NovelToon NovelToon

Rahim Pengganti

Prolog

Disebuah rumah mewah atau bisa disebut mansion mewah bergaya modern klasik. Tinggal sepasang suami istri yang sudah menikah selama 5th. Mereka hidup bahagia, romantis, saling menyayangi bahkan saling mencintai, dan pastinya saling percaya.

Selama pernikahan 5th tersebut mereka belum dikaruniai seorang anak. Namun mereka yakin Allah akan menitipkan zuriatnya kepada mereka suatu saat nanti, yang pasti mereka selalu sabar, ikhlas, tawakal dan berserah diri akan ketetapan Allah. Yang terpenting mereka tetap mencoba berdoa, istiqomah dan berusaha.

Tapi kebahagian mereka terusik tiap kali ada teman, saudara, bahkan orang tua dan mertua menanyakan kapan hamil?

kenapa gak berobat?

yang kemarin nikah aja sudah hamil!

kamu mandul ya?

kamu itu jangan mikirin diri kamu sendiri, pikirin juga itu perasaan suami kamu.

kemarin si ..... mencoba bayi tabung berhasil, padahal baru sekali coba.

kamu itu yang udah berkali kali coba kok gak berhasil. kamu sehat kan?

kenapa kamu gak suruh suami kamu nikah aja biar dapat keturunan.

kasihan suami kamu, siapa nanti yang jadi penerusnya?

kalau aku belum nikah, udah aku goda itu suami kamu.

dan masih banyak lagi kalimat-kalimat menyakitkan lagi yang terlontar dari mulut mereka yang bilang beginilah, begitulah. Hemmmm......emang manusia, mulutnya akan terasa gatal kalau gak ngomongin kejelekannya orang lain. Astaqfirullahalazim. Apa mereka tidak mengaca diri mereka sendiri sebelum berbicara. Entahlah

Semoga yang ngomongin ini itu segera mendapat hidayah dari Allah SWT. aamiin ya robal alamin

Pernah juga sekali ayah mertuanya meminta anaknya untuk menikah lagi agar segera mendapatkan cucu untuk generasi penerusnya. Maklumlah suaminya itu anak sulung di keluarganya dan anak laki satu-satunya yang berhak jadi penerus sah perusahaan yang didirikan ayahnya tersebut. Meski ada anak perempuan, tapi kata ayah mertua anak perempuan itu cuma kebagian saham saja tanpa harus mengurus perusahaan. WOW

Bahkan ayah mertuanya secara terang terangan membawa wanita untuk dijadikan istri kedua anaknya. Bahkan sempat memaksa anaknya untuk menikahi wanita itu walaupun nikah siri.

Tapi sayang, sang anak menolak mentah mentah keinginan ayahnya itu. Dia bilang "lebih baik aku hidup susah tanpa harta papa daripada memiliki 2 istri. Dan aku gak akan pernah menceraikannya atau bahkan memadunya. Tidak akan pernah. Camkan itu baik-baik."

Dan sejak itu ayah mertua tidak pernah lagi meminta ataupun menemui sang anak ataupun menantunya. Hanya ibu mertuanya saja yang menemui mereka.

Tapi mereka percaya, Allah akan menghadirkan zuriat kepada mereka di waktu dan saat yang tepat.

Mereka sudah melakukan berbagai progam, mulai dari bayi tabung dan eseminasi buatan, suntik ini suntik itu, minum berbagai jenis obat yang disarankan dokter. Tapi karna Allah belum mengizinkan maka ya kun fayakun.

Bahkan sang istri sempat berfikir melakukan program surogasi atau sewa rahim atau lebih dikenal rahim pengganti atau ibu pengganti.

Tapi sayang, di Indonesia program itu ilegal jadi dia tidak berani mengambil resiko dan seandainya program itu legalpun sang suami tidah mau melakukan. Karena dia yakin, selagi istrinya masih memiliki rahim, wanita yang didiagnosa mandul atau tidak bisa memiliki keturunanpun akan bisa hamil jika Allah sudah bilang "kun fayakun" , maka yang tidak mungkin akan mungkin jika Allah sudah berkehendak.

Karena sang suami yang tak ingin sang istri sakit hati dan bersedih karena gunjingan-gunjingan yang didapat, akhirnya sang suami mengajak sang istri liburan ke Turki. Kebetulan sang suami ada kerjaan di Turki selama setahun lebih.

