Alam Dewa. Dikatakan bahwa Alam ini adalah Alam di mana kelima ras utama pernah tinggal. Namun karena pertempuran yang dahsyat, sekarang hanya menyisakan satu ras saja, yaitu ras manusia.
Meski hanya tersisa satu ras yang pernah bekerjasama, namun hal itu sudah tak berlaku lagi pada zaman ini. Itu karena mereka tak lagi memiliki musuh yang sama, sehingga mengakibatkan pertempuran antara manusia yang pernah tertunda kembali dilanjutkan, hingga jutaan tahun berlalu, pertempuran yang pernah terjadi akhirnya terlupakan dan semua orang hidup berdampingan.
Tapi yang tidak diketahui penduduk Alam Dewa adalah diantara mereka ada bom waktu yang kapan saja dapat membumihanguskan Alam Dewa, dan memperbudak seluruh penduduknya.
***
Di suatu pulau terpencil di tengah-tengah lautan yang luas, dipenuhi oleh ribuan monster dengan Ranah diatas Holy Monarch, dan yang terkuat hampir menembus Ranah Dewa. Meski tempat ini dipenuhi monster-monster, tapi tempat ini juga tidak pernah sepi pengunjung dari berbagai tempat. Itu karena tempat ini menyimpan harta-harta langka yang dikatakan berasal dari zaman keemasan.
Karena hal itulah tempat ini juga dibangun suatu kota, meskipun kota itu tidak lebih besar dari Kota Hefei di Benua Bumi, Alam Immortal.
Pulau ini jaraknya ratusan ribu mil jauhnya dari daratan utama, namun semua orang dapat datang kemari melalui Portal Dimensi. Jika ingin melewati lautan yang luas, bisa saja, hanya harus mempertaruhkan nyawanya.
Dalam sehari bisa lebih dari sepuluh ribu orang yang keluar masuk ke Portal Dimensi. Tidak terkecuali hari ini, Portal Dimensi bergetar dengan cahaya memancarkan darinya. Perlahan dari lingkaran Portal Dimensi memunculkan pusaran cahaya biru, dari dalam pusaran itu keluar seorang pemuda berambut hitam panjang dengan warna mata yang selaras, ditambah alis hitam tegas bagaikan pedang.
Pemuda itu menutup matanya sejenak seraya menghirup napas panjang kemudian menghembuskannya pelan. "Kepadatan energi spiritual di sini tidak lebih dari Ruang Dimensi. Tapi ini sudah cukup banyak jika dibanding dengan Benua Surga, ditambah dengan Energi Qi Dewa, sehingga aku dapat berkultivasi."
"Awas! Jangan menghalangi jalan!"
Pemuda yang tak lain Lin Chen terdorong ke samping saat mendengar suara itu, ia menolehkan kepalanya melihat sumber suara. Terlihat pemuda berpakaian merah mencolok dengan beberapa hiasan dan di kepalanya terdapat alat yang dapat mengikat rambut seperti mahkota, tapi yang lebih menarik perhatian Lin Chen adalah lambang yang terlihat di depan pakaian pemuda itu.
Tanpa sadar Lin Chen menatap tajam pemuda itu dengan nafsu membunuh yang kuat. "Sekte Pedang Dewa!"
Pemuda dari Sekte Pedang Dewa menghentikan langkahnya bersama dengan belasan orang yang mengikutinya. Mereka semua menolehkan kepala menatap balas Lin Chen.
"Apa yang kau lihat?! Berlutut!" teriak salah satu dari mereka.
Lin Chen hanya diam tak bergerak dari tempatnya berdiri, bahkan ketika ia menerima aura membunuh dari orang yang berteriak di depannya itu.
"Apa?! Kau tidak ingin berlutut?! Kalau begitu kau mati!" Pria berambut hitam pendek mengenakan pakaian merah tanpa lengan itu mengayunkan tangannya menampar kepala Lin Chen.
Tap!
Namun saat tamparannya hampir mengenai kulit wajah Lin Chen, tiba-tiba gerakan pria itu terhenti saat ada yang menangkap pergelangan tangannya. Terlihat di depan Lin Chen berdiri seorang pria muda berambut biru muda panjang, berpakaian putih bersih tanpa adanya hiasan. Meski terlihat muda, sebenarnya usia dari pria muda itu sudah melewati 100 ribu tahun dengan basis kultivasi berada di Ranah Dewa Perunggu tahap Awal.
