Semua sangat sempurna. Meski tinggal di ruangan sempit ini, hidupku sudah sangat sempurna. Sempurna itu tidak harus memiliki segalanya. Bagiku, bisa makan dan kuliah saja aku sudah sangat bersyukur. Aku adalah anak yatim piatu yang sudah tidak memiliki orang tua. Aku besar di sebuah panti asuhan kecil yang hangat di sebuah desa. Ketika umurku menginjak 18 tahun, mau tidak mau aku harus meninggalkan panti dan hidup mandiri karna anak yang sudah berumur 18 tahun tidak bisa mendapat bantuan dari panti lagi. Walaupun mereka membolehkan ku untuk tinggal, aku merasa tidak enak. Karena itu lah aku memutuskan untuk mengambil beasiswa kuliah di Kota dan bekerja sambilan di mini market setiap malam.
Hidupku memang cukup membosankan dan tidak berwarna, mungkin karena aku tidak memiliki banyak teman dan jarang bersenang-senang karena harus menghemat uang. Namun aku sudah cukup puas dengan hidup seperti ini, setidaknya aku tidak pernah menyusahkan orang lain dan bisa menangani masalahku sendiri.
Akhir-akhir ini aku senang bermain game otome yang berjudul "Red Strings". Yuriel Castris adalah nama heroine dalam game ini. Alasan mengapa aku senang memainkan game ini karena Yuriel adalah anak yatim yang tidak punya apa-apa sepertiku. Aku merasa bisa mengerti keadaannya, bedanya adalah dia diadopsi oleh keluarga konglomerat dan menerima banyak cinta dan kasih sayang karena sifatnya yang baik.
Tentu saja dalam sebuah game pasti ada karakter jahat yang selalu menganggu heroine. Liyuna Aria Castris adalah wanita jahat yang ada di dalam game. Dia merasa iri pada Yuriel karena selalu mendapatkan cinta dan kasih sayang dari semua orang, termasuk ayahnya. Satu-satunya orang yang selalu ada di sisinya hanyalah ibunya. Karena itu Liyuna dan ibunya selalu berbuat jahat pada Yuriel. Tentu saja ending seorang wanita jahat tidak akan pernah bagus.
Liyuna, si wanita jahat selalu mati di akhir cerita. Mau itu bad end, happy end, ataupun normal end Liyuna pasti akan selalu mati. Entah karena tidak sengaja tertusuk pisau, bunuh diri dari atap gedung, tidak sengaja meminum racun yang ditujukan pada Yuriel, ataupun mati ditangan salah satu capture target. Intinya tidak ada happy ending untuk Liyuna.
Sebenarnya aku sedikit kasihan dengannya. Meski dia seorang villainess dalam game, Liyuna sebenarnya bukan wanita yang jahat, setidaknya menurutku. Dia menjadi seperti itu karena dia merasa putus asa karena kasih sayang ayahnya berpindah kepada Yuriel. Rasa putus as ayang menumpuk lama-lama menjadi rasa iri kepada Yuriel dan ia merasa bahwa setiap hal yang ia lakukan dengan susah payah, Yuriel bisa melakukannya dengan sempurna tanpa berusaha sedikitpun. Hal ini membuatnya memiliki inferiority complex dan kepercayaan dirinya hilang tak berbekas. Aku bersimpati pada Liyuna karena ketika ayahnya membawa Yuriel ke kediaman Castris, Liyuna hanyalah anak berumur 8 tahun yang masih membutuhkan kasih sayang dari ayahnya, namun kasih sayang itu malah berpindah kepada orang lain.
Untuk mengakhiri malam yang melelahkan ini, aku mencoba untuk memainkan rute terakhir yang belum sempat ku mainkan karena terlalu sulit. Dalam "Red Strings" level kesulitan untuk menamatkan game dari setiap capture target (CP) berbeda-beda dan CP terakhir, yaitu easy, normal, hard, dan maniac. Dan saat ini aku sedang berusaha menyelesaikan maniac mode. Berdasarkan forum yang ku baca, belum ada yang bisa menyelesaikan rute ini karena jalan ceritanya yang sangat berbahaya, dark, dan penuh tipu muslihat. Salah pilih jawaban saja bisa membuat karaktermu kehilangan nyawa dan langsung mendapat bad end. Karena itu aku berniat untuk menjadi orang pertama yang menyelesaikan mode ini. Dengan begitu aku bisa membuatkan walkthrough dan mendapat sedikit uang tambahan jika menjualnya dan lagi menurut rumornya jika menyelesaikan rute tersulit ini, rute untuk hidden character akan terbuka. Hal ini membuat semangatku bertambah karena aku penasaran dengan hidden character-nya karena sepertinya semua misteri yang ada di rute lain akan nyambung jika sudah menyelesaikan rute milik si hidden character.
