Aku dan Mas Bima saling berpandangan di tepi ranjang. Ini adalah malam pertamaku, harusnya jadi malam yang indah bagi pengantin baru sepertiku. Namun, nyatanya suasana sangat canggung. Bagaimana nggak canggung, dari bayi aku mengenal pria di sampingku ini sebagai kakak sepupu. Nyatanya takdir justru menyatukan kami sebagai suami istri.
Takdir memang selucu itu.
"Kok diem aja sih? Ngomong apa kek gitu. Pillow talk kayak artis-artis gitu." Mas Bima membuka obrolan.
"Gue bingung mau obrolin apa. Masih nggak percaya aja sekarang kita suami istri."
"Iya ya. Takdir selucu itu. Aku sendiri aja nggak nyangka bisa jatuh cinta sama kamu. Eh, kamu kenapa mau nerima lamaranku?"
Aku berpikir keras. "Apa ya? Mungkin rasa nyaman kali ya. Dari bayi kita sudah bersama. Mas Bima baiknya masyaallah. Belum tentu aku bisa nemuin pria sebaik Mas Bima di cowok lain. Kata Ustaz, nggak boleh ada alasan menolak lelaki saleh dan baik akhlaknya."
Mas Bima tersipu malu. "Masa sih aku kayak gitu?"
"Mas Bima sendiri kenapa malah melamarku?"
"Nggak tau. Khilaf. Mungkin cewek lain nggak ada yang selangka kamu."
Aku memanyunkan bibir seraya melempar bantal ke arahnya. "Ih, dasar nyebelin."
Mas Bima dengan sigap menangkap bantal dariku. "Eits, nggak kena. Weee. Udah ah. Yuk, kita sunah Rasul."
Pipiku memerah. "Kita ngapain?" tanyaku polos.
Mas Bima mendekatkan wajahnya hendak mencium bibirku. Tiba-tiba ...
Kringggg!
Nada dering telepon di Whatsapp bergema.
"Aduh, siapa sih yang nelepon? Ganggu malam pertama aja," gerutuku.
"Makanya kalau malam tuh HP dimatikan aja. Tapi coba angkat dulu, siapa tau penting," usul Mas Bima.
Dengan agak malas aku coba meraih ponselku. Ternyata dari Keyzia. Salah satu sahabatku di Genk Sosialita. Genk ini terbentuk sejak kuliah semester akhir. Personelnya ada: Felisia, Keyzia, Nindya Maharani, dan aku sendiri. Keyzia dan Nindy itu teman sekolahnya Felisia, aku dikenalkan olehnya. Ternyata asyik juga sahabatan sama mereka.
Jadi dinamakan Genk Sosialita, karena dulu kami berharap suatu hari kami akan jadi wanita-wanita sosialita. Alhamdulillah, sekarang sudah terwujud.
Keyzia, jadi sutradara ternama. Gayanya beuh heboh dan selalu mengenakan produk branded. Syahrini lewat.
Nindya, berkarier di luar negeri. Jadi pembicara seminar-seminar motivator.
Felisia, sekarang penulis novel. Otw terbit novelnya. Dia juga meneruskan bisnis kafe kopi milik bokapnya sekalian partneran dengan Mas Bima. Aku mengenalnya sudah sejak kecil. Sayang, nggak pernah satu sekolah. Dia di sekolah Kristen, sedangkan aku di sekolah Islam. Kami dekat lagi sejak Felis berpartner sama Mas Bima.
"Kenapa Key nelepon malam-malam? Lu nggak ngelonin laki gitu?" candaku.
Kezia juga baru aja nikah. Sekitar seminggu lalu.
"Ris, lu dah tau belum kalau Felis meninggal dunia?"
"Hah? Masa sih? Tadi di nikahan gue Felis bahagia dan nampak nggak ada masalah kok. Tau darimana lu? Gue sahabat terdekatnya kok nggak tau?"
"Tadi dia live IG. Terus dia bunuh diri online."
"Serius lu? Gue matiin dulu ya. Gue mau liat IG."
Sambungan telepon dengan Keyzia sengaja aku putus. Aku beralih buka IG. Ternyata sudah heboh di akun berita-berita. Tagline 'Gempar! Perempuan Inisial FC Bunuh Diri Online, Penyebabnya karena Patah Hati!'
Nggak lupa akun tersebut foto atau video Felis yang bunuh diri. Namun, diblur.
