Kringgg!!!!
Traak!
Alarm ditepis kasar sampai jatuh di lantai, bukan Orzie namanya kalau datang terlambat ke sekolah ketemu cogan idaman, saling benci terus saling tertarik lalu ketemuan, jalan-jalan, pacaran dan happy ending.
Preeet!
Ngayal aja teros sampe liang kuburan jadi studio rekaman.
Cewek itu bangun tanpa lupa ngilap ilernya, mandi, kemudian memakai seragam di depan cermin seraya merapikan poninya.
Bukan untuk sekedar melihat penampilannya, tujuan Orzie tiap kali bercermin cuma satu.
"Wah, cakep banget sih gue? Kok bisa yah bidadari kayak gue ada di Indonesia?" pujinya dengan gaya pede abis.
Walaupun yang bilang dia cakep cuma dirinya sendiri.
Ngenes.
Astetew.
Ah, tenang, masih ada Mamake.
"Mak bilang gue masih perjalanan menuju cakep, ah gak apalah yah, yang penting masih cakepan gue ketimbang anak jablay," gumamnya datar sambil menata poni.
Cewek itu diam sebentar.
Menaruh poninya ke samping, "Anjenk, jelek banget dah ini poni udah kek ketek di rebonding!" kesalnya sambil menata poninya ke depan. Disisir rambutnya berbagai gaya namun wajahnya asem luar biasa.
Oke, disisir poninya ke depan.
"Mak oy! Ngalahin gulungan rambut Bung Limbad, bisa kena santet nih gue. Jangan menyerah dulu Ji ini demi kemaslahatan umat manusia!" ucapnya bak samurai yang mau gelud sama tukang jamu. Orzie atau yang biasanya dipanggil Ji punya hobi mulia seperti menyanjung diri sendiri, membuat lansia pada bengek liat penampilan Rembes Style-nya dan satu lagi, menyakiti hati orang.
Baju dimasukkan sedikit ke dalam rok, sisanya menggembung ke bawah perut dengan tas yang talinya panjang sebelah begitu juga dengan kaus kakinya, mungkin kalo ketemu sama Ivan Gunawan udah digundulin sambil diruqyah dia.
Orzie segera meninggalkan kost-annya, yah dia bukan orang kayah yang uangnya bercecer di lantai sambil pakai kacamata hitam terus bilang 'tetew'. Dia tetap Orzie yang serba sederhana.
Tinggal di kost-an dan menempuh pendidikan di sekolah yang mau menerimanya dengan jalur beasiswa.
Orzie pernah janji ke sang Mamake dan Bapake, kelak ia akan membahagiakan dua orang yang telah berjuang membesarkannya itu. Belajar sungguh-sungguh dan menjadi orang sukses.
Awalnya Orzie kira bisa lepas dari kehidupan super norak di kampungnya, bahkan saat SMP hidupnya gak pernah tenang kalau bersekolah di sana.
Mau jajan, "Jih! Jajan nyok, gorengan depan seribu dapat empat, suer deh!" itu Yusuf, banyak kata-kata beracun darinya yang berhasil membuat Orzie nurut. Ujung-ujungnya emang mereka dapat makan gorengan murah.
Tapi gorengan sisa kemaren!
Mau bobo. "Jih, Jih! Maen kasti yok! Anak-anak udah pada nungguin lo tuh!"
Orzie cuma bisa ngikut, kena gebuk, dilempar bola, jatoh ke tanah, nangis ampe bengek teros dijewer Emak.
Pokoknya banyak banget hal yang gak enak selama dia hidup, saat mengira masa SMP bakal merubah hidupnya, lagi-lagi cewek itu gak berkutik ketika mencoba membaur dengan gerombolan siswi.
"Eh, gue gabung boleh gak?"
"Bole---"
"Jih! Makan warung depan nyok, lima rebu doang bisa makan ayam goreng, tapi kudu loncat pagar!" lagi-lagi Orzie gak bisa nolak karena omongan Yusuf emang beracun, bisa aja dia nolak tapi yakin habis ini bakal kesepian pas pulang sekolah. Waktu ngira masa SMP-nya seindah kehidupan remaja milenial kayak hangout, baca buku, dan keliling mall.