"Red Strings" memiliki jalan cerita yang cukup rumit. Apa lagi background dari setiap CP yang sangat tidak biasa membuat semua player penasaran dengan jalan ceritanya. Awalnya game ini terkesan seperti game otome biasa dengan cerita ringan antara pria kaya dengan gadis miskin yang tiba-tiba berubah menjadi Cinderella. Namun cerita berubah menjadi sangat dark semakin kita mendekati ending. Heroine mengalami banyak kesulitan dan beberapa kali hampir kehilangan nyawa, namun halo seorang heroine itu kuat makanya dia bisa bertahan hidup tidak seperti si villainess.
[Bad Ending]
Layar ponselku berubah menjadi merah pertanda bahwa aku gagal menyelesaikan rute terakhir.
Benar-benar sangat sial, padahal sedikit lagi aku bisa dapat happy ending.
Aku memutuskan untuk mengulang permainan lagi. Hari ini aku sudah bertekad untuk menyelesaikan game ini dan membuka rute milik hidden character jadi gagal sekali bukan masalah.
Satu kali ...
Dua kali ...
Tiga kali ...
Empat kali ...
Lima kali ...
Makin lama jumlah kegagalanku semakin bertambah hingga aku sudah lupa untuk menghitungnya. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Mataku sudah mulai lelah menatap layar ponsel. Dalam hati aku memutuskan untuk melakukannya sekali lagi untuk yang terakhir kalinya. Jika gagal, aku akan mencoba besok lagi.
[Start]
Aku menekan tombol mulai dan game kembali pada cerita awal. Aku berusaha dengan sangat keras mengingat pilihan yang tepat agar tidak mendapat bad ending lagi. Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Setelah percobaan ke –entahlah aku tidak ingat. Akhirnya tulisan berwarna emas dengan latar belakang bunga-bunga muncul juga di layar ponselku.
[Happy Ending]
Aku menghela nafas lega. Tubuhku terjatuh di atas tempat tidur karena tenaga ku sudah terkuras habis untuk menyelesaikan game satu ini. Mata ku terasa begitu berat, hingga tak
terasa aku sudah berada di dunia mimpi.
[Hidden Character Unlocked]
Saat itu aku tidak tahu jika layar ponselku mengeluarkan cahaya yang begitu terang hingga menyelimuti seluruh tempat tidurku dan membawaku ke dunia yang tidak pernah terlintas dalam otakku sebelumnya.
TBC
"Yuna sayang, pelan-pelan saja makannya."
Wanita cantik yang ada di depanku ini adalah Sara Leingod dan dia adalah ibu dari Liyuna Aria Castris si wanita jahat dalam game.
"Iya, sayang. Tidak usah buru-buru."
Yang duduk disebelah Sara adalah Karl Erudian Castris, ayah Liyuna sekaligus orang yang membuat Yuna jatuh ke dalam kesengsaraan.
Ini terjadi sekitar seminggu yang lalu. Ketika aku terbangun, tiba-tiba saja aku sudah berada ditubuh Liyuna yang masih berumur 6 tahun. Awalnya aku mengira ini hanya mimpi karena sebelum tidur aku memainkan Red Strings. Tapi ternyata aku salah, ini bukanlah mimpi. Aku benar-benar berada ditubuh Liyuna saat ini.
Liyuna Aria Castris, wanita jahat yang selalu memiliki ending tragis. Sejak realita memukulku dengan keras, aku bertekad untuk mengubah takdir dari Liyuna.
Benar! Pokoknya aku harus selamat sampai akhir.
Lagi pula kesengsaraan Liyuna baru akan dimulai ketika ia berumur 8 tahun. Aku masih punya waktu 2 tahun lagi sebelum semua cerita prolog dalam game dimulai.
