NovelToon NovelToon

Married With Casanova

01.Linnie

"Linnie, apa kau masih mencari pekerjaan?" tanya Cleo.

"Tentu saja, aku butuh pekerjaan paruh waktu untuk membiayai kuliah ku ini...!" seru Linnie. "Satu semester terakhir ini sungguh sangat menyita waktu, tenaga dan juga uang ku. Orang miskin seperti ku ini bisa apa?"

Cleo menepuk pundak sahabat nya, gadis itu juga bukan terlahir dari keluarga kaya raya namun bisa di golongkan sebagai keluarga yang mampu. Cleo menepuk pundak Linnie memberi semangat. "Jangan sedih, aku sudah mendapatkan pekerjaan untuk mu dari teman kakak ku." ujar Cleo membuat semangat hidup Linnie kembali berkobar. "Tapi, ada nya cuma bekerja di bar saja. Tugas mu hanya mengantar minuman. Jika kau beruntung mereka akan memberi mu tips." Cleo menjelaskan pekerjaan itu. "Bagaimana, apa kau tertarik? jika tidak kita bisa mencari pekerjaan yang lain?" tanya gadis itu kurang yakin.

Sejenak Linnie berpikir, zaman sekarang mencari pekerjaan sangat sulit terlebih lagi di kota besar seperti ini. "Hmmm...baiklah, aku terima tawaran mu." ujar Linnie membuat Cleo senang.

"Kalau begitu kita akan pergi nanti malam!" seru nya penuh semangat.

Linnie hanya seorang gadis yatim piatu, ke dua orang tua nya sudah meninggal sejak Linnie duduk di bangku menengah pertama. Linnie tinggal di sebuah rumah sederhana namun tampak nyaman. Gadis itu sudah biasa menghidupi diri nya sendiri bahkan untuk biaya sekolah saja Linnie harus bekerja keras.

Suara musik menggema di seluruh ruangan, kerlap kerlip lampu membuat mata gadis itu sakit. Linnie dan Cleo pergi ke sebuah ruangan tempat di sang Manajer berada. Seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluh lima tahun bernama Elios duduk dengan anggun sambil memegang segelas minuman berwarna merah.

"Siapa di antara kalian yang bernama Linnie?" tanya nya dengan suara lembut.

Linnie dan Cleo saling pandang, "Saya nyonya,...!" jawab Linnie.

Elios tersenyum, "Kau sungguh cantik,...baiklah, mulai besok malam kau sudah harus bekerja." ujar Elios.

"Terimakasih nyonya, saya akan bekerja sebaik mungkin...!" Linnie tersenyum senang.

"Jangan panggil aku nyonya, panggil saja aku macam Eli,..." gumam Elios.

"Terimakasih madam Eli,..." Linnie kembali berterimakasih.

Ke dua gadis itu akhirnya pergi, sebelum pulang mereka makan di pinggir jalan sambil menikmati suasa malam. "Linn,...apa kau tidak berniat untuk mencari pacar? biar kau tidak kesepian!"

Linnie mengaduk minuman nya kesal, "Pacar lagi...! memang nya kau mau kemana?" tanya Linnie kesal setiap kali mereka duduk sangat Cleo selalu saja bertanya seperti itu.

"Sebenarnya, ada sesuatu yang belum aku beritahu kepada mu." Cleo berkata dengan wajah muram.

"Kau kenapa Cleo? apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Linnie mulai gelisah.

"Sebenarnya, setelah aku wisuda nanti ke dua orang tua ku mengajak ku pindah ke rumah kakek. Ayah ku harus meneruskan usaha restoran yang di miliki kakek." Cleo berterus terang.

"Jadi kau akan pindah?" tanya Linnie tidak percaya.

"Lalu aku harus apa? mereka orang tua ku. Mana mungkin aku bisa membantah mereka." keluh Cleo merasa sedih jika harus meninggalkan Linnie.

Linnie tersenyum, tidak mungkin gadis itu menahan kepergian sahabat nya. "Tidak apa-apa, toh kita juga bisa bertemu di lain waktu."

