibirnya, memastikan benda apa yang bisa bergerak-gerak dan menempel di bibirnya.

“Are you ok?” (kamu gak pa pa)

Sekar yang menyadari ada suara orang  mulai membuka matanya. Betapa kagetnya Sekar setelah membuka matanya. Ternyata ada orang yang dia tindih saat ini.

“Hah?!” Sekar segera berdiri dan membetulkan baju dan rambutnya.

 

Rasanya sangat canggung bercampur malu. Ternyata benda yang bergerak itu adalah bibir laki-laki yang dia tindih. Sekar merasakan mukanya sangat panas. Jantungnya berdegup lebih kencang. Rasa takut saat terjatuh ditambah ciuman yang tidak sengaja itu membuatnya bingung harus berkata apa.

Haruskah aku berterimakasih karena badannya aku tindih? Oh tidak tidak tidak! Harusnya aku marah! Ini ciuman pertamaku! Ish…! Dia seperti menggunakan kesempatan untuk mencium bibirku juga! Sial! Sekar menggerutu dalam batinnya. Memutar badan ke kanan dan ke kiri, bingung harus melangkah pergi langsung atau… meminta maaf karena kesalah pahaman ini?

“Did you get hurt?” tanya laki-laki yang ada di depan Sekar. (Apa kamu terluka?)

“Oh no. Sorry… Em… Thank you… It’s too much windy. So I fell down from strairway,” jawab Sekar. Terpaksa harus berkata sorry, mungkin orang itu juga tidak bermaksud mencuri kesempatan. Secara dirinya lah yang terlebih dahulu menggerakkan bibirnya seperti mengkecupp kecupp benda kenyal yang tidak dia ketahui tadi. (Oh tidak. Maaf… Em… Terimakasih… Ini terlalu banyak angin. Jadi saya terjatuh dari tangga)

“Are you sure?” Laki-laki itu memegang lengan Sekar. Tapi Sekar mencoba menghindar dan meraih tangan laki-laki di depannya agar tidak menyentuh lengannya.

“Yes yes… No worries, sir. Em… once again, thank you for helping me. I’ll go back to work… Have a good night,” kata Sekar yang kemudian berlalu pergi meninggalkan laki-laki itu. Masih berkomat-kamit menggerutu sambil meraba bibirnya. (Ya ya… Jangan cemas, pak. Em… sekali lagi, terimakakasih untuk menolongku. Saya akan kembali bekerja… Semoga malam anda menyenangkan)

Sial Sial Sial! Malas kali aku berterimakasih! Tapi nanti kalau aku komplain, Dia bakal komplain aku balik. Secara naik ke tiang segitiga penyeimbang tidak diperbolehkan, apalagi aku memanjat bagian tangganya sampai tinggi sekali, Sekar menggerutu penuh kekesalan. Yah, dia melakukan demi Kasih temannya. Ibu hamil kalau telpon harus diangkat, takut janinnya rewel, begitu pikir Sekar.

Sesekali Sekar menoleh ke belakang melirik laki-laki tadi. Sekar mencoba mengamati wajah laki-laki itu yang tidak begitu jelas karena suasana malam membuat bagian depan kapal sedikit remang-remang.

“Kenapa dia memandangku seperti itu? Siapa dia? Apakah dia tamu disini? Tapi baju yang dia pakai biasa saja. Kalau karyawan baru pasti ngomongnya gak pakai bahasa inggris. Apa dia karyawan baru? Tapi kalau karyawan baru pasti sudah diberi tahu siapa aku ini,” kata laki-laki itu memandangi Sekar dari kejauhan. Mengamati dari ujung kepala sampai kaki.

*****

Duh? Siapa laki-laki itu?

Bersambung…

*****

(Note: Visualnya Ada Di Bab No 7😁 Maap Lupa Post Waktu Itu. Kalau tidak Cocok Silahkan Berhalusinasi Dengan Tokoh Favorite Masing-Masing. Terimakasih🙏... Happy Reading)

Laki - Laki 90 90

Setelah kejadian yang tak terduga itu, Sekar masuk ke bagian dalam kapal. Berjalan mendatangi tempat nakhoda menjalankan kapal. Disamping nakhoda ada ruangan kecil, tempat direktur utama bekerja. Yah, memang didesign seperti itu agar memudahkan untuk berkominukasi dengan nakhoda.