"Aku hanya tidak ingin terlambat, Pa, Ma." Ucapku dengan memberikan senyum sepolos mungkin.
Hal pertama yang harus aku lakukan adalah mengubah image Liyuna. Sebenarnya aku tidak tahu banyak mengenai Liyuna sebelum cerita prolog dimulai dan tidak ada informasi apapun mengenai Liyuna sebelum berumur 8 tahun. Namun aku harus bermain aman karena nyawaku taruhannya. Meski aku masih tidak tahu mengenai alasan kenapa aku bisa menjadi Liyuna, setidaknya aku harus bertahan hidupkan.
"Ya ampun, kamu tidak perlu khawatir tentang hal itu. Terlambat pun para guru pasti akan memakluminya." Ucap Mama.
"Benar sayang, jika ada guru yang berani memarahi mu, katakan saja pada ayah. Kamu tidak perlu takut."
"Menurut Yuna, sebagai murid yang baik, kita harus mengikuti peraturan yang ada di sekolah. Papa dan Mama tidak perlu khawatir, Yuna baik-baik saja dan senang jika bisa mengikuti peraturan dengan baik."
Apapun yang Liyuna lakukan di sekolah, entah itu tertidur di kelas, bolos sekolah, ataupun terlambat masuk ke sekolah, tidak ada seorang pun yang berani menasehatinya. Alasannya? Karena ayah Liyuna adalah donatur terbesar di sekolah. Tentu saja, tidak ada yang berani menyentuh anak dari donatur terbesar di sekolah. Karena itulah selama seminggu ini aku jadi mengerti beberapa hal tentang Liyuna.
Yang pertama, julukannya di sekolah adalah Untouchable Queen.
Kedua, Liyuna hanya memiliki satu teman di sekolah karena semua orang berusaha menghindari bahkan melihat Liyuna dengan tatapan ketakutan.
Dan yang ketiga adalah kedua orang tua Liyuna sangat memanjakannya.
"Papa dan Mama senang, Yuna tumbuh menjadi anak yang pengertian, tapi Mama mohon tidak perlu memaksakan diri."
Sara adalah ibu yang sangat baik. Itu adalah kesimpulan yang kuambil setelah hidup selama seminggu bersamanya. Ia selalu mengkhawatirkan kondisi Liyuna karena menurutnya, Liyuna memiliki tubuh yang lemah dan mudah sakit-sakitan jika kelelahan. Ini juga salah satu hal yang baru ku ketahui setelah berada ditubuh Liyuna. Di dalam game, Liyuna selalu digambarkan sebagai wanita yang sangat kejam dan iri hati, selain itu ia juga disebutkan sebagai wanita yang cantik. Namun dalam game, tidak pernah sekalipun disebutkan bahwa Liyuna adalah wanita pesakitan. Dalam beberapa rute yang sudah ku selesaikan, dari happy end, normal end, dan bad end, tidak ada satupun kalimat yang menyebutkan bahwa tubuh Liyuna itu lemah. Jadi, informasi mengenai tubuh Liyuna yang lemah menjadi sangat berharga bagiku. Mungkin di suatu hari nanti, aku bisa memanfaatkan hal ini untuk menyelamatkan diri.
"Yuna baik-baik saja kok, Ma. Yuna malah senang jika bisa bersekolah seperti anak-anak normal lainnya."
Sejak aku mengambil alih tubuh Liyuna, aku selalu menegaskan pada orang tua Liyuna jika aku ingin seperti anak-anak biasa pada umumnya. Hal ini ku lakukan agar kedua orang tua Liyuna tidak terlalu memanjakannya sehingga nanti jika Yuriel muncul, aku juga tidak terlalu tersakiti. Yah, jika aku tidak punya ekspektasi terhadap sesuatu pasti rasa sakitnya tidak akan begitu terasa.
Setelah sarapan usai, Kak Noel –sopir pribadiku, mengantarku ke sekolah. Seperti yang sudah kalian duga, ketika aku datang semua orang langsung menghindari ku, bahkan beberapa ada yang berpura-pura tidak melihatku, sebagiannya lagi sedikit menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
Sekali lagi realita memukulku dengan sangat keras. Ini benar-benar dunia game. Jika di dunia nyata, hal seperti ini tidak mungkin terjadi.