"Tapi kau harus janji dengan ku, jaga diri baik-baik dan jangan sampai kau salah pergaulan." Cleo mengatakan dengan penuh harapan.

"Aku tidak sebodoh itu....!" ujar Linnie, "Aku tidak ingin membebankan dosa ku kepada ke dua orang tua ku."

"Kau memang anak yang berbakti Linnie,..aku salut akan perjuangan hidup mu." puji Cleo lalu mereka saling berpelukan.

Malam semakin larut, Cleo mengantar Linnie pulang ke rumah nya. Linnie menghempaskan tubuh nya di atas tempat tidur yang tidak terlalu empuk itu. Mendapatkan pekerjaan di bar adalah sebuah tantangan tersendiri bagi Linnie.

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, hari ini sidang skripsi yang membuat Linnie merasa gugup bahkan berkeringat panas dingin. Dia bukan gadis bodoh, namun Linnie juga memiliki rasa takut jika dia gagal.

Butuh waktu dua jam untuk Linnie berhadapan dengan dewan penguji. Sedangkan Cleo menunggu dengan harap-harap cemas di luar ruangan. Tak berapa lama Linnie keluar dengan menarik nafas sedalam-dalamnya.

"Bagaimana?" tanya Cleo khawatir.

Linnie hanya mengangkat ke dua pundak nya dan langsung memeluk Cleo.Cleo yang paham langsung bersorak gembira, gadis itu sudah duluan kemarin jadi setelah ini mereka bebas mau pergi ke mana pun.

"Setelah kau wisuda, apa kau berniat mencari pekerjaan yang lain?" tanya Cleo sambil menyeruput minuman nya.

"Tentu nya,..bekerja di bar hanya untuk sementara saja. Jika ada pekerjaan yang lebih baik kenapa aku harus bertahan di pekerjaan yang....ya begitu lah..." kata Linnie membuat Cleo bernafas lega dengan jalan pikiran sahabat nya itu.

"Jangan lupa cari pacar...!" seloroh Cleo lalu menutup mulut nya. Linnie hanya mendengus kesal dengan gurauan sahabat nya itu.

"Dan kau, jika menikah nanti jangan lupa untuk mengundang ku..." ujar Linnie menunjuk wajah Cleo.

"Mana mungkin aku melupakan seseorang yang selalu memberi ku contekan ini...!" seru Cleo di iringi tawa keras nya. Linnie hanya bisa menggelengkan kepala nya melihat kelakuan sahabat nya itu.

Malam telah tiba, Pukul tujuh malam Linnie sudah ada di bar. Gadis itu mengenakan seragam yang tidak terlalu terbuka dan itu membuat Linnie kembali bernafas lega. Tugas nya malam ini hanya mengantar minuman sesuai arahan yang di berikan oleh senior nya. Mandan Elios memperhatikan cara kerja Linnie yang sangat cepat juga rapi.

Meski pun ada beberapa lelaki hidung belang yang berusaha menggoda diri nya, namun Linnie masih bisa menghindar. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit bagi Linnie, hanya saja diri nya tidak suka jika ada lelaki yang mabuk dan menggoda diri nya. Namun mau bagaimana lagi, itu semua sudah menjadi resiko diri nya.

Pukul sepuluh malam Linnie baru lah pulang, menggunakan sepeda gadis itu menembus gelap nya malam menuju rumah tempat dia beristirahat. Utung saja jarak rumah ke bar hanya memakan waktu dua puluh menit menggunakan sepeda.

Ingin rasa nya Linnie mengeluh, namun kepada siapa? orang tua nya telah tiada bahkan dia tidak memiliki adik atau kakak. Para saudara telah menjauhi nya, mereka bilang Linnie adalah anak pembawa sial yang menyebabkan kematian ke dua orang tua nya. Jika sedang lelah seperti ini, Linni hanya bisa mandi air dingin agar tubuh nya kembali segar. Gadis itu menyeduh mi cup yang selalu tersedia di ruamh nya. Membuat segelas susu agar tidur nya lebih nyenyak.

02.Mimpi

"Jauhkan wanita itu dari pandangan ku, aku tidak suka melihat nya!" perintah Gavin kepada dua Bodyguard nya.

