[KEDIAMAN SMITH]
[Ruang Tengah]
Saat ini seluruh anggota keluarga Smith berkumpul bersama di ruang tengah. Keadaan mereka sekarang ini benar-benar kacau.
Awalnya mereka selalu bersama-sama dan selalu kompak. Mereka selalu tersenyum, bersenda gurau dan juga jahil. Tapi kini hubungan mereka semua merenggang. Mereka lebih memilih dengan berdiam diri di kamar masing-masing. Mereka akan keluar disaat waktunya sarapan, makan siang dan makan malam.
Semenjak kepergian salah satu anggota keluarga mereka, lebih tepatnya kepergian kesayangan mereka. Hal itu sukses membuat mereka kehilangan arah dan kehilangan kebahagiaan. Tidak ada lagi senyuman. Tidak ada keceriaan. Tidak ada kejahilan. Tidak ada lagi lelucon-lelucon yang selalu mereka lontarkan. Semuanya telah sirna.
Sejujurnya dalam hati mereka, mereka sebenarnya tidak menginginkan semua ini terjadi. Mereka tidak ingin putra, adik, keponakan dan kakak yang sangat disayangi pergi meninggalkan mereka semua.
Kepergiannya dikarenakan ego dan kemarahan mereka yang begitu besar padanya membuat mereka harus kehilangannya.
Mereka berkumpul di ruang tengah saat ini, dikarenakan mereka melihat Darka yang menangis sembari tangannya mengelus sebuah bingkai foto. Foto tersebut adalah foto adik kesayangannya yaitu Darrendra Smith.
"Hiks.. Darren.. kakak sangat merindukanmu. Maafkan kakak. Seandainya saat itu kakak bangunnya lebih cepat dan tidak koma. Mungkin kamu masih berada di rumah ini bersama kakak.. hiks."
"Darka," panggil Davin.
Sedangkan yang dipanggil tidak memberikan balasan apapun.
"Darka." kali ini Andra yang memanggilnya sembari mengelus lembut rambut Darka.
"Jangan sentuh aku. Aku tidak mau tanganmu menyentuhku." Darka berucap ketus dan kasar.
"Darka!" teriak mereka semua.
"Darka. Kamu kenapa? Kenapa kamu seperti ini?" tanya Andra.
"Tanpa aku menjawab pertanyaan murahan darimu. Kau sudah tahu jawabannya." Darka menjawab dengan nada ketus dan matanya yang masih fokus menatap wajah adik kesayangannya di bingkai foto
"Apa kamu membenci kami juga Darka?" tanya Dzaky.
"Aku sangat.. sangat membenci kalian. Bahkan kebencianku ini lebih besar dari pada kebencian Darren pada kalian semua. Kalian sudah membuatku berpisah dengan adik kesayanganku. Kalian manusia yang tidak memiliki hati. Kalian itu iblis!" ucap Darka tanpa melihat kearah anggota keluarganya.
"Darka. Kami akui kalau kami semua ini salah. Tapi tidak bisakah kau tidak ikut membenci kami juga?" mohon Adnan.
"Cukup kami tersakiti akan kebencian Darren selama enam bulan ini. Kami mohon padamu jangan ikut-ikutan membenci kami." Davin memohon pada Darka.
"Itu urusan kalian dengan Darren. Aku mau membenci kalian, itu hakku!" jawab Darka ketus.
"Ayolah, sayang. Jangan seperti ini. Papa tidak sanggup harus dibenci oleh dua putra Papa sekaligus. Ditambah lagi kalian bertujuh bersaudara. Kamu dan Darren yang paling muda serta kalian berdua adik kesayangan dari lima kakak-kakakmu!"
"Aku tidak peduli," jawab Darka.
"Darka," Lirih Erland.
"Kalian itu munafik, egois, pecundang dan pengecut. Saat kejadian itu kalian semua bungkam. Tidak ada yang bersuara. Satu pun diantara kalian tidak ada yang membela Darren. Apa masih pantaskah kalian disebut sebagai seorang kakak, hah?!" bentak Darka yang kini menatap tajam kelima saudaranya dengan mata yang memerah.
Lalu pandangan teralih menatap kedua orang tuanya. "Dan kalian berdua dengan teganya menampar Darren saat itu. Padahal selama ini kalian tidak pernah melakukan hal itu padanya. Dan kalian juga tahu bahwa Darren itu tidak bisa dikerasi atau pun dikasari. Tapi kalian justru melupakan fakta tersebut. Aku berharap, Darren tidak mengetahui bahwa Mama bukan Mama kandung kami. Hanya kamilah yang tahu kebenarannya." Darka berbicara dengan penuh amarah dan akhirnya air matanya mengalir membasahi pipinya.
"Seharusnya kalian jujur dan ceritakan semuanya padaku. Mungkin kalau kalian cerita, aku akan memakluminya dan berusaha mengerti akan sikap kalian pada Darren saat itu. Dan aku juga tidak akan membenci kalian seperti sekarang ini," ucap Darka.
