NovelToon NovelToon

Melintasi Dunia

I - Shelter (Karen)

Konon lima ribu tahun yang lalu orang-orang membangun sebuah shelter untuk berlindung. Mereka mengklaim bahwa dunia di luar shelter itu berbahaya. Jadi, kami dilarang untuk keluar dari tempat ini.

Namaku Karen. Aku lahir dan dibesarkan di shelter ini tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya ada di luar sana.

Sebenarnya sekitar seribu tahun yang lalu, aku dan seluruh generasi penerus shelter dilatih dengan ketat. Kami diasah menjadi seorang tentara yang nantinya akan dikirim keluar untuk melakukan ekspedisi. Sayangnya, nilaiku tidak pernah bagus sehingga ketika pemilihan personel tiba, aku tidak lolos seleksi dan gagal untuk masuk ke dalam pasukan ekspedisi.

Ketika regu yang terdiri dari satu peleton --30 orang-- memulai ekspedisi ke dunia luar, aku melepas kepergian mereka dengan penuh rasa iri dan frustrasi. Jujur saat itu aku benar-benar kesal. Kesempatanku untuk melihat dunia luar harus tertunda sampai diadakan seleksi selanjutnya. Namun, selang beberapa waktu setelah regu ekspedisi meninggalkan shelter, sesuatu yang aneh menimpa tempat ini.

Satu-persatu pengungsi jatuh sakit dan meninggal tidak lama setelahnya. Pada awalnya kami yang panik mengira bahwa telah terjadi wabah hingga melakukan tindakan karantina. Akan tetapi, seluruh obat yang telah susah payah kami kembangkan tidak ada yang berguna.

Aku masih ingat dengan jelas kepanikan dan kerusuhan yang terjadi saat itu. Suasananya benar-benar mencekam.

Belakangan kami tahu bahwa inti planet sedang mengalami perubahan kutub magnet dan menyebabkan radiasi tingkat tinggi yang bahkan sanggup menembus shelter. Siapa pun yang terpapar cukup lama akan mengalami gagal organ dan mati mengenaskan.

Menyadari hal ini, semua orang mulai fokus dalam membangun kapsul perlindungan untuk melindungi kami dari radiasi. Jadi, selama dua tahun kami berusaha sekuat tenaga memproduksi ribuan kapsul yang cukup untuk menampung seluruh pengungsi di dalam shelter. Tentu saja, selama dua tahun itu banyak sekali orang yang berjatuhan dan mati mendadak.

Hal terakhir yang aku ingat adalah kami memasuki kapsul hampir bersamaan dan melakukan proses krionika atau biasa kami sebut sebagai hibernasi jangka panjang.

Hari ini sudah seribu tahun berlalu semenjak kami terlelap dalam kapsul. Aku telah bangun sebulan sebelumnya dan sedang memeriksa setiap kapsul yang ada untuk membangkitkan semua orang.

"Radiasi sudah stabil. Mungkin posisi kutub magnet sudah berbalik sekarang." Aku bergumam sekadar untuk menghibur diri sendiri yang kesepian.

Di hadapanku terbaring seorang lelaki paruh baya di dalam kapsul nomor 993. Aku memperhatikannya dengan penuh harap, memandang layar status yang sama sekali tak memunculkan apa pun. Kubuka kapsul itu secara paksa dan memegang leher lelaki paruh baya di dalamnya.

"Dingin. Tapi jelas bukan dingin yang ekstrim."

Proses krionika menggunakan nitrogen cair untuk membekukan seluruh sel tubuh agar metabolisme berhenti. Jadi, seharusnya orang ini berada pada suhu dingin yang ekstrim. Namun, sama halnya dengan kapsul lain, tubuhnya hanya sedingin mayat.

Aku menghela napas, merasa kecewa dengan satu-satunya harapanku.

"Apa ini yang terakhir?" Aku memandang kamera pengawas yang mengarah padaku.

Shelter memiliki program AI yang terintregrasi dengan seluruh sistem elektronik di tempat ini. Dialah yang mengendalikan semuanya selama kami melakukan proses krionika.

"Benar. Semua kapsul telah diperiksa dan sebanyak 99,9998% rusak. Anda adalah satu-satunya yang berhasil dihidupkan kembali pasca perubahan kutub."

