NovelToon NovelToon

Salah Alamat Berujung Nikah

Pertemuan pertama

"Devano................." Teriakan mama menggoyangkan seluruh isi ruangan.

"Mama...." Teriak Devan

"Siapa gadis itu?" tanya mama penuh amarah

"Aku tidak mengenalinya ma." ucap Devan

"Apa! Kenapa kalian bisa satu ranjang? Dan kamu Devan kenapa tidak menggunakan pakaian mu" bentak mama, sedangkan Sanas masih setia di alam mimpinya, teriakan mama dan Devan seolah menjadi nyayian bagi Sanas.

"Hai gadis bodoh bangun kamu!!" Devan Menguncang-nguncang tubuh mungil ku

"Ahh........" Sanas teriak sekencang mungkin melihat laki-laki ada di depannya tanpa menggunkan pakaian, hingga pikiran Sanas sudah melayang tidak jelas.

" Kamu siapa? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya sanas penuh emosi tanpa mengetahui kehadiran orang tua Devan.

"Seharusnya aku yang tanya kamu siapa? Kenapa bisa berada di apertemen ku!!" tanya Devan

"Ini kost sahabat ku. Ia mengirim alamat ini dengan ku"

"Sudah-sudah berdebatnya" ucap mama Devan

"Ma, mama dengar sendiri kan kalau gadis ini salah alamat"

"Iya. Tapi" ucapan mama terjeda

"Tapi, apa ma?"

"Kamu tetap menikah dengannya." ucap Mama

"Tidak ma! Aku tidak mau" tolak Devan

"Devan kamu tidak bisa menolak. Karena kamu sudah tidur dengan gadis ini"

"Ma, tapi Aku tidak ada melakukan apa-apa dengannya" tolak Devan

"Tapi, tetap saja"

"Hai gadis bodoh, ini hanya alasan mu kan ingin menikah dengan ku. Jangan mimpi kamu" ucap Devan menekan kata jangan mimpi

"Tidak. Aku tidak ingin menikah dengan Om"

"Heii.. Aku bukan Om mu"

"Tante aku mohon jangan nikahi aku dengan Om ini, aku benar-benar tidak berbuat apa-apa dengan om ini. Hikss,,,,hikkss,, Tante aku tidak ingin mengecewakan ayah sama ibu ku" aku merengek dengan mama kak Devan, agar membatalkan pernikahan ku dengan putranya

"Hahahah... Justru kamu tidak ingin mengecewakan orang tua mu, kamu harus menikah dengan dia" ucap Mama

"Tantee.. Aku mohon tante batalkan. Aku tidak ingin menikah dengan Om ini, aku belum bisa membahagiakan ke dua orang tua ku"

"Tidakkkk!! kalian tetap menikah. Minggu depan kalian akan menikah" ucap mama pergi meninggalkan ku. Devan pun pergi meninggalkan ku yang tengah meratapi nasip ku

Flasbck On...

"Ayuk kamu yakin mau ke kota? Di kota tidak sama dengan di desa nak." tanya pak ibrahim ayah ku

"Iya ayah ayuk yakin, ayuk ingin membantu ayah dan ibu untuk menyekolahkan adek yah" jawab ku menyakini ayah

"Tapi sayang, ayah masih belum bisa melepaskan mu ke kota sendiri"

"Ayah tenang saja aku tidak sendiri, aku menyusul Novi yah" ucap ku menyakini Ayah

"Iya, tapi"

"Ayah biar kan ayuk sanas menggapai mimpinya. Ibu yakin ayuk bisa jaga diri baik-baik" bela ibu ku

"Ya sudah kalau seperti itu, ayah dan ibu mengizinkan" ucap ayah tak rela

"Makasih ayah, ibu" aku pun memeluk ke dua orang tua ku penuh kebahagian

"Tapi ingat ya nak jangan mudah percaya sama orang yang tidak di kenal sama sekali" nasehat ayah

"Iya ayah, ayuk janji" ucap ku

"Bu, adek ke mana?" tanya ku karena sang adek tidak kelihatan

"Biasa main di tempat boby"

"Oh iya bu, salam saja ya bu sama adek dan kak Boby" Pamit ku, sambil menyalami ke dua orang tua ku

"Hati-hati yuk, jaga diri baik-baik jangan mudah percaya dengan orang yang tidak di kenal" nasehat ayah untuk ku

"Assalammualaikum" ucap ku pergi meninggalakan ibu dengan ayah, tanpa ku sadari aku meneteskan cairan bening.