Setelah mengatakan semua itu, Darka pergi meninggalkan anggota keluarganya yang terdiam menuju kamarnya di lantai dua.
Setelah kepergian Darka ke kamarnya. Mereka tiba-tiba menangis. Mereka menangis mengingat perlakuan mereka pada Darren, sehingga membuat Darren pergi meninggalkan rumah dan memutuskan semua hubungan dengan mereka.
"Darren. Putranya papa," batin Erland.
"Darren," batin Davin, Andra, Dzaky, Adnan dan Gilang.
"Darren. Maafkan Mama, sayang." Agneta menangis kala mengingat perlakuannya pada Darren.
***
[RUMAH MEWAH DARREN]
Darren saat ini sedang bersantai di ruang tengah. Dirinya saat ini sedang malas bergerak, apalagi untuk keluar rumah. Darren menyerahkan semua tugas-tugas kepada para kacung-kacungnya yang tak lain adalah sahabat-sahabatnya sendiri.
Sahabat-sahabatnya itu selalu ada untuknya. Setiap dirinya menangis, setiap dirinya kesulitan dan disaat dirinya butuh sandaran. Darren benar-benar bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti mereka.
Di rumah mewahnya itu tergantung sebuah lukisan yang begitu indah. Lukisan itu adalah lukisan wajah ibu kandungnya. Darren mendapatkan foto ibu kandung itu di sebuah buku diari milik Davin, kakak sulungnya. Darren memang sengaja mengambilnya saat itu hanya untuk sekedar ingin mencetak ulang foto tersebut dan juga ingin melukis wajah ibunya. Setelah itu, Darren mengembalikan foto itu pada tempat semula.
"Ma," ucap Darren saat melihat lukisan ibunya
DRTT!!
DRTT!!
Ponsel milik Darren berbunyi. Darren langsung mengambilnya dan melihat nama 'Jerry' di layar ponselnya. Darren pun langsung menjawab panggilan tersebut
"Hallo, Jerry."
"Hallo, Ren. Kau di mana?"
"Aku di rumah. Kenapa?"
"Bisa ke Shoowroom BMWX?"
"Sekarang?"
"Iya, Sekarang."
"Apa harus?"
"Darrendra Smith!" teriak Jerry.
"Jangan panggil namaku dengan menggunakan marga brengsek itu," ucap Darren dengan nada yang sedikit tinggi.
"Sorry, Ren. Aku tidak sengaja. Benaran."
Darren dapat mendengar nada menyesal Jerry. Darren menjadi tidak enak karena sudah berbicara sedikit keras padanya.
"Maafkan aku juga. Seharusnya aku tidak marah dan berbicara seperti itu padamu. Aku seperti ini karena aku tidak ingin mengingat mereka lagi."
"Iya, Ren. Aku mengerti. Maafkan aku, ya."
"Ya, sudahlah. Jangan diperpanjang. Lagian aku tahu kok kalau kau itu tidak sengaja. Oh iya. Ada hal apa kau menyuruhku datang ke Shoowroom?"
"Ada dua perusahaan besar yang mewakili masing-masing asistennya. Mereka ingin minta di buat sebuah mobil baru."
"Apa kamu, Axel dan Dylan tidak bisa menghandle nya?"
"Bukan tidak bisa. Tapi mereka ingin bertemu denganmu langsung. Dan lagiankan kamu yang memegang tugas sebagai perancang mobil yang memiliki kualitas dan kemampuan membuat desain mobil yang bagus."
"Eemm!! Baiklah. Aku akan segera kesana. Dua puluh menit aku sudah disana."
"Baiklah. Aku tunggu."
TUTT!!
TUTT!!
"Aish! Gagal deh untuk santai-santai hari ini." gerutu Darren, lalu beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya.
...TBC...
...Jika Ceritanya Bagus...
...Jangan Lupa Berikan Komentarnya dan Juga Vote nya...
[SHOOWROOM]
Kini Dylan, Axel dan Jerry sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Mereka tengah menjelaskan tentang Shoowroom mereka pada dua orang asisten utusan dari dua perusahaan besar. Dylan memperlihatkan beberapa mobil yang sedang dalam pengerjaan. Jerry menunjukkan beberapa mobil yang sudah selesai dalam pengerjaan dan Axel menunjukkan mobil siap diuji coba. Kedua asisten tersebut tersenyum puas melihat hasil kerja dari Axel, Jerry dan Dylan.
"Wah. Benar-benar keren! Saya sangat suka hasilnya," ucap asisten perusahaan JM Company.
"Benar-benar mobil berkelas," ucap asisten perusahaan DR' Corp.
"Terima kasih, tuan!" jawab Dylan, Jerry dan Axel.
"Maaf aku terlambat!" seru Darren yang baru datang ke Shoowroom miliknya.