Tai semuaa!!
Tiap hari dia malah makin didempet sama cowok dekil and the buluq. Udah gitu jalannya kek orang mau Marawisan, ngerusuh sana-sini terus dituduh mau tawuran.
Orzie beneran pengen nangis, lihatin para anak cewek yang lagi ketawa bareng pacarnya.
Air matanya gak jadi jatoh, malah mutar balik ke lobang mata. Saking ngenesnya.
Perlahan bus berhenti di depan SMA Bhakti Jaya, ia berjalan rusuh dengan gaya super tengil yang sampai terbawa-bawa di sekolahnya. Gayanya asli ngajak orang ribut.
"Eeith! Apa hak anda menutup pintu gerbang sekolah?" sergap Orzie saat melihat Satpam yang bernama Muktar itu hendak menutup gerbang.
"Yah, saya kan satpam!" jawab Muktar kesel sendiri kalo udah ketemu Orzie, emosinya terbakar sampe ke jenggot. Orzie termasuk tipe yang langka, udah salah tetep aja ngotot.
"Tunggu lah, inces mau leuwat nih!" Orzie tertawa kecil melihat ekspresi dongkol Satpam itu. "Kenapa telat lagi kamu?" Muktar menanyakan hal yang sebenarnya sudah beberapa kali ditanyanya dari dulu. Dan jawaban Orzie tetap sama.
"Saya terlalu terpana ngelihat pantulan cewek cakep di cermin sampe lupa mau ke sekolah."
"Ahh! Cepat mampus saya kalo ngobrol sama kamu!"
"Iya lah Pak! Secara saya kan mahkluk maha benar gitu loh..."
"Pergi kamu! Pergi! Astagfirullah..." Muktar ngelus-ngelus dada sambil mendongak, keselnya kebawa sampe ke ujung kaki. Asli.
Orzie minggat secepat kilat, sebelum ke kelas sebelas Ipa 1 cewek itu harus melewati lapangan bola yang besarnya ngalahin jenongnya Mak kost-an, bukannya takut gegara terik matahari yang panasnya bikin cacing kawin kebakaran, masalahnya di sini hal yang paling mengerikan selama Orzie hidup.
Dia harus melewati tongkrongannya anak Legion, sebuah kumpulan berandal yang diketuai oleh Gamaliel.
Gamaliel gak masalah, cuma kembarannya bermasalah buat Orzie!
Gak lain dia adalah Galaksi! Si cowok super duper galak yang bisa bikin jantung nenek-nenek langsung empot-empotan.
Wajah datar bin nusuknya memang jadi idaman ciwi-ciwi similikity yang skill-nya jejeritan kek bencong ketabrak fuso, tubuh semampai hampir menyerupai Titan, wajah ganteng dan maskulin dengan banyak hal serba perfeksionis dalam dirinya.
Gak ada yang kurang dari Galaksi! Ketua Osis, ketua basket, pinter akademik, namanya udah kesohor satu sekolah, belum lagi kerjaannya pulang-balik bawa piala.
Ah, gak salah lagi dia jadi idaman. Tapi, bagi Orzie dia itu bencana!
Orzie berjalan mengendap-endap sambil menutupi kepalanya dengan tas, sempat dikira orang gak waras tapi ini demi hajat masa depan cerahnya.
Padahal si Galak itu masih berada dua puluh meter dari Orzie tapi napas cewek itu main bengek aja liat kehadirannya.
"Oi mau ke mana lo?!" serang Galaksi langsung bangkit dari tempat duduknya menghampiri Orzie.
Mampos gue sekolah di sini, bukannya lepas dari dempetan cowok dekil and the buluq malah jadi bulan-bulanan singa galak.
<><><><>
"Mau ke mana lo?" Galaksi berjalan mendekati Orzie.
"Mau ke kali Ciliwung, nyuci sempak teros basahin di muka biar glowing kek pake faer en lopely braiknes fesiel fom, dengan multivitamin pantat glowing seketika! So girls glowiiing!!!!"
Galaksi memicingkan matanya tajam, kebiasaannya kalau Orzie lagi kumat. Tatapan cowok itu berbeda, tajamnya gak cuma menakutkan sekaligus menembus ke mata.
