Di meja makan kini ada sepasang suami istri yang sedang menikmati sarapan paginya.Wanita itu sederhana namun terlihat sangat cantik.Tangan putihnya lihai mengisi piring suaminya dengan menu favorite suaminya itu.
Tidak banyak menu yang tersaji di meja makan itu, hanya terlihat beberapa sandwich, nasi goreng, telur dadar,beberapa potong ayam goreng.Sebagai pelengkapnya ada jus jeruk dan air putih.
" Segini cukup Mas ?" Tanya Luna, dia tau suaminya itu mood makannya tidak bisa di tebak. Terkadang minta di ambilkan banyak dan terkadang hanya minta sedikit saja.
" Cukup sayang." Jawab Rama cuek, pandangan matanya tidak terlepas dari gawai hitam miliknya. Sejak memasuki ruang makan tangan Rama sibuk mengotak-ngatik ponselnya.
"Sudah Mas..Ayo sarapan dulu, nanti Mas bisa terlambat.Bukankah hari ini ada rapat ?" Luna menyeritkan dahinya melihat suaminya masih sibuk dengan ponselnya,dan bahkan sejak tadi tidak memperhatikan dirinya bicara.
Rama meletakan ponselnya di meja makan. Dan memulai menyuapkan sesendok nasi goreng yang baru saja di berikan istrinya.
" Nanti malam kita ke rumah Mama..Bersiaplah jam 7, sepulang kantor aku akan menjemputmu." Rama memberitau istrinya, dengan buru-buru menghabiskan nasi goreng di piringnya.
Deg---
" Mas.." lirih Luna menatap suaminya. Entah mengapa saat mendengar nama mertuanya hatinya berdebar.Dia takut kunjungannya akan berahir tidak baik seperti sebelumnya.
Ya !! Rama Anggoro adalah suami Luna. Dia sangat mencintai suaminya begitu juga sebaliknya.Mereka sepasang kekasih saat masih di bangku SMA,saat tamat SMA Rama melanjutkan kuliah di Amerika,hubungan Luna dan Rama belum berahir saat itu. Kepergian Rama membuat Luna sangat terkejut, berat hati melepas Rama.
Namun Luna hanya pasrah dan mendukung kekasihnya untuk melanjutkan pendidikan di Amerika. Karna bagaimana pun Rama adalah putra pertama dari Keluarga Anggoro dan tentu saja Rama yang akan meneruskan bisnis keluarga Anggoro.Rama harapan terbesar keluarganya, mengingat adik Rama adalah seorang wanita.
Rama meminta Luna menunggunya hingga dia menyelesaikan pendidikannya dan kembali, setelah itu maka Rama akan segera menikahi Luna. Mengirim Rama ke Amerika bukan hanya karna ingin melanjutkan pendidikanya namun ada motif tersembunyi yang di sembunyikan kedua orang tua Rama.Salah satunya untuk mengirim jauh anak tercinta mereka dari kekasihnya.Sejak awal mereka tidak merestui hubungan Rama dan Luna.Mereka berfikir jika derajat mereka berbeda sangat jauh, bagaimana bisa menantu keluarga Anggoro hanya dari kalangan biasa saja.
Namun siapa sangka saat Rama kembali, justru Rama melamar dan menikahi Luna. Selain karna cinta,Rama tidak tega melihat Luna hidup yatim piatu bahkan setelah orang tua Luna meninggal. Kekasihnya itu harus putus sekolah dan bekerja di sebuah Toko guna meyambung hidupnya.
Walaupun di tentang kedua orang tuanya Rama tetap menikahi Luna. Mau tidak mau orang tua Rama harus merestui pilihan anaknya, mereka takut jika mereka terus menentangnya Rama akan pergi jauh dan tidak mau meneruskan bisnis keluarga mereka.
" Jangan khawatir semuanya akan baik-baik saja. Seburuk apapun dia tetap Ibuku dan Ibu Mertuamu Luna." Rama mengerti kegelisahan istrinya, tapi Rama juga mencintai Ibunya dan apapun yang di lakukan Ibunya Rama harus berfikir dua kali untuk menolaknya.
