Mentari terik kala waktu menunjukkan pukul 13.30 selalu menyemangatiku untuk melajukan motorku sesegera mungkin sampai di meja makan. Perutku terlalu lapar untuk dibiarkan kosong berlama-lama.
Aaaahh ... aku sudah membayangkan nasi hangat berkawan urap dan kerupuk kesukaanku.
Alangkah nikmatnya!
Tiba-tiba mataku tak sengaja menatap makhluk tampan yang melintas dari arah lawanku. Entah kenapa lelaki itu melihatku seolah mengenalku namun tak lantas menyapaku.
"Siapa dia?" pikirku selintas dan mengabaikannya.
*****
Esok, keesokan hari dan setelahnya kejadian seperti kemarin itu berulang kembali. Sekali kuabaikan, namun lama-lama tak bisa kubiarkan. Dan entah kenapa aku mulai ketagihan untuk sekedar menikmati tatapannya yang lembut misterius itu. Hatiku terus bertanya siapa dia, namun tak jua kutemukan jawabnya.
Aku ... Rosalia ...
Seorang gadis yang biasanya cuek dengan cowok tampan, entah kenapa kali ini begitu penasaran dengan makhluk tampan satu ini. Dia tak sekedar tampan, namun tatapannya lembut dan senyumnya yang tipis itu ternyata mampu menggodaku.
"Sa, melamun?" tegur Dion yang mengagetkanku.
"Ah lo Di, ini lagi mikirin skripsiku," jawabku terbata karena mencari alasan.
"Kapan sidang?" tanyanya sambil menyodorkan sebotol minuman dingin.
Dan kami pun larut dalam pembicaraan yang berkutat dengan skripsiku yang tinggal menunggu jadwal sidang. Sejenak aku bisa melupakan siapa makhluk tampan itu karena disampingku juga sudah ada makhluk yang tak kalah menawan.
Dion Wijaya ...
Lelaki yang setia menjaga cintanya untukku semenjak SMP meskipun tak pernah aku membalasnya. Aku merasa memang aku terlalu kejam, namun aku juga tak bisa memaksakan perasaanku kepadanya.
*****
Jika kalian bertanya mengapa aku terus bersamanya meskipun aku tahu dia mencintaiku dan aku tak punya cinta untuknya.
Jika kalian terus menduga-duga atas jawabnya, marilah aku kenalkan siapa itu "DION WIJAYA".
Dia lelaki yang punya cinta dan tak punya waktu lebih untuk menghapus cintanya meski cintanya tak terbalas. Ia hanya punya waktu untuk berjuang dan akan terus berjuang untuk meraih hati sang pemilik cintanya.
Yaaa ... begitulah dia. Seharusnya aku beruntung mendapatkan perhatian darinya. Perhatian selama 10 tahun. Woww ... dan aku juga tak habis pikir bagaimana dia bisa bertahan selama itu.
"Dion ... Dion ... seharusnya kamu bahagia," gumamku.
"Aku sedang berjuang untuk bahagia," ucapnya yang mengagetkanku.
Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman yang entah apa artinya.
"Jadi, kapan kamu akan menjadi sumber bahagiaku?"
Dia mulai menampilkan mimik serius. Pandangannya tak lepas sedetikpun dari manik mataku.Tangannya menggenggam tanganku dengan lembut.
"Sa, belum yakinkah kamu jika aku bisa membahagiakanmu? Beri aku kesempatan sekali saja. Jika selama 3 bulan aku tak mampu membuatmu jatuh cinta padaku, maka aku akan rela jika kita hanya bisa sebatas sahabat selamanya,"
"Di ...," panggilku terjeda lama, bingung mau menjawab apa dengan todongan tembakan Dion kali ini.
Entah ini kali keberapa dia menyatakan cintanya padaku. Dan entah sudah berapa kali aku mengacuhkannya. Dan akankah kali ini aku menolak "rasanya" lagi?
"Sa, 3 bulan saja," pinta Dion dalam keseriusan yang nilainya tak terukur alat lagi saking seriusnya.
Aku hanya bisa menunduk.
"Ku tunggu jawabnya besok sehabis makan siang ya!" jelasnya sembari menyentuh
rambutku lantas pergi dan menghilang dari pandanganku yang memaku kelu.
Yang kuingat hanya seulas senyum darinya yang aku yakin itu adalah senyum harapan dan kekalutan yang mendalam.
Aku ... Rosalia ...
Seperti apa sih aku?
Hingga mampu menawan cinta seorang Dion Wijaya. Seorang atlet sepakbola sejak SMP, yang pasti dengan mudah mendapatkan cinta gadis yang diinginkannya.