Aku pun melangkah kaki ku menuju loket bus, kebetulan loket bus tidak jauh dari rumah ku. Setelah tiba di loket aku langsung menaiki bus mencari posisi teryaman untuk ku tumpangi. Kurang lebih 3 jam dalam perjalanan akhirnya aku pun tiba ke kota. Aku istrahat sejenak sambil menelfon Novi sahabat ku.

(Nov, aku sudah tiba di loket) pesan Whatsap

(Iya Nas, aku kirim alamat ku ya. Soalnya aku tidak bisa menjemputmu)

(Iya, tidak apa-apa)

(Makasih nas, sudah mengerti. Hati-hati di jalan)

(Okk)

Aku pun memasan ojek online, mengetik alamat yang di kirim oleh Novi. Tidak menggunakan waktu lama ojek ku pun tiba.

"Bu sanas" tanya pak ojek

"Iya pak, aku sendiri" jawab ku. Aku pun menaiki motor pak ojek

"Bu apa benar ini alamatnya?" tanya pak ojel.sambil menunjjukkan alamat yang aku kirim

"Iya pak benar" jawab ku.

Tidak mengguna waktu lama, aku pun tiba di sebuah apertemen mewah. Dalam hati ku bertanya-tanya apa benar ini kost nya Novi.

"Bu sanas kita sudah sampai" ucap pak ojek membuyarkan lamunan ku.

"Eh iya pak. Makasih" ucap ku. Setelah pak ojek pergi meninggalkan ku. Ku buka kembali alamat yang di kirimkan Novi dengan ku, teryata benar. Pelan-pelan ku langkahkan kaki ku, membuka kenop pintu. Betapa terkejutnya aku melihat isi di dalam apertemen itu. Semua barang mewah, selama ini hanya ku lihat di dalam tv. Ku telusuri setiap ruangan hinga membuat ku terkagum-kagum dengan sahabat ku itu dengan kesuksesannya. Aku mulai merasa lelah dan akhirnya aku membantingkan tubuh ku di atas ranjang yang berukuran jumbo. Membuat tubuh ku merasa nyaman hingga akau terlelap.

Flasback of...

"Hikkksss,,,hiksss. Vi kenapa kamu tega dengan ku" Ucap ku sambil menghubungi Novi. Tapi, sayang no Novi tidak bisa di hubungi hingga membuat ku semakin bingung.

"Berhenti lah menagis" bentak Devan menatap ku dengan tajam.

"Hikss,,hikkksss,, ini gara-gara kamu, andaikan kamu membangunkan ku. Pasti kejadiannya tidak seperti ini om" aku sengaja mengeraskan Volume tangisan ku

"Cukuppp... Jangan saling menyalakan" Lagi-lagi aku di bentak dengan Devan,

"Terussss?" tanya ku dengan isak tangis

"Kita tetap akan menikah." ucap Devan pergi meninggal kan ku.

Bersambung......

Jangan lupa like, komen dan Vote nya kak..

Hari pernikahan

Hari yang paling di nanti-nanti setiap insan, tetapi tidak untuk ku. Di mana hari ini aku akan melepaskan masa lajang ku dengan laki-laki yang tidak ku kenal sama sekali. Aku sudah di rias layaknya seperti ratu, aku menggunakan gaun berwarna biru muda dengan belahan dada sedikit terbuka hingga membuat ku merasa risih. Ku tatap diriku di pantulan cermin, tanpa di sengaja cairan bening membasahi pipi ku yang sudah di rias. Suara ketukan pintu membuat lamunan ku buyar.

"Tok..tok.." ketukan pintu

"Masuk" ucap ku

"Sanas" panggil orang itu. Suara itu tidak asing bagi ku bisa di katakan aku sangat mengenal suara itu. Ku belokkan tubuh ku melihat siapa yang datang, dalam hati ku memohon semoga yang aku fikirkan benar.

"Ibu...."teriak ku, aku pun langsung menghampiri ibu.

"Iya nak ini ibu" ucap ibu ku, aku tidak yakin jika itu ibu, aku takut aku hanya beralusinasi hingga akhirnya kutampar-tamparkan muka ku.

"Aww.. sakit" ucap ku, aku tersadar bahwa aku tidak beralusinasi teryata itu benar ibu. Tanpa ada aba-aba aku langsung memeluk ibu.

"Hiks,,,hikk,,, maafin ayuk bu, ayuk tidak bisa menjadi kebanggan ibu dan ayah. Ayuk(mbak) sudah mengecewakan ayah dan ibu" ucap ku dengan isak tangis di dalam pelukan ibu

"Sudah nak jangan menangis, ibu dan ayah selalu bangga dengan ayuk. Ayah dan ibu tidak merasa di kecewakan." ucap ibu ku sambil mengusap lembut tetesan air mata di pipih ku.