Kenapa semuanya jadi begini? Kupikir melihat orangtuaku terbujur kaku di dalam kapsul adalah mimpi buruk, ternyata hal itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan fakta bahwa aku satu-satunya penghuni di shelter ini.

"Bagaimana itu bisa rusak?"

"Kita membuatnya terlalu terburu-buru. Bahkan uji coba hanya dilakukan dua kali tanpa prosedur yang tepat. Wajar jika semuanya mati."

"Jangan bilang itu wajar, AI sialan! Dan tidak semuanya mati, aku di sini masih hidup!"

Kekesalanku memuncak saat mendengar ocehanya yang bernada santai seakan hal ini bukan apa-apa.

"Yah~ syukurlah kalau ada yang masih hidup. Sebagai kompensasi atas kelalaian saya dalam menyelamatkan pengungsi lain, saya akan memberikan otoritas penuh pada Anda. Hak akses Anda kini ditingkatkan hingga level administrator."

"Hee~ apa aku harus bahagia mendengarnya?"

"Tentu saja tidak. Energi shelter ini sebentar lagi akan habis. Hidrogen di luar shelter juga sudah tipis. Sumber air tidak dapat saya jangkau. Kalau terus seperti ini, saya akan kehabisan energi dan Anda pasti akan ikut menyusul mereka yang terbaring di kapsul."

Sialan! Keadaanku sekarang benar-benar keterlaluan. Bagaimana mungkin aku bisa mengalami semua mimpi buruk ini sendirian?

"Lalu bagaimana caraku untuk mendapatkan bahan bakar?"

"Sebenarnya sangat sederhana. Anda hanya perlu mengisi satu kilometer kubik air ke dalam tangki bahan bakar dan saya akan bertahan untuk waktu satu tahun. Dalam mode hemat tentunya."

"Memangnya kau tidak bisa menggunakan air yang ada?"

"Saya tidak mengira Anda akan sebodoh ini. Jika saya menggunakan air yang tersisa, Anda akan mati kehausan."

Ugh ... mesin sialan ini mengejekku lagi.

"Kalau begitu, dari mana aku harus mendapatkan air?"

"Di luar sana ada sesuatu yang disebut laut. Tempat itu adalah hamparan luas yang dipenuhi dengan air dan garam."

"Penuh dengan garam?!"

"Apa Anda tidak tahu? Di luar sana laut adalah sekumpulan air yang sangat asin sampai-sampai Anda tak dapat meminumnya."

Itu mustahil, 'kan? Selama ini garam adalah barang yang cukup langka. Sama halnya dengan daging hewani dan sayuran segar, pembeliannya sangat dibatasi untuk setiap pengungsi. Kalau saja aku bisa menambang garam, aku pasti akan kaya!

"Asal Anda tahu, menambang garam sekarang tidak ada gunanya. Tak ada yang akan membelinya karena Anda satu-satunya orang selamat di shelter."

Kuhh ... kenapa mesin bodoh ini suka sekali menghancurkan imajinasi bahagiaku? Lagipula bagaimana kau bisa tahu isi kepalaku?!

"Saya akan menyiapkan satu mecha untuk membantu Anda menjelajah keluar dan sebuah senjata api. Anda juga akan dilengkapi dengan teleporter dan komunikator nirkabel."

Dia tiba-tiba membahas sesuatu yang tidak terduga. Terus terang aku agak kaget mendengarnya.

"Tunggu dulu. Aku memang dilatih untuk ekspedisi, tetapi aku tak lulus dalam seleksi. Masih belum ada izin untukku keluar dari shelter."

"Siapa yang peduli? Lagipula saya yang mengeluarkan izin. Kenapa harus repot-repot lulus seleksi?"

Ah, benar juga. Mendengar dia bicara membuatku mengingat sesuatu.

"Bagaimana keadaan tim ekspedisi yang berangkat keluar?"

Sebenarnya dalam dua tahun saat kami membangun kapsul krionik, sudah ada dua seleksi yang diadakan untuk membentuk tim baru. Namun, seperti biasa, nilaiku sama buruknya dengan seleksi pertama.