"Apa lo liat-liat hah?!"
"Teriak lagi gue jemur lo di lapangan kayak kemaren," ancamnya kemudian.
"Meninggal gue lama-lama sama lo, Gal."
"Bagus." Galaksi menyahut lempeng dengan dua tangan di saku celana, seragamnya hanya dikancing setengah. Khas seorang Galaksi, walaupun kelihatan bandel dia tetap dengan prestasi dan otak encernya.
"Gal, lo tahu? Ntar kalo gue meninggal gue bakal nunggu lo di depan surga," curhat Orzie sambil mendongakkan kepalanya. Galaksi membalas dengan tatapan sengit. "Ngapain lo?"
"Gue mau mastiin kalo lo dikirim Tuhan ke neraka, agar gue bisa mendapat ketenangan dan kebahagiaan selama di surga."
Sekarang poni cewek itu ditarik ke depan hingga dia terjungkal. "Wey! Selow bang, gue nyungsep nih!"
"Habis ini lo yang beliin makanan."
Orzie ternganga dengan wajah gak terima. Galaksi bergegas pergi.
"Weets, tahan langkah Bapak!"
"Apaan sih?!"
"Seenak jenong lu aje nyuruh gue bayarin makan elo! Makan gue aja masih susah, broh!"
"Kan ada uang angkot lo?"
"Cuma sepuluh rebu!"
"Tambah uang jajan lo?"
"Lima belas rebu! Terus gue makan apa? Pulang naek apa?!"
"Gue tanya, uang itu punya siapa?"
"Yah gue!"
"Terus ngapain nanya nasib lo ke gue?!"
"Aaarrrghhh!!! Dasar gak berperasaan! Kampreeeet!"
Cowok itu meninggalkan Orzie yang kini marah dengan hidung kembang kempis di belakangnya.
👿
Audrey nampak makin rusuh saat melihat Orzie memasuki kelas, ingin menanyakan hubungan cewek itu dengan Galaksi yang katanya—hanya sebatas babu itu semakin mencurigakan. Cowok itu gak segan mengelus kepala Orzie saat latihan basket kemarin siang.
"Woi, Ji! Kemaren anak sekolahan pada heboh ngeliat Galaksi elusin pala lo, sumpah! Gue iri banget!!"
Orzie menggelosor malas dengan tampang mengkeret.
"Udah gitu tiap mau latihan basket dia gak akan senang kalo gak ada lo, ihhh! Guemez beud gue ama kalian berdua pengen langsung gue kawinin aja sumpah!"
"Nikah, oy! Main kawin-kawin aja!" cela Oxy sewot.
"Kemaren itu dia barusan cuci tangan, di lap ke kepala gue supaya kering. Memang dasar manusia gak berperasaan."
Orzie bangun dengan mata menatap lurus ke temannya itu. Audrey mendekat kek mau mendiskusikan masalah kehamilan kucingnya yang kini bunting sebulan.
"Lo gak ada rasa sama Galaksi gitu?"
"Hih! Amit-amit gue!"
"Amaca?" tanya Audrey dan Oxy berbarengan.
"Asal lo tahu, Rey. Sekejam-kejamnya ibu tiri, lebih kejam lagi Galaksi!"
"Beneran?" timpal Audrey dan Oxy antusias.
"Beneran! Dan... seseram-seramnya Al-Valakun, lebih seram lagi Koh Galaksi!"
"Wah yang bener lo?!" kini Audrey dan Oxy semakin tertarik dengan bahasan gosipan mereka.
"Seriusan?" kini seseorang menyahut di belakang.
"Beneran! Asal lo tahu, dia tuh udah kayak bencana bagi gue! Kesel gue asli, dari kelas satu dibabuin mulu, dia bukan lagi Ibu tiri atau Al-Valakun lagi. Tapi Galaksi udah kayak roh jahat! Iya, roh jahat!"
Audrey dan Oxy melotot seakan menyuruh Orzie berhenti bicara.
"Udah puas ngomongin gue?!"
Bibirnya kelu, matanya sepet-sepet udah kayak ayam ngedenger lagu qosidah.
Galaksi berdiri dengan sebelah kaki menginjak kursi, tepat di samping Orzie yang sedang menggosip hot pagi hari.
