NovelToon NovelToon

Menikahi Kakak Ipar

Permintaaan

Dara berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan wajah panik dan cemas. Langkah yang cepat menciptakan bunyi nyaring di lantai karena heels yang dia gunakan.

Andara Ramadani adalah seorang gadis berusia dua puluh empat tahun yang saat ini bekerja sebagai seorang manager di sebuah perusahaan swasta di kotanya.

Tadi saat bekerja Andara yang lebih akrab di sapa dara mendapatkan telpon dari orangtuanya jika saudara kembarnya Dinda, terjatuh di kamar mandi dan mengalami pendarahan hebat.

Tak berpikir panjang dara langsung bergegas ke rumah sakit, bahkan dia sampai lupa ijin dengan bosnya. Dara melajukan mobilnya dengan kencang, untung jalanan sepi hingga dia dengan mudah dan cepat tiba di rumah sakit.

Langkah dara terhenti di depan ruang UGD Dimana ayah dan ibunya sedang duduk cemas menunggu. Kecemasan dan ke khawatiran terlihat jelas di wajah keduanya.

"Ma" panggil dara pelan

Mamanya yang melihat dara langsung berlari dan memeluknya, menumpahkan semua ketakutan dan kecemasan hatinya.

"Gimana keadaan Dinda ma?" tanya Andara kepada mamanya.

Mamanya hanya menunduk dan menangis, dia tidak sanggup menjawab pertanyaan dara,

"Dinda masih di dalam ruang UGD kita doakan saja semoga keduanya selamat." ucap papa dengan lirih dan sedih.

Air mata yang sejak tadi dia tahan jatuh bercucuran dengan derasnya mendengar jawaban papa.

Papa juga tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya, tampak air mata mengembun di sudut mata tuanya, membuat hati dara semakin sakit. Sebuah pertanyaan besar di hatinya.

Apa sebenarnya yang telah terjadi pada saudara kembarnya.

Dara menyadari sesuatu kejanggalan, dia melihat ke kiri dan kanan, kosong.

Diedarkannya netra nya mencari sesosok pria yang tidak lain adalah kakak iparnya.

"Pa,mana kak Pras?" tanya dara akhirnya

"Mungkin masih di jalan, tadi saat papa telpon dia masih ada meeting yang tak bisa di tinggal.."

"Meeting?" tanya dara memicingkan matanya tak percaya. Disaat genting seperti ini, lelaki itu malah memikirkan meeting di banding keadaan anak dan istrinya. Sungguh luar biasa. bathin dara.

"Lalu yang bawa Dinda kesini, siapa?" tanya dara lagi.

Papa menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan dara.

"Tadi pagi dinda meminta mama menemaninya belanja keperluan si jabang bayi mengingat usia kandungannya sudah memasuki tujuh bulan, lalu mama dan papa pergi kerumahnya.

Sampai disana mama memanggil namanya, tapi tak ada jawaban jadi mama dan papa langsung masuk saja.

Saat mama masuk mama melihat....hiks...

hiks...hiks.... Dinda...Dinda terduduk di kamar mandi berlumuran darah." ucap mamanya sambil terus mengusap airmatanya. Dara kembali memeluk mamanya.

Dara juga ikut menangis, rasanya sangat sedih dan sakit melihat saudara kembarnya bertarung nyawa sendirian didalam sana. pantas saja sejak tadi aku merasa tidak tenang dan tidak nyaman, ternyata ini yang terjadi.

Andara memeluk mamanya dan menenangkan nya walau di dalam hatinya dia juga sangat khawatir dan takut.

"Terus lah berdoa untuk keselamatan mereka berdua." ucap papa.

Dara dan ibunya mengangguk, mereka diam berdoa di dalam hati, sambil berpelukan untuk saling menguatkan.

Lima belas menit kemudian orang yang di tunggu Dinda datang. Pras berlari menuju ke rumah sakit begitu dia mendapat kabar dari Santi sekretaris nya setelah rapat usai. Pras sempat mengamuk di kantor, karena Santi baru memberi tahunya sekarang.

"Ma, gimana keadaan dinda?" tanya Prasetya.

Dara melayangkan tatapan tajam nan menghunus, jika itu sebuah pedang mungkin saat ini Pras telah mati di tangannya. Namun dara masih bisa menahan emosinya karena ini di rumah sakit, jika tidak dia pasti sudah memaki Pras habis habisan.

"Masih di dalam, berdoa lah nak, agar mereka selamat." ucap pak Agung.

