Lanjutan cerita Suami Manja Dokter Zi. Masih ada Family Z disini🥰
Jadi sebelum membaca cerita ini baca dulu cerita judul di atas 👆
...****************...
Erik nama pendek yang mudah diingat, dia adalah sosok laki-laki yang berkepribadian dingin. Tapi dibalik itu semua Erik merupakan laki-laki baik dan juga pekerja keras. Erik bekerja di salah satu perusahaan besar menjadi seorang asisten, Ia tidak hidup sendiri melainkan bersama satu keluarga yang telah mengangkatnya menjadi anak dari pertemuan beberapa tahun lalu dengan seorang dokter yang bernama Zevin Kavindra. Erik dididik dengan begitu baik dan nyaris sempurna hingga membentuknya menjadi seorang yang tangguh dan bertanggung jawab. Di balik karir dan kehidupannya yang nyaris sempurna ada cerita cinta yang sedikit rumit dalam hidup Erik.
Mobil family Z tiba di desa tujuan, mereka mengambil liburan di sebuah pedesaan. Tak sia-sia Zevin membeli rumah besar di desa untuk beristirahat dari hiruk pikuknya kota. Padatnya pekerjaan sangat melelahkan jiwa dan raga. Jadi family Z ini berniat menyegarkan otak dan tubuh mereka di pedesaan. Erik dan Zevin sudah membuat agenda kegiatan mereka nanti di desa.
Hawa pedesaan yang sejuk dan bebas polusi sangat nyaman sekali. Penduduk desa yang ramah membuat mereka akan betah menghabiskan waktu di sana. Desa yang lumayan ramai karena penduduknya tidak bekerja terlalu jauh dari sana.
"Lumayan jauh ya." Celetuk Ivan. Meregangkan tubuhnya setelah keluar dari mobil.
"Iya, udaranya sejuk sekali." Erik menghirup udara sepuasnya.
"Ayo masuk !" Zevin menggendong baby Zayyan.
Putra, Zevin dan Nazia itu mulai bisa berjalan meski belum lancar. Erik dan Ivan mengeluarkan barang bawaan mereka satu persatu dan membawanya masuk. Mereka sengaja membawa bahan makanan dari rumah agar tidak berbelanja lagi.
"Sayang, tidak apa-apa, 'kan ? Kamu masak sendiri. Kita tidak membawa asisten rumah tangga." Kata Zevin sembari memangku baby Zayyan di ruang tamu.
"Iya, ada Ivan yang membantu ku." Balas Nazia tersenyum.
Rumah itu lumayan besar meski lama tidak di kunjungi, tapi kebersihannya sangat terjaga. Zevin menggaji tetangga sebelahnya untuk membersihkan rumahnya.
"Selamat datang, dokter." Sapa sepasang suami istri tetangga mereka.
"Terimakasih, Pak ! Bu. Kenalkan, mereka adik-adik saya dan ini putra saya Baby Zayyan." Zevin memperkenalkan Erik, Ivan dan Zayyan.
"Salam kenal, Tuan. Kami tetangga dokter Zev di desa." Ucap sepasang suami istri itu.
Erik dan Ivan mengulurkan tangan dan menyebutkan nama mereka berdua bergantian. Zevin tidak lagi memperkenalkan Nazia karena seluruh penduduk desa itu sudah mengenal Zevin dan Nazia. Saat mereka bertugas memantau kesehatan di desa itu dulu bersama Rayya. Setelah berbincang sebentar sepasang suami istri itu pamit pulang.
"Van, ayo bantu aku masak." Nazia bergerak ke dapur.
"Iya, Zi."
Zevin dan Erik serta baby Zayyan beristirahat di kamar sambil mengatur barang-barang mereka.
...****************...
Angin sepoi-sepoi menempuh tubuh Erik di atas kasur melalui jendela kamarnya. Gesekan ranting pepohonan mengenai atap rumah memberikan nada tersendiri. Erik bangun dari tidurnya lalu berdiri di dekat jendela kamar. Perasaan apa yang tengah dirasakannya saat ini ? Sejak menginjakkan kaki di desa itu, perasaan Erik jadi berdebar-debar. Entah firasat apa itu ? Dia belum tahu. Erik belum mengerti dengan apa yang telah dirasakannya. Pria itu belum pernah merasakan ini sebelumnya
Dret...dret...dret...