Akhirnya sang istri sekalian diboyong ke Turki untuk menemaninya.

"sayang..memang harus ya aku ikut" tanya sang istri karena sebenarnya dia tidak mau meninggalkan kedua orang tuanya. Apalagi dia anak tunggal dan ibunya juga sering sakit-sakitan.

"Iya sayang, kalau aku sendiri yang kesana terus aku sama siapa disana?"

"kalau aku kangen sama kamu gimana?"

"kalau aku pengen peluk kamu, cium kamu terus main sama kamu gimana?"

"masak aku harus terbang dulu gitu?"

"kan lama sayang." sang suami yang begitu sayang sama sang istri berkata sambil terus memeluk sang istri dari samping. Menikmati pemandangan malam dari balkon kamar mereka.

"tapi sayang, nanti ayah sama ibu siapa temannya. Mereka kan cuma punya aku, apalagi ibu sekarang sering sakit-sakitan." sang istri terlihat sedih kalau mengingat ibunya.

"nanti akan aku carikan pelayan buat ayah dan ibu. Kamu tenang saja. Nanti sesekali kita pulang untuk jenguk mereka. Mau yaaaa?" sang suami menampilkan wajah seimut mungkin.

Sang istri tersenyum melihat kelakuan suaminya itu, padahal usianya sudah 27th tapi kok kelakuannya seperti remaja yang baru jatuh cinta.

"terus berangkatnya kapan? gak mungkin minggu ini kan?" tanya sang istri.

"Insha Allah bulan depan berangkatnya. Kamu maukan menemani aku disana?" sang suami memastikan kalau istrinya mau diajak untuk tinggal sementara di Turki.

"Baiklah aku mau. Aku juga gak mungkin bisa jauh dari kamu sayang." sang istri membalas pelukan suaminya erat.

"I love you, Maya Wardani." sang suami mencium kening istrinya

I love you too, Devandra Ayasi." sang istri memeluk sang suami erat.

"Ayo sekarang kita tidur, aku udah kangen banget sama kamu." ucap Devan manja kalau ada maunya.

"kangen!" Maya mengerutkan dahinya tidak mengerti maksud ucapan Devan

"kitakan sering ketemu sayang, pagi siang bahkan malam. Kok masih kangen aja sih." Maya heran dengan sikap suaminya yang begitu manja ini.

"Aku kangen sama ini." Devan mencium bibir Maya memberi sedikit *******.

"Dan juga kawan-kawannya, semua yang ada di tubuh kamu." Devan mengerlingkan matanya.

"Kamu sudah selesaikan palang merahnya?" tanya Devan memastikan kalau sang istri sudah suci.

"Sudah, bukankah kita tadi habis sholat berjamaah ya sayang?" Maya mengingatkan Devan.

"Hehehe aku cuma memastikan saja sayang." Devan menertawakan dirinya sendiri, padahal tadi dia lupa kalau habis sholat bareng Maya.

"Boleh yaaa." lanjut Devan mengerlingkan matanya.

Maya tersipu malu, padahal mereka sudah menikah selama 5th dan sering juga mereka melakukan itu. Tapi tiap kali Devan mengajaknya berhubungan pasti Maya akan malu. Hehehehehe itulah yang disuka Devan pada diri Maya, malu tapi mau alias malu malu kucing.

Maya menganggukkan kepalanya, Devan begitu senang. Devan langsung menggendong Maya ala bridal style masuk kedalam kamar.

Sesampai dikamar Devan menaruh istrinya di ranjang tidur lalu mencium kening Maya.

"Tunggu sebentar ya sayang." Devan kembali lagi ke balkon kamar untuk mengambil HP dan menutup pintu juga mematikan lampu utama dan menyisakan lampu tidur di nakas samping tempat tidur.

"Sudah sayang. Kamu siap kan?" tanya Devan seperti baru pertama kali meminta jatah ke istrinya.

Maya tersenyum malu lalu menganggukkan kelapa.

................................

Syarat

Setelah dua minggu yang lalu Devan mengatakan akan mengajak Maya untuk pindah sementara ke Turki. Hari ini Maya mengajak Devan ke rumah orang tuanya, berhubung weekend dan Devan libur kerja jadi mereka bisa menginap disana.