"Hkkss,,hikss,, andaikan saja ayuk medengarkan ayah. Mungkin ayuk tidak akan merasakan ini. Ayuk merasa bersalah dengan ayah" aku masih setia dengan tangis ku.

"Itu semua sudah takdir nak, kamu tidak bersalah"

"Hikss,,hiks,,Ibu maafin Sanas belum bisa membahagiakan ibu dan ayah"

"Nak dengar kan ibu baik-baik, kita boleh merencanakan sesuatu, tapi kita tidak bisa memaksa kehendak kita. Percayalah nak takdir tuhan itu lebih baik dari pada keinginan kita" nasehat ibu, ibu menatap ku sambil mengusap ku dengan lembut.

"Hikss,,,hikkkksss iya bu" ucap ku.

"Bu, di mana ayah dan adek??" tanya ku

"Ayah di depan mengobrol dengan calon suami mu"

Apa yang di obrolkan ayah dengan om itu. Jangan sampai ia membentak ayah, cukup aku saja yang ia marah atau pun membentak jangan sampai ayah dan ibu ku. batin ku sambil berdo'a

"Sayang ke napa melamun??" tanya ibu

"Tidak bu, ayuk senang di hari pernikahan ayuk Ibu dan ayah datang. Tadinya ayuk berfikir ayah dan ibu tidak akan menghadirinya" ucap ku berbohong

"Tentu sayang kamu adalah putri kami"

"Ayo kita keluar! Mereka semua sudah menunggu" Aku di gandeng dengan ibu ku menuju ruangan yang mana tempat akad nikah ku nanti. Aku mengikuti langkah kaki ibu, ibu memintak ku duduk di sebelah calon suami ku. Aku pun mengikuti perintah ibu, aku tidak tahu perasaan apa yang ku rasakan saat ini. Ku lirik calon suami ku yang tengah berjabat dengan ayah ku, untuk mengucapkan janji suci.

..."Saya terima nikah dan kawinya Sanas larasati binti ibrahim dengan maskawin tersebut di bayar tunai" ucap Devan dengan satu tarikan nafas...

"Sah"

"Sah" ucap para saksi. Setelah selesai ijab kabul aku pun menyalami kak Devan, sedangkan kak Devan mengecup kening ku dengan lembut. Ketika kak Devan mengecup kening ku, aku tidak tahu dengan jantung ku kenapa ia berdetak sangat kencang. Apa mungkin aku terkena serangan jantung.

Acara demi acara pun berjalan dengan lancar hingga selesai. Setelah selesai acara, ibu dan ayah mendekati ku, sepertinya mereka akan pulang.

"Sanas" panggil ayah ku

"Iya yah" jawab ku sambil memeluk ayah

"Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, patuhi suami mu seperti kamu mematuhi kedua orang tua mu nak."

"Iya ayah, Sanas mengerti"

"Nak, kami pulang dulu. Jaga diri mu baik-baik, kami semua akan merindukan mu" ucap ibu ku sambil memeluk ku sangat erat, rasanya pelukan itu tak ingin ku lepaskan.

"Nak Devan, ayah titip Sanas dengan mu. Jagalah dia seperti ayah menjaganya. Jika kamu tidak menginginkannya lagi, pulangkan ia dengan kami secara baik-baik"' ucap ayah ku

"Iya ayah, Devan bakal jagain Sanas" janji kak Devan.

Kak Devan begitu lembut dengan keluarga ku, hingga tidak ada yang tahu bagaimana kak Devan sebenarnya. Aku bersyukur karena ke dua orang tua ku tidak tahu bahwa pernikahan ku hanya sebatas kertas putih yang bertanda tangan. Setelah kepulangan orang tua ku yang di susul dengan mertua ku. sekarang hanya tinggal aku bersama kak Devan. Kak Devan mendekati ku menanyakan amplop berwarna coklat yang pernah ia berikan pada ku, di mna dua hari sebelum pernikahan kami di adakan.

Flashbcak on..

Aku mendapat pesan whatsap yang tidak ku kenal, ia meminta ku bersiap setelah itu akan ada yang menjemputku. Aku tidak membalas pesan itu dan akhirnya ia mengirim kan lagi mengatakan jika ia Devano. Hingga membuat ku terkejut, dengan cepat aku menggantikan pakaian ku. Tidak lama setelah itu, jemputan ku pun tiba.