TOK TOK TOK

“Permisi…” kata Sekar sambil mengetuk pintu yang sudah terbuka. Di ruangan itu ada seorang laki-laki yang sedang sibuk membuka laci-laci meja.

“Hai… Cari siapa yah? Mas Rajanya lagi  pergi makan tuh... Kamu siapa?” tanya laki-laki itu.

Nada suaranya sangat lemah gemulai. Jari tangan kanan bergerak-gerak sangat lentik. Sedangkan tangan kiri berkacak pinggang bagai model international. Tapi rambutnya cepak, mukanya juga berkumis sedikit berjenggot. Sudah bisa dipastikan ini kaum 90 90 alias bencoong. Bagaimana Sekar harus memanggil? Mbak? Mas? Atau pak?

“Kak… Mm… bisa saya ketemu dengan pak El?” tanya Sekar dengan penuh sopan.

“Pak El? Oh… si abang… Bang El nya lagi ketemu sama mas Raja. Mau ngapain dek cari bang El? Kamu karyawan baru ya?”

“Oh iya kak,” kata Sekar yang kemudian menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Laki-laki 90 90 itu meraih tangan Sekar. “Saya kerja tapi cuma part time aja. Nama saya Sekar,” kata Sekar yang kemudian menarik tangannya.

“Saya Bento. Panggil aja kak Ben. Biar akrab,” kata Ben memberi senyum untuk Sekar. “Mau ngapain cari bang El? Penting banget yah? Mau aku panggilin?”

“Hehee… Gak usah kak Ben. Gak terlalu penting. Nanti saya kesini lagi aja. Kalau gitu saya permisi dulu ya,” Sekar mulai membalikan badannya untuk meninggalkan ruangan itu.

“Eh eh…!” Ben melambaikan tangannya memanggil Sekar.

“Ya kak Ben? Kenapa?” tanya Sekar membalikan badannya lagi.

“Sekar tunggu aja di deck kapal belakang. Biasanya bang El suka nongkrong sambil ngrokok disana.”

“Sip kak Ben. Thank you buat infonya. Saya kesana dulu,” kata Sekar sambil mengacungkan 2 jempol tanganya.

“Maa sama…”

Sekar pun beranjak pergi dari ruangan itu. Ben masih memperhatikan punggung Sekar.

Anaknya manis… Kaosnya kedodoran aja. Rambut panjangnya 70 lah… Tingginya perfect… Masukin kriteria gak ya… Sudah sejak kapan dia part time disini? Baru pertama kali lihat. Biasanya yang part time cowok-cowok. Harus dicek nih… Siapa tahu cucok meong sama kriteria pak Ansu… Habis disuguhin model-model sama artis ibu kota gak mau… Mana tahu sama tikus kecil ini mau… Hihii… Gumam Ben dalam batin sambil mengintip Sekar yang berjalan di lorong kapal.

Sekar Point Of View

Siapa itu ya kak Ben? Asisten pak El kah…? Dia bilang… Bang El lagi ketemu mas Raja? Jadi nama Raja itu emang ada ya orangnya? Jadi tadi si Kasih telpon emang gak boong kalau bos kapal tempat aku kerja ini namanya Raja. Kaya apa ya orangnya? Ah! Gak usah mimpi lah aku mau jadi Kasih! Hehee… Udah bisa part time disini aja bersyukur.

Huft… Mending aku tunggu pak El di deck belakang. Sambil ngetik novel di handphone. Yah… apalagi yang bisa dilakukan perempuan jomblo ini kalau gak berhalusinasi. Mau ngobrol sama temen disini pada sibuk. Kalau gak sibuk mereka pada mojok buat telpon suami atau istri atau pacar mereka. Lah aku… Ditemani handphone yang gak pernah muncul notifikasi ting tang ting tong nya… Gak pa pa lah yang penting bersyukur aja karena masih diberi kesehatan dan rejeki.

Hmm… Enaknya bisa berjalan bebas di lorong kapal ini. Kaya gak ada beban kalau malem-malem gini. Tamu tamu pasti pada tidur… Atau… Hehee kok pikiranku malam ini mesum terus ya... Pasti gara-gara kena cium orang itu. Harusnya kan dia menjauh dari bibirku! Bukannya diem! Terkesan menikmati.