Aku menutup mulut tak percaya apa yang aku lihat. Aku menggeleng serta menyakinkan diri bahwa foto terpampang di akun berita ini, pasti bukan Felis sahabatku. Setahuku Felis nggak pernah patah jatuh cinta dengan siapa pun.
Aku beralih ke Whatsapp ternyata banyak chat. Mereka semua mengabari berita duka tentang Felis. Chat teratas dari Nadila. Dia mengirim record siaran langsung Felis yang bunuh diri.
Nindy juga mengirimkan chat.
Ris, lu kan sahabat yang paling deket sama Felis, Felis kok bisa bunuh diri? Dia ada masalah apa?
Nindya, juga mengirimkan link berita tentang Felis.
Ini serius Felis sahabat kita, kan?
Air mataku keluar deras dengan sendirinya. Hatiku sungguh terpukul. Mereka lebih dulu tahu dibanding aku sahabat terdekatnya Felis.
Mas Bima bingung. Dia langsung memelukku erat. "Loh, kamu kenapa? Kok tiba-tiba nangis?"
"OMG, bener kata Keyzia. Mas, kita harus ke rumah Felis sekarang."
Mas Bima menaikkan satu alisnya. "Emang kenapa sih? Panik banget."
"Felis meninggal dunia."
"Innalillahiwainnailaihi rojiun. Why?"
"Aku juga nggak tau penyebab pastinya. Makanya ayo ke rumah Felis sekarang!"
"Oke, aku ganti baju dulu."
Tok … Tok … Tok
Aku juga mau ganti baju. Baru saja aku memakai blezeer dan setelan serba hitam, terdengar ketukan pintu.
"Bentar."
Aku membuka pintu kamar. Ternyata Mama.
"Sayang, kamu sudah tau tentang Felis?"
"Sudah, Ma. Ini aku mau siap-siap ke rumah Felis."
"Ya udah kita bareng aja."
***
Sesampai di rumah Felis, ternyata Felis sudah dimakamkan di sebelah rumahnya. Aku langsung ke sana. Sudah ada Genk Sosialita berdiri dekat makam Felis.
Felisia Cyntami
Binti
Atmawijaya
Lahir : 17 Agustus 1993
Wafat : 1 Januari 2022
Aku menangis sejati-jadinya usai memandangi batu nisan di depanku ini. Bertahun-tahun sahabatan, endingnya malah melihat kuburannya.
"Fel, lu kok ninggalin gue secepat ini? Lu ada masalah apa sih? Kok nggak pernah cerita sama gue? Hiks .. Hiks… Hiks," ujarku tersedu.
Keyzia menyentuh pundakku. "Sabar ya, Ris. Mungkin emang sudah takdirnya."
"Iya, takdir emang susah ditebak," sahut Nindya.
"Andai gue tau Felis mau pergi, gue nggak bakal nolak kemarin diajakin ke mal sama dia." Keyzia menimpali.
"Di antara kalian ada yang pernah dicurhatin Felis nggak?"
Semua personel Genk Sosialita, menggeleng cepat. "Gue pikir lo yang selama ini jadi tempat curhat Felis. Secara lo yang lebih lama sahabatan sama Felis, sejak SD," sahut Nindya.
Aku emang sahabatan dari SD, tapi dari SD-SMA nggak pernah satu sekolah. Felis disekolahkan orang tuanya di sekolah Kristen. Sedangkan aku, sekolah Islam.
"Gue malah baru tau setelah dikabari Keyzia. Sama sekali nggak liat live IG-nya. Kan kalian tau gue abis nikahan."
Tiba-tiba di antara kami muncul tiga orang pria berjaket kulit.
"Permisi, selamat siang. Kami dari Detektif Tiga Serangkai yang menangani kasus Saudari Felis. Kalian siapanya Saudari Felis?"
"Iya, Pak. Kami sahabat Felis. Ada apa ya? Penyebab Felis bunuh diri apa?"
"Kami sendiri belum tau penyebab pasti Saudari Felis bunuh diri. Maka dari itu, kami ingin berbicara empat mata dengan kalian satu per satu. Bisa?"
Detik ini juga firasatku langsung nggak enak.
***
Detektif Tiga Serangkai memutuskan introgasi aku duluan. Karena aku yang paling dekat dengan Felis.