Tim ekspedisi juga mengatakan bahwa dunia luar cukup aman. Bahkan ada peradaban primitif di luar sana dan kami bisa melakukan perdagangan dengan mereka. Aku penasaran apakah orang-orang itu selamat dan mati karena usia tua.

"Mereka lepas kontak sebulan setelah kalian memasuki kapsul. Kemungkinan lapisan ozon rusak karena kutub magnet yang kacau dan radiasi kosmik menghanguskan kehidupan daratan. Hidrogen bahkan sulit didapat sekarang."

"Dan kau mau mengirimku ke neraka seperti itu?!"

"Jangan khawatir, saya melakukan eksperimen selama Anda tidur dan memodifikasi tubuh Anda dengan hasil yang memuaskan."

"Apa-apaan itu?!" Aku reflek memeluk tubuhku sendiri.

"Radiasi kutub sudah tak akan memengaruhi Anda. Sedikit radiasi kosmik tidak apa-apa, tetapi Anda akan hangus jika suhunya ekstrim. Kemampuan Anda dalam beradaptasi juga sudah meningkat pesat. Intinya Anda akan aman menjelajahi dunia luar."

"Itu ... mengerikan. Sekarang aku adalah mutan."

"Sama-sama."

"Aku tidak sedang memuji!"

Aku berjalan memasuki gudang militer dan menghubungkan salah satu kabel yang terpasang dengan sebuah komputer ke dalam lubang elektronik pergelangan tanganku. Seketika itu juga pandanganku dipenuhi dengan tulisan-tulisan virtual yang menunjukan berbagai macam menu.

"Armor Eksoskeleton, Cyborg, dan Mobile Fortress? Aku tidak pernah melihat ini sebelumnya."

"Itu adalah hak untuk jendral militer. Anda sekarang memiliki hak administrator. Jadi, semua fitur ditampilkan."

"Kalau begitu aku ingin menggunakan eksoskeleton dan membawa lima cyborg."

"Anda ingin daya saya habis dalam sekali jalan? Saya kekurangan daya, Anda ingat?"

Ah, sial. Padahal aku sudah sangat bersemangat dan ingin mencoba alat-alat keren ini. Terserahlah, saat bahan bakar kudapatkan, aku pastikan bahwa diriku akan memakai semua kemewahan ini dan menghancurkan dunia!

"Jadi, apa yang bisa kau siapkan?"

"Mecha tipe T-13 satu unit, senapan anti-tank, dan senapan mesin ringan bertenaga mesiu."

"Apa-apaan dengan peralatan kuno itu?!"

"Tidak ada pilihan lain. Kita harus berhemat."

Hahh~

Aku menghela napas malas seraya memilih barang yang dia sebutkan barusan dari tampilan menu virtual yang ada di hadapanku.

Beberapa saat kemudian kesadaranku mulai terbagi, aku bisa melihat ruangan lain yang berbeda jauh dengan tempatku sekarang. Lalu, aku mulai melangkah ke depan, tetapi tubuhku sama sekali tidak bergerak. Walaupun begitu, penglihatanku yang lain terus mendekat ke arah pintu baja.

Salah satu pintu gudang mulai terbuka dengan suara berdecit mengganggu. Bola mata kiriku menatap ke arah pintu itu sementara bola mata kananku tetap fokus pada tampilan virtual di hadapanku.

Dari balik pintu, sebuah robot setinggi dua meter berwarna hitam mulai berjalan mendekatiku. Dia membawa senjata raksasa di salah satu tangannya.

Penglihatanku dari kesadaran yang terbelah kini menatap sosok gadis kecil yang terhubung dengan komputer. Saat aku melakukan pengamatan dan menggunakan fitur zoom, aku dapat melihat bola mata kiri dan kanannya terpisah fokus. Ya, itu adalah diriku sendiri.

Aku bisa membagi kesadaranku sampai lima tempat dan setiap bola mata dapat mengamati tempat yang berbeda. Hal ini membuatku sanggup melihat ke sepuluh tempat berbeda dalam satu waktu dan memproses semua informasi dari penglihatan itu. Sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang luar biasa mengingat orang-orang berbakat kadang sanggup menangani hingga 20 kesadaran sekaligus. Namun, tetap saja aku cukup beruntung bisa menguasainya walau hanya lima kesadaran.