Ponsel Erik bergetar di atas meja, Ia melangkah mengambil ponsel itu. Sebelum menjawab, Erik menatap ponsel itu sejenak. Nama yang yang telah menghilang selama enam bulan ini tiba-tiba muncul di layar ponselnya hari ini.
"Iya, Maura." Erik menjawab panggilan itu
"Apa kabar mu? Lama tidak bertemu."
"Kabar ku baik, ternyata kamu masih menyimpan nomor ponselku." Erik bersandar di daun jendela.
"Iya aku masih menyimpan nomor mu. Aku hanya bertanya kabar mu. Aku tutup telpon nya ya."
Erik menatap layar ponselnya. Tak menyangka jika Maura akan menelponnya hari ini. Enam bulan lalu Maura memutuskan mengundurkan diri dari kantor Jaya Group. Ia beralasan karena merawat ibunya yang mulai sering sakit
"Kak, Erik. Ayo jalan-jalan !" Seru Ivan di depan pintu kamar.
"Ayo ajak juga, Zayyan." Erik menyimpan ponselnya di saku celana.
Erik dan Ivan jalan kaki saja sambil mendorong stroller baby Zayyan. Banyak mata menatap kagum pada mereka berdua, kedatang pria kota sudah menjadi magnet tersendiri untuk gadis desa.
Kulit putih bersih, badan bagus dan tinggi. Menambah nilai pesona Erik dan Ivan. Jika dulu Ivan lemah gemulai, maka saat ini. Dia sudah menjadi pria gagah meski feminimnya masih melekat sedikit.
Kaki Ivan dan Erik berhenti di pinggir lapangan voly. Di sana para pemuda sedang main voly dan suasana cukup ramai. Kedatangan Erik dan Ivan mengalihkan perhatian mereka.
"Orang baru ya?"
"Iya, kami baru sampai hari ini." Jawab Ivan sopan.
"Mau ikut main?"
"Boleh." Sahut Erik.
Tepuk tangan para gadis desa bersahut-sahutan karena pria setampan Erik masuk ke dalam lapangan voly. Tak mau ketinggalan para ibu-ibu yang tengah memasak pun ikut bergabung. Mereka rela mematikan kompor dan meninggalkan dapur demi melihat aksi Erik di lapangan.
"Aku tersaingi." Gumam Zevin
Ia menyusul bersama Nazia ke pinggir lapangan.
Pluit ditiup dengan nyaring oleh wasit menandakan permainan akan di mulai. Dengan tangkasnya, Erik menyambut bola dari pihak lawan. Tubuh atletisnya sangat menawan mata para penonton.
"Sayang aku boleh bergabung?" Ijin Zevin pada Nazia.
"Boleh, asal jangan tebar pesona."
Zevin tersenyum dan merona merah di wajahnya. Ia minta pada wasit untuk ikut bergabung setelah mendapat persetujuan dari orang yang akan digantikannya. Kini Erik dan Zevin menjadi lawan di lapangan itu.
Tak kalah dari pesona Erik. Zevin juga menjadi pusat perhatian, ayah satu anak itu nampak seksi saat berkeringat. Ivan menjadi bingung harus mendukung siapa di antara dua pria itu.
Setelah mendapat skor di menangi Erik. Permainan voly usai, senja juga sudah nampak. Banyak gadis desa ingin berkenalan pada Erik dan Ivan. Dua laki-laki itu dengan ramah menyambut tangan orang-orang yang ingin berkenalan dengan mereka.
"Dokter, Zi. Besok voly giliran wanitanya. Apa anda mau ikut?" Tanya Pak Kades
"Boleh, Pak."
"Baiklah, saya akan masukan anda di dalam team istri saya." Ujar Pak Kades.
"Iya, Pak. Terimakasih kami pamit dulu ya sudah senja."
"Iya Dokter, Zi. Semoga betah liburan di desa ini ya. Jika ada yang di butuhkan hubungi saja kami." Balas Pak Kades.
"Iya Pak, maaf kami belum bertamu ke rumah bapak. Ayo sayang." Ucap Zevin sekaligus berpamitan. Ia mulai risih karena Kades itu berbincang lama pada istrinya.
Zevin dan keluarganya pulang ke rumah setelah ikut bermain voly bersama warga desa. Baby Zayyan tertawa melihat Erik dan Ivan berlari bak anak kecil menuju rumah mereka.
