NovelToon NovelToon

Zehntara

Chap 1 ( Heroz )

Gadis mungil berwajah tirus itu terus saja mematut dirinya didepan cermin, sambil memutar tubuhnya yang tidak seberapa tinggi itu. Hari ini adalah hari dimana dia akan mulai belajar kembali setelah melaksanakan kegiatan MPLS di SMAN Adi Bangsa, Sekolah menengah terfavorit disaentro Jakarta. Tidak salah, karena didalamnya banyak bibit bibit unggul yang pasti menjadi kebanggaan para guru.

Yah, termasuk Tara saendria putri. Gadis berusia 17 tahun ini termasuk dalam golongan siswa cerdas.Buktinya dia lolos dengan mudah memasuki SMA Adi Bangsa, sedangkan banyak murid yang tidak lolos dan ingin memasuki SMA favorit di ibu kota ini. Ada juga keinginan mereka yang hanya ingin masuk karena banyak siswa siswi yang tak kalah rupa dari artis korea, tentunya mereka adalah anak dari horkay.

"WOY LAMA BANGET DAH!."

"Astaga!-"

"Bisa nggak ketok dulu gitu, nggak sopan banget," gerutu Tara menatap makhluk didepannya kesal. Sudah menjadi kebiasaan dipagi hari Chika mengejutkan Tara yang terlalu lama berdandan, padahal dadanan Tara hanya itu itu saja. Tidak ada yang spesial dan istimewa.

"Salah siapa lama banget, kebiasaan lupa diri kalau udah didepan cermin."

"Udah ah ayok buruan! Nanti telat bisa diomelin pak buncit," lanjut Chika.

Mereka berdua berangkat diantar sopir pribadi Tara. Lima belas menit tepat dihadapan mereka terpampang begitu megah sekolah yang kini tak disangka menjadi tempatnya menuntut ilmu.

"Makasih mang," ucapnya serempak kepada mang tirto.

" Sama sama neng, semangat belajarnya ya!."

"Siap mang," mobil bewarna putih itu mulai melaju meninggalkan Tara dan Chika.

"Chik gue pengen sekelas sama lo...gue nggak bisa akrab sama mereka," rengek Tara menggoyang lengan Chika.

"Aduh duh sahabat gue yang paling cantik, lo bisa mikir sendirikan?! Kita itu beda jurusan, lo di IPA sedangkan gue di IPS Tar.... gimana coba kita bisa sekelas."

"Yah...kenapa juga sih lo masuk IPS, kenapa nggak masuk IPA aja lo kan pintar Chik."

"Gue itu pengen istirahat dari rumus hidup, capek tau Tar masa setiap hari disuruh ngitung gaya, gesekan, kecepatan, yang paling parah buah jatuh dari pohon aja dihitung gimana nggak pusing tujuh keliling tuh otak. Cukup gue pusing sama omelan nyokap gue, itu udah cukup okey?!."

"Ishh nggak gitu juga kali konsepnya Chik, lebih baik itu ya masuk IPA bisa masuk ke semua jurusan nanti waktu kuliah, daripada IPS apaan yang dibahas malah masa lalu mulu. Masa lalu tuh nggak usah diungkit lagi tau yang penting kita paham dan mengerti udah cukup kok, nggak usah repot repot mencari sampai ke akar akarnya bikin pusing apalagi kalau udah hafalan tentang kapan, tanggal berapa, tempat kejadiannya tau ah banyak lagi," Tara mengernyit tak paham dengan tingkah Chika yang sudah seperti melihat hantu.

"Kenapa sih Chik lo sakit ya?," Chika terus menunjuk kebelakang Tara dengan dagunya, seketika Tara pun mengikuti arahan Chika dan-

"Eh selamat pagi pak!," sapa Tara dengan wajah tanpa dosanya.

"Pagi!," sahutnya dengan wajah datar menatap dalam mata Tara, sedangkan Tara berpikir bahwa guru ini mengagumi kecantikannya sampai senyum terbit dibibir mungilnya.

"Dia guru sejarah bego!," bisik Chika penuh penekanan tepat disamping telinga Tara.