Wanita itu menolak, bahkan tanpa memiliki rasa malu wanita itu berani mengangkat gaun nya tinggi. "Aku tidak suka memakai wanita untuk yang ke dua kali nya? sebaiknya kau pergi!" sekali lagi Gavin mengusir wanita itu.

Wanita itu mendengus kesal, menurunkan kembali gaun yang sempat terangkat tadi kemudian keluar dari ruangan Gavin. Gavin memiliki beberapa club dan bar yang tersebar di seluruh kota. "Carikan aku gadis yang masih tersegel!" perintah Gavin langsung di lakukan oleh anak buah nya. Lelaki penggila **** ini tidak akan pernah memaki wanita berulang kali, Gavin lebih suka perempuan yang masih bersegel.

"Tidak bisakah kau berhenti dengan permainan mu ini Gavin? apa kau tidak takut terkena penyakit berbahaya?" Jeff berusaha menakuti sahabat nya itu.

Gavin hanya tertawa mendengar ucapan Jeff, "Aku tidak takut, karena yang aku tiduri perempuan yang masih bersegel dan bukan yang sudah di pakai...!" jawab nya santai membuat Jeff hanya bisa bergeleng kepala. "Aaah,...sudahlah, aku ingin berkeliling dulu. Jika kau ingin ikut silahkan." ujar Gavin kemudian pria itu memutuskan untuk melihat-lihat ke bar milik nya yang lain.

Sudah biasa bagi Gavin ketika diri nya melihat pasangan yang bercumbu tidak pada tempat nya. Pria itu mengambil sebatang rokok lalu menghidupkan nya. Mata elang berwarna biru tua itu menyapu hampir ke setiap sudut ruangan mana tahu ada mangsa yang bisa memuaskan dahaga nya malam ini.

"Tidak ada...!" gumam nya kemudian pria itu memilih keluar.

Jeff menarik nafas dalam, rasa nya sudah lelah mengikuti Gavin malam ini. "Sebentar lagi akan turun hujan, aku lelah sudah bekerja seharian. Sebaiknya aku pulang saja!" kata Jeff dengan wajah lesu nya.

"Hmmm,...pergilah...!" sahut Gavin tanpa memperdulikan Jeff. Ingin rasa nya Jeff memukul kepala Gavin yang otak nya hanya penuh dengan nafsu itu.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat, malam ini tiada bintang bahkan nampak jelas kilatan di atas langit. Gavin tetap melajukan mobil nya menuju bar milik nya yang lain. Namun seketika Gavin menghentikan laju mobil nya ketika diri nya melihat sosok gadis cantik keluar dari area bar menggunakan sepeda nya.

Mata Gavin tidak berkedip, pria itu terus memandang ke arah Linnie. Gadis cantik dengan berpakaian biasa saja bahkan rambut nya hanya di kuncir kuda itu dapat membuat nafsu Gavin memuncak.

"Siapa dia? kenapa dia keluar dari bar ku dengan menggunakan pakaian seperti itu?" tanya nya bingung. Tak mau berpikir terlalu jauh, Gavin memutuskan untuk melajukan kembali mobil nya lalu memarkirnya sembarang.

"Apa ada makanan untuk ku?" tanya Gavin pada madam Eli.

Madam Eli tersenyum bangga, jika malam ini dia bisa menyediakan gadis bersegel untuk Gavin, sudah pasti madam Eli akan mendapatkan bonus yang besar. "Tentu saja ada tuan, dia sudah menunggu di kamar biasa!" jawab nya.

Tak menghiraukan madam Eli, Gavin langsung pergi menuju kamar pribadi milik nya. Lelaki itu masuk ke dalam kamar dengan cahaya samar, Gavin dapat melihat dengan jelas perempuan yang ada di dalam kamar nya tanpa mengenakan sehelai benang pun.

Gavin menutup pintu, gadis itu mulai menghampiri Gavin sambil meraba-raba tubuh kekar Gavin. Sebagai seorang lelaki normal, tentu saja Gavin merasa tergoda. Dengan rakus gadis itu meraup bibir Gavin lalu mencumbu nya sembarang. Gavin suka gadis ini, ganas tanpa di beri arahan.