"Bukankah tidak baik jika menindas anak muda yang usianya bahkan belum genap delapan belas tahun?" Pria muda di depan Lin Chen menatap tajam pria yang mengenakan pakaian tanpa lengan. Ia memiringkan kepalanya melihat orang yang berdiri di belakang pria yang tangannya ia tangkap. "Bukankah begitu? Tuan Muda dari Sekte Pedang Dewa?" tanyanya seraya menunjukkan plat bergambar pil berwarna biru langit.
Pemuda berpakaian merah dengan corak pedang itu mengerutkan keningnya. Tak lama kemudian ia berbalik. "Kalian, hentikan," ucapnya malas kemudian melanjutkan perjalanannya.
Setelah orang-orang dari Sekte Pedang Dewa pergi, pria muda yang menghentikan pertikaian itu berbalik melihat wajah Lin Chen. "Anak muda, aku tidak tahu masalah apa yang kau miliki dengan Sekte Pedang Dewa. Dan melihat dari reaksimu, sepertinya kau bukan berasal dari Alam Dewa."
Lin Chen hanya diam dan menganggukkan kepalanya sebagai balasan dari perkataan pria muda di depannya, yang namanya sendiri tidak diketahuinya.
Pria muda itu tersenyum tipis, ia berjalan menuruni tangga batu. "Ikuti aku," ucapnya tanpa menghentikan langkahnya maupun menoleh.
Lin Chen kembali memiringkan kepalanya keheranan, ia menolehkan kepalanya sejenak menatap Tuan Muda dari Sekte Pedang Dewa, kemudian mengalihkan perhatiannya pada pria muda yang menghentikan konflik tadi, dan berjalan mengikutinya.
Portal Dimensi yang dilaluinya sendiri berada di tengah-tengah perkotaan, sehingga sangat mudah baginya untuk beristirahat langsung saat baru saja tiba. Di Portal Dimensi juga dijaga oleh beberapa penjaga kota di Ranah Dewa Ungu maupun Merah, cukup rendah jika dibandingkan dengan pembudidaya yang baru saja keluar dari portal.
Lima menit kemudian setelah ia pergi dari podium portal, Lin Chen telah sampai di kedai kecil berlantai tiga bersama pria tua yang sangat tua, namun berpenampilan muda. Keduanya masuk ke dalam kedai, lebih tepatnya menuju lantai tertinggi.
Lin Chen dan pria muda yang menolongnya tadi duduk di meja yang berada tepat di samping jendela. Mereka berdua hanya diam tanpa berbicara satu sama salin, sampai pesanan mereka datang, barulah pria muda di depannya mulai membuka suara terlebih dahulu untuk memulai pembicaraan.
"Anak muda, karena kau baru tiba di Alam Dewa, aku ingin memperingatkan padamu jika kau tidak memiliki kekuatan, maka jangan sekalipun menyinggung Sekte Pedang Dewa. Terutama Tuan Muda mereka."
Lin Chen menaikkan sebelah alisnya keheranan. "Kenapa? Tunggu! Jika kau bilang begitu, kenapa tadi dia pergi begitu saja saat melihat kau yang memperlihatkan plat?"
Pria muda itu tersenyum tipis, ia menyesap tehnya sejenak dan meletakkan cangkirnya di atas meja. "Itu karena aku, Qui Zhalian, merupakan Alkemis tingkat Surgawi, meski hanya bisa membuat Pil Surgawi dengan satu corak, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan kedudukan di Alam Dewa. Bagaimanapun Alkemis tingkat Surgawi di Alam Dewa hanya lima orang, dan ditandai dengan plat yang ditunjukkan tadi," jawabnya dengan bangga.
Lin Chen kembali menaikkan sebelah alisnya, jika hanya tingkat Surgawi. Bukankah ia juga bisa, bahkan kedudukannya berada dipuncak Alam Dewa.
"Lalu apa maksudmu tadi mengenai Tuan Muda mereka?"
Qui Zhalian terdiam sejenak dengan senyum masam di wajahnya, ia tidak berharap jika ada yang mengabaikannya yang merupakan Alkemis Surgawi. Ia menghela napas panjang kemudian menjelaskan, "Karena dia adalah super jenius yang jarang ditemui. Dengan usianya yang baru lima puluh ribu tahun, dia sudah menembus Ranah Jenderal Dewa. Kebanyakan orang-orang di Alam Dewa dapat menembus ditingkatkan itu saat mereka telah berada di usia seratus ribu tahun, dan yang tercepat adalah tujuh puluh ribu sampai delapan puluh ribu tahun."