Sudahlah… Yang terjadi biarlah terjadi. Mau gimana lagi coba… Ini bukan dunia yang menganut time traveler menurutku… Ku nikmati saja malam ini… Daripada mengerutu terus menerus. Gak sehat buat otaku.

Awesome (Mengagumkan)! Cantiknya Raja Ampat dilihat dari deck belakang kapal. Banyak lampu yang menyala. Ku pikir, bumi pertiwi di bagian timur Indonesia ini masih gelap kalau malam. Ternyata indah… Raja Phinisi, terimakasih aku boleh menikmati alam yang sempurna ini. Jalan-jalan gratis dan digaji pula lagi… Hihii.

 

Author POV

Sekar berdiri sambil memegang handphonenya. Akhir-akhir ini Sekar suka sekali membuka aplikasi Noveltoon. Saat ini Sekar disibukan dengan mengetik novel pertamanya. Awalnya hanya membaca saja melalui aplikasi itu. Tapi setelah Sekar mendengar perjalanan cinta temannya yang bernama Kasih, dia mulai tertarik untuk membuat novel. Merangkum setiap cerita yang dia dengar dari Kasih.

Bagi Sekar, kisah cinta temannya itu seperti drama telenovela. Awalnya Sekar ragu-ragu mengangkat kisah temannya itu menjadi sebuah novel online. Tapi adanya like dan jumalah view yang membaca membuat Sekar semangat melanjutkan mengetik novel itu. Meski belum mendapat kontrak kerjasama.

 

“Untunglah aku merekam ceritamu waktu itu. Jadi kalau aku lupa, aku bisa memutar recordernya,” bisik Sekar sambil mendengar cerita Kasih lewat handphonenya.

Otak ku mana cukup untuk mengingat semua ceritamu, Kas… Yang aku ingat hanya bagian-bagian konyol yang suamimu lakuin ke kamu. Termasuk bagian horror saat kamu di ranjang… Hihiii, batin Sekar dalam hati.

Demi menghayati setiap tokoh di novelnya, Sekar harus berfantasi liar menjelma menjadi setiap tokoh. Ini bukanlah hal yang mudah, karena Sekar belum pernah merasakan bagaimana itu berciuman… Apa itu rasanya mengkecupp-kecupp… Apa itu rasanya bila gunung kembarnya diremas-remas… Apalagi saat anu masuk ke anu… Seringkali bulu kuduknya merinding saat membayangkan hal yang masih dianggapnya tabu.

“Huft…” Sekar meregangkan ototnya karena lelah berfantasi.

Apa rasanya seperti tadi saat aku dan orang itu tidak sengaja berciuman? Pikiran Sekar melayang lagi mengingat rasa ciuman yang tidak disengaja dengan orang asing.

Setelah sekitar 30 menit menunggu pak El sambil memutar recorder dan mengetik novel, orang yang ditunggu-tunggu Sekar mulai nampak.

Laki-laki bertubuh tegap itu terlihat sangat keren di mata Sekar. Apalagi bau parfumnya yang manly sekali. Humm… Membuat Sekar ingin menghirup dalam-dalam.

Padahal Sekar baru mengenal pak El sejak kemarin sore. Tapi kesan pertama yang Sekar dapat dari sosok laki-laki itu sangat hangat. Orangnya super ramah dengan senyum yang terus mengembang.

“Hai Sekar! Sedang apa kamu disini?” tanya pak El sambil berjalan mendekati Sekar. Laki-laki itu mulai berdiri di samping Sekar.

Duh Gusti… (Ya Tuhan) Harumnya parfum pak El… Kalau dekat-dekat dia gini kenapa jadi grogi ya? Apa kalau jantungku sedikit bedegup tandanya naksir ya…? Apa pak El juga merasakan hal yang sama? Hehee… bodohnya aku. Mana mungkin dia dengar suara jantungku. Itu hanya di film-film korea dan Spongebob, batin Sekar sambil memandangi wajah pak El.

“Sekar… Sekar!” pak El menepuk-nepuk tangan Sekar yang mencengkram tugu pembatas kapal.

“Eh pak? Maaf maaf… Gak fokus,” kata Sekar yang tersadar dari lamunannya.

“Melamunin apa? Pacarnya ya…?”