Gadis itu mulai membuka jas Gavin juga kemeja nya, mencumbu setiap bagian tubuh Gavin. Namun, di saat gadis hendak melepas celana Gavin, pria itu langsung sadar bahkan mendorong kasar gadis itu. Tiba-tiba saja di otak Gavin terbayang dengan gadis yang bersepeda keluar dari bar milik nya.

Seketika barang yang sudah menegang itu kini layu tak bernafsu. "Tuan, ada apa?" tanya gadis itu masih berusaha menggoda Gavin.

"Tidak ada, mari kita lanjutkan. Buat aku puas!" ujar Gavin membuat senyum gadis itu mengembang.

Kembali lagi, Gavin mulai bergairah dengan permainan gadis itu. Namun tetap saja pada saat mereka akan melakukan hal yang lebih jauh lagi, tubuh Gavin seakan menolak. "Aaaaah....brengsek....!" umpat nya dengan suara keras. "Kenakan pakaian mu!" perintah Gavin.

"T-tapi tuan, kita belum melakukan nya." protes gadis itu.

Gavin emosi, lalu berkata dengan nada tinggi. "Jika ku bilang kenakan ya kenakan!"

Nyali gadis itu langsung ciut, tak mau ambil resiko gadis itu langsung mengenakan pakaian nya begitu juga dengan Gavin. Gadis itu langsung keluar dari kamar Gavin, mengadu kepada madam Eli hingga membuat madam Eli terkejut dengan sikap aneh Gavin.

"Kenapa tubuh ku tidak bereaksi disaat gairah ku sudah memuncak? sialan...!" Gavin mengacak rambut nya frustasi.

Madam Eli bergegas menemui Gavin dan menanyakan apa alasan nya namun Gavin tidak menjawab apa pun. Meski begitu, Gavin tetap memberikan bonus kepada madam Eli.

Pada akhirnya Gavin memutuskan untuk pulang dan berendam di air hangat. Gavin tidak tinggal di rumah utama milik orang tua nya melainkan di sebuah mansion pribadi milik nya. Gavin tinggal seorang diri dengan di temani oleh beberapa pelayan di mansion nya. Gavin tidak tinggal di rumah utama karena pria itu tidak suka di atur oleh Daddy nya yang kata Gavin sangat cerewet itu.

Lagi-lagi, ingatan Gavin kembali terbayang dengan leher jenjang milik gadis yang ia lihat tadi. Gavin mulai penasaran, entah kenapa bayangan Linnie membuat hati nya tenang. Gavin kemudian membilas tubuhnya,pria itu langsung merebahkan diri namun tetap saja bayangan Linnie selalu datang menghantui nya.

Beralih ke Linnie, gadis yang sudah tertidur lelap itu sedang bermimpi aneh. Seorang pria tampan tiba-tiba datang dalam kehidupan nya dan langsung menyatakan cinta nya. Linnie yang tidak kenal dengan pria itu langsung menolak mentah-mentah. Bahkan Linnie menatap pria itu dengan risih.

Linnie yang terkejut langsung bangun. Gadis itu langsung mengambil air minum karena tenggorokan nya sangat kering. "Menjijikkan,...siapa laki-laki yang ada di dalam mimpi ku itu?" Linnie bergidik ngeri dengan mimpi nya sendiri.

Linnie melirik jam yang menempel di dinding, masih pukul dua malam dan waktu masih sangat panjang. Tubuh yang lelah membuat Linnie kembali tertidur. Untung saja mimpi itu tidak datang dalam mimpi Linnie.

Malam berganti pagi, tidak ada kuliah atau pun semacam nya membuat gadis itu bisa tidur sepuasnya setelah bekerja hingga larut malam. Bahkan jika perut nya lapar jika bangun nanti hanya akan menyeduh mi instan seperti biasanya.

03.Buka Tutup

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Jeff karena sejk tadi Gavin sama sekali tidak fokus pada pekerjaan nya. "Ku lihat sejak tadi wajah mu masam!"

"Aku tidak sampai puncak tadi malam!" sahut pria itu tidak memiliki rasa malu kepada Jeff.