"Maapkeun! Yah, gue khilap!"
"Khilaf lo keterusan!"
"Wad to the daw, wadidaw!" pekiknya memegangi hidungnya yang kena jentik jemari Galaksi. Sakitnya kerasa sampai lambung, beneran.
"Mana?"
"A-apanya?"
"Uang lo, gue mau beli makanan."
Audrey dan Oxy memasang tampang semakin curiga, sedangkan Orzie berjengkit kesal dengan wajah 'sumpeh lu!'.
Sedangkan Galaksi masih dengan sifat biasanya, galak.
"Cepetan!"
"Woe! Jajan lo sehari aja seratus ribu, gue yang orang kaum duafa gini lo minta jajan? Kagak salah denger gue?!"
"Telinga lo congean."
"Bused, kagak mau gue. Kemaren jajan gue lo rampas di tas," kilah Orzie yang dibalas ekspresi super dingin dari cowok itu.
"Jajan lo, uang gue beli makanan." Galaksi menjawab datar, membuat Orzie mencak-mencak di tempat. Napasnya bengek asal ketemu Galaksi, bukan cuma nyebelin tapi cowok itu juga bikin kanker. Alias kantong kering.
"Plislah... Gue belom makan tadi pagi..."
"Bukan.urusan.gue." Galaksi menggumam ketus, berkali-kali Orzie menelan ludah mencoba mencari jalan keluar.
"Minta sama Oxy aja! Dia banyak uang jajan!"
"Dih, gue kena getahnya!"
Wajah Galaksi mengelam, memancarkan aura membunuh di sekitar mereka.
"Iya deh, iya! Ini hah, lo mamam tuh sampe berbusa!"
"Lo."
"Apalagi?"
"Lo yang beliin."
"GALAKSI KAMPREEEETTT!!!!!!!" lolong Orzie yang kini ditarik lengan kanannya menuju kantin.
"Hari ini lo teriak lagi, ntar jemur diri di lapangan."
"H-hah?! La-lagi?! Kagak gue mahhh!!!"
"Atau bayar jaket gue yang lo muntahin dulu?"
"ITU JUGA KAGAK!"
"Makanya nurut."
"Iya, iya, dasar Ibu tiri," ketus Orzie sewot. Menepis tangan Galaksi yang dari tadi menyeretnya. Cewek itu misuh-misuh dengan tampang dongkol.
"Gue bukan Ibu tiri lo."
"Lo sejenis Al-Valakun!"
"Ngatain gue, lo?!" nada bicaranya naik beberapa oktaf.
"Kagak. Gue ngatain almarhum buyut lo. Yah elo lah!!! Lo tahu Gal? Lo itu sejenis roh jahat! Iya, roh jahat! Gue sampe baca-baca surah An-Nas saking ngerinya sama lo!"
Galaksi tidak menanggapi lagi, wajahnya cuek bebek sambil memandang lurus ke depan di tempat para siswi berkerumun sambil berbisik ria. Ada yang memanggil tapi tidak digubris sebagian lainnya senyam-senyum, cengangas-cengenges, ada yang teriak melengking kayak suara mba kunti nyangkut di pohon sawo. Bahkan ada yang suaranya menyerupai gajah, jerapah, monyet dan bebek congek. Orzie jadi bingung sendiri, dia lagi di kantin atau di kebun binatang.
"Ngantri sana," perintah Galaksi sambil bergabung dengan anak Legion. Mahesa, Doni dan Afif sedang menunggu santai di sana.
"Gama mana?"
"Tuh, ngantri dia." Mahesa menunjuk ke cowok berambut cokelat acak itu dengan malas, yang ditunjuk menyengir lebar sambil melambai-lambaikan tangan.
Kayak orang gila.
Galaksi jadi bingung sendiri, antara malu sama pengen membuang saudaranya itu.
Nampak di sebelahnya Orzie sewot sendiri sambil mendorong punggung Gamaliel.
Sekarang Galaksi tambah pusing melihat mereka.
<><><><>
"Arrgh! Lo bisa jauhan gak sehh!?" jengah Orzie yang saat itu sedang berdiri di belakang Gamaliel. Cowok tengil itu makin menjadi aja, mengangkat ketiaknya tinggi-tinggi sampai orang yang ngantri pada pengen muntah pelangi.