Dalam hati Zevin menggerutu bisa-bisanya Kades itu bicara banyak pada istrinya.
Kediaman ALRA
Alby tak bersemangat karena menumpuknya pekerjaan . Ia tak jadi ikut keluarga Zevin berlibur, karena waktunya banyak tersita selama kehamilan dan kelahiran putranya.
Alby dan Ralda di anugerahi putra yang tampan, baru saja dilahirkan Ralda. Bayi laki-laki itu bernama DAVI ALVA SYAHREZA. Alby selalu mendampingi istrinya dalam merawat buat hati mereka.
Di dalam jeruji besi pak Reza sangat merindukan keluarganya terlebih cucu laki-laki yang baru saja dilahirkan menantunya. Beberapa bulan lalu dia menerima Ralda sebagai menantunya. Pak Reza memilih berdamai dengan masa lalu bersama keluarga Zevin. Cucu laki-laki yang diidamkannya itu sangat dirindukannya.
Satu tahun Lebih mendekam dalam penjara membuat pak Reza menyadari kesalahannya. Ambisi memang bisa menghancurkan diri sendiri apabila, tidak bisa mengendalikannya.
Kini beliau penuh semangat menanti masa kebebasannya.
...****************...
Pagi hari hawa dingin khas pedesaan sangat menusuk ke dalam tulang. Zevin dan putranya masih betah bersembunyi di balik selimut, tapi tidak untuk Erik. Ia sudah bangun dan menyesap teh hangat buatan Nazia.
"Kamu bangun pagi sekali."
"Iya, aku akan mengajak Ivan lari pagi." Jawab Erik meneguk sisa tehnya.
"Hati-hati, jangan menggoda perawan desa."
Erik tertawa.
"Gadis desa cantik-cantik ya." Ucapnya sembari melangkah menuju kamar Ivan dan mengetuknya.
"Masuk saja tidak dikunci."
Erik masuk dan duduk di tepi kasur.
"Ayo bangun ! Kita lari pagi keliling desa." ujarnya menarik selimut dari tubuh Ivan.
"Dingin, Kak." Ivan kembali menarik selimutnya.
"Gadis desa di sini cantik-cantik loh."
Mata Ivan terbuka sempurna. Telinganya seakan dapat pencerahan pagi.
"Ayo !" balasnya semangat empat lima.
Pria itu dengan cepat mengganti pakaiannya dengan pakaian traning. Ivan dan Erik bersama keluar dari kamar.
"Pagi, Zizi sayang."
"Pagi, Van. Minum teh mu." Nazia meletakkan gelas teh di atas meja makan.
"Zi, aku dan kak Erik pergi dulu ya." Pamit Ivan. Di balas anggukan dari Nazia.
Di kamar, Zevin menggerutu dalam selimut saat mendengar Ivan bicara pada istrinya.
"Beraninya anak itu memanggil istriku dengan sebutan itu ! Zi, milik ku ! Istriku, ibu dari putra ku." Sungutnya tanpa sadar membangunkan sang putra.
Pukk...pukk...
Selimut di pukul Baby Zayyan. Zevin terkejut lalu mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut. Bibirnya tersenyum saat bayinya tersenyum padanya.
"Selamat pagi jagoan papa, kamu terbangun. Maaf ya papa hanya cemburu saat om Ivan panggil mama mu dengan sebutan Zizi sayang. Mama mu itu milik papa, hanya papa boleh panggil mama mu dengan sebutan sayang" Curhatnya pada sang anak.
Baby Zayyan tertawa entah faham atau tidak, tapi menurutnya wajah sang papa menggemaskan saat cemburu.
"Kalian sudah bangun. Selamat pagi kesayangan mama." Nazia merangkak ke atas kasur mengecup kening dua lelaki itu bergantian.
"Pagi sayang, sini peluk aku." Zevin merentangkan tangannya.
Nazia tersenyum dan memeluk suami manjanya itu. Suasana hati Zevin segera membaik setelah mendapatkan pelukan hangat dari sang istri.
"Ayo mandi"
"Nanti saja sayang, kita jalan-jalan pagi. Yuk !" Ajak Zevin.
"Ayo, kita susul Erik dan Ivan."
"Tidak mau, nanti Ivan nempel sama kamu." Ujar Zevin manja.
"Baiklah, kita jalan sendiri. Bersiaplah ! Pakai jaket ya di sini dingin sekali."