"WHAATT?!."

Chika hanya bisa menunduk dalam.Karena sahabatnya, sekarang banyak siswa siswi menatap kearah mereka bertiga.

"Kenapa nggak bilang dari tadi sih, Chik?," ucap Tara hampir tak bersuara tapi indra pendengaran Chika sangat tajam. "Gimana mau bilang lo nyerocos aja daritadi."

"Hehehe maaf pak kita mau masuk dulu ya, tuh pintunya mau ditutup daaahh sampai ketemu lagi pak," teriak Tara menarik Chika segera menjauh dari pak Joko.

"Anak jaman sekarang nggak tahu diuntung, tinggal menikmati saja masih juga ngedumel."

Setibanya dikelas masing masing Chika dan Tara senyum senyum sendiri mengingat kejadian absurd baru saja. Sudah biasa bagi Chika mengalami hal seperti ini gara gara si Tara, kalau bukan sahabat mungkin sudah dibuang tuh anak ke sungai Han.

🌹🌹🌹

Waktu yang tepat untuk para penghuni Adi Bangsa mengisi tenaganya kembali. Oh ya jangan lupakan bahwa di mana pun berada, disetiap penjuru sekolah pasti mempunyai siswa dan siswi yang terhits. Jangan lupakan bahwa Adi Bangsa ini sekolah terpandang yang memiliki salah satu siswa terbaiknya.

Riuh teriakan para murid dikantin seketika mengalihkan perhatian empat orang dimeja paling sudut yang tak lain ada Tara, Chika, Gery, dan Maya. Empat semprul, itulah julukan mereka sejak SMP.

"Cckk udah gue duga pasti si kadal sama tentara tentaranya nih! Bikin mood gue buruk aja."

"Sotoy lo Ger!," sahut Maya menjitak kepala Gery.

" Emang gue tahu kok, emang lo tahu mereka siapa?," Chika, Tara, dan Maya mengikuti arah telujuk Gery.

"Sumpah ganteng banget Ger!."

Mereka bertiga spontan menatap Tara cengo, ini benar Tara kan? Dia bilang apa tadi? Ahh mungkin telinga sahabatnya yang rusak, baru pertama kali mereka mendengar kalimat pujian untuk kaum adam dari mulut Tara.

"Syukurlah ternyata lo bukan penyuka sesama jenis," celetuk Geri mendapat tabokan paha dari Tara. "Kalau ngomong disaring dulu dong!."

"Iya iya maap! Ampuh juga tuh tangan," sahutnya mengelus pahanya yang mungkin sudah memerah.

"Lo suka sama Ziro Tar?."

"Oh namanya Ziro?."

"Wah lo harus tahu aja ya Tar kalau lo suka sama si Dewa Heroz siap siap gali kuburan sendiri!."

"Ngaco lo Ger...nggak jelas banget."

"Gue serius Tar, nih gue ceritain ya tapi janji jangan dipotong!."

"Ih cepet dong lama banget bikin kepo tau nggak," sahut Chika yang diangguki Tara dan Maya.

"Mereka berempat itu geng terhits di Adi Bangsa bahkan diluaran mereka itu terkenal badboynya. Ziro aldiano kelas 11 ipa satu, si leader geng Heroz yang paling tampan dan teeerrrrcerdaaasss diantara makhluk sekolah ini, mungkin guru guru kalah pintar sama dia."

"Idih sehebat apa sih dia? Gitu amat lo cerita."

"Gini ya Chik gue itu paling uptudete dan nggak pernah salah tau."

"Okey bang Gery, bisa dilanjut?," ucap Maya.

"Lo lihat cowok cool disebelah kanan Ziro, dia Jez lawins sahabat karib Ziro. Jez satu kelas bareng Ziro. Banyak yang suka sama aura dia tapi sayang hatinya benar benar beku, nggak ada satu cewek yang bisa nyentuh pelabuhan esnya, oh ya jangan ditanyakan keenceran otaknya. Tapi sayang dia nggak bisa ngalahin si bos Ziro."

"Dan dua orang didepan mereka itu..."

"Sikembar manis itu?."