Kedua asisten Perusahaan tersebut beserta Axel, Jerry dan Dylan melihat kearah Darren. "Nah, kebetulan pemilik Shoowroom telah datang," ucap Dylan.
"Jadi anda pemilik Shoowroom ini?" tanya asisten perusahaan DR'Corp.
"Ya. Saya pemilik Shoowroom ini. Nama saya Darren." Darren menjawab sembari berjabat tangan dengan kedua asisten perusahaan tersebut.
"Tunggu dulu. Sepertinya nama anda tidak asing bagi saya," sela asisten perusahaan JM Company.
Pria itu berpikir sejenak, lalu dirinya pun mengingatnya. "Kau putra ketujuh dari tuan Erland Faith Smith kan? Wah, saya tidak menyangka ternyata anda benar-benar hebat. Anda memiliki Shoowroom sebesar dan semewah ini. Tuan Erland pasti bangga pada anda!"
"Maaf tuan. Sepertinya anda salah orang. Saya tidak mengenal dengan orang yang bernama Erland Faith Smith. Nama saya Darrendra dan tidak memiliki marga apapun dibelakang nama saya. Saya di dunia ini hanya hidup sebatang kara." Darren berbicara dengan wajah datarnya.
"Oh. Maafkan saya," jawab pria tersebut.
"Oke. Tidak apa-apa. Bisa kita lanjutkan?" ucap Darren.
"Begini, tuan Darren. Setelah ketiga rekan-rekan anda ini menjelaskan semuanya dan sudah memperlihatkan pada kami. Kami benar-benar tertarik untuk memesan beberapa mobil baru pada anda."
"Apa kami boleh melihat contoh rancangan mobilnya?"
"Tentu." Darren langsung menunjukkan beberapa rancangannya pada dua asisten perusahaan tersebut
Kedua asisten perusahaan itu menatap takjub hasil rancangan yang dibuat oleh Darren.
"Semua rancangan mobil yang anda buat benar-benar bagus," puji asisten perusahaan JM Company.
"Anda benar sekali, tuan. Baru melihat gambarnya saja kita sudah kagum seperti ini. Apalagi kalau mobilnya sudah jadi. Mungkin kita akan dua kali lipat mengaguminya," sela asisten perusahaan DR'Corp
"Anda bisa saja." Darren sedikit malu menerima pujian dari dua asisten tersebut.
Axel, Jerry dan Dylan tersenyum gemas melihat wajah malu Darren saat dipuji.
"Oke. Saya barusan mendapatkan balasan WA dari Direktur JM. Beliau mau keempat mobil ini dengan warna sama yaitu biru."
"Baiklah," jawab Darren.
"Dan saya juga dapat balasan WA dari Direktur DR, beliau juga mau keempat rancangan mobil itu dengan warna kuning."
"Baiklah."
"Kalau begitu kami permisi dulu. Senang bekerja sama dengan anda."
"Terima kasih."
Kedua asisten tersebut pergi meninggalkan Shoowroom milik Darren. Dan kini tinggallah Darren dan ketiga sahabat-sahabatnya.
"Kalian sudah makan?" tanya Darren.
"Eem, Belum. Saat kami ingin pergi makan. Dua asisten perusahaan itu datang. Dan akhirnya kami menunda acara makan kami," jawab Dylan.
"Kalian delivery sekarang. Biar aku yang bayar," ucap Darren.
"Benaran, Ren?" tanya Jerry, Axel dan Dylan.
"Eem," jawab Darren.
"Yeeaayy. Makan gratis kita!" teriak mereka.
"Dasar norak," ejek Darren.
"Ini." Darren memberikan lima belas lembar uang seratusan pada Jerry. "Kalau gitu aku balik ya. Oh iya! Jam 5 sore Shoowroom harus tutup. Selesai gak nya pekerjaan kalian, besok dilanjutkan. Gak ada istilah lembur," ujar Darren.
"Siap, Bos!" seru Jerry, Dylan dan Axel.
"Aish."
Mereka hanya cengengesan.
"Bye." Darren pun pergi meninggalkan Shoowroom nya.
***
[DI JALANAN]
Darren saat ini sedang di jalan menuju pulang ke rumah miliknya dengan menggunakan motor lykan Hypersport miliknya.
Saat di perjalanan Darren tak sengaja melihat sosok orang yang sangat dirindukan dan juga dibencinya. Bahkan rasa bencinya lebih besar dibandingkan rasa rindunya.
Darren melihat sosok itu sedang bertarung dengan lima preman yang tubuh preman-preman itu lumayan besar. Sosok itu adalah Davin Smith, kakak sulungnya.
Darren keluar dari dalam mobilnya, lalu dirinya bersandar di mobil miliknya itu tanpa ada niat untuk menolong kakaknya tersebut. Sepertinya Darren sangat menikmati pertarungan tidak seimbang itu.