"Kamu kenapa sayang?" Devan melirik ke arah Maya, satu tangannya memegang kemudi dan tangan lainnya mengelus lembut kepala Maya

"Kenapa diam saja dari tadi." lanjutnya

"Aku gak apa kok yank." Maya mencoba tersenyum ke arah Devan, dia tidak mau Devan melihatnya bersedih.

"Kalau tidak apa apa kenapa diam saja? Jarang sekali loh kamu diam begini kalau lagi sama aku?" tangan yang tadinya mengelus kelapa Maya kini beralih menggenggam lembut tangan Maya

"hmmmmm" Maya ragu mau mengatakan ke Devan.

Tapi kalau dia tidak bilang, akankah Devan kecewa sama Maya, pikir Maya.

"ada apa hemmm.." Devan mencium tangan Maya yang dia genggam tadi.

"Sebenarnya....." Maya tidak melanjutkan ucapannya.

Devan masih diam menantikan kata selanjutnya yang akan diucapkan Maya.

Tapi beberapa menit hening yang terjadi di dalam mobil yang sedang melaju pelan dipadatnya jalan lalu lintas kota metropolitan itu.

"Sebenarnya apa sayang??" setelah beberapa menit hening akhirnya Devan bertanya ke Maya.

Huffffff

Terdengar Maya menghela nafas panjang untuk menetralkan rasa gugupnya.

"Sebenarnya aku sudah bilang ke ayah dan ibu kalau kita akan menetap sementara di Turki selama setahun" akhirnya Maya mengatakan juga apa yang tadi ingin dia katakan.

"Terus mereka bilang apa?" tanya Devan karena Devan merasa ada yang tidak beres dengan sikap Maya.

"hhmmmm......Ayah sama ibu gak mengijinkan Maya ikut, apalagi sekarang kondisi Ibu lagi ngedrop. Ayah gak ngijinin aku ikut kamu ke Turki." Maya menesteskan air mata kala mengingat kondisi ibunya.

Tangan Devan dengan lembut menghapus air mata yang membasahi pipi istrinya itu.

Devan sebenarnya sudah tahu kalau mertuanya itu tidak mengijinkan anaknya ikut bersamanya ke Turki disaat kondisi Ibu mertuanya lagi drop. Tapi bagaimanapun, seorang istrikan harus ikut kata semua, kalau itu terbaik untuk keluarga.

"Gak apa, nanti aku akan bicara sama Ayah dan Ibu. Aku akan meyakinkan mereka, dan Ibu kemarin juga sudah diperiksa ke dokter yang lebih ahli. Jadi kamu tenang saja yaaa" Devan berusaha menenangkan istrinya itu.

Maya mengangguk dan menghapus sisa air matanya yang ada dipipinya itu.

"terimakasih ya sayang." Maya melempar senyum ke Devan.

Devan tersenyum. "you are welcome, honey." Devan mengerlingkan matanya.

...................

Setelah perjalan yang biasanya ditempuh dalam waktu 30 menit di hari biasa kini menjadi 45 menit karena padatnya kendaraan.

Akhirnya mereka sampai dirumah orang tua Maya.

"Assalamualaikum" ucap Devan dan Maya bersamaan

Tok tok tok

Devan mengetuk pintu rumah

Terdengar jawaban dari dalam rumah, itu suara Ayah. pikir Maya.

Ceklek,

Dan benar saja ayah Maya yang membukakan pintu.

Ayah Maya yang bernama Wardani atau biasa dipangil Ayah Dani mempersilahkan anak dan menantunya masuk.

"Ibu mana, Yah?" Maya menanyakan dimana Ibunya

"Ada didapur lagi bikinin masakan kesukaan kamu." jawab Ayah Dani.

"Kalau begitu Maya kedapur dulu, kamu mau minum apa sayang?" Maya mengalihkan pandangannya ke Devan.

"Apa saja yang penting dingin." jawab Devan singkat

"Kalau Ayah" kini Maya beralih ke Ayah Dani

"Bawa saja yang ada di meja dapur, tadi Ayah lagi bikin minum" Ayah Dani memberi tahu anaknya itu.

Maya bergegas menuju dapur.

"Apa kabar, Ayah" Devan memulai pembicaraan

"Baik." jawab ayah Dani singkat

"Alhamdulillah kalau begitu."

"Aku tau apa tujuanmu kesini, cepat katakan gak usah basa-basi." Ayah Dani langsung menanyakan maksud kedatangan Devan.