Ngomong-ngomong, kelas Liyuna ada di lantai 2 dan tentu saja itu adalah kelas khusus para donatur sekolah yang pasti orang kaya. Aku jadi ingat pernah menonton drama dimana seorang anak miskin tiba-tiba bersekolah di sekolah anak orang kaya dan dia harus menyembunyikan identitasnya. Yah, dalam kasus ku aku tidak perlu menyembunyikan identitas ku karena aku termasuk orang paling kaya disini.
Sekadar informasi saja, Red String ini bersetting disebuah negara fiktif di Asia Timur dan memiliki sistem pemerintahan presidensial. Tapi entah kenapa developer game menamai tokoh mereka dengan nama kebaratan.
"Nona Yuna, selamat pagi!" Seorang gadis seumuran Liyuna menyapa.
Dia adalah Yvette Vlistha, satu-satunya orang yang selalu mengekori Liyuna dan orang yang ku sebut sebagai satu-satunya teman Liyuna. Yvette, entah karena alasan apa tidak takut pada Liyuna. Ia memanggil Liyuna dengan sebutan "Nona" dan selalu mengikuti kemanapun aku pergi.
"Selamat pagi!" Ucapku menyapa balik.
Kau mencoba ramah padanya dengan menyunggingkan senyum ketika balik menyapa, Yvette yang melihat hal ia tidak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya dan balas tersenyum lebar.
Setelah bertukar salam yang singkat tadi, kami kembali duduk di bangku masing-masing, aku duduk di bangku tengah yang ada di haris tengah juga, sedangkan Yvette berada di bangku paling depan baris sebelah kanan dekat pintu masuk.
Pelajaran masih belum dimulai karena ini masih cukup pagi dan murid lainnya juga masih ada yang berada di luar kelas. Karena bosan, aku mengambil buku pelajaran di tas dan membacanya, namun tak lama kemudian aku dapat mendengar suara yang cukup keras dari luar dan hal itu membuatku penasaran.
Aku menengok ke jendela luar dan melihat banyak sekali anak yang keluar dari kelas mereka menuju tangga.
"Apa yang terjadi?" Tanyaku pada Yvette yang sepertinya juga akan pergi melihat apa yang sedang terjadi.
Ada suara seorang anak laki-laki yang berteriak, sepertinya ada perkelahian.
"Sepertinya Allen sedang bertengkar dengan seorang senior, Nona."
Allen?
Namanya tidak asing, aku seperti pernah mendengarnya.
Aku keluar dari kelas dan mencoba untuk melewati lautan manusia disekitar tangga dan tentu saja anak-anak lain akan langsung mempersilahkan Liyuna untuk lewat.
Dan aku sangat terkejut dengan apa yang kulihat. Ada sekitar 5 sampai 7 anak dengan badge berwarna merah yang menandakan mereka adalah senior terkapar di lantai. Semua anak itu terlihat terluka dan orang yang masih berdiri hanyalah seorang anak laki-laki dengan badge yang sama denganku dan seorang senior lagi yang berusaha melawan namun kalah telak dan dipukuli habis-habisan oleh anak laki-laki itu. Dia memukul senior tersebut dengan sangat brutal. Karena membelakangi ku, aku tidak tahu dia berekspresi seperti apa namun sepertinya ia sangat marah dengan para senior.
"Berhenti! Hentikan! Aku minta maaf!" Teriak senior yang dihajar habis-habisan itu dengan suara memelas.
Ia memohon ampun pada junior yang memukulinya tanpa ampun, namun junior tersebut tidak menggubrisnya dan terus memukulinya hingga darah mulai keluar dari wajah senior tersebut.
"Gawat, dia lepas kendali lagi."
"Sepertinya senior itu akan masuk rumah sakit."
"Aku merasa kasihan pada senior itu."
"Dia benar-benar monster."
"Aku merasa puas senior itu dipukuli, senior itu selalu saja membully para junior seperti kita."
"Benar, senior itu pantas mendapatkannya."
Aku dapat mendengar orang-orang disekitar ku berbisik-bisik tentang anak laki-laki itu. Beberapa orang merasa takut dengannya, namun beberapa lainnya merasa senang dan sisanya merasa kasihan dengan senior yang dipukuli tersebut.