Ya ampun… boro-boro pacar pak, gebetan aja aku gak ada. Ya pasti bapak lah yang aku lamunin. Itu wajah kok makin ganteng banget sih? Apa karena efek cahaya ya? Andai saja… Hushh…! Otak otak… tolong jangan berkhayal terlalu jauh, batin Sekar dalam hati.

“Hehee… gak ada kok, pak,” jawab Sekar sambil tersenyum lebar. Memastikan gigi putihnya itu dilihat oleh El.

“Kata Ben, kamu nyari saya ya?”

“Iya, pak.”

“Naik ke deck atas yok! Biar lebih nyaman ngobrolnya. Udah gak ada tamu juga,” kata El sambil meraih tangan Sekar.

“Eh eh… pak. Saya cuma mau…”

“Udah ikut saya aja. Sambil nemeni saya ngobrol.”

Sekar pun akhirnya pasrah tangannya ditarik oleh bosnya itu. Sambil menggigit-gigit bibir bawahnya memastikan itu bukan mimpi. Hembusan angin yang berpapasan dengan tubuh El membuat Sekar semakin mabuk menikmati aroma parfum. Hmm… Harumnya…

 

*****

Wah Sekar… makin berkhayal itu otak menghirup aroma parfum…

Bersambung…

*****

Seaplane yang akan ditumpangi Sekar. Bisa mendarat dan mengapung di atas permukaan air.

Cello: Alat musik yang suka dimainkan Sekar

Curhat

Negeri ini sangatlah cantik. Hamparan air laut yang dipenuhi kunang-kunang air membuat suasana malam semakin romantis. Meski angin terus berdesir membelah bulu-bulu kulit, tapi aku menikmati disaat jari-jarinya menyentuh jari-jari ku. Apa aku sudah jatuh cinta? Cepat sekali aku menafsirkan perasaan cinta… Apa ini karena arti karakter nama ku… kata Google aku ini mudah jatuh cinta hihii. Tapi kalau itu benar, kenapa baru di usia ku yang akan menginjak angka 23 tahun jantungku mulai berdesir… terkesan lama sekali aku menemukan cinta! Ah, ya sudahlah… aku akan menikmati setiap rasa yang dirasakan oleh tubuhku. Setiap Rasa yang belum pernah kurasakan. Mungkin saja ini akan membantuku dalam merangkai kata di novelku. Batin Sekar dalam hatinya, sambil menikmati pemandangan punggung yang lapang sedang menuntunnya.

“Sudah berapa kali kamu ikut part time di sini?” tanya El sambil menarik tangan Sekar yang masih berjalan di belakangnya.

“Saya… Em… Baru 2x trip, pak. Trip pertama cuma 4 hari aja waktu itu ke Karimunjawa. Terus ini trip kedua saya,” jawab Sekar.

Mereka pun mulai menaiki tangga untuk menuju lantai deck atas. El menyuruh Sekar terlebih dahulu menaiki tangga. Menuntun Sekar agar menaiki tangga dengan hati-hati.

Mereka benar-benar menikmati suasana malam berdua. Tidak ada orang yang berada di deck atas. Hanya berdua… Berdua dengan dikelilingi indahnya lautan Raja Ampat yang berwarna biru berkelip-kelip dari kunang-kunang air.

“Kamu tadi mau ngomong apa?” tanya El setelah mereka berada di deck atas.

“Pak El tahu teman saya yang bernama Kasih? Yang nikah sama owner Luxus Company.”

“Ah, ya… Kenapa?”

“Saya akan dijemput besok pakai seaplane untuk menuju Marinda Airport Raja Ampat…”

“Oh, jadi kamu yang akan pergi sama adik saya?” tanya El membuat Sekar bingung.

“Adik? Jadi orang yang namanya Raja itu betulan ada ya pak?” tanya Sekar masih bingung.

Laki-laki yang berdiri tepat di sebelah kanan Sekar itu menatap mata Sekar dengan intens. Menelisik tajam mata Sekar.

“Kamu belum tahu tentang Raja…? Kamu mau dengar cerita saya?”

 

Sekar Point Of View

Saat pak El memandang ku dengan dua bola matanya itu, rasanya ingin ku meraba pipinya. Apa sih rasanya kalau telapak tanganku ini meraba pipi tampannya? Hm… Gusti… (Tuhan) Maha Karya mu sungguh luar biasa. Terimakasih sudah menguji kesabaran ku hampir 23 tahun untuk memandang wajah tampan orang di depanku ini. Rasanya ada sesuatu yang menggelitik aliran darah ku.