Robot lain kini mulai berjalan memasuki ruangan setelah aku selesai memilih perlengkapan dan mencabut kabel penghubung. Dia membawa sepasang sarung tangan teleporter yang terintegrasi dengan perisai thermal, senapan mesin ringan kuno, komunikator nirkabel, kain hijau yang terbuat dari primorial karbon, dan pistol kecil kuno sebagai senjata cadangan.

"Semoga Anda bisa kembali dengan selamat." Robot itu tidak dikendalikan olehku, melainkan oleh AI bedebah yang sejak tadi mengoceh.

Aku memakai semua perlengkapan yang dia berikan dan menggerakan tangan kiri T-13 yang kukendalikan untuk menjadi tempat duduk. Memang tidak terlalu nyaman duduk di telapak tangan robot raksasa, tetapi aku terlalu malas untuk berjalan kaki.

Dengan ini perjalananku di luar shelter akan segera dimulai.

\=\=\=\=\=\=\=

Note :

Pada saat AI mengatakan "senapan mesin ringan", itu merujuk pada semua senapan yang dapat menembak secara terus-menerus dan dapat dipindahkan. Sederhananya, Pistol Mitraliur (Sub-machine Gun); Senapan Serbu (Assault Rifle); dan Senapan Mesin Ringan (Light Machine Gun) akan disebut sebagai "senapan mesin ringan kuno" oleh Karen dan AI.

II - Shelter (Karen)

Aku sedang duduk di telapak tangan sebuah robot raksasa, menunggu lift yang kunaiki untuk membukakan pintu.

Ternyata selama ini shelter berada jauh di bawah tanah. Aku penasaran bagaimana para pendiri membuat shelter yang terkubur sangat dalam ini.

Sebenarnya aku bisa saja keluar dari shelter dengan menggunakan teleporter. Namun, AI mengatakan bahwa teleporter-ku hanya dapat dipakai satu kali, jadi aku tidak bisa menggunakannya dengan sembarangan. Jika aku menggunakannya sekarang, maka aku harus mengangkut satu kilometer kubik air secara manual. Betapa merepotkannya itu.

Saat aku masih jatuh ke dalam lamunanku, pintu lift mulai terbuka. Aku langsung tersadar dan menatap ke arah depan, melihat sebuah ruangan polos yang sempit. Perlahan, aku mengendalikan T-13 untuk berjalan keluar dari lift.

"Apakah ini bunker yang sering disombongkan Annie saat dia pulang dari ekspedisi?"

Bola mata kiriku menangkap pintu logam yang ada pada dinding sebelah kiri. Jadi, aku menggerakan T-13 untuk ke sana dan menekan tombol dengan tampilan simbol pembuka pintu.

Seketika itu juga pintu mulai terbuka, mengantarkanku menuju dunia luar untuk pertama kalinya.

Langit berwarna oranye terpampang begitu luas, seakan tidak pernah ada ujungnya. Tanah berkerikil dan pohon-pohon yang lapuk sejauh mata memandang seperti menyatu dengan langit di ujung cakrawala. Udara hangat dan angin berdebu menerpa wajahku begitu aku keluar dari bunker.

"Sungguh pemandangan yang ... mengerikan." Aku menghela napas.

"Mari coba lihat bagaimana keadaan tempat ini."

Aku fokus kepada penglihatan T-13 yang sedang melakukan proses scanning, lalu melihat semua detail yang terpampang.

"Tingkat radiasi sekitar tiga belas persen. Kelihatannya kehidupan mikroskopik masih ada dan tumbuhan paku juga cukup banyak. Namun, pohon sama sekali tidak ada. Apakah karena lingkungannya yang tidak cocok ataukah karena memang belum berevolusi?"

Saat aku bergumam, kesadaranku menggerakan T-13 untuk berjalan.

"Suhunya cukup hangat, tetapi tekanan atmosfer kurang tinggi. Oksigen dan nitrogen mudah ditemui. Lalu kenapa hidrogen tidak ada? Apakah gravitasi planet ini melemah?

"Apakah tumbuhan bisa hidup? Ataukah kami harus melakukan terraforming? Kadar karbon dioksida juga kelihatannya normal walaupun agak tinggi dari yang seharusnya."