Jeff menurutkan ke dua alis nya bingung, baru kali ini Gavin tidak bisa menuntaskan hasrat seksual nya. "Kenapa? apa gadis itu sudah buka tutup?" tanya nya penasaran.

"Entahlah, setiap kali aku ingin melakukan nya, aku tiba-tiba saja terbayang dengan gadis bersepeda yang keluar dari bar ku tadi malam."

Seketika Jeff tertawa keras saat mendengarkan Gavin. Gadis seperti apa yang mampu merusak hasrat Gavin? bahkan Jeff tidak henti-hentinya tertawa. "Diam kau....!" bentak Gavin membuat Jeff terdiam. "Bilang pada anak buah untuk mencarikan ku dua orang perempuan yang masih bersegel rapi. Antar ke apartemen ku malam ini." perintah Gavin semakin menggila.

Jeff hanya bisa menarik nafas panjang, ingin rasa nya dia menolak namun Gavin selalu saja mengancam diri nya. Leher jenjang itu bagai permata yang selalu menyilaukan otak Gavin, pria itu tidak bisa melupakan nya. Setiap kali Gavin mengingat wajah Linnie, ada sesuatu yang menonjol di bawah sana namun Gavin tidak bisa menuntaskan nya.

"Aaa...aa...brengsek....!" umpat nya sudah tidak tahan.

Pria itu memutuskan untuk pergi ke kamar mandi di dalam ruangan pribadi milik nya. Gavin menuntaskan hasrat nya seorang diri. Lelaki itu sudah hampir gila sekarang, semakin mengingat wajah Linnie semakin Gavin mengerang tidak tahan.

Setelah tuntas, Gavin merapikan diri kemudian kembali ke ruang kerja nya dengan pikiran yang kacau balau. Bahkan Gavin sangat tidak tertarik menatap ke arah Sekretaris nya yang baru saja masuk ke dalam ruangan nya untuk memberitahu jadwal Gavin untuk nanti sore.

Sekretaris itu berusaha menggoda Gavin namun pria itu enggan untuk menoleh ke arah Irene. Bahkan segel Irene sendiri sudah di buka oleh Gavin dengan membayar mahal gadis itu. Meski sudah di bayar mahal oleh Gavin, sebagai seorang perempuan yang pernah tidur dengan Gavin, sudah tentu Irene memiliki perasaan lebih pada pria itu.

Irene keluar dari ruangan Gavin dengan menghentakan kaki nya kesal karena Gavin sama sekali tidak menoleh ke arah nya.Namun, rasa kesal Irene menghilang begitu saja ketika gadis itu mengingat bagaimana hebat nya permainan Gavin di atas ranjang yang bisa membuat diri nya puas bahkan membuat Irene ketagihan.

Siang berganti malam, Jeff sudah menghubungi Gavin jika barang pesanan nya sudah duduk manis di apartemen milik nya. Hasrat yang semula dingin kini kembali memanas. Gavin melajukan mobil nya menuju apartemen yang biasa dia gunakan untuk tidur dengan banyak wanita.

Gavin melepas jas lalu melempar sembarang ketika memasuki apartemen. Melepas jam tangannya juga melonggarkan dasi yang mencekik leher nya seharian. Gavin menuju kamar lalu membuka nya perlahan. Seperti biasa, Gavin tidak menyukai lampu terang ketika sedang bermain. Gavin sangat tidak suka melihat wajah perempuan yang dia tiduri, Gavin bilang itu sangat menjijikan terlebih lagi melihat ekspresi nakal dari mereka.

Melihat kedatangan Gavin, dua gadis yang tidak mengenakan sehelai benang itu langsung bangkit menghampiri Gavin lalu menggoda manja pria itu. Bermain nakal di setiap inci tubuh pria itu agar Gavin lebih bernafsu. Benar saja, Gavin langsung hilang kesadaran dan memangsa ke dua gadis itu dengan sangat ganas. Meraba, mencumbu adalah hal biasa yang di lakukan Gavin sebelum laki-laki itu benar-benar melakukan yang lebih.