"Pasti Mama akan melarangku untuk hamil Mas. Aku sudah tidak meminum pil itu lagi sejak seminggu yang lalu." Lirih Luna menunduk, kedua tangannya saling meremas. Banyak kesedihan dihatinya jika mengingat Mertuanya masih bersikap dingin dan belum sepenuhnya menganggap Luna sebagai menantunya.
" Mengapa kau tidak meminumnya Luna ?" Suara Rama sedikit meninggi, dia ingin sekali memiliki keturunan dengan wanita yang di cintainya. Namun saat Ibunya tidak mengharapkan cucu yang terlahir dari istrinya Rama hanya bisa pasrah.
Rama tidak ingin membantah Ibunya karna, Ibunya mempunyai riwayat penyakit darah tinggi dan sakitnya bisa datang kapan saja.Rama tidak ingin membuat kondisi Ibunya semakin buruk, karna itulah selama ini dia selalu meminta Luna untuk meminum pil kb guna menunda kehamilannya.
Tentu saja dia marahkan saat Luna mengakui tidak meminumnya seminggu ini.
"Mas..Aku juga ingin mempunyai seorang anak, sudah 3 Tahun kita menundanya. Aku berfikir ini sudah saatnya kita memiliki seorang bayi aku..."
Brakkk
" Luna.." bentak Rama , mengebrak meja makan. Kedua mata Rama menatap tajam istrinya.
Luna pun terkejut, hatinya sakit mendengar bentakan suaminya.Sebisa mungkin menahan air bening yang tidak lama lagi akan tumpah.Dia sangat tau jika menyangkut masalah ini ahirnya akan selalu bertengkar dengan suaminya.Namun Luna juga hanya seorang wanita biasa yang menginginkan keturunan, alasan itu yang membuat luna berani melakukan ini. Jika memang Luna hamil dia sangat yakin suami dan mertuanya tidak akan menyuruh Luna mengugurkan bayi itu pikirnya.
" Jangan mengambil keputusan sesukamu Luna.Apapun itu hanya Aku yang akan memutuskannya..Aku." Tegasnya. Melihat istrinya hampir menangis, Rama sedikit melunak, segera bangkit dari kursi, meraih tas kerja dan ponselnya.
Membahas masalah keturunan membuat mood Rama menjadi buruk, tidak ingin lepas kendali dan menyakiti Luna membuatnya segera berlalu meninggalkan istrinya, yang bahkan belum sempat memakan apapun.
Belum jauh dari meja makan, langkah kaki Rama terhenti karna pelukan seseorang dari belakang.
" Maafkan aku Mas...Hikkks, aku tidak bermaksud melakukannya." Isak Luna mengeratkan kedua tangannya yang melingkar di perut suaminya.Air matanya mengalir deras di pungung Rama.
Rama melihat istrinya terisak pun ahirnya luluh. Di lepaskan tas kerja yang di gengamnya, Rama berbalik dan memeluk istrinya.Mengusap pungung istrinya.
" Berhentilah menangis Luna..Aku tidak suka melihatnya, dan jangan lakukan ini lagi.Maaf Luna jika Mama tidak menginginkan cucu dari mu maka itu berarti tidak. Kau sangat tau itu ." Tegas Rama memperingatkan Luna.
"Maka jika Mama menginginkan kita bercerai apakah itu artinya..?" Tanya Luna, menatap kedua mata suaminya, dan dengan sengaja tidak menyelesaikan ucapanya.
" Posisimu dan Mama sama besarnya bagiku Luna, kau tau benar. Di masa lalu aku memaksa menikahimu dan mengabaikan mereka, mereka pun mengalah untukku. Dan sekarang aku hanya ingin berbakti,tidak ingin membuat mereka terluka dimasa tuanya." Jawab Rama
" Artinya Mas akan menceraikanku saat mereka memintanya Mas ?" lirih Luna masih dengan pertanyaan yang sama.
Entah berapa kali lagi dia harus mengabaikan jauh-jauh sakit di hatinya.Cinta suaminya kepada orang tuanya terlalu besar hingga bahkan cinta untuknya terlalu kecil untuk di sandingkannya.