Pemandanganku masih tetap hamparan tanah kering yang ditumbuhi oleh rumput kecil dan pohon-pohon lapuk berlumut. Sama sekali tidak ada bentuk kehidupan sempurna selain diriku. Terserahlah, lagipula tujuanku adalah laut.

T-13 mulai menggunakan daya pendorong untuk bergerak lebih cepat, mengikuti peta virtual yang ditinggalkan oleh tim ekspedisi seribu tahun lalu.

Saat kami menjelajah semakin jauh, T-13 tiba-tiba mendeteksi segerombolan bentuk kehidupan. Tentu saja aku sangat senang dengan kenyataan ini. Mereka bisa saja masyarakat peradaban di dunia ini yang sering dibicarakan orang-orang. Jika memang begitu, aku bisa meminta bantuan kepada mereka.

Tidak tahan dengan kegembiraan yang kurasakan, kupaksa T-13 untuk melesat lebih cepat dari sebelumnya.

"Ada! Itu mereka! Mereka ada di sana!"

Aku melihat sekitar sepuluh orang dengan warna kulit merah gelap. Mereka sangat berototot dan hanya menggunakan kain kumal untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Selain itu, semuanya membawa tongkat logam yang kelihatannya seperti tombak kuno.

Oh, oh ... betapa primitifnya~

Aku menghentikan T-13 tepat beberapa meter dari mereka. Hal ini membuat semuanya terkejut dan langsung waspada ke arahku. Ah, tidak kusangka aku akan bertemu makhluk hidup.

"Salam makhluk rendahan dengan otak tidak sempurna. Namaku Karen."

Ketika aku mencoba untuk berkomunikasi, mereka malah semakin waspada dan mengangkat tombak mereka tinggi-tinggi.

Ah, aku melupakannya. Harusnya ada paket bahasa yang telah disiapkan oleh AI. Aku fokus pada sarung tangan kananku dan memusatkan pikiran pada perintah instalasi paket bahasa. Namun, bukannya terinstal, hal mengejutkan malah terjadi.

[Gagal menginstal bahasa. Spesies di hadapan Anda adalah makhluk tanpa kecerdasan.]

"Eh? Apa maksudny--"

Saat semua pikiranku tertuju pada masalah yang sedang kualami, sebuah tombak tiba-tiba melesat dan mengenai bahu kiri T-13. Salah satu dari mereka pasti melempar tombak ke arahku. Parahnya lagi, lemparan mereka benar-benar kuat.

Sialan, semuanya kacau!

"Tu-tunggu sebentar!"

Dua buah tombak melesat lagi. Aku langsung mengaktifkan perisai thermal untuk melelehkannya, tetapi sebagian kecil tombak itu masih dapat lolos dari radiasi perisaiku. Untungnya, tidak ada yang mengenaiku dan T-13.

"Sialan! Kau yang memintanya duluan!"

Aku turun dari T-13 dan menembaki mereka dengan senapan mesin ringan kuno yang kubawa. Aku juga membuat T-13 menembaki mereka dengan senapan anti-tank yang dia miliki. Kami berdua menghujani kesepuluh spesies bodoh itu hingga mereka roboh.

"Apa-apaan itu tadi?"

Aku mengganti magazine miliku dan T-13 dengan yang baru. Kemudian, melalui mata T-13, aku melakukan pemeriksaan kepada mayat mereka.

"Yiks. Kekuatan mereka bahkan setara dengan T-13 dan kulitnya tebal. Kelihatannya senapanku tidak begitu efektif, untung saja aku membawa senapan anti-tank."

Ketika aku masih memeriksanya, sebuah tombak tiba-tiba meluncur dari langit dan menancap tak jauh dari posisiku. Aku terkejut dan langsung memeriksa area sekitar menggunakan T-13. Saat itulah pandanganku melebar seakan tak percaya dengan apa yang kulihat.

Tempat ini sudah dikepung. Mereka mungkin berjumlah lebih dari dua ratus. Aku tidak punya waktu lagi. Sekarang lebih baik mundur dan kembali ke shelter terlebih dahulu.

Saat aku bersiap untuk mundur, langit oranye tiba-tiba dipenuhi oleh bintik-bintik kecil. Tak butuh waktu lama sampai aku menyadari suatu bahaya.