BUGH BUGH
DUAGH
DUAGH
BUGH BUGH
BUGH DUAGH
Davin berhasil membuat dua dari lima preman itu tersungkur. Dan tak sadarkan diri.
"Siapa kalian? Aku tidak punya urusan dengan kalian. Lebih baik kalian pergi dari sini!" bentak Davin.
"Serang!" ketiga preman itu balik menyerang Davin.
"Aish," kesal Davin.
BUGH BUGH
DUAGH
"Aakkkhhh."
Dua preman itu berhasil memberikan dua pukulan dan juga tendangan pada Davin sehingga membuat tubuh Davin terhuyung ke belakang.
Disaat Davin kesakitan sembari memegang perutnya, ketiga preman itu langsung memberikan tendangan kuat padanya.
DUAGH DUAGH
DUAGH
"Aaaakkkkhhhhhh." tubuh Davin tersungkur di tanah.
Davin berusaha untuk bangkit, namun sekujur tubuh terasa sakit dan ngilu. Bahkan untuk berdiri saja sudah tidak sanggup. Tapi Davin harus kuat karena dirinya tidak ingin mati sia-sia di tangan preman-preman itu. Ditambah lagi dirinya belum berdamai dengan adik kelincinya itu.
Disaat Davin ingin berdiri, matanya tak sengaja menangkap sosok yang sangat dirindukannya. Sosok yang dilihatnya itu sedang berdiri bersandar di mobil yang juga sedang melihat kearahnya.
"Da-dareennn," lirih Davin.
Davin kembali fokus pada tiga preman tersebut. "Kalian beraninya main keroyokan. Dasar banci!" teriak Davin.
"Brengsek! Bunuh dia!"
Mereka kembali menyerang Davin. Sedangkan Darren masih menikmati menyaksikan pertarungan tersebut.
BUGH BUGH
BUGH!! BUGH
DUAGH BUGH
BUGH DUAGH
Davin beberapa kali terkena pukulan dan tendangan. Begitu juga dengan tiga preman itu. Mereka sama-sama kesakitan.
"Darren. Apakah kau hanya berdiri disitu saja tanpa ada niat ingin menolong kakak? Segitu besarkah kebencianmu pada kakak?" batin Davin dan air matanya mengalir membasahi pipinya.
DUAGH
DUAGH
"Aaakkkkhhhhhh!" teriak Davin dan tubuh terlempar kuat ke tanah.
Dua tendangan mengenai perut Davin saat Davin tengah melihat kearah Darren, adiknya.
"Sekarang pergilah kau keneraka," ucap salah satu preman tersebut dengan mengeluarkan pisau.
"Da-dareenn. Jika dengan kematian kakak bisa membuatmu memaafkan kesalahan kakak enam bulan yang lalu. Kakak ikhlas, Ren!" lirih Davin yang kini menatap sendu Darren yang masih berdiri di tempatnya.
Preman itu berjalan mendekati Davin dengan pisau di tangannya. Saat preman itu ingin menancapkan pisau tersebut, seseorang melempari batu kecil dan mengenai tangannya.
"Aakkkhhh! Brengsek. Siapa yang berani mengganggu pekerjaanku?!" teriak preman itu.
"Wooi. Aku disini!" teriak Darren.
Ketiga preman itu mengalihkan pandangan mereka melihat kearah Darren.
"Brengsek. Siapa kau?"
"Eem. Aku?" tanya Darren sembari menunjuk kearah dirinya sendiri.
"Ya, kau brengsek. Siapa lagi."
"Ooh, aku.. aku... siapa ya. Aku lupa namaku." Darren sengaja mempermainkan ketiga preman itu.
Davin tersenyum melihat tingkah adiknya yang saat ini menghadapi para preman itu. Davin sangat tahu watak adik bungsunya itu setiap kali berurusan dengan musuh. Adiknya itu selalu punya cara untuk membuat musuh-musuhnya kesal setengah mati padanya. Kini Davin berusaha untuk duduk, walau seluruh badannya terasa sakit.
"Brengsek. Bocah sialan. Lebih baik kau pergi dari sini dan jangan ganggu kami!"
"Waw.. Waw! Enak saja main ngusir-ngusir. Emangnya tempat ini, tempat emak bapak lo lo pada, hah!" jawab Darren
"Bajingan. Serang!"
"Tunggu dulu." Darren menghentikan tiga preman tersebut yang mulai menyerangnya. "Kalian tidak lihat mobilku. Ini mobil Lykan Hypersport yang paling mahal yang aku punya. Kalau kalian merusaknya, apa kalian punya uang untuk mengganti kerusakannya, hah!"
"Banyak bacot lo bocah sialan." salah satu preman itu langsung melayangkan pukulan pada Darren dan Darren dengan lihainya berhasil menghindarinya, lalu dengan gerakan cepat Darren memberikan tendangan tepat dikemaluan preman itu.