Lin Chen terdiam, ia tidak mengerti mengapa usia seperti itu bisa dianggap sebagai orang jenius. Lalu bagaimana dengan 12 Dewa di Alam Immortal milik Sekte Shashou? Usia mereka tidak jauh berbeda dari orang yang dipanggil Tuan Muda ini. Tidak! Mereka memang telah berada diatas Ranah Dewa Hitam, namun belum menembus Ranah Dewa Besi.
"Tunggu! Tadi kau mengatakan jika Alkemis Surgawi sangat dihormati, lalu mengapa orang-orang di sekitar tadi tidak memberi hormat padamu?" Lin Chen kembali bertanya mengenai hal sebelumnya, karena baginya sangat aneh jika tidak ada yang mengenal orang di depannya.
Qui Zhalian terdiam sejenak. "Itu karena aku adalah Alkemis paling miskin diantara Alkemis lainnya, sehingga tidak terlalu banyak yang mengenalku, itulah kenapa Tuan Muda dari Sekte Pedang Dewa mengamati plat yang ku keluarkan," jawabnya seraya melihat ke sisi lain dengan senyum canggung.
Lin Chen kembali terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa. Alkemis Surgawi? Miskin? Itu hanya akan menjadi sebuah lelucon, ia tidak tahu mengapa Alkemis Surgawi tidak bergabung dengan sebuah organisasi ataupun keluarga besar, tapi ia tidak ingin menanyakannya lebih jauh, bagaimanapun itu bukan urusannya.
"Lalu, bagaimana dengan kekuatan Sekte Pedang Dewa?" Lin Chen kembali bertanya.
Qui Zhalian terdiam sejenak seraya menolehkan kepalanya melihat sekitar, saat dirasa cukup aman karena tidak terlalu banyak orang, ia mengalihkan pandangannya pada Lin Chen dengan tatapan serius. "Aku tidak tahu mengapa kau menanyakan hal ini, tapi aku tidak ingin mengetahuinya. Kekuatan mereka sangat-sangat besar, bisa disandingkan dengan Empat Kekaisaran di Alam Dewa. Mereka memiliki ratusan Ranah Jenderal Dewa, puluhan Ranah Raja Dewa tahap Awal, dan satu Ranah Raja Dewa tahap Puncak, Dewa Petir tahap Awal," jawabnya dengan suara hampir seperti berbisik.
Lin Chen menganggukkan kepalanya, dengan ini berarti untuk membalaskan dendam pada Sekte Pedang Dewa akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang seharusnya, ia tidak bisa lagi langsung menyerbu seorang diri seperti saat menyerang Sekte Shashou. Bagaimanapun ini adalah Alam Dewa, karena Sekte Pedang Dewa memiliki kekuatan yang setara dengan empat kekaisaran, tentunya mereka memiliki kekuatan cabang lainnya yang kekuatannya tidak berbeda jauh dari kekuatan utama.
Keduanya kembali berbicara, Lin Chen menanyakan hal-hal lainnya tentang Alam Dewa.
Dari sini ia tahu jika Alam Dewa memiliki empat daratan utama, ratusan daratan kecil, empat kekaisaran besar, dan puluhan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan kekaisaran.
Setelah semua informasi dasar telah diketahuinya, Lin Chen memutuskan untuk berpisah dari Qui Zhalian setelah ia memberikan beberapa sumber daya agar Qui Zhalian bisa mengembangkan kemampuan Alkimianya.
Lin Chen berjalan menuju penginapan yang jaraknya lima menit dengan jalan kaki. Penginapan ini termasuk penginapan mewah yang bisa dimasuki oleh orang-orang biasa yang bukan dari kalangan bangsawan, tentunya ia memilih untuk menyewa kamar dibagian paling mewah meski ia tidak menginap di ruangan itu, dan memilih masuk ke dalam Ruang Dimensi.
Alasannya sangat sederhana, karena ruangan paling mewah dan mahal memiliki keamanan tersendiri, yang mana tidak dapat dimasuki oleh orang lain yang bukan penyewa kamar. Dan yang lebih penting, memiliki array yang melindungi kamar.
...
***
*Bersambung...
Lin Chen yang telah tiba di Ruang Dimensi langsung pergi menuju Kediaman Jinguang Long. Ia berlari menuju pintu masuk, dan kemudian menuju kamar mandi, terlihat wanita muda yang sangat cantik yang tak lain ialah istrinya.