"Santai saja ayah gak usah buru-buru, minumnya aja belum datang." jawab Devan tenang.

Ayah Dani mendengus kesal.

"Ayah gak capek ya?" tanya Devan

"Apa maksud kamu? tanya Ayah Dani balik

"Ayah pasti tahu apa maksud Dave." Devan tersenyum saat melihat istrinya masuk ke ruang tamu membawakan minuman.

"Ini sayang" Maya meletakkan segelas orange jus dimeja depan Devan dan juga secangkir teh hijau milik Ayahnya.

"Terimakasih" ucap Devan pelan ke Maya dan dibalas senyum olehnya.

"Maya ke dapur lagi ya, mau bantuin Ibu." Maya lalu kembali ke dapur.

Terjadi keheningan beberapa saat setelah Maya pergi ke dapur.

"Apa Ayah akan tetap melanjutkan rencana Ayah?" Devan menyenderkan tubuhkan di sofa dan mengangkat sebelah kakinya lalu dia tumpukan dengan kaki lainnya, satu tangan dimasukkan ke saku celana dan tangan lainnya dibiarkan bersandar di sisi sofa.

"Apa Ayah gak takut akan ketahuan sama Maya?" Devan masih dalam mode tenang

"Apa maksud kamu?" Ayah Dani terlihat kesal

"Ayah pasti tahu kalau aku sudah tahu rencana Ayah."

Ayah Dani terlihat kaget, pasalnya dia sudah menutup rapat semua rencananya agar tidak ada yang tahu, kenapa Devan bisa tahu? sial, Ayah Dani makin kesal saja.

"Jika Ayah tetap melanjutkan rencana ayah, aku akan bawa Maya pergi jauh dari keluarga ini dan tidak akan aku biarkan dia menemui ataupun menghubungi Ayah dan Ibu." Devan memberi ancaman.

"Bukankah Maya itu putri yang engkau sayangi? bahkan engkau tak tega melihatnya menangis ataupun terluka." Devan memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya.

"Dan sekarang kau tega memanfaatkan nya hanya karena ambisimu belaka yang haus akan kekuasaan." lanjut Devan

"Aku melakukan itu hanya untuk Maya." akhirnya Ayah Dani mengeluarkan suaranya juga.

Devan yang mendengar itu hanya menyeringai.

"Kalau untuk Maya kenapa anda menyakiti Ibunya. Padahal anda tahu kalau Maya sangat menyayangi Ibunya." Devan sudah mengeluarkan aura dinginnya.

"Kamu itu gak tau apa-apa Devan. Kamu hanya orang luar yang kebetulan masuk dalam keluarga ini." Ayah Dani geram melihat Devan

"Anda benar, saya memang orang luar."

"Dan perlu anda tahu...orang luar yang anda maksud bisa menghancurkan anak kesayangan anda."

"Tapi sayang, dia terlalu berharga untuk saya sakiti."

"Tidak seperti anda yang tega menyakiti anak kesayangan anda sendiri."

Devan semakin mengintimidasi ayah Dani.

Ayah Dani merasa tersudut, dia tak tahu harus melakukan apa. Pasalnya kalau Devan sudah tahu rencananya pasti semua akan gagal. Tidak mungkinkan dia memanfaatkan putrinya lebih jauh lagi apalagi melihat kondisi istrinya yang sekarang karena ulah ketidak sengajaannya.

"Apa mau kamu Devan?" Ayah Dani akhirnya menyerah, entah nanti apa yang terjadi dia tak peduli, daripada sang anak dibawa pergi jauh oleh Devan dan mereka tidak bisa menemuinya lagi.

"Saya mau anda mengijinkan Maya ikut saya ke Turki. "Dan jangan khawatir, pengobatan Ibu mertua akan tetap saya tanggung."

"Anda juga masih bisa menghubungi Maya, dan sesekali kita akan mengunjungi anda."

"Dan juga, jangan meminta Maya untuk melakukan sesuatu yang membahayakan dia. Kalau anda mau kekuasaan, saya akan kasih satu hotel untuk anda kelola." Ayah Dani yang tadinya muram kini tampak semangat mendengar Devan akan memberikan satu hotel miliknya.

"Tapi dengan satu syarat....."