“Boleh… Cerita aja, pak. Saya suka mendengar orang bercerita,” jawabku.

Ceritakanlah apa yang mau diceritakan. Semakin panjang ceritamu… Semakin aku ingin tahu kenapa tubuhku ini ingin terus berdekatan denganmu… Semakin aku ingin tahu kenapa jantungku ini terus berdegup kencang sejak… Em… Sejak… Tidak!!! Tapi… Memang benar jantungku berdegup sejak orang asing tadi mencium bibirku. Sial! Kenapa perasaanku jadi terkecoh gini?!

“Raja itu adalah adik saya. Usia kami hanya berselisih 4 bulan.”

“Empat bulan? Maksudnya kalian kembar? Lahirannya mampet ya, pak?” tanyaku secara spontan.

“Hahaa! No… Gak seperti itu. Kami beda ibu. Ibu saya orang Medan. Ibunya Raja orang Jogja.”

Aku semakin tertarik mendengar cerita pak El. Laki-laki macam apa yang menghamili 2 perempuan dalam waktu yang hampir bersamaan.

“Ayah kami orang Sulawesi. Itu mengapa ayah kami meneruskan bisnis keluarga, kapal phinisi secara turun-temurun…”

Astaga astaga! Tangannya mulai menyentuh rambut ku, jari-jarinya menyentuh telinga ku. Dadanya sudah menempel di dadaku. Apa aku harus melangkah mundur?

“Jangan mundur-mundur. Sini saya pakaikan hair clip (Jepit rambut), biar gak terbang-terbang rambut mu,” kata pak El sambil memakaikan hair clip di rambutku. ”Saya tadi menemukan hair clip di ruang kerja. Mungkin milik Bento. Kamu pakai aja.”

“Terimakasih, pak. Mari dilanjut lagi ceritanya,” kataku untuk memusnahkan rasa canggung yang sudah menggelora. Huh!

“Hm… Ibu saya tidak tahu kalau saat ayah dan ibu saya memutuskan untuk berpisah, ibu saya sudah mengandung saya kurang lebih 2 bulan. Ibu saya bilang tidak ada tanda-tanda morning sicknes seperti kebanyakan wanita muda yang hamil.”

“Ow…” aku hanya mengangguk-angguk. Aku tidak paham hitungan orang hamil apalagi tanda-tanda morning sicknes. Karena aku belum pernah hamil. Melakukan itu saja aku belum pernah… jadi bagaimana aku bisa hamil… hehee.

“Ibu dan ayah saya hanya berpacaran waktu itu. Setelah mereka berpisah, Ayah saya menikahi wanita yang tidak lain adalah mamanya Raja. Keluarga besar ayah saya menerima kedatangan saya 10 tahun yang lalu setelah ibu saya meninggal.”

Aku bingung harus berbuat apa melihat wajah tampan itu terlihat sendu. Haruskah aku mengelus tangannya…? Atau menepuk-nepuk punggungnya? Tanganku ini selalu gemetaran kalau bersentuhan dengan laki-laki tampan. Huft…

“Saya turut berduka, pak. Untuk kepergian ibu pak El. Semoga beliau bahagia disana,” kataku sambil menepuk punggungnya. Yah, lebih baik menepuk punggung berlapis baju daripada tangan. Biar tidak skin to skin. Aku harus tetap menjaga tekanan darah ku. Supaya stabil tidak pingsan.

“Thank you, Sekar… Tapi kehadiran saya dianggap merusak rumah tangga ayah saya sampai mamanya Raja meninggal karena depresi... Adik saya bilang, kalau mamanya banyak pikiran. Dia menuduh ayah kami selingkuh dengan ibu saya. Padahal jelas-jelas saya lebih tua 4 bulan… Tapi mamanya Raja tetap tidak percaya. Dia bilang akta kelahiran saya dimanipulasi agar saya menjadi lebih tua. Padahal tidak ada cerita manipulasi seperti itu. Itulah mengapa saya dan Raja tidak akur sampai sekarang… Huft…”

Aku merasa iba mendengar ceritanya. Aku pikir jadi orang kaya itu enak. Ternyata mereka juga dipusingkan dengan masalah pribadinya. Ini membuatku lebih bersyukur. Aku tidak pernah mengalami penindasan atau dikucilkan dalam keluarga. Paling heboh cuma cibiran tetangga.