Dengan berjalan perlahan, ia memeluk Yan Xue dari belakang yang tubuhnya tidak tertutupi oleh sehelai benangpun. "Xue'er. Aku merindukanmu," ucapnya mengigit kecil telinga Yan Xue.
"Engh..." Yan Xue mendesah pelan saat telinganya digigit kecil oleh Lin Chen. Ia mengusap lembut pipi kanan Lin Chen dengan tangannya yang basah. "Gege..."
Lin Chen melepaskan semua pakaiannya, ia membasuh tubuhnya yang lengket karena keringat. Kemudian berendam di bak mandi dengan Yan Xue duduk di antara pahanya. "Rambutmu sangat harum," ucapnya menghirup rambut Yan Xue.
"Gege. Itu geli." Yan Xue sedikit menundukkan kepalanya mengindari hidung Lin Chen. Ia berbalik menatap wajah Lin Chen. "Karena Gege sudah berada di sini. Pastinya Gege sudah tiba di Alam Dewa, bagaimana keadaan di luar sana?"
Lin Chen terdiam sejenak dengan mulut sedikit terbuka, kemudian ia menggelengkan kepalanya dengan napas panjang keluar dari dalam mulutnya. "Tidak baik. Sekte Pedang Dewa sangat kuat, kekuatan mereka bisa disandingkan dengan Empat Kekaisaran yang memimpin Alam Dewa."
Meski tidak tahu seberapa kuat Sekte Pedang Dewa. Namun karena bisa disandingkan dengan Empat Kekaisaran, maka kekuatannya tidak bisa diremehkan. Yan Xue menganggukkan kepalanya, ia mendekatkan tubuhnya pada Lin Chen, kemudian menyandarkan wajahnya di dada Lin Chen.
Lin Chen melingkarkan tangan kirinya di pinggang dan tangan kanan mengusap lembut rambut Yan Xue. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit-langit ruangan. "Besok pagi kita akan membicarakan masalah ini pada lainnya."
Yan Xue hanya diam dan menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai berendam di bak mandi cukup lama, keduanya keluar dari bak mandi dan mengeringkan tubuh. Kemudian menyantap makan malam bersama, lalu dilanjutkan dengan tidur.
***
Pagi menjelang, Lin Chen terbangun dari tidurnya, dengan kedua tangan menyentuh kasur, ia menopang badannya untuk duduk bersandar di sandaran tempat tidur. Kemudian meregangkan otot-otot tubuhnya yang sedikit kaku, ia membuka matanya, terlihat di sebelahnya sudah tidak ada Yan Xue.
Dengan malasnya Lin Chen beranjak dari tempat tidur berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya, kemudian pergi ke dapur untuk membantu Yan Xue yang sepertinya sedang menyiapkan sarapan pagi. Dan benar saja, di dapur terlihat seorang wanita muda yang tengah sibuk memotong-motong daging dan sayuran.
"Xue'er." Lin Chen yang datang langsung memeluk Yan Xue dari belakang.
"Ah!" Yan Xue tersentak kaget saat tiba-tiba ada yang memeluk tubuhnya. Ia meletakkan pisau yang digenggamnya di atas meja, ia berbalik perlahan menatap Lin Chen. Ia mengangkat tangan kanannya, kemudian menjentikkan jarinya tepat di dahi Lin Chen. "Gege. Itu berbahaya, Xue'er sedang memasak," ucapnya kesal.
Lin Chen terdiam dengan kedua tangan menyentuh keningnya.
Melihat itu, Yan Xue menyentuh kedua pipi Lin Chen. Kemudian mengecup lembut kening Lin Chen dengan berjinjit, lalu kembali membuat persiapan untuk makan pagi.
Lin Chen kembali terdiam dengan mata terbuka lebar dan mulut sedikit terbuka, ia tak berharap jika Yan Xue akan mengambil inisiatif. Ia tersenyum lembut, dan kemudian berdiri di sebelah Yan Xue menemaninya untuk mempersiapkan makan pagi.
Tiga puluh menit kemudian, keduanya telah selesai memasak untuk dua orang. Mengapa dua orang, ya karena di Kediaman Jinguang Long hanya ada Lin Chen dan Yan Xue. Sedangkan Xue Ying, dia berada di Kediaman Lin bersama Lin Zhian dan Luo Yi.