"Iya May, mereka Adit dan Aditya kelas 11 ipa dua kalau lo tanya mana Adit mana Aditya gue saranin langsung tanya aja ke orangnya, otak gue nggak nyampe bedain mereka. Bedain sahabat atau pacar aja susah," lirih Gery diakhir.

"Ya ampun Tar lo ngapain hah?! Daritadi Gery jelasin lo malah asyik selfi?," sentak Chika.

"Pendengaran gue masih baik Chik nggak usah ngegas!."

"Lo denger apa yang gue bilang Tar?," Tara tersenyum menampilkan deretan gigi kelincinya, Gery hanya bisa menghembuskan nafas kasar.

"Terserah lo deh Tar."

"Tenang Tar nanti gue bantuin cari nomornya Ziro, kakak gue kan sepantaran sama dia mana tahu dia punya ya nggak."

"Ya ampun May gue lupa abang lo sekolah disini juga kan."

"Masih muda udah pikun aja Ger."

"Udah ah yuk nggak usah bahas Ziro lagi, dahh balik duluan!."

"Yee bilang aja lo mau kan Tar," teriak Chika yang sudah menghilang dibalik pintu kantin.

Tara tidak menyukai siapapun, dia hanya mengagumi ketampanan dari ciptaan tuhan.

"Gue foto mereka berempat ah."

"Norak banget sih May, didepan lo nih ada yang lebih tampan," ujar Geri sambil mengelus dagunya. "Idih amit amit dah!."

Di lain tempat saat Tara hendak menaiki tangga dia melihat sesosok lelaki tadi.

Si tampan

"Oh jadi dia kelas 11 ipa 7."

🌹🌹🌹

...Tara saendria putri...

...Zehn arialdo...

...Ziro aldiano...

Gimana nih sama visual mereka?

Dukung miki dengan like, vote, dan komen ya man teman😙

Chap 2 ( Chatting )

...Hargai penulis dengan tekan jempol😉...

🌹🌹🌹

Tara melangkahkan kaki menuju perpustakaan seorang diri. Niatnya ingin meminjam satu buku untuk persiapan olimpiade sains yang didengarnya dari Anna,teman sebangkunya.

BRRAAKK

Tara terlonjak saat hendak membuka pintu, gebrakan meja dari dalam membuatnya mengurungkan niat dan terdiam mendengarkan pembicaraan-eh tepatnya adu argumen yang biasa dibilang cecok.

"Oh jadi lo mau gue balik kerumah supaya mereka nggak jadi cerai gitu?...Bukannya dulu lo yah yang bikin gue keluar dari rumah?!."

"Iya gue nggak suka sama lo, bahkan sejak lo menginjakkan kaki dirumah gue. Lo tuh hanya pembawa sial buat keluarga gue. Kalau nggak karena mereka gue nggak bakal memohon kayak gini!."

"Gue ngerti kalau lo itu lebih berhak daripada gue, tapi lo harus ingat kalau nggak ada gue lo bisa mati waktu itu. Dan sampai kapanpun gue nggak bakal balik!."

Deg

Ingin sekali Tara lenyap di saat itu juga, tapi mau bagaimana lagi dia bukanlah penyiihir. Jantungnya terus berpacu lebih cepat saat lensa biru bak samudra menatapnya.

Oh tolong harus apa Tara sekarang, dia ketahuan nguping gitu? Didepan cowok itu lagi....aishh kenapa waktu tidak dipihaknya sekarang.

"Ha..haaii kak!," ucap Tara tergagap.

Cowok dengan name tag Zehn arialdo itu mulai melangkah meninggalkan Tara dengan wajah dan jantung dalam status waspada. Tak ada kalimat apapun dari Zehn, tapi senyum tipis terukir dibibir sexinya.

Wajah Zehn tak kalah tampan dari Ziro, ya walau Zehn tak sepintar Ziro. Zehn lebih pandai pelajaran Biologi, sedangkan Ziro memborong semua pelajaran diotaknya yang mirip seperti robot canggih.