"Siap sayang ku." Zevin mengecup bibir istrinya.
Selagi family Z bersiap di rumah. Maka di tempat Erik dan Ivan mereka tengah melihat para petani menanam padi. Tak hanya itu, ada anak-anak bermain lumpur entah apa yang mereka cari.
Tak jauh dari tempat itu. Netra Erik menangkap sosok seseorang yang tak asing di matanya. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Tubuh Erik membeku di tempat, ia berharap ini mimpi. Namun, tidak ! sosok itu begitu nyata dan dekat. Erik semakin menajamkan penglihatannya, detak jantungnya semakin kuat. Penglihatan Erik benar, dari samping terlihat dia seorang wanita tengah berdiri menghadap ke arah persawahan. Mata Erik berkaca-kaca semoga ini tidak menghilang dengan cepat.
"Kakak kenapa?" Ivan melihat Erik menyentuh dadanya.
"Entahlah, Van. Jantung ku berdegup kencang."
"Apa kakak punya riwayat penyakit jantung?" Tanya Ivan mulai panik.
"Ish ! Aku tidak punya penyakit jantung." Balas Erik kesal.
Karena lengah bicara pada Ivan, wanita yang di lihatnya tadi menghilang sudah. Erik memendarkan penglihatannya. Tapi sayang, orang yang tertangkap matanya sesaat benar-benar menghilang.
Kemana dia? Ada apa ini ? Dia sudah meninggal lalu kenapa ada disini? Mata ku tidak salah.
Erik merasakan degup jantungnya kembali.
...****************...
Sore Hari semua warga yang berniat menonton voly telah berkumpul di lapangan. Sementara di rumah Zevin, suami Nazia itu tengah berbaring di atas kasur menilai penampilan sang istri.
Sejujurnya Zevin tidak ingin istrinya menjadi pusat perhatian kaum adam di lapangan Voly. Sejak tadi Nazia sudah berganti pakaian lima kali hingga membuatnya kesal.
"Kalau begitu aku pergi pakai daster saja."
Zevin segera berdiri memeluk tubuh istrinya itu dan berkata. "Jangan marah sayang, kamu terlalu cantik makanya aku tidak bisa berbagi pada orang lain."
"Aku harus pakai apa? sebentar lagi mulai."
Zevin melepaskan pelukannya lalu membuka lemari pakaian. Ia mengambil baju kaos miliknya dan celana bola yang kadang-kadang dibawanya. "Ini sayang." ujarnya meletakan pakaian itu di atas kasur.
Dari pada berdebat, Nazia segera mengganti pakaiannya. Sudah tahu pakaian yang mereka bawa tidak banyak masih saja suaminya itu protes.
"Ayo berangkat."
Zevin mengangguk lalu menggendong baby Zayyan mengekor Nazia.
"Zi, kamu cantik sekali. Persis anak kuliahan." Pekik Ivan senang.
Mata Nazia melotot. Jangan memuji begitu arti sorot matanya. Beruntung suami manjanya itu fokus pada putranya. Jika tidak, maka Zevin memintanya berganti baju lagi. Erik mengacungkan dua jempol mengiyakan ucapan Ivan.
Sampai di lapangan, Nazia benar jadi pusat perhatian. Baju pilihan suaminya menjadi Boomerang untuk Zevin sendiri. Karena istrinya itu banjir pujian dari ibu-ibu, pemuda dan bapak-bapak di lapangan.
"Dokter, Zi. Anda cantik sekali persis anak saya yang baru kuliah." Puji pak Kades.
"Pak Kades benar ! Dokter, Zi. Cantik sekali baru saja saya mau memberikan baju teamnya, tapi tidak apa-apa itu cocok dan dokter, Zi. Akan jadi kaptennya." Seru pemuda desa.
"Dokter, Zi. Tidak perlu pakai baju team. Itu saja cocok sekali." Sambung istri kades.
"Terimakasih, semuanya." Nazia tersenyum paksa karena wajah suaminya sudah ditekuk.
Zevin berdiri di pinggir lapangan bersama baby Zayyan. Wajahnya masam karena cemburu, walau begitu Zevin masih membalas sapaan dari warga desa. Erik dan Ivan tertawa senang melihat Zevin tengah cemburu.