Keduanya menyantap makanan yang telah tertata rapi di atas meja. Saat makan bersama, Yan Xue banyak bermanja-manja dengan Lin Chen, itu karena ia hampir 15 hari tidak bertemu dengan Lin Chen.
Berbeda halnya dengan Lin Chen yang tidak bertemu satu setengah hari, tapi meski begitu ia juga tidak kalah manja saat bersama Yan Xue. Di dalam pikirannya, ia selalu berharap jika tidak berada di Dunia Kultivator yang selalu saja ada marabahaya, tapi juga tidak ingin berada di dunia modern yang uang berada diatas segalanya. Ia ingin menjalani hidup sederhana dan damai bersama Yan Xue.
Setelah selesai menyantap habis makanan yang berada di atas meja, keduanya kembali pergi ke dapur untuk memberikan peralatan makan. Kemudian mereka berdua pergi menuju Kediaman Lin yang wilayahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan wilayah Sekte Bangau Putih.
Lin Chen dan Yan Xue sendiri tidak harus berhenti di depan gerbang untuk memasuki kediaman, mereka mendarat tepat di depan Aula Keluarga. Bukan hanya karena ialah pemilik Ruang Dimensi, tapi juga karena di sini memiliki keamanan yang terjamin, sehingga tidak harus selalu berjaga-jaga. Penyerangan dari kediaman lain? Itu tidak mungkin, karena jika sedikit saja ada tanda-tanda penyerangan, maka kekuatan orang itu akan tersegel dan mati perlahan.
Berbeda halnya jika pertarungan itu memang didasari karena latihan. Saat latihan, Ruang Dimensi tidak akan menyegel kekuatan, namun juga tidak diperbolehkan untuk membunuh. Fitur dalam Ruang Dimensi sendiri diatur oleh Xue Ying atas permintaan dari Lin Chen.
Tanpa berlama-lama lagi, ia dan Yan Xue langsung berjalan memasuki Aula Keluarga. Saat mereka memasuki ruangan, terlihat masing-masing perwakilan keluarga yang telah duduk di kursi-kursi yang berada di samping depan dari kursi pusat. Melihat ini, ia menganggukkan kepalanya, sepertinya mereka semua sudah diberitahukan oleh Xue Ying untuk datang kemari.
Lin Chen dan Yan Xue duduk di kursi yang berdekatan dengan kursi pusat. Bahkan jika ia ingin, ia bisa saja duduk tepat di kursi pusat menggantikan Leluhur Lin dan Yu.
"Sepertinya kau sudah sampai di Alam Dewa. Apakah ada yang ingin kau bicarakan?" Lin Fu Shan menatap wajah Lin Chen.
Lin Chen menolehkan kepalanya, ia menganggukkan kepalanya sebagai balasan, kemudian menjawabnya, "Aku sudah tiba beberapa jam lalu jika mengikuti waktu dunia luar. Saat aku datang, aku memiliki sedikit konflik dengan Tuan Muda dari Sekte Pedang Dewa."
Semua orang yang hadir terdiam dengan mulut sedikit terbuka. "Lalu, apa yang terjadi?" tanya Lin Fu Shan sebagai perwakilan.
"Aku hampir membunuhnya. Tapi saat aku hampir bertindak, ada yang menghentikannya, sepertinya orang itu menganggapku sebagai orang awan yang sangat lemah, sehingga dia mengira jika aku membutuhkan perlindungan."
Lin Chen lemah? Jika dia lemah? Lalu bagaimana dengan kami?
Lin Chen melanjutkan penjelasannya dari informasi yang didapat dari Qui Zhalian dan juga informasi dari sistem. Berbicara tentang informasi yang didapat dari sistem, informasi dari sistem tidak berbeda jauh dari informasi yang diberitahukan oleh Qui Zhalian, awalnya ia merasa heran mengapa informasi yang didapat hanya dasar-dasarnya saja. Setelah berpikir sejenak, ia berasumsi bahwa sistemnya terlalu rendah untuk dapat mengetahui semua informasi Alam Dewa.
Ia sendiri tidak mempermasalahkannya, karena baginya akan lebih menarik dan menegangkan jika informasi yang didapat hanya dasar-dasarnya saja. Sehingga ia bisa menikmati mencari informasi itu sendiri.
Semua orang kembali terdiam, mereka memang sudah menduga jika Sekte Pedang Dewa sangatlah kuat, tapi tidak berharap jika kekuatannya dapat disandingkan dengan Empat Kekaisaran yang memerintah di Alam Dewa.