Lima menit berlalu, anak laki-laki itu masih saja memukuli wajah senior malang itu hingga wajahnya tak berbentuk karena penuh luka lebam. Jika dibiarkan, mungkin senior itu harus operasi plastik untuk memperbaiki wajahnya.
Sepertinya aku tidak boleh membiarkan ini terjadi. Aku harus menghentikannya atau dia akan benar-benar mati. Sebagai anak dari donatur terbesar, pastinya anak laki-laki itu akan mendengar ucapan ku bukan? Walaupun ini bukan urusanku, tapi memukuli orang hingga seperti hampir mati seperti itu tidak boleh dilakukan.
Benar-benar ya, apa sih yang membuatnya semarah itu sampai seperti ini.
Aku mengambil langkah pertamaku untuk menghentikan anak laki-laki itu. Semua orang terlihat sangat terkejut melihatku mendekatinya namun aku saat ini sedang tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentangku.
"Hentikan, kau bisa membuatnya mati jika terus memukulinya seperti ini." Ucapku dengan suara tegas.
Disaat seperti ini aku harus bisa bersikap tegas agar orang yang sedang gila ini mendengarkan ku.
Aku meletakkan tanganku di pundaknya, namun dia dengan sangat cepat memegang pergelangan tanganku dan mendorong tubuhku kesamping. Karena terlalu tiba-tiba, tubuhku terdorong ke samping dan jatuh tepat di tangga.
Mataku membulat sempurna ketika menyadari tubuhnya jatuh ke bawah.
Ah, sepertinya aku akan mati.
Meski hanya beberapa detik, aku dapat melihat bahwa anak laki-laki itu sempat melihat kearah ku yang saat ini terjun bebas ke bawah.
Allencio Ravenray. Dia adalah salah tau capture target dan sepertinya aku harus mulai sadar bahwa mungkin saja ini adalah pertanda bahwa nasib buruk Liyuna akan segera dimulai.
Mungkin saja aku sama sekali tidak punya waktu untuk menghindari takdir ini. Dua tahun, itulah waktu yang aku perkirakan jika melihat dari mulainya cerita prolog. Namun saat ini aku bisa mengatakannya dengan sangat yakin, takdir buruk Liyuna sudah dimulai sejak detik ini dan mustahil untuk menghindarinya.
Tubuhku terguling-guling di tangga hingga mencapai lantai bawah. Tubuhku terasa sakit sekali seperti orang yang baru saja dipukuli dan sepertinya kesadaran ku mulai menghilang. Sebelum semua inderaku hilang rasa, aku dapat mendengar suara teriakan para murid yang melihat kejadian ini.
Aku benar-benar ingin bertahan hidup hingga akhir.
TBC
Tercium bau antiseptik dan obat-obatan, selang infus terpasang ditangan kecil Liyuna. Kedua matanya tertutup dan nafasnya terlihat normal, namun di kepalanya terlilit oleh perban dan ada gips ditangan kanannya, menandakan bahwa gadis kecil itu sedang tidak baik-baik saja.
Liyuna yang jatuh dari tangga hingga tubuhnya terguling mendapat luka yang cukup parah. Kepalanya sobek dan perlu dijahit dan tangan kanannya patah. Orang-orang yang melihat kejadian itu menjadi histeris karena terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Allen akan melakukan tindakan seekstrim tersebut.
Saat itu, hati pikiran Allen menggelap dan dia tidak bisa berpikir jernih karena marah pada senior-senior itu. Mereka telah menekan tombol yang seharusnya tidak boleh mereka tekan dan hal itu membuat Allen marah besar.
Setelah Liyuna tak sadarkan diri, seseorang memanggil guru dan Liyuna segera diantar ke rumah sakit oleh ambulans milik sekolah supaya dapat diobati secepat mungkin. Kepala sekolah langsung menghubungi kedua orang tua Liyuna dan Allen. Namun kedua orang tua Allen tidak bisa datang sehingga diwakilkan oleh kakaknya, Zion.
Setelah perawatan terhadap luka Liyuna sudah selesai, dengan segera ia dipindahkan ke ruang VIP dan langsung mendapatkan pelayanan terbaik dari rumah sakit. Kedua orang tua Liyuna terlihat sangat cemas, Sara juga terlihat memegang tangan kiri Liyuna dan air matanya terus mengalir, Karl berusaha menenangkan istrinya dan yakin bahwa anaknya pasti akan baik-baik saja.