"Aaaaaaaaaaa Taraaa bego bangett sih looo!," teriak Tara mengacak acak rambut frustasi, tanpa disadarinya Ziro sudah berdiri diambang pintu. " Bego kok diumumin! Ck, baru kali ini gue ketemu orang bego bangga," ujar Ziro dengan smirk diwajahnya memandang remeh Tara. Ziro sang leader Heroz selain terkenal tampan juga kecerdasannya dia sangat sadis dan suka bermain cewek.

Lagi lagi jantungnya tak bisa diajak kompromi, mungkin sebentar lagi Tara akan terkena serangan jantung. "Ha?," cengo Tara menatap punggung Ziro dan ketiga temannya yang tiba tiba keluar cekikikan dari dalam.

"Gini amat nasib gue hikkss..."

🌹🌹🌹

"Kenapa tuh wajah ditekuk?."

Panggil saja dia Dirgo, abang Tara satu satunya. Bisa dibilang Dirgo sosok penyayang tapi jangan salahkan Dirgo jika dia sudah marah. Hal itu yang paling dibenci Tara, jika dia berani membuat Dirgo marah bisa bisa Tara tinggal tulang belulang.

Tara tak mendengarkan sang abang, dia malu jika harus bertemu dengan kedua cowok tadi. Dia malu sendiri membayangkan wajahnya tadi, oh tidaakk pdkt saja belum dimulai kenapa harus terjadi kejadian akward seperti tadi sih? Kan Tara jadi malu setengah mati.

Drrttt

"Hallo An?."

"Hallo Tar gue mau ingetin lo hari ini deadline pendaftaran KSN nya ya, tadi gue udah cht sama kakak pembimbingnya buruan loh ntar kehabisan stok."

"Lo kira barang apa kehabisan stok," Tara semakin mengerucutkan bibir, benar benar teman sebangkunya ini humornya sangat terbatas membuat orang emosi.

"Udah deh cepet lo chat sekarang, oh ya hati hati kakak seniornya agak jutek gue jadi ragu kalau dia cowok."

"Lah emang cowok atau cewek?."

"Dari namanya sih cowok."

"Siapa namanya??."

"Kak Zehn."

"Ohh kak Zehn.....SIAPA LO BILANG?!."

"Santai dong Tar, bisa rusak gendang telinga gue ntar."

"Siapa tadi?...Zehn?!."

"Iya babyy, udah ah byee!!!."

Tut

Tubuh Tara luruh seketika kelantai, sudah berapa kali kah Tara terkena sial hari ini?.

"Bunda Tara harus gimana?."

Tak mau ambil pusing Tara segera mandi menjernihkan asap yang ada dikepalanya.

Dilain sisi Maya sedang mengirimkan nomor seseorang yang diberi nama 'Gebetan Tara' ke grup empat semprul. Selesai mandi Tara segera membuka pesan dari Maya.

"Kalau gue nggak daftar olimpiade bisa bisa ayah sama abang nggak kasih uang jajan lagi, kenapa gue janji sih sama mereka? Ck, kalau udah kek gini mau gimana lagi coba?."

Tak ada pikiran langsung saja dia menyimpan nomor yang diberikan Maya dengan nama Zehn, tanpa curiga atau bimbang sedikitpun Tara menuliskannya begitu saja.

Kan memang benar gebetan Tara bernama Zehn?.Jelas jelas Tara melihat dengan mata kepalanya di name tagnya tadi didepan perpus.

Tapi kenapa serasa ada yang mengganjal yah?

" Oke tinggal memasukkan nama saja kok susah sih, semangat Tara lo pasti bisa!."

Zehn : Selamat sore kak, perkenalkan saya Tara saendria putri dari kelas 10 Ipa 4. Mohon ijin kak saya ingin mendaftar sebagai peserta olimpiade seleksi sekolah dibidang Biologi, sekian kak terimakasih

"Gini udah sopan belum ya? Tau lah ribet amat tinggal kirim aja beres," pesan Tara bercentang dua abu abu tinggal menunggu berubah warna.

Ting

Gery : Gimana Tar udah Chatingan belum??, perkenalan diri dulu lah Tar.