Erik bisa saja tertawa karena Zevin, tapi tidak di pungkiri jika saat ini dia terpikirkan dengan sosok yang ia lihat tadi pagi. Erik mengamati setiap orang yang ada di lapangan, matanya tertuju pada seorang wanita rambut sebahu telah menjauh meninggalkan lapangan. Erik mengejarnya menyusul wanita itu. Namun, langkahnya tertahan karena ada seorang bapak-bapak kesulitan mengeluarkan motornya dari tempat parkiran. Erik memilih membantu bapak itu lebih dulu.
Perasaan Erik semakin tidak karuan, apa yang tidak diketahuinya selama ini? Kenapa orang telah dinyatakan meninggal bisa ada di desa itu? Bahkan Erik sering mengunjungi makamnya selama ini.
Seperti biasanya setelah makan malam, Zevin dan yang lainnya berkumpul di ruang keluarga. Beruntung desa tempat Zevin membeli rumah tidak terlalu tertinggal. Lampu listrik dan jaringan internet sudah masuk di sana. Jadi, mereka dengan mudah memantau pekerjaan yang ditinggalkan di kota. Seperti Erik mengecek kondisi kantor dari tempatnya duduk saat ini.
"Kamu kenapa sayang ?" Tanya Nazia.
Sejak sore suaminya itu hanya diam dengan wajah masam.
"Aku cemburu banyak mata melihat mu hari ini."
Nazia tersenyum.
"Kamu sendiri yang memilihkan baju untukku pakai sore tadi." Ujarnya lembut.
Zevin merebahkan kepalanya di pundak istrinya dan berkata.
"Itu yang aku sesalkan sayang."
Jari mungil Zayyan menempel di pipi papanya. Bayi itu sepertinya tidak senang jika Zevin menempel pada mamanya. Erik dan Ivan tidak kuasa menahan tawa. Sifat cemburu Zevin menurun pada sang putra. Namun, berbeda versi. Jika Zevin cemburunya cantik maka tidak pada putranya. Zayyan cemburunya terlihat, buktinya bayi laki-laki itu langsung memukul papanya.
"Nak, kamu marah ya papa nempel sama mama?" Nazia tersenyum.
Baby Zayyan tertawa menampilkan deretan giginya yang ada empat. Zevin menjadi gemas pada putranya lalu mengambil alih baby Zayyan dari pangkuan Nazia.
"Kamu cemburu sama papa? Dengar ya, Mama itu milik Papa." Seru Zevin mencium pipi baby Zayyan.
Zevin dan baby Zayyan asik bercanda. Namun, tidak pada Erik ingatannya kembali pada pagi tadi. Ia yakin telah melihat sosok yang dikenalnya selama ini. Sosok yang mengalihkan perhatiannya beberapa tahun lalu.
"Kamu kenapa, Rik?"
"Aaa, tidak kenapa-kenapa.Kak ! Tadi pagi aku seperti melihat wanita yang mirip Della disini." Jawab Erik.
"Kamu yakin? Bukankah ? Della sudah meninggal tiga tahun lalu."
"Itu yang aku bingungkan." Balas Erik.
"Mungkin, hanya orang mirip jangan terlalu di pikirkan. Ayo kita istirahat." Seru Nazia.
"Zi benar, Kak ! Ayo kita istirahat." Sambung Ivan.
"Semoga saja "
...****************...
Sesuai agenda yang telah disusun kini, Erik dan Zevin siap untuk pergi memancing. Sementara Ivan akan menemani Nazia pergi ke kota terdekat.
"Rik, apa semua sudah siap?"
"Sudah, Kak." Jawab Erik sembari merapikan peralatan memancing.
Zevin mencari keberadaan istrinya. Ternyata Nazia sedang berbincang dengan ibu tetangga mereka di halaman belakang.
"Feby mainlah ke rumah kami."
Wanita bernama Feby itu tersenyum sambil memegang jari-jari baby Zayyan
"Iya, Kak. Aku pasti main ."
Dada Erik bergemuruh hebat langkahnya terhenti menyusul Zevin saat mendengar suara yang begitu dirindukannya. Erik semakin yakin dengan perasaannya kemarin pagi, jika yang di lihatnya itu adalah Della bukan halusinasinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Erik belum memahami kematian Della tiga tahun lalu. Jika memang wanita itu telah tiada, kenapa ia mendengar suaranya hari ini? Dan seolah melihat Della kemarin pagi.