Bukan hanya sekali dua kali Rama mengatakan jika cinta untuknya dan untuk orang tuanya sama besarnya. Namun itu hanya ucapan saja, nyatanya Luna harus selalu mengalah untuk berbagai hal penting.Luna selalu bersabar,bertahan dan menganggap jika ini ujian cinta untuk rumah tangganya, tapi kenapa semakin ke sini semakin sulit bagi Luna bertahan.
" Apakah mencintaimu harus sesakit ini Mas." Ucap Luna dalam hati.
" Selama Mama belum memintanya, mengapa itu menjadi masalah Luna. Mama tidak akan melakukannya, kau terlaku berburuk sangka padanya." Elak Rama, dia begitu yakin jika Ibunya akan berfikir dua kali untuk memintanya.
Bagi Rama Ibunya adalah wanita terbaik yang harus di hormatinya.Tidak peduli betapa Ibunya tidak menyukai istrinya, baginya dia mencintai Luna dan Luna juga sebaliknya.Masalah permintaan Ibunya bisa di fikirkannya nanti kan.
TBC
Haiii Kak...
Baca juga novelku yang lain ya 🙏
" Sudah..Jangan di teruskan lagi pembicaraan ini, Mas harus sampai di kantor lebih cepat." Bisik Rama, melepas pelukan dan mencium kening istrinya.
" Mas..Bisakah aku menemui Mira siang nanti ? Luna meminta izin Rama bertemu sahabatnya.
"Ya..Jangan terlalu lama." Rama mengingatkan istrinya.
Semenjak mereka menikah.Rama meminta istrinya berhenti bekerja, tidak ingin menjadi bahan ejekan semua koleganya saat mengetahui istrinya hanya bekerja di sebuah Toko.Tentu saja pemikiran seperti itu Ibunya lah yang menanamkan di otaknya.
Mendapatkan izin dari suaminya, Luna menjadi tersenyum.Seolah melupakan ketegangan yang baru saja terjadi.Segera Luna mencium tangan suaminya, meraih tas kerja yang sejak tadi tergeletak di lantai.Dan seperti biasa Luna mengantarkan suaminya hingga depan pintu.
Mobil yang di tumpangi Rama perlahan keluar dari pekarangan rumah mereka.Pandangan Luna menjadi sendu entah apa yang di pikirkannya, Luna berbalik melangkah masuk.
Kluntinggg
Luna melangkah menuju meja makan.Bermaksud mengisi perut kosongnya dengan segelas jus jeruk.Tapi baru saja ingin menenguknya suara ponsel miliknya berbunyi,menandakan ada pesan masuk.Di letakannya gelas berisi jus jeruk itu dan segera membukanya.
*Mama : Luna temui Mama di Caffe XX dua jam lagi,ada sesuatu yang mama ingin bicarakan.
*Luna : Ya Ma.
Tangan lentik Luna dengan cepat membalas pesan itu.Dia menaikan salah satu alisnya,terdapat banyak pertanyaan yang di pikirkanya.
"Bukankah malam ini Mas Rama mengajakku kesana ? mengapa Mama masih minta bertemu ?"gumam Luna. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
*D*eg---
Jantung Luna berdegub kencang, kedua matanya membulat teringat sesuatu.
" Ya Tuhan..Apa Mama benar-benar akan memintaku untuk menceraikan Mas Rama ?" Luna menutup bibirnya dengan kedua tangan,air matanya mengalir.Teringat ancaman Ibu Mertuanya beberapa waktu lalu.
*Flashback On
"*Luna .Sampai kapanpun aku tidak ingin menerimamu menjadi bagian dari Keluargaku.Kau tau benar,kami membiarkan Rama menikahimu dengan terpaksa." Sinis Ibu Mertuanya,suaranya terdengar tenang.Dengan sengaja Mengingatkan keberadaan menantunya itu.
"Ma...Mungkin sekarang Mama belum menerimaku.Tapi aku sangat yakin suatu saat Mama akan..."