Chika : Iya Tar perkenalan dulu lah jangan tiba tiba lo pepet minta pacaran, kan nggak epik yaa!,

^^^Apaan sih kalian boro boro gue pdkt chat aja gara gara kepentingan olim, kalau gue nggak janji bakal ikut olim gue nggak bakal mau chat dia.^^^

^^^Malu tau gue .^^^

Maya : Ha emang doi lo jadi pembimbing olim Tar??

Gery :Bener Tar? Nggak usah bohong Tar setahu gue dia nggak pernah jadi pembimbing, dia mah langsung diikut sertakan tanpa kerja keras.

Chika :iya otaknya encer mah gampang.

^^^Ckk nggak percaya ya udah.^^^

Tara kembali mengecek pesannya dengan Zehn. Warnanya sudah berubah menjadi biru tapi kenapa belum ada balasan?.

"Ahh jangan jangan dia tahu kalau itu tadi gue?."

"Dia siapa dek?."

"Bu...bukan siapa siapa bang."

Ting

Satu pesan masuk dari 'Zehn'

Chap 3 ( Dia Tara )

Cowok itu tersenyum miring membaca berulangkali pesan dari nomor tidak dikenal. Sepertinya dia pernah melihat nama didalam pesan itu tapi dimana?. Otaknya mencoba memutar kembali kejadian dimana saat dia meremehkan gadis kecil berambut sebahu didepan perpus, senyumnya pun terbit lebih lebar.

"Triknya basi banget," segera dia mengetikkan beberapa pesan and send, pesan terkirim.

Lain dengan seorang Tara yang mempunyai otak setengah cerdas setengah lagi gesrek, hatinya benar benar berdegup kencang setelah membaca pesan. Wajahnya memerah, tangannya meremas hp. Tingkahnya itu membuat Dirgo memandangnya aneh.

"Kenapa lo? Merah banget tuh muka, dapat pesan dari siapa?."

"Nggak penting! Udah ah sono pergi gue mau tidur!," Dirgo pasrah saat Tara mendorongnya keluar.

"Awas lo dek ketahuan pacaran gue aduin ke ayah biar dipotong  uang jajan lo!."

"Booddoo!."

🌹🌹🌹

'Gue tunggu besok diperpus sepulang sekolah'

"Lihat apa sih?."

"H..haahh bukan apa apa kok," ujar Tara memasukkan gadgetnya kedalam saku membuat Chika si kepo tingkat dewa jadi curiga. "Hayoo lo lagi lihat apa? Jangan jangann..."

"Kebiasaan deh kalau mikir kejauhan."

"Ya udah lo lihat apa? Kok losembunyiin dari gue."

"Cuma scrol ig aja, udah ah yok kekantin laper gue!."

Seperti biasa kantin Adi Bangsa yang begitu luas hari ini cukup ramai. Hiruk pikuk siswi yang mulai berteriak histeris terdengar di indera pendengaran Chika dan Tara.

Baru saja memasuki kantin Tara melihat sosok lelaki yang mengatainya kemarin.

'dasar cowok mulut cabe'

"Dia siapa sih Chik?."

" Yang mana?."

"Itu yang dikelilingi banyak cewek."

"Ya ampun Tar lo nanya serius?."

"Ya seriuslah, siapa?," Chika menoyor kepala Tara dengan gemas. " Masa sama gebetan sendiri lupa sih Tar, ishhh sebel deh gue sama lo! Yang kemarin bilang dia ganteng siapa hah?!...Amnesia ya lo?."

"Hahh kapan gue bilang dia ganteng?."

"Tara saendria putri dia cowok yang kemarin dikantin lo bilang ganteng itu namanya Ziro...udah ingat sekarang?!,"tegas Chika geram.

"Astaga chik yang gue makhsud kemarin itu bukan dia!."

"Hahh terus siapa dong?."

"Yah cowok lain lah...bentar, kenapa gue baru ngeh ya kemarinkan lo bilang namamnya Ziro tapi waktu gue ketemu langsung dia namanya Zehn jadi...."

"Jadi apa?."