"Sayang, aku berangkat dulu ya. Hati-hati nanti ke kota. Ada pengawal mengikuti mu dan Ivan." Pamit Zevin seraya mencium kening Nazia dan Baby Zayyan.
"Iya sayang, kamu dan Erik juga hati-hati."
"Bu, titip istri saya ya. Jika ada apa-apa cepat telpon saya." Ujar Zevin pada ibu tetangga.
"Iya dokter, Zev. "
Tak jauh dari sana Erik sadar dari lamunannya, kini ikut bergabung bersama Zevin. Sambil berpamitan Erik mengamati sekitar mencari tahu pemilik suara yang didengarnya tadi.
"Kamu mencari siapa, Rik ?" Tanya Nazia.
"Tadi aku mendengar kakak bicara dengan seseorang."
"Itu Feby putrinya ibu Weni. Dia sudah masuk dan akan mengantar makanan untuk ayah nya di sawah." Jelas Nazia.
"Nanti saja berkenalannya, sekarang kita berangkat." Seru Zevin. Di balas anggukan Erik.
Sepanjang perjalanan Erik terdiam masih memikirkan suara yang didengarnya tadi. Zevin mengambil alih kemudi karena Erik tidak hafal daerah itu.
"Kamu kenapa? Ayo cerita jangan di pendam sendiri." Zevin memecahkan keheningan mereka berdua.
"Tadi aku mendengar suara Della bicara pada Kak, Zi."
Zevin tersenyum dan berkata.
"Namanya Feby, putri angkatnya ibu Weni."
Erik menghela nafas panjang.
"Kemarin pagi saat lari pagi bersama Ivan, aku melihat wanita mirip dengan Della. Hari ini aku mendengar suaranya lagi. Aku jadi meragukan kematiannya tiga tahun lalu. Apa Della benar sudah meninggal?" Ungkapnya panjang lebar.
"Nanti setelah pulang kita bertamu ke rumah bu Weni. Kita pastikan suara itu milik Feby atau milik Della. Mungkin juga, mereka satu orang tapi memakai dua nama. Kalau memang Della masih hidup, makam siapa yang kamu kunjungi satu tahun belakangan ini ? Bukankah ? Keluarganya mengatakan Della meninggal karena kecelakaan." Tutur Zevin.
Erik terdiam benar kata Zevin jika Della masih hidup, lalu makam siapa yang selalu di kunjunginya setahun ini? jika benar Della telah meninggal, siapa Feby ? kenapa suaranya mirip sekali dengan Della ? Dan wanita yang dilihat itu, kenapa mirip Della juga? Erik harus bekerja keras untuk memastikan cerita sesungguhnya. Jika benar Della masih hidup.
...****************...
Tempat lain...
Maura selesai merapikan rumahnya, sang ibu mulai pulih seperti semula. Maura terpaksa berhenti dari pekerjaannya di kantor pusat Jaya Group. Karena ibunya yang jatuh sakit.
Sudah enam bulan Maura berdiam di rumah tidak berkerja. Waktunya dihabiskan merawat ibunya saja. Ada keinginannya untuk kembali bekerja kantoran lagi. Tapi Maura bimbang, apa dia melamar di kantor perusahaan yang ada di kotanya ? Atau kembali melamar di kantor Jaya Group. Maura duduk di atas kasurnya menatap lembaran fotocopy ijazah dan surat lamaran kerja.
"Kamu merindukan pekerjaan mu?" Pintu kamar Maura terbuka. Ibunya yang bernama Sila bertanya dengan lembut.
"Sejuju nya, iya Ma." Jawab Maura. Merapikan kertas-kertas itu.
Ibu Sila duduk di tepi kasur dan berkata.
"Maafkan mama, Nak. Karena mama sakit kamu harus berhenti bekerja." Beliau mengurai rambut panjang Maura.
"Mama bicara apa ? Sudah kewajiban ku merawat mama." Tutur Maura menggenggam tangan ibu Sila.
"Mama mengijinkan kamu melamar pekerjaan lagi. Mama juga siap ikut kamu kemana saja." Ungkap ibu Sila lembut.
Mata Maura berbinar
"Benarkah? Terimakasih, Ma." Ucapnya senang. Ibu Sila mengangguk meyakinkan.
Erik kita akan bertemu lagi. Tunggu aku pria dingin ! Aku akan menaklukan mu
Maura tersenyum penuh rindu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!