"Saudari Risma, boleh diceritakan perjalanan kisah Anda sampai proses pertemanan dengan Saudari Felis?"
Aku mengernyit heran. "Emang penting banget ya gue mesti cerita perjalanan hidup ke kalian?"
Aku berani memaka katai 'gue' ke detektif depanku ini karena aku pikir kami seumuran.
"Tentu. Sekecil apa pun keterangan Anda, membantu penyelidikan."
Aku menghela napas berat. "Oke, gue cerita. Tapi, dari pas nikahan Keyzia aja ya. Soalnya kalau dari SMA introgasi nggak kelar-kelar."
"Terserah dari mana aja."
"Jadi gini ceritanya …"
Risma Nabila.
Yang akan melangsungkan pernikahan :
Keyzia Anastasya
Binti Gibran Alexander
Dengan
Rasya Affandi
Bin Revando
Pernikahan Dilangsungkan Pada :
Hari, Tanggal : Minggu, 1 Maret 2015
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Gedung Puspo Nugroho Kartotiyasan Solo Jawa Tengah.
Mataku berkaca-kaca melihat undangan Keyzia Anastasya. Dia itu sahabatku kuliah. Perasaanku campur aduk, antara bahagia dan sedih. Bahagia karena akhirnya dia menemukan pasangan yang tepat setelah 20 kali gonta-ganti pacar, sedangkan sedihnya karena dia nikah mendahului aku. Dulu aku dan dia jajan sama-sama, bolos sama-sama, sakit sama-sama bahkan pernah ke toilet sama-sama. Harusnya sama-sama sukses dulu baru deh sama-sama nikah.
Semua teman-temanku waktu dulu sekarang sudah pada berumah tangga. Aku kapan ya nyusul mereka? Ah, andai cowok itu tidak pergi meninggalkanku pasti aku yang lebih dulu menikah daripada mereka.
Cowok yang kumaksud adalah Bastian Yoel Permana. Dia memiliki senyum termanis di antara semua cowok di sekolah SMA-ku dulu. Aku dan dia pernah menjalin cinta selama 11 bulan, sebelum dia pergi ke London untuk melanjutkan kuliah di sana.
Bastian Yoel Permana bisa dibilang cinta pertama dan terakhirku. Buktinya setelah enam tahun pisah, aku masih belum bisa moveon darinya. Takkan ada cowok yang bisa mengantikan posisinya di hatiku.
“Woy, kok lo malah melamun sih begitu liat undangan dari Keyzia?” suara cempreng Felisia Cyntami membuyarkan seluruh lamunanku. Ah, aku baru ingat ternyata di antara teman-teman yang belum nikah bukan cuma aku aja, tapi Felis juga belum nikah. Iya sih dia belum nikah, dia sudah bertunangan jadi sebentar lagi dia bakal nikah juga.
“Nah kan, gue nanya nggak dijawab. Lo kenapa sih? Kayaknya sedih gitu liat undangan Keyzia, jangan-jangan lakinya Keyzia itu cowok yang lo suka?” tanya Felis bertubi-tubi. Felis itu kalau sudah bertanya, pertanyaannya bakal panjang kayak rel kereta api.
“Gue lagi bingung aja ntar gue ke nikahan Keyzia sama siapa? Masa sendirian? Lo kan tahu teman-teman kita dulu dah pada nikah, pasti mereka datang ke sana sama suami masing-masing. Bisa-bisa ntar gue jadi santapan empuk mereka dikepoin yang aneh-aneh.”
“Dikepoin kapan nyusul maksud lo?”
Aku mengangguk pasti. “Yes, this right.”
“Kalau soal itu mah gampang, lo cari gebetan baru. Ntar lo datang ke nikahan Keyzia sama gebetan baru lo itu, jadi saat lo ditanya kapan nyusul, lo tinggal jawab In Sha Allah nggak akan lama lagi, doain aja agar cinta kami sampai ke pelaminan.”
Mataku berbinar-binar mendengar ide dari Felis. “Ide lo benar-benar cemerlang. Bantuin gue dong cariin gebetan sementara buat diajakin ke nikahan Keyzia.”
“Kenapa cari gebetan sementara? Kenapa nggak sekalian cari suami, umur lo kan udah 28? Terus sampai kapan gitu dia lo jadiin gebetan sementara?”