Cibiran tetangga di kompleks rumah ku bagai sambal berisi cabai rawit semua. ‘Kok dirumah aja sih? Gak punya kerjaan ya?’ … ‘Kapan nikahnya? Kok belum nikah-nikah?’ … Kurang lebih seperti itu. Bagiku itu sudah membuatku ingin melempar sandal jepit agar mereka tidak sok tahu tentang kehidupanku. Ternyata itu tidak seberapa kalau dibandingkan dengan hubungan pak El dan keluarganya. Aku masih beruntung. Mama, ayah dan kakak ku sangat menyayangiku. Paling heboh… aku cuma diguyur air kalau aku susah bangun tidur.

“Kurang ajar sekali adik bapak itu. Seharusnya dia tidak boleh seperti itu. Tidak boleh ikut menuduh yang tidak benar. Atau mau saya pukulin aja adik bapak itu? Hehee… Bercanda, pak,” kataku membuat pak El tersenyum.

“Hehee… Jangan. Lagi pula kalau adik saya dibandingkan dengan saya... tentang siapa yang lebih kurang ajar, saya merasa juga kurang ajar,” kata pak El yang kemudian mengusap lenganku. “Sebetulnya kami sedang perang dingin saat ini. Saya menjalin hubungan dengan pacarnya Raja.”

(WUUZZZZZ…) (WUUZZZZZ…) (WUUZZZZZ…)

Mukaku seperti diterpa angin kencang berkali-kali. Ternyata hatinya pak El sudah dimiliki orang lain. Perempuan seperti apakah dia yang mampu menaklukan hati pak El dan adiknya? Yang pasti bukan seperti aku. Hah! Harus kubuang jauh-jauh pikiranku untuk menjadi seperti Kasih, temanku itu. Mana mungkin aku bisa mendapatkan cinta seorang bos.

“Sudah berapa lama pak El menjalin hubungan dengan cewek beruntung itu? Enak ya jadi dia disukai pak El sama adik bapak. Hihii…” kataku dengan memasang senyuman lebar.

Sebetulnya ini adalah senyuman kegagalanku. Belum apa-apa sudah harus mundur pelan-pelan.

“Hmm… Itu nggak seperti yang kamu bayangkan… Perempuan itu sekarang sakit karena kami.”

Aku semakin bingung kenapa perempuan itu bisa sakit dicintai 2 orang. Apa ada penyakit overdosis cinta? Apa perempuan itu melakukan hubungan ah ah ah itu terlalu keras? Kata Kasih… pertama kali melakukan itu rasanya seperti terjun ke jurang. Mak jleb! Berhantaman dengan air tapi habis itu bikin menggigil. Huft… bulu kuduku jadi berdiri membayangkannya saja.

“Sakit apa pak?”

“Dia mengalami kecelakaan dengan kereta waktu di Bandung. Raja memergoki kami sedang berlibur bersama disana. Mona berusaha kabur dari kejaran Raja. Dia memacu mobil dengan kecepatan penuh tanpa memperhatikan rambu-rambu kereta. Akhirnya terjadilah kecelakaan itu… Saya sangat menyesal. Seharusnya saya yang menyetir mobil itu. Sekarang dia koma sudah 3 bulan lamanya.”

Aku tidak tahu apakah ini sebuah peluang untuk ku mendekati pak El atau tidak. Aku harap perempuan bernama Mona itu cepat sadar. Kasihan juga kalau terus-terusan koma. Seandainya aku bisa memenangkan hati pak El, Mona pasti kembali dengan orang yang bernama Raja. Secara Raja seperti tergila-gila dengan Mona. Kecemburuan Raja menyebabkan Mona kecelakaan. Yah… kecelakaan itu pasti tidak disengaja. Secara mana mungkin Raja mengendalikan laju kereta. Semua kereta kan milik pemerintah.

Otakku otakku… sadarlah kamu! Kenapa sih aku ini terus ingin mendapatkan pak El!?

*****

Bersambung…

Bagi…

like like like

Favourite Favourite Favourite

Bunga Kopi Bunga Kopi

Vote Vote Vote

Terimakasih

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!