"Jangan terlalu percaya diri Luna.Sekarang atau bahkan, sampai kapan pun ini tidak akan berubah.Mama sudah menyiapkan calon istri untuk Rama,yang lebih pantas dalam segala hal." ucap Ibu Mertuanya,meremehkan Luna.
Deg---
"Bagaimana bisa Mama melakukan ini ? Mas Rama dan Luna saling mencintai Ma." Tanya Luna.Sebenci itukah.? Sehingga dengan sengaja ingin memisahkan kami.Luna meneruskan ucapannya di dalam hati.
" Jangan salahkan kami. Tapi salahkan takdir yang tidak adil padamu.Luna lepaskan Rama..Anak itu tidak akan mungkin menceraikanmu, jadi Mama minta pergilah dari kehidupan Anakku.Biarkan Rama bahagia dengan kehidupan yang seharusnya." Dengan tidak tau malunya wanita paruh baya itu mengucapkan sesuatu yang sangat tidak pantas.
Mendengar permintaan Ibu Mertuanya, membuat hati Luna sangat sakit.Tanpa bisa di cegah air matanya mengalir dengan deras,kepalanya berusaha mencerna setiap kalimat yang di lontarkan Ibu dari suaminya itu.
"Lihatlah Luna..Belum seberapa tapi kau dengan begitu mudahnya menangis, ini salah satu bukti jika kau memang tidak pantas untuk Putraku." Sambungnya lagi.Suara itu penuh dengan ejekan. Komplit dengan tatapan Sinis yang di layangkan Ibu Mertuanya.
Luna masih diam membisu,bisa saja dia menjawab ucapan Ibu dari suaminya itu.Namun Luna tidak berniat melakukannya.Dia tidak ingin Ibu Mertuanya mengadu yang tidak-tidak pada Rama,hingga ahirnya dapat memicu pertengkaran lagi.Sungguh Luna ingin menyerah dengan keadaan ini, tapi cinta yang besar untuk suaminya.Membuat Luna bertahan,tidak memperdulikan sakit yang akan di laluinya.
"Sekali lagi Mama peringatkan padamu Luna..Segera jauhi putraku,atau kau akan melihat Mama melakukan sesuatu yang lebih nekat lagi.Dan dapat di pastikan, Rama tidak akan menolak semua ucapan dari Mama." Ancam Ibunya Rama.
Merasa sudah cukup membuat hati menantunya terluka, wanita paruh baya itu bangkit dari kursi yang di dudukinya sejak tadi.Dengan perlanan,melangkahkan kaki meninggalkan Luna yang masih diam membeku.Wanita paruh baya itu Memperlihatkan Senyum licik di wajahnya.
Flashback Off**
"Tidak...Tidak, aku tidak boleh berfikiran buruk.Benar apa yang di katakan Mas Rama, tidak seharusnya aku berburuk sangka pada Mama." Luna menepis setiap fikiran buruk yang terlintas di kepalanya.
"Sebaiknya aku segera bersiap, Atau Mira akan memarahiku nanti." dengan buru-buru Luna melangkah menuju kamar.
***
"Hidup dan mati mu tergantung dengan seberapa cepat kau sampai Joe.."Ancam seorang pria arogan, pada asisten pribadinya.
Tanpa mengalihkan tatapannya di layar laptop miliknya, yang sejak memasuki mobil sudah di pangkunya.Tuan arogan itu dengan mimik wajah serius, membaca email yang di kirimkan seseorang padanya.
Glekk
Mendengar ancaman seperti itu pun,Joe menelan salivanya. Ingin mengumpat Tuannya,tapi tidak mempunyai keberanian yang cukup.
"Apa kau tidak melihat,kalau jalanan ini macet total Tuan.Dengan mudahnya mengunakan nyawaku sebagai ancaman." Gerutu asisten itu dalam hati.
Tentu saja Joe hanya bisa mengerutu dalam hati.Joe masih sayang dengan nyawanya kan,tidak mungkin berani membantah setiap perintah yang di turunkan Tuan arogannya itu.Tak lama kemudian mobil milik Tuan arogan itu pun lolos dari kemacetan, kesempatan Joe untuk melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi.