"ASTAGA CHIK!," teriakan Tara membuat para murid teralihkan menatap Chika dan Tara yang membeku diambang pintu kantin, terutama geng Heroz juga menatapnya.

Tanpa banyak bicara Chika menarik Tara menjauh dari tatapan intimidasi  para penghuni kantin. "Kenapa tuh anak?," tanya Adit.

"Tau bikin kaget aja."

"Bentar deh, dia bukannya cewek yang kemarin diperpus ya?," sahut Aditya.

"Ohh iya bener dia orangnya."

Chika menatap kesal Tara, lagi lagi dia dibuat malu setengah mati. Mereka duduk ditaman belakang dengan nafas yang menderu.

"Lo kenapa sih selalu teriak ditempat umum? Dikontrol dong Tar jangan bikin gue jadi sorotan!."

"Ya gimana lagi Chik gue itu panik lo pikirin lagi deh kemarin kan Maya kirim nomor gebetan gue tapi kalian itu ngiranya si Ziro yang gue bilang ganteng waktu itu padahal kan yang gue makhsud waktu itu si Zehn senior pembimbing olimpiade Biologi dan kemarin gue chating ke nomor yang salah dong mau ditaruh mana ini muka Chik?!," jelas Tara panjang lebar tanpa titik koma membuat Chika melongo.

"Gue tanya sekali lagi Tar....lo serius?."

"Iyaa Chika seribu rius malahan!."

"OMG Tar ini salah siapa ya, kemarinkan Geri nunjuknya ke Ziro terus kenapa lo malah nengok ke orang lain hah?."

"Ya kan gue nggak tahu, kemarin rame banget dan tepat gue lihatnya si Zehn, bukan Ziro."

"Terus chat lo dibalas apa?."

"Nih lihat sendiri."

Seketika Chika melotot membaca balasan pesan dari Ziro, yah nomor yang dikirim Maya adalah nomor Ziro, bukan Zehn.

"Terus gimana ini Chik?."

"Lo temuin ajalah dia mana tahu lo dapat separuh."

"Separuh apa?."

"Separuh dari hatinya Ziro hehee..."

"Apaan sih gue nggak suka ya sama cowok mulutnya pedes kek dia, gue cuma suka sama Zehn auranya itu loh pengen gue..."

"Pikiran lo mulai nggak nggak ya...gue bilangin sama bang Dirgo nih," potong Chika.

"Gimana lagi gue kan baru ngerasain rasanya jatuh cinta."

"Iya iya yang pertama kali jatuh cinta mah serasa dunia milik tetangga."

"Hahh kok dunia milik tetangga sih Chik?."

"Au ah gue doain semoga cinta pertama lo berhasil....eh tapi kebanyakan nih ya cinta pertama itu bakalan kandas."

"Ih Chikaaa!," teriak Tara menyusul Chika yang sudah berlalu cekikikan.

Bel pulang sekolah berbunyi membuat para murid tertawa girang kecuali si Tara memasang wajah musam.

"Lo kenapa Tar tumben amat muka lo jelek."

"Nggak lucu anna!."

"Iya terus kenapa cerita dong!."

"Gue belum daftar olim," rengek Tara.

"Hahh gimana sih Tar gue kan udah ingetin lo kemarin."

"Iya udah tapi gue salah kirim."

Anna melihat keluar jendela dan mengenali sosok yang baru saja melintas, segera dia menarik Tara keluar.

" Kak tunggu!!."

"Iya?."

"Maaf kak ini teman saya mau daftar olim tapi kemarin salah kirim boleh kan kak daftar langsung sekarang?."

Tara berdiri dibelakang Anna menunduk dalam, ingin dia memaki Anna yang suka berbuat seenaknya. Sekarang Tara sendiri menahan malu. Dia berdoa agar senior didepannya ini hilang ingatan detik ini juga.

"Oh maaf tapi pendaftarannya kemarin terakhir jadi-."

"Pliss kak masih bisa ya kasihan teman saya kak dia udah janji lo sama ayahnya buat ikut olim kalau nggak ikut uang jajannya bakal dipotong loh ka, kakak nggak prihatin apa?."