"Hah!! Gamaliel!" sewotnya lagi, "Buruan lo pesen!"
"Iya deh, neng. Galak banget lo, kayak Galaksi."
"Lo nyamain gue sama roh jahat itu? Kagak salah gue?!"
"Pfffttt!! Galaksi jadi Roh Jahat ahahahha!!!" tawa Gamaliel sambil memegang perut. Pasalnya hanya cewek itu yang berani memberi nama jelek ke Galaksi.
"Memang! Dia tuh roh jahat! Sejahat-jahatnya Voldemort masih jahat lagi Galaksi!" umbar Orzie dengan mata menyala, melototi tajam ke cowok yang kini duduk di sana sambil mengangkat kaki di atas meja.
"Hahahah!!" tawa semakin pecah di kantin, hingga Mang Aden memecah situasi ribut itu.
"Jadi beli kagak nih?"
"Jadi, Mang." Gamaliel menjawab santai seraya merogoh uang di saku bajunya.
"Bakso kuah apa bakso isi, Mas?"
"Mas... Mas... Emang saya ikan Mas?"
"Yah terus apaan? Abang?"
"Eh, kan tuaan Mang Aden. Masa muka muda segar gini dipanggil Abang?" protes Gamaliel ngotot, Orzie mencoba mengelus dada beberapa kali takut kebablasan malah nampol anak orang.
"Yah terus apaan deh?"
"Terserah Mang Aden ajalah..."
Mang Aden memasang tampang lama-lama-gue-tampol-muka-lu-ye!
Gamaliel memang beda dari Galaksi, dari segi kepribadian maupun prestasi. Sama sekali kebalikan dari saudaranya itu.
Hobi bolos sekolah, makan di warung depan, merokok, tawuran, balap liar, bahkan nilai ulangannya banyak yang gak tuntas. Elang sebenarnya sama memperlakukan mereka, gak ada pilih kasih yang membuat keduanya saling iri saling dengki. Cuma anaknya itu emang versi limitid edisiyen.
Disuruh mandi kembang malah mandi comberan, disuruh belajar malah nyosor adu cupang, terus kalau dipaksa jadi anak baek-baek dia malah sok ngustadz.
Ah, memang anak tengil.
Gabriel cuma bisa cekikikan melihat Elang jadi sewot sendiri sama anak tengil itu, masih umur 6 tahun aja Gamaliel udah jago nangkapin anak cebong di got Pak RT. Udah gitu satu ember pula, dibawanya ke rumah terus disembunyiin di bawah kasur.
Dan jadilah, tiap tengah malam Elang dan Gabriel merinding sendiri pas denger anaknya bicara sama mahkluk di bawah kasur yang gak mereka ketahui itu adalah kecebong.
#NoKecebongNoLife.
Sampai pernah anak kecebong itu tumbuh menjadi seekor kodok!
Bukannya senang, Gamaliel malah jejeritan sampe kejengkang.
Dia takut kodok.
Jadi bisa dipastikan, kalau udah dewasa Gamaliel gak akan kembang biak anak cebong lagi karena takut sama Mbah Kodok yang kulitnya bisa bikin jantung Gamaliel keluar lewat lobang mulut.
Selesai memesan bakso, mereka duduk di tempat tongkrongan anak Legion, sebuah perkumpulan anak geng berandal sekaligus geng motor yang diketuai oleh Gamaliel. Nama mereka udah kesohor di mana-mana dan menjadi geng yang ditakuti banyak kalangan, sering terlibat aksi tawuran membuat Gamaliel makin ditakuti anak sekolahan padahal tampangnya kagak ada sangar-sangarnya.
Tapi yakin aja, kalau udah di jalan raya dengan senjata tajam di tangan kepribadiannya berubah drastis. Menjadi seorang iblis.
Galaksi ikutan gabung dengan adiknya itu, lagipun tidak ada salahnya menjaga Gamaliel agar tidak memulai aksi brutal seperti minggu kemarin di depan SMA Taruna. Musuh bebuyutan SMA Bhakty Jaya dari tahun ke tahun.