Dokter Kemal

"Tapi dengan satu syarat." Devan menjeda ucapan nya

"Anda harus bisa menaikkan hasil pendapatan di hotel tersebut 100% dalam waktu 2 bulan. Jika anda tidak bisa, jangan harap kalian akan bisa menemui Maya lagi." lanjut Devan

"Sial.!! Jadi dia memberikan hotel yang hampir sekarat kepadaku. Kurang ajar kau Devan." batin Ayah Dani kesal.

"Jangan berfikir hotel yang saya berikan itu hotel yang hampir sekarat, justru itu hotel paling bonafit. Anda hanya memastikan jika dalam jangka waktu dua bulan hotel itu harus lebih unggul lagi dan harus mencapai 100% pendapatan." Devan seperti mengetahui apa yang dipikirkan ayah Dani.

"Baiklah. Tapi kamu kemarin juga janji akan memberikan ku 15% saham yang kau punya diperusahaan Ayasi, jika anakku bisa mengandung dan memberimu keturunan." Ayah Dani mengingatkan Devan akan perjanjiannya beberapa hari yang lalu.

"Anda tenang saja, saya tidak akan pernah mengingkari janji yang saya buat. Saya akan menepati janji saya." terang Devan tenang

"Apa kamu jadi melakukan program bayi tabung di sana?" tanya Ayah Dani.

"Insha Allah jadi, saya juga sudah mengkonfirmasi dokter spesialis disana." jawab Devan dengan sendu

"Tapi Ayah jangan bilang ke Maya, saya takut dia nanti kepikiran dan kecewa lagi." pinta Devan

Ayah Dani mengiyakan. Dia juga tidak mau membuat anaknya kecewa lagi. Apalagi nanti kalau program bayi tabungnya berhasil, dia akan mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat.

.........................

Setelah pertemuannya dengan keluarga mertuanya dua minggu yang lalu, kini Devan dan Maya berada di ruang tunggu bandara menunggu boarding pass. Yaa Maya gak mau naik jet pribadi, dia ingin mencoba pesawat komersial.

Awalnya Devan sempat menentang keinginan sang istri yang terbilang aneh, sudah disiapkan jet pribadi malah lebih memilih pakai pesawat komersial.

"Sayang, kamu mau kan aku ikut kamu ke Turki?" tanya Maya, tapi Devan diam saja karena kesal pada istrinya.

"Kalau iya, kamu harus nurut sama aku. Kita kesana naik pesawat komersial saja. Kalau kamu memaksa pakai jet pribadi gak apa kok."

Devan tersenyum mendengar ucapan Maya, tapi sedetik kemudian dia kembali kesal ke istrinya setelah Maya mengucapkan

"Tapi aku gak ikut kamu ke Turki."

Akhirnya Devan pun menuruti keinginan istrinya itu. Kapan lagi naik pesawat komersial, pikir Devan.

Tapi yang namanya Devan, dia tetap memesan class business, bahkan dia memesan beberapa kursi agar tidak ada yang mengganggu ketenangannya dan sang istri. Huffff sultan mah bebas.

"Sayang, ini masih ada waktu setengah jam lagi. Kamu gak mau berubah pikiran gitu buat naik jet?" tanya Devan memastikan kalau Maya berubah pikiran.

Maya menggelengkan kepalanya mantap.

Lagi lagi Devan hanya bisa menghela nafas panjang.

Setelah beberapa menit mereka menunggu akhirnya kini mereka sudah berada di dalam pesawat.

"Kamu jadi beli kursi sebanyak ini, sayang?" tanya Maya dikiranya Devan bercanda ternyata tidak.

Devan membeli 9 kursi untuk privasinya

"hmm...ayo cepat duduk, bentar lagi kita take off."

Maya akhirnya duduk disamping Devan.

............

Setelah menempuh waktu kurang lebih 14-15 jam akhirnya Devan dan Maya sampai di bandara Ankara Turki

"Sayang, katanya kemarin kita langsung ke Istanbul, kok kita di Ankara sih?" tanya Maya heran, katanya kemarin meraka akan tinggal di Istanbul, ternyata mampir dulu di Ankara.

"Aku ada kerjaan disini sayang. Nanti kalau sudah selesai kita baru ke Istanbul." Devan menggandeng tangan Maya keluar dari bandara menuju mobil yang sudah disiapkan asistennya.

"Lho..Romi kok juga ada disini?" tanya Maya, pasalnya tadi dia berangkat cuma bersama Devan, kok sudah ada Romi disini.