“Sampai Bastian Yoel Permana pulang ke Indonesia. Gue yakin kok bentar lagi dia pasti pulang ke Indonesia. Gimana lo mau nggak cariin gue gebetan sementara?”
“Daripada lo pusing nyari gebetan sementara, mendingan gue aja deh yang jadi gebetan sementara lo. Gue rela kok, selamanya juga boleh.” Terdengar suara bass cowok dari sebelah kiriku. Aku menoleh ke samping kiri. Ternyata Mas Arya Bima berdiri tegap di depan pintu. Huh, datang-datang langsung nyamber aja pembicaraan kami.
Wuih, dia ngajuin diri sebagai gebetan sementaraku? Jika diperhatikan dengan saksama, Mas Bima masuk banget sama criteria cowok idamanku. Dia putih, tinggi, cakep, alisnya tebal, smart, pintar main gitar dan pastinya sixpack. Namun, sayangnya dia kakak sepupuku.
Ntar yang ada teman-teman pada bisik-bisik tetangga bilang kek gini, “Ih, Risma kayak gak ada cowok lain aja sepupu sendiri dijadiin pacar.” Aku geleng-geleng kepala, hal itu tak boleh terjadi.
“Ogah gue, lo jadi gebetan sementara. Yang ada bakal digolok Om Raihan kalau jadiin lo sebagai gebetan sementara gue.”
Mungkin kedengarannya kurang sopan sih berbicara sama kakak sepupu make gue-lo, aku melakukan hal itu tentunya atas permintaan Mas Bima sendiri. Kata Mas Bima biar lebih akrab dan tak canggung. Lagipula umurku dan mas Bima tak beda jauh, Mas Bima hanya beda 1 tahun saja dengan umurku. Oh ya Om Raihan itu bapaknya Mas Bima yang ditakdirkan menjadi adik bapakku.
“Bapak pasti merestui hubungan kita kok. Bapak kan sayang banget sama lo.”
“Tetap, No. Felis gimana lo mau kan cariin gue gebetan sementara?” Aku mengulang pertanyaan ke Felis.
“Tentu aja gue mau. Apa sih yang nggak buat lo? Lo kan sahabat terbaik gue. Nah, sekarang lo sebutin tipe idaman lo biar gue gampang nyariin cowok yang pas buat lo.”
“Bentar…” Aku mengingat-ingat karakter fisik dan sifat Bastian dulu. Aku ingin gebetan sementara itu memiliki karakter fisik dan sifat yang sama persis dengan karakter fisik Bastian. “Tinggi, alisnya tebal, pakai kacamata tipis, bahunya lebar, kulitnya kuning langsat, senyum super manis, perhatian, cuek, bisa main gitar, bisa nyanyi lagu romantis, pendiem dan pastinya sayang banget sama mamanya.”
Ntahlah dari zaman SMA, aku sukanya sama cowok yang sayang banget sama mamanya. Kata orang jika cowok sayang banget sama mamanya, maka dia akan memperlakukan ceweknya dengan baik dan tak akan menyakiti hati cewek.
Felis terlihat geleng-geleng kepala. “Buset, banyak banget tipe cowok idaman lo. Tapi lo tenang aja gue pasti bisa nemuin cowok yang sesuai sama tipe cowok idaman lo.”
“Thanks ya, Felis. Lo emang sahabat gue yang paling bisa diandalan.”
Pertama-tama Felis mencoba mendownload aplikasi kencan. Lalu dia membuatkan akun atas nama Risma Nabila. Dia juga memilihkan foto tercantik Nabila. Nggak sampai lima menit, akunnya sudah jadi.
Ajaib, langsung banyak chat dari cowok-cowok.
"Ris, coba deh liat. Gue dah bikinin akun di aplikasi kencan buat lo. Nih, langsung banyak cowok-cowok ganteng yang chat lo. Lo tinggal pilih nih, suka yang mana?"
Mataku melotot. Bisa-bisanya membuatkan akun aplikasi kencan tanpa persetujuanku terlebih dahulu. Yang kutahu aplikasi kencan itu banyak penipunya. Kalau ganteng, bolehlah dibicarakan baik-baik.
Aku mengambil tablet Felis. Melihat-lihat foto cowok. Seketika mataku langsung mengantuk. Nggak ada satu pun yang bikin aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Nggak ah. Males. Nggak ada yang secakep Bastian."