Apakah aku cantik?
Ehmmmm .... rasanya masih banyak yang lebih cantik dariku.
Tinggi semampai?
Kalau ukuran tinggi semampai itu model, aku tuh gak ada apa- apanyalah. 158 cm itu tinggi yang nanggung. Dibilang tinggi tapi gak masuk kriteria daftar modeling, kalau dibilang pendek, gak juga sih.
Jadi ya segitulah postur aku tu.
Putih?
Yaa ... kalau orang bilang sih aku "Manisnya Indonesia. Apalagi kalau aku tersenyum, gigi gingsulku melengkapi kemanisanku, yang sudah identik dengan wajah bulat berpipi chubby. Kriteria putri indonesia banget pokoknya, meskipun kulit aku gak seexotics Anggun C. Sasmi.
Walaupun sekarang yang lagi in itu cewek yang putih kayak artis artis korea, but aku bangga dengan anugerah yang kumiliki. Aku emang narsis, narsisku itu berbanding lurus dengan rasa syukurku. Jadi itulah sumber ceriaku, senyumku yang bisa membuat segelintir makhluk tampan jatuh hati padaku.
Yaa .... termasuk Dion Wijaya, yang tak bisa menghempaskan diri dari pesonaku. Aahhh .... narsisku dah OD kayaknya nih.
"Sa, senyum-senyum sendiri aja, baru jadian ya?" tembak Tria yang mengingatkanku tentang Dion tadi siang.
"Tria, Dion nembak aku lagi, gimana cara nolaknya?"
"Kasih kesempatanlah Sa, lagian selama ini kamu juga gak punya pacar," vonis Tria yang aku benarkan keakuratannya.
"Aku gak suka sama dia," tegasku sambil mengacak rambutku sendiri.
"Nih dengerin!" Tria memutar lagu tangga, "Kesempatan Kedua" dari HPnya.
###
*Sungguh ku sesali
Nyata cintamu kasih
Tak sempat terbaca hatiku
Malah terabai olehku
Lelah ku sembunyi
Tutupi maksud hati
Yang justru hidup karenamu
dan bisa mati tanpamu
Andai saja aku masih punya kesempatan kedua
Pasti akan kuhapuskan lukamu
Menjagamu, memberimu
Segenap cinta
Ku sadari tak selayaknya
Selalu penuh kecewa
Kau lebih pantas bahagia
Bahagia karena cintaku
Andai saja aku masih punya kesempatan kedua
Pasti akan ku hapuskan lukamu
Menjagamu, memberimu
Segenap cinta
Kau bawa bersamamu
Sebelah hatiku, separuh jiwaku
Yang*...
###
Aku seperti tersihir, diam mematung dengerin lagu itu dan setelah lagu itu berakhir, aku tersadar kembali. Seolah gambaran gambaran kisah lagu itu menjelma dalam wujudku.Tak mau ambil pusing, akupun lantas pergi tanpa kata.
"Jangan sampai kamu nyesel nanti, jangan sampai cinta datang terlambat Sa," teriak Tria yang samar samar memekakkan telingaku.
*****
Malam masih mengintip malu-malu. Namun Tria sudah berlari kecil sembari memutar badan, mencari sesosok makhluk yang terus saja menuntutnya untuk segera datang menemuinya.
"Tria," lambai tangan seseorang mencoba bertarung dengan suara untuk membantu Tria menemukan apa yang ia cari.
"Ada apa sih?" pertanyaan Tria setelah duduk di depan cowok yang melambaikan tangan padanya.
"Gimana Rosa?"
Sudah bisa menebak kan siapa dia? Kalau Rosa yang jadi menu utama pembicaraannya, maka dipastikan dia adalah Dion.
"Maaf Dion, aku udah ngeyakinin dia. Tapi, kamu sendiri kan tahu gimana Rosa. Dia keras kepala kalau urusan hati. Susah maksa dia buat jatuh cinta. Tapi aku doain semoga besok kamu beruntung."
"Rosa ... Rosa ... kamu bisa ngerasain gak sih, kalau peraaan aku ke kamu itu gak main-main. Aku bener-bener sayang sama kamu." gumam Dion yang terdengar samar di telinga Tria.
"Selamat berjuang wahai pejuang hati. Bukan Dion namanya, kalau nyerah dengan kebatuan hati Rosa!" Tria menyemangati.
Tria PoV
Rosa itu pintar ... pintar dengan hatinya. Bisa mengkondisikan dengan siapa ia ingin jatuh cinta. Tapi aku mengecap dia bodoh tentang Dion. Kekeras kepalaannya itu, menjadikan ia tak bisa melihat betapa tulus Dion mencintainya.