"Sialan, itu tombak!"

Menggunakan perisai thermal tidak akan berguna. Menghindarinya juga tidak mungkin. Tidak ada pilihan lain selain mengorbankannya!

Aku merunduk di tanah dan T-13 merunduk di atasku. Tubuhnya yang kokoh kujadikan garis pertahanan terakhirku sementara aku mengaktifkan perisai thermal untuk melindungi kami.

Hujan tombak menghantam daerah kami secara terus-menerus seakan tidak pernah habis. Jumlah musuh juga sudah meningkat berkali-kali lipat dan dengan cepat mendekati posisi kami.

Bagaimana bisa aku terpojok di tempat seperti ini? Andai saja ada armor eksoskeleton, mereka pasti akan kugoreng dalam sekali jalan. Ah ... AI sialan itu tidak mengatakan apa pun tentang ini. Jika aku berhasil pulang, aku akan memintanya untuk bertanggung jawab!

Perisaiku tidak sanggup menahan semua tombak sehingga beberapa berhasil menembusnya dan melubangi tubuh T-13. Aku juga sempat terkena saat tombak-tombak itu menembus tubuh T-13, tetapi berkat pakaian primorial karbon, aku tidak tergores.

Kalau begini terus, aku akan mati. Aku enggan menggunakannya, tapi tidak ada pilihan lain. Lebih baik sekarang atau tidak sama sekali!

Aku fokus pada sarung tanganku dan mengaktifkan fitur teleport. Kumasukan kordinat dari shelter yang susah payah aku hapalkan selama pelatihan militer dan bersiap untuk melakukan lompatan ruang. Akan tetapi, hal buruk kembali terjadi.

Sumber tenaga T-13 terkena serangan. Hal ini mengakibatkan kebocoran daya yang langsung menyengat tubuhku.  Aku menjerit kesakitan, berusaha menjauhkan diriku dari T-13. Sayangnya, sengatan listrik arus bolak-balik membuat semua ototku tegang dan sulit untuk bergerak. Jadi, dengan putus asa aku mengaktifkan teleport dengan harapan bisa lepas dari sengatan yang menyakitkan ini.

III - Earth (Karen)

Aku jatuh terjerembab menghantam tanah. Semua ototku terasa sangat sakit dan sulit bagiku untuk bergerak. Tubuhku masih tertimpa oleh T-13, tetapi arus listriknya sudah berhenti. Aku juga tak bisa mengendalikannya lagi, dia mungkin sudah rusak.

Kesadaranku mulai memudar saat aku mencoba untuk berdiri. Terserahlah, aku yakin AI akan menolongku sebentar lagi.

Ketika aku membuka mata setelah kehilangan kesadaran, aku mulai menyingkirkan T-13 dengan seluruh kekuatanku dan duduk di tanah. Tubuhku masih terasa sakit, tetapi sudah lebih baik daripada sebelumnya.

Pandanganku beralih ke sekitar dan sangat terkejut dengan apa yang kulihat. Kedua bola mataku menatap terpisah ke berbagai arah, berusaha meyakinkan diriku dengan apa yang sedang kulihat sekarang.

"Po-pohon!" Aku menunjuk salah satu pohon besar di hadapanku. "Pohon, pohon, dan pohon. Ada banyak sekali pohon dan sangat besar juga!"

Apakah aku sedang bermimpi? Apakah ini dunia setelah kematian?

Aku melihat begitu banyak pohon dan rumput di sekitarku. Bahkan ada sangat banyak suara asing yang kuyakin bahwa itu adalah suara serangga.

Mustahil ini adalah kenyataan. Bahkan di shelter sekalipun tidak ada tempat seperti ini. Pohon yang banyak dan serangga itu mustahil.

Aku menghabiskan dua jam hanya untuk melihat pohon dan serangga yang hinggap pada daun-daunnya. Udaranya yang segar juga sedikit membantuku untuk tenang. Jadi, sepertinya tidak masalah jika aku berbaring di sini untuk istirahat.

Saat aku membaringkan tubuhku, langit biru cerah mengintip dari celah-celah daun, seolah berusaha memberi tahuku sesuatu yang sangat penting.