Tubuh mulus ke dua gadis itu saling bergesekan demi mendapatkan sensasi yang mereka inginkan. Pada saat Gavin ingin memulai dengan salah satu gadis itu, lagi-lagi bayangan Linnie datang menari-nari di bola mata nya. Gavin langsung menghentikan aktifitas nya, mendorong gadis itu lalu sejenak terdiam.

Tak ada yang membuka suara, gadis yang satu lagi mencoba menggoda Gavin. Pada awalnya, Gavin sangat bernafsu bahkan sangat beringas, namun ketika akan melakukan hal yang lebih dalam lagi Gavin kembali teringat wajah polos Linnie.

Gavin mulai stres, pria itu kemudian memberi perintah kepada dua gadis itu untuk mengenakan pakaian mereka juga memberi mereka cek lalu mengusir ke dua gadis itu. Hasrat Gavin seakan mati jika mengingat Linnie, namun siapa sebenarnya gadis yang Gavin lihat pada malam kemarin.

Sedangkan Linnie saat ini sedang bekerja melayani para tamu dengan mengantar minuman ke sana kemari. Linnie banyak mendapatkan tips malam ini, pada akhirnya madam Eli memperbolehkan gadis itu untuk pulang lebih awal. Meski baru kenal mada Elios selama dua hari, namun wanita itu sangat profesional dengan pekerjaan nya.

Baru saja Linnie pulang, Gavin tiba di bar tersebut. Pria itu memanggil pelayan untuk membawakan nya minuman karena malam ini Gavin ingin membuang jauh bayangan gadis itu. Melihat semua orang berjoget dengan saling meraba satu sama lain sudah hal biasa yang di lihat Gavin.

Tatapan mata beberapa wanita yang berusaha menggoda Gavin membuat pria itu semakin bersikap acuh. Bahkan ada seorang wanita yang memberanikan diri untuk menggoda Gavin. Sebenarnya, tak banyak yang tahu jika Gavin adalah pemilik dari beberapa club juga bar yang ada di kota ini, karena semua nya di jalankan oleh anak buah Gavin.

"Hai tampan,...ingin bermain dengan ku?" tawar wanita yang umur nya lebih tua dua tahun dari Gavin.

Gavin terkekeh geli, "Sepertinya kau sudah tua. Kemungkinan kau sering buka tutup." Gavin berkata dengan mengejek wanita itu.

"Meski aku sudah buka tutup, tapi aku bisa menjamin permainan yang akan memuaskan mu." sahut nya sedikit membanggakan diri.

"Sayang sekali aku tidak tertarik. Perempuan buka tutup seperti mu sudah banyak di luar sana bahkan sangat gampang untuk mendapatkan nya." kata-kata Gavin seperti hinaan untuk wanita itu.

Wanita itu berdiri, lalu menunjuk wajah Gavin. "Jika tidak mau ku layani, setidaknya jangan menghina ku. Kami yang seperti ini masih memiliki harga diri." kata nya dengan suara yang terdengar melengking di telinga Gavin.

Gavin tertawa mendengar kata harga diri yang di ucapan wanita itu. "Menjual diri berarti tidak punya harga diri...!" sekali lagi, Gavin merendahkan wanita itu.

"Setidak nya kami masih memiliki harga diri sebagai seorang pelacur. Pria akan membeli kami lalu menuntaskan nafsu sesaat mereka. Kami akan di pakai sekali pakai lalu di bayar. Dari pada menjadi pelakor yang hanya bisa merebut suami orang, ayah dari anak orang juga kebahagiaan orang lain dengan sengaja merusak nya. Bahkan mereka hanya mengandalkan rasa cinta dan rasa nyaman sebagai alasan. Takdir Tuhan sebagai alasan yang kuat. Menurut mu, mana yang lebih tidak memiliki harga diri?" tanya wanita itu emosi.

Gavin terdiam, apa yang di katakan wanita ini ada benarnya juga. Tanpa menunggu jawaban dari Gavin, wanita itu memutuskan untuk pergi. Untung saja tidak banyak orang yang mendengarkan perdebatan mereka karena Gavin duduk di tempat pribadi milik nya yang selalu kosong.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!