"Ya jelaslah. Karena lo belum move on. Please deh, lo mulai buka hati untuk pria lain. Lagian buat sementara doang."
"Males. Lo aja deh yang pilihin cowok buat gue. Gue pasrah aja. Toh, cuma buat kondangan Keyzia doang."
Felis mulai scroll dan memilih cowok yang cocok untukku. Aku tinggal tunggu kabar darinya aja.
Risma Nabila.
“Ngapain lo bawa gue ke tempat ini?” tanyaku heran.
Daritadi muter-muter melewati pasar Klewer, Matahari Singosaren, Pasar Beteng eh Felis malah membawaku ke kantor Walikota Solo. Aku mengenyitkan dahi ketika mengamati di sekelilingku. Sebenarnya ada acara apa sih di kantor Walikota jadi banyak orang kayak gini? Mana di depan mataku tertulis AUDISI PENCARIAN GEBETAN SEMENTARA. Siapa coba yang adain audisi kayak gini? Berbagai pertanyaan berkecamuk di otakku.
“Lo kemarin minta gue cariin gebetan sementara kan? Inilah cara gue nyariin lo gebetan sementara.”
Mataku membulat. “Jadi audisi ini lo yang ngadain buat gue?”
Felis malah nyengir kuda. “Gimana keren kan ide gue?”
Aku langsung menepuk jidat. “Ya, ampun Felis. Kok lo nggak ngasih tau gue dulu kalau lo mau buka audisi kayak gini? Gue malu tau. Ditaruh dimana coba muka gue kalau sampe teman-teman kita dulu tau gue buka audisi biar dapet gebetan sementara?”
Aku menarik napas sejenak. "Bukannya lo kemarin cariin gue gebetan di aplikasi kencan?"
“Lo tenang aja, mereka nggak akan tahu tentang hal ini. Udah deh jangan bawel, nikahan Keyzia tinggal tiga hari lagi jadi inilah cara yang tepat dapet gebetan sementara dalam waktu yang cepat. Soalnya aplikasi kencan, cowoknya nggak ada yang bener. Banyak mesum. Hii.” Felis bergidik ngeri.
Tanpa banyak cincong, Felis tiba-tiba menarik tanganku memasuki gedung walikota ini. Sekarang aku hanya bisa pasrah dengan ide Felis ini.
Langkahku dan Felis terhenti tepat di depan 3 kursi dan 1 meja panjang. Di atas meja itu tertulis MEJA JURI. Aku garuk-garuk kepala, “Kursi juri ada 3. Yang jadi jurinya gue, lo terus satunya lagi siapa?” tanyaku ke Felis.
Tiba-tiba Mas Bima muncul. “Ya gue lah juri satunya lagi. Gue harus terlibat dalam penyeleksian audisi gebetan sementara ini, gue nggak mau adik sepupu gue dapetin gebetan yang salah.”
“Ya, udah yuk kita duduk sekarang biar audisi bisa langsung dimulai,” sahut Felis.
Ya udah deh, aku menurut saja dengan apa yang dikatakan Felis. Aku memilih duduk di kursi tengah. Sedangkan kursi sebelah kananku diduduki oleh Felis dan kursi sebelah kiriku diduduki oleh Mas Bima.
Begitu kami bertiga duduk di kursi juri, Felis meraih microfon yang ada di depannya. “Oke, mulai detik ini audisi dibuka. Silakan buat peserta pertama maju ke sini!” Suara Felis menggema di ruangan ini.
Muncullah seorang pria sekitar umur 26 tahun. Aku langsung menelan ludah ketika memandangi pria itu dari ujung kaki ke ujung kepala. Karakter fisiknya bukan tipeku banget. Pria itu memiliki karakter fisik tinggi, kulitnya hitam, alisnya tipis lebih parah lagi penampilannya itu loh kayak orang gembel. Pria itu hanya mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang yang lusuh dan celana jeans robek-robek.
“Oke, silakan perkenalkan dirimu!” Kali ini Mas Bima yang berbicara memakai microfon.
“Perkenalkan nama kulo Andi Prasetyo. Kulo sampun menduda selama 1 tahun. Rumah kulo di…”
“Aku merebut microfon yang dipegang Mas Bima. “ Oke, cukup. Peserta berikutnya silakan maju.” Aku memotong perkataan pria yang di depanku ini, yang artinya pria itu tidak lolos dalam gebetan sementaraku.