Sibuk dengan mengerutu di dalam hati membuat Joe, tidak fokus menyetir.Hingga tidak sengaja mobil yang di kendarainya membentur sesuatu.
Brakkkk
Shhiiitttt
Joe menginjak rem mobil dengan mendadak.
Penghuni di dalam mobil itu pun terkejut, membuat Tuan arogan yang berada di kursi penumpang terhuyung kedepan.
"Joe kau cari mati ya..." Suara Tuan arogan itu melelengking.
"Ma maaf Tuan.." Joe terbata, tangannya gemetar.Melihat yang di tabrak mobilnya adalah seorang wanita.
"Kenapa kau diam saja Joe. Cepat periksa, dan lihat apakah parah.Kau mau mendapat amukan warga sekitar ?" Bentak Tuan arogan itu.
"Ba baik Tuan." Joe tersadar jika sudah banyak warga yang mengelilinggi seseorang yang di tabraknya.Dan sebagaian lagi berteriak memaki-maki di depan mobilnya.
Keluar dari mobilnya Joe melihat warga yang mulai rusuh dan tak terkendali.Dengan perasaan takut Joe berbicara menengangkan warga,mendekati korban yang tergeletak dengan darah di tangannya.Namun warga terlalu banyak dan keadaan mulai tak terkendali.
" Oh Ya Tuhan.Apakah aku sudah membunuhnya ." Joe melolong dalam hati.
Melihat keadaan semakin rusuh,membuat Tuan arogan yang berada di dalam mobil itu pun geram.Dengan cepat dia membuka pintu mobil, dan menghampiri Joe yang kuwalahan menghadapi warga sekitar.
"Permisi...Permisii...Apa kalian akan terus berdebat seperti ini.Lihatlah dia bisa mati kehilangan darah jika menunggu kalian selesai berdebat." Teriak Tuan arogan itu,menerobos di kerumunan.Menunjuk arah seorang wanita yang tergeletak dengan banyak darah.Suaranya yang melengking mampu membuat warga terdiam.
Dari tempatnya berdiri Tuan arogan itu bisa melihat dengan jelas.Terdapat seorang wanita,dengan memakai dres tanpa lengan warna putih bersih.Dengan hiasan mutiara-mutiara kecil di bawahnya.Rambut lurusnya tergerai panjang,wajah yang terlihat sederhana namun sangat cantik. Bulu mata yang panjang,alis tebal,pipi mulus, bibir yang tipis yang sudah berubah menjadi pucat.
Kini wanita itu tergeletak tak sadarkan diri,dengan darah di lengan dan kakinya,terik matahari menyinarinya membuatnya semakin terlihat jelas. Terdapat banyk noda darah di sekitar drees yang di kenakannya.Sunguh wanita yang tergeletak tak berdaya itu, mengingatkannya pada seseorang yang berarti di hidupnya.
Deg---
Hatinya seketika tergerak, melangkah maju, melepas jas mahal yang di kenakannya,Tuan arogan itu menutupi paha mulus yang penuh noda darah.Mengendong wanita itu dan membawanya ke dalam mobil.
"Joe kita ke rumah sakit." Perintah Tuan arogan itu,tanpa peduli dengan warga yang mengamatinya sejak tadi.
TBC
Semoga suka ya😊 jangan lupa baca novelku yang lain juga 🙏
Dua orang wanita telah berada di depan gedung yang menjulang tinggi.Gedung tinggi itu adalah gedung milik Keluanga Anggoro,Kedua orang itu mempunyai niat tersembunyi,yang secara sengaja mereka rencanakan untuk melawan seseorang.
Senyuman manis menghiasi di wajah keduanya, mereka sangat yakin jika rencana ini akan berjalan dengan sempurna.Tangan keduanya saling memegang erat,mereka bak pasangan menantu dan mertua yang sangat serasi,sempurna tidak ada kecacatan sama sekali.
"Apa tante yakin, Mas Rama akan mempercayai kita ?" Tanya wanita cantik, berusia 26 Tahun itu pada wanita paruh baya yang sedang di gandengnya.