"Saya benar-benar menyesal musibah ini terjadi kepada Nona Liyuna. Saya sebagai kakak Allen benar-benar minta maaf, Tuan dan Nyonya Castris." Zion meminta maaf dengan membungkukkan tubuhnya.
"Kami akan menganggap hal ini sebagai kecelakaan yang tidak disengaja, namun jika kalian para Ravenray berani menyentuh putri kami lagi, kami para Castris tidak akan tinggal diam." Karl mengancam Zion dengan membawa nama Castris. Bagaimana pun juga, putrinya yang di bahayakan, ia tidak akan tinggal diam jika ada yang berani mengganggunya meski itu Ravenray sekalipun.
Zion yang merasa bahwa Karl sedang menahan amarahnya dan menatapnya dengan tajam hanya bisa memejamkan kedua matanya dan berusaha untuk tidak gentar. Yang ada dihadapannya saat ini adalah Kepala Keluarga Castris, salah satu keluarga konglomerat yang sangat terpandang di Elisien[1]. Zion tidak bisa bertindak ceroboh dan menampakkan kelemahannya karena ia adalah calon pewaris utama Raven Group dan ia menjadi representatif dari keluarga Ravenray, dia tidak bisa membuat malu keluarganya.
Sebenarnya Ravenray dan Castris memiliki reputasi yang sama-sama baik, mereka juga memiliki kekayaan yang hampir setara, namun keluarga Castris lebih dikenal banyak orang karena mereka selalu melakukan investasi dan mendonasikan sebagian harta mereka dalam banyak sektor, seperti bidang kesehatan dan kemanusiaan sehingga mereka yang membantu orang-orang yang sakit namun tidak punya uang serta membantu anak yatim piatu dikenal banyak orang dan juga mereka memiliki bisnis di bidang real estate dan properti. Berbeda sekali dengan Ravenray yang aktif dalam bidang bisnis restoran, hotel, dan teknologi. Walau sama-sama dikenal, reputasi mereka di mata masyarakat cukup berbeda.
"Baik, saya akan selalu mengingatnya. Kalau begitu, saya undur diri terlebih dahulu. Ravenray akan segera mengirim surat perminta maafan secara resmi ke kediaman Castris." Zion segera undur diri untuk memberikan waktu untuk Karl dan Sara untuk menemani putrinya. Dia tidak ingin menganggu lebih jauh lagi.
Karl dan Sara tidak membalas ucapan Zion. Mereka sibuk memperhatikan keadaan Liyuna, namun Zion juga tidak merasa tersinggung dengan sikap Karl. Bagaimana pun juga, adiknya lah yang salah. Dia sendiri juga tidak menyangka jika adiknya akan berbuat seperti itu hingga mencelakai orang lain.
Setelah mengunjungi Liyuna, Zion segera pulang ke rumah untuk menemui adiknya. Sesampainya di kediaman Ravenray ia langsung disambut oleh pelayan yang dipekerjakan keluarganya. Zion memberikan mantelnya kepada pelayan yang berdiri didekatnya sambil membenarkan dasi yang ia pakai.
"Dimana Allen?" tanya pada pelayan tersebut.
"Tuan Muda Allen ada di kamarnya."
Mendengar jawaban dari si pelayan, Zion langsung bergegas menuju kamar Allen. Ia mengetuk pintu Allen, "Allen, buka pintumu."
Pintu Allen terbuka, "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan ketus.
Allen berjalan menuju tempat tidurnya tanpa menunggu jawaban dari Zion, ia duduk di atas tempat tidurnya yang dibalut sprei warna hitam putih. Zion masuk ke dalam kamar Allen dan berdiri dihadapannya.
"Apa kau sudah merenungkan tindakanmu?"
"Hah! Merenungkan tindakanku?"
Sorot mata Allen mendingin ketika mendengar pertanyaan dari Zion. Bagi Allen, tidak ada alasan baginya untuk menjawab pertanyaan Zion.
"Apa kau sadar apa akibat dari tindakanmu?"
"Memangnya aku peduli?"
"Kau membahayakan Ravenray!"