10 tahun itu, bukan waktu yang sebentar untuk mempertahankan rasa. Jika aku Dion, sudah ku pastikan aku sudah hengkang ke hati yang lain sejak dulu. Dion juga sih, gak bisa move on. Pilih 1,2,3 cewek lain kan bisa. Dia juga buta, banyak cewek ngantri nawarin cinta tapi ia hanya fokus pada Rosa ... Rosa ... dan Rosa.
Aku sebagai sahabat kalian hanya bisa geram sendiri. Sebegitukah cinta itu?
Bisa membolak-balikkan sesuatu yang semestinya bisa diterima nalar manusia.
Rosa ....
Aku mengenalnya semenjak kami masih piyik,TK. Dan kalian harus tau, dari dia sekecil itu, dia sudah punya pengagum-pengagum cilik yang berusaha mendekatinya dengan berbagai modus. Bikin dia nangis karena nyembunyiin tasnyalah, berebut duduk di bangku sebelahnyalah, bahkan ada yang gak mau beranjak nungguin dia di make up untuk acara karnaval.
Woww ... emejing banget kan.
Itu masih Tk kawan, belum lagi pas SD.
Belum lagi teman teman ngajinya, teman SMPnya, teman diluar, ahh pokoknya dah pada jadi bucinnya Rosa. Dan bucin yang paling ekstrem ya si Dion itu. Dion Wijaya, kapten sepakbola yang tampan itu. Elaahhh gue kebagian apa coba?
Dion....
Jika kalian familiar sama Nadeo Argawinata, si kiper ganteng liga 1, maka kalian bisa menghayalkan kegantengan Dion itu kayak gimana. Mirip-mirip tapi Dion itu Nadeo versi indonesianya, secara Nadeo kan ada bule-bulenya gitu.
Tinggi, proporsional, rapi dan selalu wangi.
Perfect gak sih dia sebagai idola.
Sssstttt ... sebenarnya naluriku sebagai wanita pun juga tak sanggup bohong kalau dia itu emang mempesona banget.
Tapi aku tetap bingung, bagaimana bisa Rosa sama sekali tak tertawan pesonanya Dion.
Hmmmmmm ....
"Kenapa aku harus meracau gak jelas tentang 2 makhluk aneh itu," aku berbincang dengan diriku sendiri.
"Uring-uringan mulu, lagi PMS bu?" Rio ikut nimbrung.
"Siapa ya? kepo banget," Tria sok gak kenal.
"Amnesia juga ni bocah, gue yang terkenal gini sampek gak dikenali," timpal Rio.
"Bodo," ucap Tria ketus.
"Tria, kondisiin temen lo dong. Gue gak mau Dion bunuh diri kalau sampek ditolak lagi," Rio menghela nafas yang begitu dalam.
"Kalau gue bisa, dah dari dulu mereka jadian Yo," Tria ikut menghela nafas.
"Menurut lo, kenapa Rosa gak suka sama Dion,Tri?" selidik Rio.
"Itu dia, gue juga belum tau sampe sekarang. Rosa gak pernah ngasih alasan kenapa dia gak suka sama Dion. Dia bilang cinta itu tanpa alasan. Ditolak atau diterima itu urusan hati, jadi gak ada alasannya. Bingung kan lo?" Tria menjelaskan panjang lebar.
"Bener-bener berat nih cobaannya Dion. Salah apa dia dimasa lalu sampek takdir mempertemukan dengan cinta yang menyengsarakan begini," gumam Rio.
"Lo pikir dia reinkarnasi? Itu si Dion cinta mati ma Rosa karena apa sih?" Tria ingin tau.
"Cinta pada pandangan pertama katanya. Lo percaya?" tanya Rio.
"Masih ada gitu zaman sekarang cinta model begitu? Yo, lo sendiri sebagai cowok suka gak sama cewek kayak Rosa?" Tria malah balik bertanya.
"Cowok normal pasti suka sama dialah. Dia itu gak sekedar cantik, tapi pinter dan berattitude.Tapi sayang, dia gak peka soal cinta," nilai Rio.
" Hmmm ... berat berarti kasus Dion nih," Rio kembali menggumam.
"Aaaahhh ... kalian bisa membuatku gila kalau begini.Ya Tuhan ... sadarkan mereka akan perasaan cinta mereka. Buat mereka bahagia, entah bagaimana caraMu mewujudkannya." doa Tria yang kemudia diamini oleh Rio.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!