"Tentu saja yakin sayang. Rama akan mempercayai apa saja yang tante katakan." Jawab Ibu Rama,dengan senyum membanggakan dirinya.
Mendengar jawaban dari calon mertuanya itu,membuat Anggel tersenyum senang.Namun sedetik kemudian senyuman itu menghilang dari wajahnya.
"Tapi Mas Rama juga mencintai istrinya tante,Anggel tidak yakin.."
Melihat calon menantu yang di banggakan itu tertunduk sedih,Ibunya Rama memotong ucapannya dan menenangkan.
"Selama ada tante,semua akan baik-baik saja Anggel.Tidak ada yang perlu di khawatirkan,kau tau bahkan sewaktu kalian kecil.Rama menginginkanmu untuk menjadi istrinya."
Wanita puruh baya itu terdiam sejenak.
" Tapi...Entah sihir apa yang di berikan wanita tidak tau diri itu,sehingga Putraku menjadikan dia sebagai menantuku." Sambungnya lagi,kilatan amarah terlihat jelas di kedua mata Ibunya Rama.
"Sudah, jangan di fikirkan.Ayo kita temui Rama..Kau pasti sudah sangat merindukanya juga kan." Ibunya Rama tersenyum,menggoda Anggel.
"Tante.." Anggel pun tersenyum malu,kedua pipinya merona.
Anggel adalah teman masa kecil Rama,mereka sangat dekat sewaktu kecil.Orang tua Anggel sendiri juga merupakan sahabat dari kedua orang tua Rama.Mereka terpisah saat Rama dan Anggel berusia 15 Tahun,saat itu keluarga Anggel memutuskan untuk pergi ke London.
Sebenarnya mereka juga berniat untuk menjodohkan Rama dan Anggel,tapi siapa sangka kepergian keluarga Anggel membuat semuanya berubah.Bahkan membuat Rama menikahi wanita sederhana seperti Luna.Namun tidak masalah jika mereka sudah menikah,lagi pula masih banyak waktu untuk memisahkan ikatan pernikahan itu,dan membuat Rama menikah dengan wanita yang seharusnya.
Anggel pun juga belum memiliki pasangan saat ini,bukankah ini kesempatan yang sangat bagus.
Kedua wanita itu sudah berada di loby kantor,mereka di sambut dengan ramah.Tanpa pikir panjang mereka memasuki lift khusus untuk Presdir.Tidak membutuhkan waktu lama pintu lift pun terbuka.Langkah mereka semakin dekat dengan ruangan pribadi milik Rama,ruang Presdir muda Anggoro Group.
Ceklekk
Melihat pintu ruangan terbuka,membuat Rama menoleh ke arah pintu.Terlihat dari raut wajahnya jika pria itu terkejut melihat siapa yang datang.
"Mama...Dia..?" Tanya Rama,reflek membuat pria yang duduk di kursi kebesaranya itu pun berdiri.
"Dia Anggel...Kau masih menginggatnya kan ?" Ibunya Rama menjawab dengan senyuman,dia sangat yakin jika rencananya kali ini tidak akan gagal.
"Mas Rama..." Sapa Anggel tersenyum manis,menatap dengan malu-malu pria yang selama ini di rindukannya.
Deg---
"A Anggel..." Suara Rama bergetar dan terbata, jantungnya berdegub kencang.Menatap cinta masa kecilnya kembali berdiri di hadapannya.
Ibunya Rama memberikan Kode untuk Anggel,agar segera menghampiri Rama dan memeluknya.Ada kesempatan bagus mengapa tidak di gunakan pikirnya.
Anggel mengerti kode itu,segera berlari memeluk pria yang masih mematung itu.
" Mas Rama..Aku merindukannmu." Isak Anggel,entah dari mana datangnya air mata itu.Sungguh datang di waktu yang tepat.
***
Pria arogan namun sangat sangat tampan itu,berlari mengendong wanita yang baru saja di tabrak asisten pribadinya beberapa waktu lalu.Setiap langkah kaki yang pria itu ambil sangat cepat dan lebar menelusuri koridor rumah sakit miliknya.