DUAGH!!
"Aaakkkkhhhhh!" Preman itu berteriak dan melompat-lompat sambil memegang kemaluannya.
Dua preman lainnya saat melihat temannya kesakitan, mereka pun membalasnya.
"Bajingan sialan! Rasakan ini."
Mereka menyerang Darren secara bersamaan. Ketika mereka berdua hendak menyerang Darren, lagi-lagi Darren berhasil menggagalkannya.
"Waah! Wanita itu benar-benar cantik dan seksi. Tubuhnya.. eeemm.. waaw.. benar-benar montok dan bahenol!" seru Darren dengan ekspresi wajah yang begitu menikmati pemandangan tersebut.
Dan tanpa pikir panjang lagi, dua preman tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka melihat arah pandangan mata Darren.
BUGH
"Aaakkkkhhhhhhh!" teriak kencang mereka berdua.
Darren memegang kepala kedua preman itu, lalu membenturkannya dengan keras, sehingga membuat dua preman itu berteriak kesakitan, lalu Darren memberikan masing-masing tendangan pada keduanya.
DUAGH DUAGH
BRUUKK
BRUUKK
Keduanya terkapar tak sadarkan diri, lalu Darren melihat satu preman yang masih kesakitan memegang kemaluannya.
"Wooi! Lihat teman-teman lo. Mereka sudah terkapar. Tinggal lo sendirian. Dan sebentar lagi polisi datang. Apa mau dilanjutkan, hah!" teriak Darren.
Lalu terdengar suara sirine polisi. "Yah, terlambat dech. Polisi sudah datang tuh," ejek Darren.
Setelah mengatakan hal itu, Darren langsung pergi begitu saja.
Dan saat pria itu ingin berlari, polisi sudah terlebih dahulu menangkapnya. "Mau kabur kemana, hah? Ayo, ikut!" Polisi itu menarik paksa pria tersebut dan polisi yang lainnya membawa keempat preman yang lainnya.
"Anda tidak apa-apa?" tanya seorang polisi pada Davin.
"Saya tidak apa-apa," jawab Davin.
"Mari saya antar anda pulang. Sepertinya anda tidak akan bisa membawa mobil sendiri dalam keadaan anda seperti ini," Kata Polisi itu.
"Lalu mobil saya bagaimana?"
"Anak buah saya yang akan membawanya."
"Baiklah. Terima kasih."
Polisi itu pun membantu Davin berdiri. "Apa yang anda cari?" tanya polisi itu saat melihat Davin sedang mencari keberadaan Darren, adiknya.
"Apakah kalian melihat adik saya?" tanya Davin.
"Adik? Maksud anda pemuda yang berpakaian kemeja putih dan mobilnya berwarna hitam itu!"
"Iya."
"Dia sudah pergi ketika kami datang." Pimpinan polisi itu menjawab. Davin mengangguk.
......TBC......
...Berikan...
...Komentar...
...Vote...
...Like...
[KEDIAMAN KELUARGA SMITH]
[Ruang Tengah]
Kini yang berada di ruang tengah adalah Adrian, Mathew, Nathan, Ivan, Andra, Dzaky, dan Adnan. Sedangkan Darka dan Melvin berada di kamar mereka masing-masing.
Darka berada di kamar bersama Gilang. Gilang saat ini berusaha untuk meminta maaf pada Darka atas kepergian Darren. Dan Melvin sedang menangis merindukan kakak kesayangannya yang telah pergi meninggalkan dirinya karena sikap dan perlakuan keluarganya.
"Aku benar-benar merindukan Darren. Dan aku sangat menyesal akan sikapku padanya. Seharusnya aku percaya pada Darren," ucap Adnan.
"Kakak juga merindukannya, Adnan!" saut Andra
"Kami juga merindukan, kak Darren!" seru Adrian, Mathew, Nathan dan Ivan
"Aku merindukan pelukan dan belaian tangan kak Darren saat tangannya bermain-main dikepalaku," lirih Adrian.
Adrian menangis saat mengingat momen-momennya bersama Darren, kakak kesayangannya itu
"Darren. Kau ada dimana? Kapan kau akan pulang," lirih Dzaky
Lalu kilasan-kilasan tentang kejadian enam bulan yang lalu berputar-putar diotak mereka semua.
FLASBACK ON
BUGH!!
"Aaakkkhhh!"
Adnan memukul wajah Darren dan mengakibatkan sudut bibirnya terluka.
"Kau adalah laki-laki brengsek, Darren. Kau tega menikam saudaramu sendiri!" bentak Adnan.
Darren menatap tajam wajah Adnan, lalu kemudian Darren mendorong kuat tubuh Adnan, sehingga membuat Adnan terhuyung kebelakang.