Detik demi detik terus berlalu, tanpa terasa sudah dua jam aku menyeleksi pria-pria di audisi ini. Sampai detik ini sudah ada 100 orang pria yang maju memperkenalkan diri, namun di antara mereka tak ada satupun yang sesuai tipe idamanku. Walaupun status hanya gebetan sementara tetap saja aku tak bisa menjadikan pria sebagai gebetan sementara jika tak sesuai tipe idamanku.
“Felis, sebelum lo buka audisi ini lo ngasih tau ke orang-orang tentang tipe idaman gue nggak sih?” tanyaku berbisik di telinga Felis.
“Iya, udah.” Tak berapa lama Felis mengeluarkan selembr kertas HVS dari tasnya, lalu dia menyerahkan kertas itu kepadaku. “Nih, lo baca sendiri pengumuman audisi ini.”
Kamu, seorang cowok sudah berumur 25-30 tapi belum menemukan jodoh? Padahal dah ngebet banget pengen segera nikah. Jika itu masalahmu, don’t worry. Aku, Felis Linanda akan membuka audisi pencarian gebetan sementara buat sahabatku yang namanya Risma Nabilla.
Risma Nabilla adalah putri Kraton Solo. Cowok yang bakal dipilih Risma jadi gebetan sementara maka cowok itu bakal dikasih uang satu juta rupiah setiap bulannya. Nah, sekarang yuk simak tipe idamannya Risma :
Tipe idaman Risma berdasarkan fisik :
Tinggi
Alisnya tebal
Pakai kacamata tipis
Bahunya lebar,
Kulitnya kuning langsat
Memiliki senyum super manis
Tipe idalam Risma berdasarkan sifat :
Perhatian
Cuek
Smart
Imannya kuat
Bisa main gitar,
Bisa nyanyi lagi romantic,
Pastinya sayang banget sama mamanya
Aku mengepalkan tangan, asli gatel banget tangan ini pengen jitak kepala Felis. Bisa-bisanya dia bikin pengumuman seperti ini. Masa dia bilang aku putri Kraton Solo? Padahalkan aku lahir di Jakarta, Cuma numpang tinggal di Solo aja sih itupun karena nenek, ibunya bapak asli Solo.
Pantas saja cowok-cowok yang datang ke audisi ini semua tak ada yang sesuai dengan tipe idaman. Mereka mengincar uang sejuta perbulan jadi mereka tidak membaca tipe idamanku yang tertulis di kertas.
“Halo, semua juri. Audisinya masih terbuka kan? Maaf saya terlambat.” Terdengar suara pria sangat familiar di telingaku. Suara pria itu berhasil membuatku mengurungkan niat untuk menjitak kepala Felis. Mungkinkah pemilik suara itu adalah orang yang aku cintai selama 8 tahun ini?
Untuk memastikan benar atau tidaknya dugaanku, aku pun mendongakkan kepala ingin melihat sendiri siapa sih pemilik suara itu? Seketika mataku tak berkedip ketika melihat pria yang ada di depan mataku. Berulang kali aku mengerjap-ngerjap mata namun hasilnya tetap sama. Orang yang ada di depan mataku adalah Bastian Yoel Permana. Oh my god, dia kembali.
“K-kamu Bastian Yoel Permana yang asli kan?” tanyaku gugup.
“Alhamdulillah, kamu masih ingat aku. Ya, tentu saja aku Bastian yang asli. Hey, apa kabar? Boleh nggak aku ikut audisi pencarian gebetan sementara ini?”
“Tentu saja boleh.”
Aku kembali berbicara di microfon, “Perhatian buat semua yang ada di sini, audisi pencarian gebetan sementara mulai detik ini saya tutup. Karena saya telah berhasil menemukannya, dia adalah Bastian Yoel Permana.”
Aku yang tadinya sebel mampus dengan audisi ini dan ingin menjitak kepala Felis, sepertinya sekarang aku harus berterima kasih padanya. Karena audisi ini bisa kembali mempertemukanku dengan orang yang sangat-sangat aku cintai.
“Bastian Yoel Permana, selamat datang lagi dalam hidupku,” batinku senang.
Cinta kan membawamu kembali di sini
Menuai rindu
Membasuh perih
Bawa serta dirimu
Dirimu yang dulu
Mencintaiku apa adanya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!