Yah, cuma demi nama baik dan harga diri sekolah mereka siap menyerahkan nyawa saat tawuran.
Asap rokok mengepul membuat Orzie terbatuk rusuh, "Pip, lo berenti ngerokok bisa kagak sih?!"
"Lah elo ngapain di sini gue tanya?" Afif menjawab santai sambil menenggak air mineral. Pipi kirinya lebam akibat tawuran beberapa hari yang lalu. Pihak sekolah bukannya tidak memberi peringatan, namun tetap saja geng Legion merencakannya diam-diam.
Geng Legion atau yang lebih sering disebut Terminator of Palapa Street memang menjadi tempat para bajingan Bhakty Jaya menampakkan diri, mereka sangat menjunjung tinggi harga diri dan solidaritas. Tidak ada kekalahan dalam diri mereka, jika diinjak mereka akan mengamuk. Sering bentrok dengan anak SMA Taruna yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari sekolah mereka.
"Noh, noh, temen lo nih maksa gue ke sini!" protesnya sambil menunjuk Galaksi.
"Lo Gal, udah kek Raja aja bawa-bawa permaisuri. Kita lagi SMA broh bukan di kerajaan India!" timpal Mahesa yang dibalas tatapan tajam oleh cowok itu.
"Persetan sama omongan lo," ketusnya dengan dengusan kasar. "Lo Ji beliin air mineral sana!"
Orzie membuang muka mencoba memerhatikan sekitar dengan seksama ke lapangan bola di samping tongkrongan.
Anak-anak Legion yang merupakan anak buah Gamaliel sedang main sepak bola dengan gaduhnya bahkan ada yang sampe kejengkang ke depan, abistu temennya nyeret cowok itu ke dalam gawang.
Ada yang jauh lebih gabut, Orzie sampai melotot dibuatnya.
Cowok bernomor punggung 32 dengan wajah kayak suku aborigin ketimpa azab berlarian bak aktor India lagi dimabok cinta. Langkahnya tralala-trilili, di baju sepak bolanya terdapat tulisan dengan ukuran besar.
Coblos No.9! Bersama Ahmadun Taliun bebas berdemokrasi dengan pengembangan KB lebih berlanjut! Dijamin anda suka!
"Lah sianjir! Kreatipnya bukan main si entong, pen gue sleding, tampol terus jorokin ke got deh!" decak Orzie sambil menatap lama sang entong, cowok bermata hitam pekat di sampingnya menukikkan alis, marah.
"Eh, eh, eh! Ampun Mak! Ampun kagak lagi!!!" ringisnya ketika telinganya dicapit Galaksi.
"Gue ngomong dengerin."
"Iye, iye, udah kek buyut mau sakratul maut aja perlu didenger bacotnya!"
Orzie menadahkan tangan.
"Apa lo?" Galaksi menatap tangannya heran. "Duid, duid! Aku tidak bisa hidup tanpa duit~"
"Pake uang fotokopi kimia lo."
Orzie kalang kabut, bagaimana tidak? Sejak kapan Galaksi tahu cewek itu masih punya duit untuk fotokopi? Wah, bahaya!
"G-gak! Gue gak ada duit lagi, kan udah beli bakso tadi!" elaknya gugup, tangan cewek itu mengibas udara dengan panik. Tanpa aba-aba Galaksi langsung merogoh saku rok cewek itu.
"Ini apa?" tanyanya mengangkat uang tujuh ribuan di capitan jari tengah dan telunjuknya.
"Aku...."
"Hm?"
"TUH GAK BISA DIGINIIN!!!" omelnya kesal seraya merebut uang itu meninggalkan mereka dengan langkah lebar. Mulutnya gak berhenti mengumpat.
"Lucu juga hewan peliharaan lo, Gal," celutuk Gamaliel sambil memasukkan bola bakso dalam mulutnya, wajahnya kalem tanpa tahu sinar laser bergerak menyorot dari arah depan. Pas ngelirik abangnya dia langsung tersedak.
"Ah iya gue ke toilet dulu," ucapnya takut dengan wajah mengerikan itu.
Definisi Galaksi = Valak.
Versi gantengnya tapi.
<><><><>
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!