"Dia berangkat kesini satu hari sebelum kita berangkat." jawab Devan

Mereka lalu memasuki mobil dan segera pergi dari bandara menuju tempat tinggal sementara mereka di Ankara.

Sesampai mereka di apartemen, Devan dan Maya langsung bersih bersih dan mengistirahatkan tubuh mereka yang masih jetlag.

Apalagi Devan tidak bisa tidur selama di pesawat. Ada aja yang dia keluhkan. Akhirnya dia memilih tidur dan menunda pekerjaan yang seharusnya dia kerjakan hari itu juga.

.................

"Sayang bangun, itu Romi sudah nunggu kamu dari tadi." Maya mencoba membangunkan Devan yang tadi setelah sholat subuh tidur lagi.

"Ya udah kalau gitu, aku pulang aja ke Indonesia." ancam Maya

"Ehhh jangan sayang" Devan bangun dari tidurnya lalu memegang tangan Maya agar tidak pergi.

"Ini aku udah bangun, udah dong jangan ngambek. Makin jelek tauk." cup. Devan mencium singkat bibir Maya.

"Kalau jelek kenapa cium cium." Maya memasang mode garang, dia melototkan matanya ke arah Devan dengan tangan dia silangkan ke dada dan mengangkat tinggi dagunya.

Devan tertawa melihat kelakuan istri nya itu.

"Kenapa tertawa hemm"

"Gak apa sayang, kamu lucu." cup. Devan mencium kembali bibir Maya lama dan sedikit memberi *******.

"Manis." Devan melempar senyum ke Maya.

Lalu dia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

"Sayang aku lupa bawa handuk" teriak Devan dari dalam kamar mandi.

Maya tertawa melihat kebiasaan suaminya, kalau mandi selalu lupa bawa handuk. Untung Maya sudah hafal kebiasaan suaminya, jadi dia sudah menyiapkan handuk sebelum Devan teriak-teriak meminta diambilkan handuk.

"Handuknya sudah aku taruh di lemari bawah wastafel, sayang" teriak Maya dari dalam kamar.

Setelah hampir satu jam Romi menunggu sang bosnya itu selesai bersiap akhirnya Devan muncul ke ruang tamu menemui asistennya itu.

"Apa kamu sudah siapkan semua, Romi." tanya Devan saat dia sudah sampai di ruang tamu.

"Sudah bos. Anda sudah ditunggu beliau."

"Baiklah, ayo berangkat." Devan menoleh ke Maya

"Aku berangkat dulu ya sayang, nanti kalau kerjaan ku sudah selesai aku langsung pulang." cup, Devan mencium kening Maya.

"Iya, sayang. Hati-hati ya." Maya mencium tangan suaminya.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

........................

Devan dan Romi menuju rumah sakit terbesar yang ada di Ankara. Devan akan menemui seorang dokter yang sudah dia hubungi beberapa bulan yang lalu.

Sesampai di rumah sakit Devan yang sudah ditunggu sama Dokter Kemal langsung menuju ruangan beliau.

"Assalamualaikum" ucap Devan dan Romi

"Walaikumsalam."

"Mari Tuan Devan, Tuan Romi silahkan duduk." Dokter Kemal mempersilahkan mereka duduk di sofa.

"Maaf Dokter, kemarin saya membatalkan janji." ucap Devan segan karna membatalkan janji seenaknya.

"Gak apa Tuan Devan, saya tahu anda pasti masih jetlag karena kemari sore baru sampai." Dokter Kemal tahu karena kemarin sudah diberitahu Romi.

"Baiklah...Kapan rencananya mau melakukan program?" tanya Dokter Kemal

"Kalau bisa kita cek saat dia dalam keadaan menstr**si di hari pertama, biar saya dan tim dokter bisa memprediksinya kapan waktu yang tepat untuk pelaksanaan program itu." jelas Dokter Kemal.

"Kalau saya maunya secepatnya Dok." jawab Devan

"Soal menstr**si nanti saya tanyakan ke istri saya." karena Devan gak begitu hafal kapan Maya mendapatkan palang merah. Soalnya selalu berubah-ubah jadi dia tidak hafal.

"Nanti kalau sudah tahu kapannya, tolong segera hubungi saya biar saya bisa segera mengetahui kondisinya." saran Dokter Kemal.

"Baik, Dok. Kalau begitu kami permisi dulu."

Devan dan Romi pergi setelah mereka berpamitan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!