"Selamat siang, saya di perintahkan untuk menjemput mu nona" ucap laki-laki itu, yang tidak kala menyeramkan seperti kak Devan.

"Eh iya kak, Aku Sanas" ucap ku ramah,

"Baik lah nona, ayo berangkat"

"Hai,, aku bukan Nona!! Aku Sanas" Ucap ku sedikit teriak, sedangkan laki-laki itu tidak memperdulikan perkataan ku.

"Dasar manusia es," ucap ku dalam hati

Tidak menggunakan waktu lama aku pun tiba di sebuah kafe, aku seperti orang bodoh celangak celenguk melihat tempat yang ku datangi. Aku seperti mimpi yang selama ini hanya ku lihat di Tv dan sekarang aku bisa melihat dengan nyata.

"Hai,, nona apa kau tidak pernah melihat gedung seperti ini? Kau sangat norak nona" ucap salah satu pengunjung kafe

"Diam mulut kalian atau tidak akan saya robek." bentak laki-laki yang menjemput ku tadih.

"Maaf Tuan"

Laki-laki itu pun membawa ku ke sebuah ruangan khusus, sepertinya sudah ia boking. Aku terkejut di mana di sana ada kak Devan yang tengah memainkan ponselnya.

"Tuan" panggil laki-laki itu

"Berikan padanya" perintah kak Devan. Laki-laki itu pun memberi ku sebuah amplop berwarna coklat

"Ini apa kak?" tanya ku dengan laki-laki itu

"Surat perjanjian. Silahkan nona baca setelah itu tanda tangan" perintah laki-laki itu dengan tatapan tajam. Pelan-pelan ku buka amplop itu betapa terkejutnya aku membaca isinya. Yang mana di sana tertulis pernikahan di atas kertas.

Flasbachk of...

"Di mana amplop itu?" tanya kak Devan dingin sedingin es batu

"Ada kak" jawab ku.

"Bawa ke sini, jangan lupa di tanda tangani"

"Iya kak" jawab ku. Aku pun memberi amplop itu dengan kak Devan. Setelah itu kak Devan pergi meninggalkan ku.

Tuhan. dosah kah aku yang sudah berani memainkan sebuah pernikahan

Bersambung......

,

Fikiran tidak sesuai dengan hati

Malam pun semakin larut tapi tak ada tanda-tanda kak Devan akan pulang. Dan akhirnya aku memutuskan untuk beristirhat. Aku pun memejamkan mata ku, membayangkangkan bagaimana nasip ku ke depannya, hingga aku terlelap.

Di tempat lain......

"Tuan, anda mau ke mana?" tanya Revan, Revan adalah seketaris Devan sakaligus sahabat Devan

"Kita ke tempat biasa" ucap Devan

"Tapi tuan, bagaimana dengan istri anda? Kalian baru menikah"

"Istri kamu bilang?"

"Iya, istri" jawab seketaris Revan

"Aku tidak peduli." jawab Devan

Tidak menggunakan waktu lama Devan bersama seketarisnya pun tiba di sebuah club malam. Di mana di sana mereka di sambut dengan hormat. Banyak para selir-selir merayu Devan, tetapi tidak di hiraukan oleh Devan. Ada salah satu dari selir itu bergayut manja dengan Devan, tetap saja Devan acuh tak acuh.

"Sayang, apa kau ingin minum?" tanya Selir itu. Devan mengangguk. Dengan cepat Selir itu memberi minuman beralkohol dengan Devan. Sudah tidak terhitung berapa banyak Devan meminum minuman itu, hingga membuatnya tak sadarkan diri.

Kembali ke Sanas

Aku terbangun ketika mendengar azan subuh. Pelan-pelan ku buka ke dua bola mataku, aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh ku yang terasa lengket. Setelah itu aku melaksanakan shalat subuh. Kita sebagai umat muslim di wajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Setelah Shalat ku buka jendela kamar ku, agar udara segar di pagi hari memasuki kamar memberi kesejukan untuk ku. Aku melihat ke arah luar jendela sambil mendengarkan ayat-ayat suci alquran melalui hanphon ku. Yang memberi ku ketenangan. Tanpa ku sadari waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Aku pun bangkit dari tempat ku menuju ke dapur, aku ingin membuat sarapan pagi. Ku buka kulkas teryata kosong hanya ada dua buah butir telur, akhirnya aku memasak nasi goreng tanpa minyak. Ketika aku sedang asik memakan nasi goreng buatan ku itu, aku di kejutkan.

"Hai.. Gadis bodoh, sedang apa kamu?" tanya kak Devan dengan ku.