Di dada bidang pria arogan itu terdapat kepala wanita yang lemah tak sadarkan diri.Setiap nafas yang wanita itu hembuskan,seakan menembus kemeja yang di kenakannya.Hinga terasa sangat hangat di kulitnya.
Dengan kaki berlari,sesekali pandangan matanya menatap wajah wanita yang di dalam dekapannya itu.Wajahnya tertutup rambut panjang wanita itu,tapi dari sela-sela rambutnya pria arogan itu masih bisa melihat wajah cantik,putih yang terlihat begitu pucat.
"Dimana Dokter Danu..?" Teriak Pria arogan itu,melihat beberapa perawat mendorong Brankar yang di tujukan kepadanya.
Beberapa perawat berlari ke arahnya mendorong Brankar,Begitu sampai di depannya.Pria arogan itu dengan sangat hati-hati membaringkan wanita di gendongannya.
"Siapa wanita itu Alan...?" Tanya Dokter Danu,rasa penasarannya terlalu besar.Hingga tidak bisa tidak bertanya,walaupun dia tau keadaannya sangat tidak pas.
Ya ! Pria Arogan itu tak lain adalah Xalandar Luwis.Pria blasteran Indo dan Amerika,Xalan atau biasa di sapa Alan,pria itu tidak hanya arogan namun juga tidak tersentuh.Dia besar di Amerika, seluruh keluarganya berada di sana,hanya pada saat ini dengan sengaja datang ke Indo bertujuan,untuk memperluas bisnis keluarganya.
Ibu Alan asli dari Indonesia,semenjak menikah dengan Xavier Luwis.Nina Puspita di boyong suaminya,ke Amerika.Dengan permintaan Nina yang tak lain adalah Ibu Alan,dia menginjakan kaki di Indonesia.Guna memperluas bisnis keluarga,sekaligus mengenal Tanah Kelahiran Ibunya.
Tepatnya 1 Tahun yang lalu Alan tiba di Jakarta,dengan kemampuan yang di milikinya, Alan mampu mendirikan cabang perusahaan milik Luwis Group.Alan dapat menyainggi perusahaan-perusahaan ternama yang berada di jakarta,termasuk milik Anggoro Group.
Siapa sangka jika pertemuannya dengan wanita yang baru saja di gendongnya itu,akan mengubah semua takdir kehidupannya.Untuk Alan sendiri maupun untuk wanita itu.
"Tidakkah menurutmu ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya...Paman." Tegas Alan,dengan sengaja menekankan kata Paman.Kedua matanya menatap tajam pria yang berseragam putih itu.
"Ehem...Baiklah,ayo cepat bawa wanita ini masuk." Dokter Danu berdehem, memerintah para perawat membawa pasien menuju ruang VIP .Yang sudah di sediakan sebelumnya.
Waktu perjalanan menuju rumah sakit,Alan memerintah Joe menghubunggi pihak rumah sakit untuk menyediakan ruang VIP dengan segera.Rumah sakit itu sekarang merupakan rumah sakit miliknya,yang di berikan Ayah dari Nina,yang merupakan Kakek Alan sendiri.
Dan Dokter Danu sendiri adalah Kakak angkat Ibunya Alan.Hubungan mereka terjalin sangat dekat walaupun,jarak antar Negara memisahkan mereka.
"Tuan..Kemejamu bernoda darah,tidakkah sebaiknya.."
"Tidak Joe.Aku akan menunggu sampai Paman Danu memeriksanya,baru aku akan pergi.Joe selidiki segera semua tentang wanita itu .?" Perintah Alan,pungungnya bersandar di kursi ruang tunggu,matanya terpejam.
"Baik Tuan.? Jawab Joe, segera meninggalkan Tuannya.
"Tania. Mengapa, setiap kali aku melihat wajah itu.Aku seperti melihatmu,Tania aku sangat merindukanmu." Batin Alan dalam hati.
Tidak heran pria yang tidak tersentuh seperti Alan,dengan mudahnya mengendong wanita yang sama sekali tidak di kenalnya.Ada apa denganmu Alan.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!