"Jadi. Apa yang akan dilakukan ke depannya?" Lin Fu Shan kembali bertanya pada Lin Chen, baginya tidak mungkin Lin Chen hanya memberitahukan berita ini tanpa adanya solusi.
Lin Chen menganggukkan kepalanya. "Aku berencana untuk membangun koneksi dengan salah satu kekuatan di Alam Dewa. Kemudian membangun wilayah yang tidak termasuk dalam Empat Kekaisaran ini. Barulah saat itu kita akan memikirkan rencana penyerangan ..."
"Dan untuk waktunya, aku menargetkannya selama dua tahun. Karena perbedaan waktu, berarti di sini akan memakan waktu 20 tahun, dan setara kurang lebih 1.500 tahun kultivasi jika di dunia luar. Dengan waktu sebanyak itu, aku menduga bahwa basis kultivasi terendah dari semua orang pada Ranah Venerable ..."
Semua orang yang mendengar itu memandang satu sama lain, kemudian menganggukkan kepala secara bersamaan sebagai tanda setuju. "Dua puluh tahun, itu adalah waktu yang cukup singkat untuk seorang Kultivator, apalagi jika ingin membalas dendam terhadap sekte yang sangat kuat di Alam Dewa," ucap Lin Fu Shan sebagai perwakilan.
Mendengar itu, semua orang yang hadir menganggukkan kepalanya.
"Meski dikatakan bahwa semua orang berdiam selama 20 tahun di sini. Tapi jika ada yang akan menembus ke Ranah Dewa, tolong beritahukan kepada Yi'e— Tidak! Xue Ying, dia bisa memberitahuku untuk mengeluarkan kalian. Memang benar di sini bisa untuk menembus ke Ranah Dewa, tapi lebih baik jika berada di dunia luar." Lin Chen menambahkan.
Sebelumnya Lin Chen sudah bertanya kepada Xue Ying perihal Kesengsaraan Petir yang dilalui pembudidaya di Ranah Immortal ke Ranah Dewa. Xue Ying mengatakan akan lebih baik menerima Kesengsaraan Petir di dunia luar, itu karena akan mendapatkan manfaat yang lebih banyak, alasannya sangat sederhana, itu karena dunia luar langsung dari langit, tidak melalui manipulasi sistem, yang mana bisa saja kekuatannya malah lebih ditingkatkan.
Semua orang menganggukkan kepalanya, meski sebelumnya mereka tidak mengerti mengapa Lin Chen sangat bergantung pada Xue Ying. Tapi setelah diperlihatkan kekuatan Xue Ying, serta diberitahukan jikalau Xue Ying adalah adik angkat Lin Chen, yang mana merupakan keberadaan yang sangat luar biasa, mereka semua menganggukkan kepala dan menerima itu.
Setelah pembahasan mereka mengenai rencana ke depannya telah selesai, semua orang keluar dari ruang Aula Keluarga dan mulai melanjutkan kegiatan mereka yang sebelumnya tertunda.
...
***
*Bersambung...
Lin Chen dan Yan Xue berjalan-jalan di pasar yang berada di dalam Ruang Dimensi. Meski dikatakan sebagai pasar, sebenarnya semua kebutuhan sehari-hari di sini adalah milik Lin Chen yang dibelinya dari toko sistem, kemudian diletakkannya di suatu bangunan yang sangat-sangat besar seperti mall di Bumi. Hanya saja di sini tidak ada peralatan modern, sehingga ia membuat lemari pendingin sendiri menggunakan Batu Sihir yang didapatnya saat melawan monster di Bintang Biru.
Setelah selesai membeli beberapa makanan, ia dan Yan Xue pergi ke perbukitan tempat di mana biasanya mereka bersantai. Ia mengeluarkan alat yang pernah dibuatnya, alat ini adalah alat yang dapat digunakan untuk memanggang daging maupun ikan.
Keduanya bersantai di bawah pohon rindang memandangi hamparan bunga yang indah dan ditemani oleh daging panggang yang sedap.
"Chen Gege. Aaa..." Yan Xue menyodorkan lembaran daging panggang menggunakan sumpit ke arah Lin Chen.
Lin Chen tersenyum, ia membuka mulutnya dan menerima suapan Yan Xue.
"Xue'er. Apakah kau sudah menerima Kesengsaraan Petir?" tanya Lin Chen tanpa menoleh sembari membolak-balik daging.