"Tu-tunggu dulu! Langit biru? Sejak kapan langit berwarna biru?"

Menurut tim ekspedisi, langit selalu berwarna oranye di siang hari dan menjadi hitam saat malam tiba. Sementara itu, saat pagi atau sore, langit akan berwarna merah.

"Kalau begitu, apakah mereka berbohong tentang langit?"

Aku mulai bangkit. Kali ini aku memaksakan diri untuk berjalan menyusuri hutan ini.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk mencapai ujung hutan. Kelihatannya aku hanya berada sedikit ke dalam dari pintu masuk hutan. Saat aku melangkah keluar, apa yang kulihat selanjutnya bahkan membuatku tercengang.

Penglihatanku dipenuhi dengan air yang tidak ada habisnya. Saking luasnya hamparan air di hadapanku, ujung cakrawala terlihat menyatu dengan langit.

Aku berlari, menginjak pasir halus yang basah dan berusaha mencapai air. Kemudian, ragu-ragu aku meraihnya sedikit dengan tanganku dan mencicipinya.

"Asin! Sangat asin! Tidak salah lagi, ini adalah laut!"

Ahh, ahh. Aku ada di laut! Luar biasa! Ini pemandangan terbaik yang pernah kulihat!

"Dengan ini aku bisa membawanya ke shelter dan ... "

Aku menghentikan ucapanku saat menyadari sesuatu.

"Bagaimana caraku kembali? Teleporter tak bisa dipakai dan aku bahkan tidak rahu ini di mana. Belum lagi spesies aneh berbahaya itu."

Saat aku kebingungan dengan apa yang harus kulakukan, tiba-tiba aku baru saja mengingat sesuatu.

"Ah, bukankah AI memberikan komunikator padaku? Kenapa aku bisa lupa."

Penggunaan fitur komunikator jenis nirkabel itu sangat mudah. Alatnya kecil dan ringan, juga sudah terpasang di salah satu pergelangan tanganku. Jadi, aku hanya perlu fokus pada fiturnya dan melakukan panggilan melalui pikiranku. Kurasa lebih cocok disebut telepati daripada melakukan panggilan.

Bidang penglihatanku dipenuhi dengan layar virtual berwarna hijau. Jika aku berhasil terhubung, layar ini akan menampilkan tempat dimana si penerima panggilan berada. Akan tetapi, selama apa pun aku menunggu, layar tidak berubah sedikit pun.

"Gagal terhubung? Bagaimana mungkin? Bukankah shelter telah memetakan seluruh planet dan mengatakan bahwa jangkauan sinyal telah ditingkatkan sampai dapat menjangkau semua daratan?"

Ah, benar-benar tidak berguna.

Aku duduk diam di atas pasir, memandangi lautan dimana matahari mulai tenggelam. Langit kini berwarna oranye dan semakin redup seiring berlalunya waktu. Akhirnya warna langit menjadi lebih familier dibanding dengan langit biru aneh tadi.

Udaranya semakin dingin dan angin juga jauh lebih kencang. Mungkin lebih baik aku bermalam di dalam hutan dan menyalakan api untuk sementara. Semoga juga ada sesuatu yang dapat kumakan di sini.

Aku berdiri dan berbalik untuk kembali memasuki hutan. Namun, saat aku memandangi langit di atas hutan, aku sangat terkejut melihatnya.

"Bulan, itu bulan, 'kan?"

Kudengar dari para tim ekspedisi, selain ada matahari dan bintang, ada benda langit lain yang disebut bulan. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan ini.

"Kenapa hanya ada satu? Dan warnanya putih?"

Jumlah bulan adalah tiga, ini merupakan pengetahuan umum di antara para pengungsi. Warnanya juga seharusnya merah terang karena atmosfer yang kotor. Lalu, kenapa hanya ada satu dan berwarna putih?

Kemungkinan paling logis adalah bahwa atmosfer planet sudah mulai bersih dalam kurun waktu seribu tahun terakhir. Hal ini juga menjelaskan kenapa langit bisa berwarna biru. Namun, itu tidak masuk akal mengingat sebelumnya aku sudah mengkonfirmasi dengan mata kepalaku sendiri bahwa planet ini masih tetap sama.