"Kalau memang aku yang sudah menusuk dua adik kesayanganmu itu. Untuk apa aku repot-repot membawa mereka kerumah sakit, hah! Seharusnya aku buang saja mayat mereka kehutan atau aku kubur mereka hidup-hidup!" teriak Darren
Adnan pun langsung terdiam. Dalam hatinya, Adnan membenarkan perkataan Darren adiknya itu.
"Bisa saja kau memanipulasi semuanya!" seru Andra sinis menatap tajam kearah Darren
"Apa maksudmu, hah?!" bentak Darren yang juga tak kalah tajam menatap Andra
"Setelah kau menusuk Darka dan Melvin, kemudian kau berpura-pura menangis dan khawatir pada mereka, lalu kau membawa mereka ke rumah sakit," jawab Andra
"Brengsek. Kau berani mengatakan hal itu padaku, hah!" teriak Darren dan tangannya menarik kasar kerah baju Andra
"Darren. Lepaskan Andra. Dia kakakmu!" teriak Agneta
Darren tidak menggubrisnya. Tangannya makin kencang menarik kerah Andra.
"Darren. Kau dengar Mama. Lepaskan Andra!" teriak Agneta lagi.
Darren masih di posisinya. Dirinya benar-benar marah akan ucapan Andra. Lalu tiba-tiba...
BUGH!!
"Aakkhhhh!!"
Davin tiba-tiba bangkit dari duduknya, lalu memberikan pukulannya pada Darren. "Kau memang adik yang tidak tahu diri, Darren. Kau sudah melukai Darka dan Melvin. Dan sekarang kau ingin membunuh Andra juga, hah!" teriak Davin
"Brengsek!" Darren ingin membalas pukulan Davin, tapi tangannya di tahan oleh Agneta.
"Sudah cukup!" bentak Agneta. "Kau sudah keterlaluan Darren. Sikapmu dan kelakuanmu sudah melewati batas. Kau berubah menjadi monster yang kejam. Kau berani melukai saudaramu dan bersikap kasar pada kakak-kakamumu sendiri!" ucap Agneta
"Sekarang ikut Mama. Kau harus dihukum atas perbuatanmu itu."
Agneta menarik kasar tangan Darren. Tapi bukan Darren namanya kalau dirinya pasrah begitu saja ditarik oleh Agneta.
"Lepaskan aku!" bentak Darren, lalu Darren menarik kuat tangannya. Dan tangannya berhasil lepas
Darren menatap tajam wajah Agneta. "Kau bukan siapa-siapaku. Jadi kau tidak berhak memberikan hukuman padaku."
PLAKK!!
Agneta menampar Darren dengan keras. "Kau..." tunjuk Darren tepat di wajah Agneta. Kemudian Darren langsung mendorong tubuh Agneta dengan kuat
BRUKK!!
"Mama!" teriak Adrian, Mathew, Nathan dan Ivan. Mereka berlari menghampiri ibu mereka
"Kak Darren!" teriak Adrian
Agneta terjatuh di lantai. Sementara Darren menatap dengan penuh emosi. "Kau benar-benar menjijikan. Kau ibu yang tidak berguna untukku. Kau berani menamparku dan memperlakukanku seperti binatang hanya membela putra-putramu yang lain. Kau dan suamimu menyaksikan dan mendengar apa yang telah dilakukan dan apa yang telah mereka katakan padaku. Tapi kau dan suamimu yang menjijikan itu hanya diam tanpa ada niat untuk membantuku atau sekedar melerai. Tapi disaat aku membela diri dengan memukul putra-putramu dan bersikap kasar pada mereka, kau seenaknya bersikap kasar padaku dan mengatakan aku seorang monster yang kejam. Kalau aku monster, lalu mereka apa? Disini aku yang korbannya. Disini aku yang dipukul dan dimaki. Tapi kenapa justru aku yang disalahkan!" Darren berbicara dengan berteriak dengan menatap tajam Agneta dan jari telunjuknya menunjuk kearah kakak-kakaknya
"Aku akan membuatmu menyesal seumur hidupmu karena telah menamparku. Aku tidak akan pernah memaafkanmu, sekalipun kau menangis memohon maaf kepadaku. Aku tidak akan pernah melupakan tamparanmu dan juga perkataanmu yang menyebuku monster, Nyonya Agneta Smith! Aku benar-benar akan membuatmu menyesal sampai kau mati. Ingat itu!!" bentak Darren
DEG!!
Agneta tersentak mendengar penuturan Darren. Ditambah lagi dirinya dipanggil dengan sebutan Nyonya oleh Darren, Setetes liquid bening mengalir membasahi wajah cantiknya.