Yan Xue menggelengkan kepalanya. "Belum, saat Chen Gege tiba di Alam Dewa. Xue'er memang merasakan akan adanya Kesengsaraan Petir, namun dengan cepat dihentikan oleh Yi'er menggunakan pil yang dapat menunda Kesengsaraan Petir."
Lin Chen menganggukkan kepalanya, ia menoleh menatap wajah Yan Xue. "Apakah kau mau keluar sekarang? Saat ini aku berada di penginapan, kita bisa beristirahat di sana, dan paginya mencari tempat yang cocok untukmu menerima Kesengsaraan Petir."
Yan Xue terdiam sejenak, ia menolehkan kepalanya mengarah pada tempat di mana beberapa kediaman terbangun. Kemudian kembali menoleh ke arah Lin Chen, ia menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Oke, tapi sebelum itu, kita habiskan dulu makanan ini."
Puluhan menit kemudian, keduanya sudah menghabiskan semua daging yang mereka panggang. Kemudian mereka berdua berpegangan tangan, dan menghilang di udara kosong setelah mengemas semua peralatan makan.
Kini keduanya telah tiba di dalam kamar yang disewa Lin Chen. Tanpa berlama-lama lagi keduanya naik ke atas tempat tidur setelah berganti pakaian yang nyaman.
***
Lin Chen terbangun dari tidurnya saat ia merasakan ada yang menindih tubuhnya, ia membuka matanya perlahan, terlihat Yan Xue tengah memeluknya dengan posisi duduk di atas perutnya, dan kedua tangan yang melingkar di lehernya.
Lin Chen tersenyum lembut, ia mengusap lembut rambut Yan Xue. "Xue'er. Ayo bersiap-siap."
"Sebentar lagi." Yan Xue memeluk Lin Chen lebih erat dari sebelumnya.
Lin Chen hanya menghela napas pasrah dan tetap membiarkan Yan Xue berada di atas tubuhnya, sekaligus tetap mengusap lembut rambut Yan Xue.
Sepuluh menit kemudian, Yan Xue melonggarkan pelukannya. Dengan kedua tangan menyentuh kasur, ia menopang badannya untuk duduk di atas perut Lin Chen. Bukannya berdiri, ia kembali merebahkan dirinya di atas tubuh Lin Chen dan memeluknya lagi.
"Xue'er."
"Xue'er tidak ingin pergi. Xue'er takut." Yan Xue kembali memeluk erat Lin Chen.
Lin Chen terdiam, ia menepuk-nepuk punggung Yan Xue, ia mengerti mengapa Yan Xue ketakutan. Bagaimanapun Kesengsaraan Petir yang akan dilaluinya nanti akan cukup besar, ia sendiri yakin jika Yan Xue akan mendapatkan Kesengsaraan Surgawi, atau paling tidak Ashura.
Jadi wajar saja jika merasa tidak percaya diri dan takut.
Akhirnya Lin Chen kembali menenangkan Yan Xue, cukup lama ia menenangkan Yan Xue, tapi ia sendiri tidak mempermasalahkannya karena ia juga menikmati saat dipeluk oleh Yan Xue seperti ini. Terlebih lagi ia bisa mencium aroma harum yang keluar dari leher Yan Xue.
Tidak lama kemudian, lebih tepatnya setelah 20 menit terlewat, Yan Xue kembali mengubah posisinya, ia duduk di atas perut Lin Chen. Lalu beranjak turun dari tempat tidur, ia memainkan jari-jarinya sembari menundukkan kepalanya. "Maafkan Xue'er. Xue'er taku—"
Lin Chen menyentuh bibir Yan Xue dengan jari telunjuknya. "Tidak apa-apa, ada aku di sini, jika ada peristiwa yang tidak diinginkan, dengan segenap hati aku akan melindungimu."
"Terimakasih, Gege." Yan Xue mengangguk kecil, kemudian mengecup lembut bibir Lin Chen.
Keduanya keluar dari dalam ruangan setelah melalukan sedikit penyamaran, ini dimaksudkan agar tidak terlalu menarik perhatian orang sekitar. Seperti Yan Xue, karena ia memiliki kecantikan diatas rata-rata, ia mengenakan cadar hitam yang menutupi wajahnya. Dan untuk Lin Chen, ia hanya mengubah warna rambutnya menjadi warna putih seperti orang tua.
Saat sudah berada di lantai dasar, Lin Chen langsung pergi ke meja resepsionis dan menyerahkan kunci kamarnya.