'**** Anna awas aja ya lo ntar'

"Nggak gitu juga kali An," bisik Tara.

"Sorry nggak bisa," belum dua langkah Zehn pergi suara bass seseorang mengintrupsinya. "Sombong amat lo mentang mentang jadi pembimbing aja sok berkuasa!."

Tara melotot satu makhluk lagi membuatnya takut, bahkan untuk sekedar menatap.

Ya tuhan hilangkan saja Tara dari sini Tara ikhlas kok

"Jangan sampai dia tahu kalau yang chat itu gue," gumam Tara yang masih bisa didengar Anna. "Haa lo chat siapa emang?."

"Itu bukan urusan lo!," ujar Zehn menatap sengit Ziro.

"Ohh tapi sayang gue bisa secara langsung mengajukan Tara ke panitia dengan mudah."

Oh, dia Tara

Mampus dia tau nama Tara....

"Terserah!," sahut Zehn berlalu.

Mati lo Tar! Kenapa dia tahu nama gue sih

Ziro berdehem memandang licik Tara yang sudah berkeringat dingin sedangkan Anna berusaha tidak mengeluarkan suara merconnya, benarkah dia melihat Ziro si Dewa didepannya? Oh sepertinya Anna akan kencing sekarang.

"Gue tunggu, sampai ketemu nanti!," bisik Ziro tepat ditelinga Tara.

Aliran darahnya mendidih mendengar alunan suara Ziro. Tara hanya ingin hidup tenang sekarang tanpa adanya gangguan dari makhuk yang berjalan semakin jauh didepannya. Yang Tara inginkan hanya Zehn, dia ingin bisa lebih dekat dengan cowok itu. Seperti ada perasaan aneh saat pertama kali Tara melihat wajah Zehn. Tara bimbang apa dia pernah bertemu dengan Zehn sebelumnya, wajahnya tidak asing.

"Dia bilang apa sama lo Tar?," kejut Anna, Tara tak lagi mendengarkan ocehan Anna sampai digerbang mereka berpisah.

Ting

Chika : Tar gue ada ekstra lo pulang duluan aja ya.

Tara menghembuskan nafas, apa dia harus menemui Ziro atau tidak?.

BBRAAKK

Tara terlonjak kaget didepan matanya sebuah mobil yang ia kenal menabrak motor yang baru saja melewatinya.

"Zehn?."

"Astaga ada yang luka nak?."

Tara mendekat saat orang yang dia kenali keluar dari mobil. " Ayah nggak apa apa kan?."

"Awwhhh...."

Ringisan Zehn membuat keduanya panik, Fariz selaku ayah Tara segera membantu Zehn masuk kedalam mobil. " Tara kenapa masih diluar ayo masuk nak ayah harus membawanya kerumah sakit."

Tara tersadar dari lamunannya, segera dia masuk dijok belakang bersama Zehn yang masih meringis memegang kakinya.

"Sa...sakit ya kak?," cicit Tara.

"Sakitlahh!," Tara menggaruk tengkukknya yang tidak gatal.

"Maaf ya nak tadi saya kurang hati hati."

"Ohh..ahh tidak apa apa om saya juga yang salah tadi nggak hati hati saat keluar gerbang."

Ting

Zehn : Lo dimana???.

Zehn : Gue tunggu lima menit lagi kalau nggak muncul lihat aja nanti.

Pesan bertuliskan nama Zehn yang seharusnya diberi nama Ziro.

"Makhsudnya apa dia ancam gue gitu?!," ucap Tara tanpa sadar.

"Siapa yang ancam anak ayah?."

"Ohh nggak kok yah cuma orang iseng aja salah kirim."

Kenapa nggak gue ganti namanya ya

"Zehn?!," ujar Zehn melihat sekilas pesan dari Zehn, alias Ziro.

"Hahh ini salah ketik nama boleh minta nomor lo?!," spontan, mulut Tara tak bisa lagi diajak kompromi.

🌹🌹🌹

MAMPIR DI NEW STORY ' YOUNG MASTER MAFIA ' FRIENDSSS

~Jangan lupa jempolnya😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!