Kalau begitu, hal kedua yang bisa aku pikirkan hanyalah ...

Aku buru-buru mengaktifkan komunikatorku lagi dan berusaha menangkap segala jenis bentuk gelombang. Tepat ketika aku melakukannya, ribuan suara aneh memenuhi kepalaku.

"A-apa ini?! Suara makhluk hidup? Apakah ini bahasa? Kalau begitu, bisakah ini berfungsi?"

Aku mengaktifkan paket bahasa dan menaruh banyak harapan ke dalamnya. Semoga saja penilaianku benar dan paket bahasa dapat berfungsi dengan baik.

[Paket bahasa telah terinstal. Anda menguasai 7.000 bahasa.]

"Ba-banyak sekali?!"

Untung saja kapasitas memori otak kami sudah ditingkatkan berkat evolusi ribuan tahun selama hidup di shelter. Kalau kapasitasku masih sama seperti nenek moyang, mungkin kepalaku sekarang sudah meledak. Benar-benar berbahaya.

Baiklah, mari coba fokus pada salah satu suara saja.

[Proses terraforming Planet Mars berjalan baik. Sampai sekarang telah dikonfirmasi bahwa ada tujuh jenis serangga dan tiga jenis tumbuhan paku yang berhasil beradaptasi dengan lingkungan Mars tanpa bantuan dari Bumi.]

Terraforming? Apakah planet ini rusak? Bukankah masih baik-baik saja? Kenapa mereka repot-repot mengubah planet kalau planet mereka masih baik-baik saja?

Tunggu dulu, bukan itu yang aku cari!

Aku membagi kesadaranku hingga maksimum dan menjelajahi semua basis data yang bisa aku masuki. Perlahan aku mulai mengerti tentang peradaban dunia ini, para penghuninya, wilayah-wilayah, tingkat teknologi, dan yang paling penting, aku berhasil masuk dan mengendalikan alat-alat yang aku butuhkan untuk mengkonfirmasi situasiku.

Dari apa yang aku lihat melalui teleskop di luar planet dan basis data astronomi, aku tahu bahwa tempat ini bukanlah planetku. Walaupun begitu, aku juga tidak tahu ini ada di mana.

Teleporter seharusnya tak bisa mengirimku ke tempat yang sangat jauh seperti planet lain dalam tata surya yang sama. Apalagi sampai di tempat dimana sistem bintang kami berbeda.

Kami memang lebih maju dalam bidang teknologi tertentu, tapi kuakui ilmu astronomi mereka lebih maju. Yah, mungkin karena kami hidup di shelter sehingga ilmu pengetahuan mengenai ruang hampa tidak begitu didalami.

Baiklah, lebih baik aku hentikan komunikator ini dan memeriksa teleporter milikku.

Awalnya kupikir tidak akan berguna memeriksa teleporter karena AI mengatakan bahwa energi yang tersimpan hanya cukup untuk sekali jalan. Namun, kalau aku terlempar sampai jauh sekali seperti ini, harusnya memeriksa teleporter menjadi fokus utamaku.

Ketika aku mengaktifkannya, kolom kordinat menunjukan kode yang aneh. Padahal sebelumnya aku mengisi kolom itu dengan kordinat shelter.

Untuk berjaga-jaga, mari simpan kordinat ini terlebih dahulu di dalam fitur penyimpanan. Kemudian, kucoba mengganti kordinat itu dengan kordinat shelter dan mengaktifkan lompatan ruang.

[Energi tidak cukup. Butuh 5% untuk mencapai tempat tujuan. Energi saat ini adalah 1%]

Ah ... sudah kuduga akan menjadi seperti ini. Namun, aku sama sekali tidak khawatir karena kandungan hidrogen di planet ini sangat banyak! Bahkan laut berada tepat di hadapanku!

Jika aku membongkar T-13 dan membuat alat konversi sederhana dari tubuhnya, aku pasti bisa mengisi teleporter ini. Bahkan membawa air laut kembali bersamaku tidak akan menjadi masalah.

Akhirnya kesempatanku untuk menggunakan armor eksoskeleton sudah berada di depan mata.

Fuhahahahah ...

Aku tertawa puas seraya berjalan kembali memasuki hutan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!