Wanita penjaga resepsionis yang melihat nomor di kunci kamar sedikit keheranan, pasalnya yang ia tahu penghuni kamar itu hanya satu orang dan tidak pernah keluar kamar sampai sekarang. Lalu tiba-tiba saat ingin berpamitan, penghuni kamar itu membawa seorang wanita, meski merasa aneh, ia tidak berani menanyakannya lebih lanjut karena itu adalah penghuni kamar paling mahal.
Setelah menyerahkan kunci kamarnya, ia dan Yan Xue keluar dari bangunan penginapan menuju stand makanan untuk membeli beberapa makanan ringan sebagai pengganjal perut. Meski ia bisa menahan lapar dan haus selama 100 tahun, tapi baginya makan adalah hal yang wajib dilakukan sebanyak tiga kali sehari.
"Chen Gege. Makan ini." Yan Xue menyodorkan daging tusuk yang setengahnya telah dimakan olehnya pada Lin Chen.
Lin Chen menolehkan kepalanya, ia tersenyum lembut dan membuka mulutnya untuk memakan daging tusuk itu hingga habis. Saat ia memakan habis daging tusuk, raut wajah Yan Xue berubah seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
"Dagingku..." gumam Yan Xue pelan.
Lin Chen hanya bisa terdiam dan terkekeh kecil melihat tingkah Yan Xue. Ia menggenggam erat tangan kiri Yan Xue dan membawanya pergi ke luar Kota Tianhang.
Keduanya terbang menjauh dari kota hingga jarak mereka sudah berjarak 3000 mil dari Kota Tianhang. Keadaan alam sekitarnya juga sudah dicek terlebih dahulu, tidak ada tanda-tanda kehidupan, entah itu monster maupun manusia. Berbicara tentang keadaan alam, di sekeliling mereka terdapat pegunungan yang tinggi, yang mana menghalangi semua pandangan dari luar dan dapat menyembunyikan apa yang terjadi di dalamnya.
Lin Chen menolehkan kepalanya menatap wajah Yan Xue. "Xue'er. Aku akan menunggumu di puncak gunung di sana," ucapnya sembari menunjuk jarinya ke arah jam 12.
Ia kembali menoleh ke arah Yan Xue, ia mengangkat tangannya menyentuh lembut pipi kiri Yan Xue. "Semangat. Aku akan melindungimu dari kejauhan."
Yan Xue tersenyum, ia menyentuh tangan Lin Chen yang berada di pipinya. "Terimakasih, Gege."
Lin Chen menganggukkan kepalanya, ia menjauh dari Yan Xue dan pergi ke puncak gunung yang sebelumnya ia tunjuk, jarak antara gunung dengan Yan Xue adalah 100 mil jauhnya. Ia melambai-lambaikan tangan kanannya memberi tanda pada Yan Xue jika ia sudah berada di puncak gunung.
Yan Xue yang berada di tengah-tengah pegunungan menganggukkan kepalanya, ia memejamkan matanya sejenak. Ketika ia membuka matanya, aura yang kuat keluar darinya bersamaan dengan angin berembus kencang dan membuat efek dari pil menghilang.
Fluktuasi energi spiritual yang sangat kuat terfokus di langit, lambat laun, di langit terlihat awan putih dengan aura keemasan yang mulai menyebar luas, 10 mil, 30 mil, 70 mil.
Kesengsaraan Surgawi!
Awan putih itu terus menyebar hingga telah menutupi langit dalam radius 500 mil jauhnya. Yan Xue yang berada di bawah awan itu menengadahkan kepalanya dengan kedua tangan terkepal penuh tekad, ia menghirup napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan. Ia bertekad untuk dapat melewati ujian ini, ia tidak ingin selalu menatap punggung Lin Chen, ia ingin kedua punggung mereka saling berhadapan saat melawan musuh bersama.
Awan putih itu terbelah dua, memperlihatkan awan dengan beberapa tingkatan, di setiap tingkatan itu terlihat prajurit yang mengenakan baju zirah berwarna emas sedang menatap tajam ke arah Yan Xue.
Berbicara tentang Kesengsaraan Petir, meski mereka berdua sudah menjauh cukup jauh dari Kota Tianhang. Keberadaan mereka tetap akan diketahui oleh orang-orang yang berada di kota, pasalnya saat ini, ada fenomena yang sangat jarang terjadi di Alam Dewa. Bahkan mungkin saja tidak pernah terjadi. Petir Kesengsaraan Surgawi!
...
***
*Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!