Sudut bibir Allen terangkat, membentuk seringai yang begitu mengerikan. Ada alasan kuat mengapa Allen seperti ini, sejak dulu hubungan kakak adik ini menang tidak pernah bisa akur. Allen terlihat sangat membenci Zion, mungkin karena mereka memiliki ibu yang berbeda dan mungkin juga ini karena peristiwa waktu itu.
"Terus?" tanya Allen menantang.
Zion menghela napas mendengar pertanyaan Allen. Dia tahu jika Allen tidak akan mau mendengarkannya, namun dia juga tidak bisa tinggal diam karena dia bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini sebelum orang tua mereka pulang.
"Renungkan lah tindakanmu, kau tidak diperbolehkan meninggalkan kamarmu sampai kau meminta maaf pada Nona Yuna. Lakukanlah dengan baik, atau ayah akan menghukummu dengan hukuman yang lebih berat." Ucap Zion untuk terakhir kalinya sebelum keluar dari kamar Allen menuju ruang kerjanya.
Allen dan Zion memiliki sejarah yang kurang baik antara satu sama lain. Mereka adalah kakak adik yang umurnya terpaut 10 tahun. Di usia yang masih cukup muda, Zion dapat bertindak dengan cukup bijaksana karena ayahnya mengajarinya untuk seperti itu. Anak yang seharusnya menikmati masa mudanya malah harus mengurusi masalah keluarga. Itu adalah tanggung jawabnya sebagai anak pertama. Berbeda dengan Allen yang sudah kehilangan ibunya, ibu Zion masih hidup hingga saat ini dan alasan Allen membencinya adalah, ya, mungkin karena peristiwa waktu itu. Ketika Zion mengatakan hal yang tidak seharusnya ia katakan pada istri kedua ayahnya dan mungkin saja perkataannya lah yang membuat wanita itu melakukan tindakan ekstrim sampai merenggut nyawanya.
Namun, Zion yang waktu itu hanyalah anak berusia 14 tahun yang tidak bisa mengontrol perasaannya. Kini, ia sudah menjadi lebih dewasa dari pada waktu itu.
Mari kita kembali pada Liyuna yang masih terbaring di rumah sakit. Ia masih kehilangan kesadarannya dan sepertinya dia sedang bermimpi buruk karena dahinya mengerut. Sara tertidur di sofa karena kelelahan menjaga putri semata wayangnya dan Karl sudah kembali ke kantor karena ada urusan yang tidak bisa ditinggal. Sedangkan jiwa yang berada ditubuh Liyuna sedang menyeberang ke perbatasan antara dunia ini dan dunia lain, bertemu dengan kehampaan ditengah keheningan.
Jiwa gadis itu berada disebuah tempat yang begitu terang seperti semua cahaya masuk ke dalam tempat itu dan tersegel di sana. Jiwa itu merasa kebingungan karena tiba-tiba dia ada ditempat yang aneh seperti ini.
"Halo, apakah ada orang disini?" Ucapnya sembari berjalan ke sana kemari mencoba mencari eksistensi makhluk hidup lain.
Jiwa tersebut tidak menemukan siapapun. Ini adalah tempat kosong yang tidak berpenghuni. Setelah menyerah untuk mencari keberadaan makhluk hidup lain, jiwa tersebut tiba-tiba saja melihat sekilas penglihatan tentang kematian gadis bernama Liyuna.
Tertusuk pisau, bunuh diri, meminum racun, semua terlihat dengan jelas.
Jiwa itu sadar, itu adalah takdir milik Liyuna. Dia sudah memainkan game ini berulang kali sampai ia sendiri ingat seperti apa ending Liyuna.
Tidak ada ending dimana Liyuna akan mati karena jatuh dari tangga. Dia yakin sebentar lagi akan kembali.
Jiwa tersebut perlahan-lahan mulai menghilang seperti serpihan kertas dan terbang terbawa angin.
Mata Liyuna perlahan-lahan terbuka dan kedua matanya menatap atap putih rumah sakit, hidungnya mencium bau antiseptik dan obat yang cukup menyengat.
"Aku masih hidup." Gumamnya dengan suara yang begitu lirih namun bisa kita dengar bahwa ia merasa sangat lega.
TBC
[1] Elisien adalah nama Ibu Kota dari Negara fiktif yang ada di Red String
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!