"Darren. Apa kau sadar dengan ucapanmu itu, hah?!" bentak Gilang
"Dia Mama kita. Orang tua kita. Kau tidak berhak berbicara seperti itu. Kau benar-benar keterlaluan Darren!" bentak Dzaky
"Kenapa? Kalian tidak suka? Lagian perempuan itu pantas mendapatkannya. Bahkan aku juga bisa melakukan hal tersebut pada kalian. Kalian pikir aku takut dan aku tidak akan berani melukai kalian, hah! Kalian saja berani bahkan tega menyakitiku, begitu juga denganku. Kalau aku mau, hari ini aku bisa menghabisi kalian semua. Kalian tidak tahu siapa aku selama ini. Kalian tidak tahu apa yang aku lakukan dibelakang kalian. Jadi jangan pernah cari masalah denganku jika kalian masih sayang nyawa.
"Soal perempuan itu." Darren menunjuk kearah Agneta. "Apakah ucapan kalian itu dapat dipercaya? Apa benar perempuan itu ibu kandungku, hum? Apa kalian sedang tidak membohongiku tentang perempuan yang kalian sebut Mama itu?" ucap dan tanya Darren dengan menatap tajam kelima kakaknya yaitu Davin, Andra, Andra, Adnan dan Gilang
DEG!!
Davin, Andra, Dzaky, Adnan dan Gilang terkejut mendengar penuturan Darren. Dalam hati mereka merasakan ketakutan jika Darren mengetahui tentang Agneta. Mereka juga terkejut ketika Darren mengatakan akan menghabisi mereka semua.
"Papa benar-benar kecewa padamu, Darren. Beginikah caramu bersikap pada kami keluargamu. Apa salah kami Darren?" ucap dan tanya Erland
"Hahahaha." Darren tertawa keras
"Anda barusan bicara apa, tuan? Apa aku tidak salah dengar, hum? Disini ini aku yang disakiti, aku dipukul, aku dihina, aku dimaki oleh putra-putra anda. Tapi kenapa anda justru mengatakan bahwa anda kecewa dengan sikapku. Apa anda tidak salah, tuan." Darren menatap nyalang Erland
Setelah itu, Darren menatap satu persatu wajah anggota keluarganya. "Kalianlah yang sudah membuatku seperti ini!!" teriak Darren
Darren kembali menatap wajah ayahnya "Dan anda, tuan! Sekarang anda malah menyalahkanku atas sikapku yang seperti ini. Ini semuanya salah anda. Jangan anda pikir aku tidak mengetahui apapun yang anda sembunyikan dariku. Jangan anda pikir aku tidak menyadari akan sikap anda padaku selama ini!" teriak Darren
"Darren. Jaga nada bicaramu. Aku ini adalah Papamu!"
"Kenapa aku harus menjaga nada bicaraku pada anda. Sementara anda tidak pernah menunjukkan rasa sayang dan rasa perhatian anda padaku. Anda adalah ayah sangat menjijikan," jawab Darren
"Darreennn!!"
PLAKK!!
"Apa begini cara anda mendidik putra-putramu, hah? Pantas saja mereka." Darren menunjuk kearah kelima kakaknya. "Bersikap kasar padaku. Ternyata belajar dari anda, tuan."
"Darren," batin Erland lirih
Darren berlahan melangkah mundur. Air matanya tidak bisa lagi ditahan. Darren menangis. Menangis dalam diam tanpa isakan.
"Aku kecewa dengan kalian semua. Kalian memperlakukan aku seperti penjahat di rumah ini. Tidak ada satupun dari kalian yang mempercayaiku. Kalian lebih percaya dengan video yang kalian tonton itu sebelum kalian menyelidiki kebenarannya. Untuk apa lagi aku berada dirumah ini. Lebih baik aku pergi dari rumah ini."
Darren berucap dengan lirih dan juga wajah yang dingin, lalu Darren pergi meninggalkan anggota keluarganya menuju kamarnya di lantai dua.
"Sudah puas kalian!" bentak Carrisa selaku adik perempuan Erland. "Aku muak dengan sikap kalian seperti ini. Kalian sangat menjijikan."
Setelah mengatakan hal itu, Carrisa pergi menuju kamarnya dan disusul oleh suaminya Evan dan ketiga putranya.
"Sudahlah, Pa. Jangan dipikirkan apa yang dikatakan, bibi. Bibi seperti itu karena terlalu memanjakan anak tak tahu diri itu," kata Davin
"Dan Papa juga tidak perlu menanggapi ucapan Darren. Aku yakin Darren tidak serius dengan perkataannya. Darren tidak akan pergi meninggalkan rumah ini. Kalau pun Darren pergi. Dia akan tinggal dimana? Bersama siapa?" ucap Andra
"Apa yang dikatakan kak Andra benar, Pa. Darren tidak akan pergi kemana-mana," sela Gilang
Saat mereka tengah sibuk memikirkan perkataan Darren yang ingin pergi dari rumah. Mereka dikejutkan suara langkah kaki menuruni anak tangga
TAP!!
TAP!!
TAP!!
Mereka semua mengalihkan pandangan melihat kearah Darren. Dan mereka semua terkejut saat melihat Darren yang menyeret dua koper.