"Makan Om" jawab ku

"Heii.. Aku bukan om mu" bentak Devan

"Oh tuhan, mau cari mati kamu sanas," batin ku

"Maaf, " ucap ku takut

"Mulai sekarang panggil aku Tuan" perintah Devan

"Baik Tuan," ucap ku

"Apa Tuan ingin sesuatu?" tanya ku

"Tidakk...."ucap Tuan Devan

"Alhamdulillah"ucap ku ketika Tuan Devan pergi meninggalkan ku. Tetapi, itu hanya sebentar lagi-lagi aku di teriak seperti orang maling saja, pikir ku

"Gadisss bodoh......"Teriak tuan Devan

"Iya tuan" ucap ku terburu-buru menghampiri tuan Devan.

"Kuraskan bak ku, aku tidak mau mandi dengan bak kotor seperti ini. Ingat dua hari sekali bak ini di bersihkan!" perintah tuan Devan degan muka tanpa ekspresi

"Sabar Sanas kamu pasti bisa" ucap ku menyemangati diri ku sendiri. Setelah selesai membersihkan bak tuan Devan, aku beristirahat sejenak di taman belakang, lagi-lagi ku di kageti dengan kehadiran Tuan Devan yang tiba-tiba.

"Hei... gadis bodoh apa sudah selesai dengan tugas mu??" tanya tuan Devan melotot.

"Sudah Tuan" jawab ku

"Bagusss" Setelah menanyakan itu tuan Devan pergi meninggalkan ku, aku tidak tahu mau ke mana dia, lagian bukan urusan ku juga.

"Ting...tong..." bel rumah berbunyi

"Siapa??" tanya ku sambil menuju pintu utama,

"Maaf mbak mau cari siapa?" tanya ku ramah

"Devan mana?" tanya wanita sexsi itu

"Bentar ya mbak, aku panggil dulu. Mari mbak masuk" ucap ku. Aku pun menaiki tangga menuju kamar tuan Devan, dengan ragu-ragu ku mengetuk pintu kamar tuan Devan.

"Tokk....took.. Tuan" panggil ku

"Ehemmm" Tuan Devan hanya mejawab dengan berdhem saja

"Tuan ada yang mencari tuan" ucap ku

"Siapa?" tanya tuan Devan

"Tidak tahu Tuan" jawab ku

"Dasar bodohhh...." ucap Tuan Devan membuka pintu hingga membuat ku terkejut karena pintu tiba-tiba terbuka

"Ngapain masih berdiri di sana??" tanya tuan Devan menatap ku tajam

"Heheh... Maaf Tuan" ucap ku pergi meninggalkan Tuan Devan

"Dasar bocah" ucap tuan Devan menyusul ku.

"Sayang.." panggil wanita itu melihat kehadiran Tuan Devan

"Iya" jawab Tuan Devan. Wanita itu pun menghampiri tuan Devan, bergayut manja dengan tuan Devan. Tuan Devan pun tak menolak dan ia juga tak memberi ekspresi apa pun. Dalam pikirin ku apa Tuan Devan itu tidak bisa tersenyum. Aku sangat terkejut ketika melihat wanita sexsi itu mencumbu Tuan Devan, sedangkan Tuan Devan menikmati setiap cumbuan wanita itu. Aku sengaja melewati mereka berdua, berpura-pura tidak tahu. Bukannya menghentikan kegiatannya justru mereka semakin menjadi melakukan aksinya di depan ku.

"Permisi" ucap ku

"Hai gadis bodoh mau ke mana kamu?" tanya Tuan Devan melihat ku

"Aku ingin ke depan Tuan mencari udara segar, di dalam ruangan ini gerah" ucap ku, aku sengaja menekan kata gerah agar mereka sadar apa yang telah mereka perbuat.

"Pergi sana " usir wanita sexsi itu. Jujur hati ku sakit bagai di sayat sembilu melihat suami ku bercumbu dengan wanita lain di hadapan ku. Tapi apalah daya ku, aku hanya sebatas istri di atas kertas. Tanpa ku inginkan cairan bening membasahi pipi ku. Aku tidak mau banyak berfikir tentang Tuan Devan karena itu membuat ku lebih sakit. Tetapi tidak dengan hati ku, hatiku selalu ingin tahu tentang Tuan Devan walaupun beribu cara sudah ku lakukan.

Bersambung...

Terimakasih telag membaca karya Author. Author sangat butuh bantuan kakak semua, jangan lupa likr, komen dan vote.

Salam jauh dari Sanas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!