Agneta langsung berdiri dan ingin menghampiri Darren, tapi Darren sudah terlebih dahulu berteriak. "Jangan mendekat. Tetap disitu dan jangan pernah menyentuhku. Kau bukan ibuku. Kau adalah musuhku."
DEG!!
Lagi-lagi Agneta terkejut akan perkataan Darren. Dan lagi-lagi air matanya mengalir membasahi wajah cantiknya.
"Seperti yang aku katakan barusan. Aku akan pergi dari rumah neraka ini. Untuk apa aku berada di rumah ini kalau hanya untuk disakiti. Kalau aku masih tetap berada di rumah ini, bisa-bisa aku mati tertekan dan tersiksa akan sikap kalian padaku. Bahkan setiap hari kalian pasti akan bersikap buruk padaku." Darren menatap nya lang anggota keluarganya
"Dengarkan aku baik-baik dan jangan pernah kalian lupakan sedikit pun. Mulai detik ini dan seterusnya namaku Darrendra bukan Darrendra Smith. Aku akan melepaskan Marga Smith di belakang namaku, karena aku sudah tidak sudi lagi memakainya. Saat aku pergi keluar dari rumah ini, kita sudah tidak ada hubungan apapun. Kalian bukan anggota keluargaku dan aku bukan anggota keluarga kalian. Aku memutuskan hubunganku dengan kalian semua. Jadi saat kita bertemu di luar atau di jalanan, anggap kita tidak saling mengenal. Aku tidak akan mengusik kehidupan kalian dan aku juga minta pada kalian untuk tidak mengusik kehidupanku." Darren berbicara dengan penuh penekanan fan dengan wajah dinginnya
DEG!!
Mereka semua terkejut akan ucapan Darren barusan. Mereka tidak menyangka kalau Darren akan mengatakan hal seperti itu. Mereka berpikir kalau Darren hanya emosi saat mengatakan akan pergi dari rumah. Tapi pikiran mereka salah. Darren benar-benar melakukannya. Tapi mereka hanya bisa diam dan tidak ada satu pun dari mereka yang berusaha mencegahnya.
"Aku akan mengingat semua perlakuan kalian hari ini. Dan aku tidak akan pernah melupakannya sampai aku mati. Aku akan buat kalian semua menyesal atas sikap dan perlakuan kalian padaku. Saat kalian mengetahui kebenarannya dan mengetahui siapa pelaku penusukan terhadap tuan Darka dan tuan Melvin, lalu kalian semua menyesal telah menyakitiku dan ingin meminta maaf padaku. Tapi sayangnya semua itu sudah terlambat. Saat hari itu tiba, aku Darren tidak akan pernah memberikan kata maaf pada kalian semua. Mulai hari ini dan seterusnya hatiku telah terkunci rapat. Dan yang ada saat ini adalah kebencian dan dendamku pada kalian." Darren berucap dingin dan ketus
Setelah mengatakan hal itu, Darren pun langsung pergi meninggalkan rumah kediaman Keluarga Smith dengan menyeret dua koper ditangannya.
Sedangkan anggota keluarganya semuanya hanya diam membisu. Mereka tidak menyangka adik, putra, kakak mereka pergi meninggalkan rumah. Hancur sudah kebahagiaan dan kekompakan mereka yang selama ini mereka bangun. Mereka hanya bisa meratapi kebodohan mereka. Hanya karena kemarahan dan keegoisan mereka, mereka harus kehilangan salah satu anggota keluarga.
FLASBACK OFF
"Darren," lirih Andra, Adnan dan Dzaky
"Kak Darren. Kami merindukanmu," lirih Adrian, Mathew, Nathan dan Ivan
Saat mereka sedang memikirkan Darren, lalu terdengar suara bell dari luar.
TING!!
TONG!!
"Itu siapa yang membunyikan bell?" tanya Dzaky
"Biarkan aku yang membukakannya, kak Dzaky," ucap Ivan
Ivan pun pergi meninggalkan ruang tengah menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.
CKLEK!!
Saat pintu terbuka, Ivan terkejut. "Kak Davin"
"Kak Andra, kak Dzaky, kak Adnan. Kak Davin pulang dalam keadaan luka-luka!" teriak Ivan
Mendengar teriakan Ivan, Andra, Dzaky dan Adnan berlari menuju ruang tamu.
"Kak Davin!" Teriak Andra, Dzaky dan Adnan, lalu Adnan dan Dzaky mengambil alih tubuh Davin. Dan membawanya ke ruang tengah.
"Terima kasih, Pak! Sebenarnya apa yang terjadi pada kakak saya?" tanya Andra
"Saudara Davin dihadang oleh lima orang preman. Preman-preman itu selalu meresahkan masyarakat. Tapi kami sudah menangkapnya."
"Terima kasih sekali lagi, Pak."
"Kalau begitu saya permisi dulu. Ini kunci mobil saudara Davin.." polisi itu menyerahkan kunci mobil Davin pada Andra
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!