Mama hanya terdiam dan terus menangis.

"Maafkan aku pa, aku baru tahu setelah rapat selesai, sekretaris ku tak langsung memberitahu ku tadi, maafkan aku!" ucapnya lirih sarat dengan penyesalan.

Papa tak menjawab hanya mengangguk lemah dan kembali duduk di kursi tunggu.

Pras terduduk lemah, tangannya menutup wajahnya dan menopangnya dengan kedua kakinya. ya Allah cobaan apa ini, tadi pagi saat aku berangkat Dinda baik baik saja, dia juga berpamitan ingin pergi belanja dengan mama, tapi ini...mengapa ini bisa terjadi... bathin Pras.

"Keluarga ibu adinda Ramadani!" panggil dokter

Semua berdiri dan menghampiri dokter,."Bisa bicara dengan suaminya."

"Saya dok!"

"Kita harus melakukan operasi Caesar, untuk menyelamatkan keduanya,"

"Lakukan yang terbaik dokter!" ucap Pras.

"Bapak ikut suster ini, untuk mengurus administrasi, saya akan melakukan operasi, sekarang mohon doanya."

Setelah bicara dokter kembali masuk dan menutup pintu. Pras mengurus semua administrasi.

Sepuluh menit kemudian dokter kembali ke luar ruangan.

"Operasi nya berjalan lancar, keduanya selamat. Bayinya laki laki, tapi kondisi pasien tidak baik, beliau mengalami pendarahan hebat dan saat ini dalam keadaaan kritis." jelas dokter Eka.

Semua terkejut tak percaya, mama kembali menangis histeris di pelukan ku, begitu kaki ku yang rasanya tak bisa berpijak. Lemas dan terkulai tak berdaya.

Setelah kepergian dokter, Pras masuk melihat kondisi istrinya yang berada di ruang ICU, hanya mampu melihatnya dari kejauhan.

"Semua ini kesalahan mu?" ucap dara ke arah Pras. Ada sorot mata penuh kebencian disana. Saat ini mereka berdiri berdampingan sambil menatap Dinda.

Dengan tatapan tak terima, Pras menatap balik dara. Tanpa gentar dara kembali berucap "Jika saja kau mau mengantarkan Dinda berbelanja ini pasti tak akan terjadi, tapi kau terlalu sibuk, dan ..dan...ini semua terjadi. Kau bajingan, suami tak bertanggung jawab, suami kejam." ucap dara sarkastik di depan Prasetya.

Kata kata yang dara ucapkan menusuk tepat di ulu hati Pras, mana mungkin dia ingin mencelakai anak dan istrinya.

Prasetya tak terima dengan semua ucapan dara, benar kemaren Dinda mengajaknya berbelanja, tapi pagi ini ada meeting penting, Dan dia meminta dinda mengundur sampai hari Minggu saja, Dinda tak mau dan mengajak dara tapi dara juga tak bisa akhirnya Dinda mengajak ibunya.

"Jaga bicaramu, kau.."

"Sudah, ini di rumah sakit, jangan bertengkar disini, saat ini bukan waktunya saling menyalahkan yang terpenting adalah keselamatan Dinda dan bayinya".

Dara dan Prasetya terdiam, benar kata mama percuma saja mendebat pria itu, tunggu saja aku pasti akan menghajar nya. bathin dara.

Enak saja dia menyalahkan aku, dimana salahku, aku berangkat kerja kondisi Dinda baik baik saja, apa sebenarnya yang terjadi padanya? aku khawatir sangat khawatir, didalam sana istri ku sedang berjuang melahirkan anak ku, buah cinta kami berdua, aku takut , ya Allah selamatkan lah mereka, aku mau keduanya selamat. bathin Prasetya.

"Bagaimana keadaan cucu dan menantuku?" tanya papa Pras begitu sampai di rumah sakit.

"Bayinya selamat tapi ibunya masih kritis" jawab papa.

Mama tak bersuara hanya memeluk besannya yang juga menangis.

Dert....Dert.ponsel Dinda berdering memecah kesunyian. Diambilnya benda pipih tersebut, tertulis jelas nama Arfan , ya Allah aku sampai lupa ijin karena tadi terburu buru.

Dara menekan tombol hijau.

"assalamu'alaikum pak" ucap dara mengangkat telepon nya.

"Dara kamu dimana?" terdengar suara diseberang, dari suara nya terlihat jelas dia sedang khawatir.

"maaf pak, saya lupa ijin, karena tadi terburu buru, saat ini saya di rumah sakit."

" kamu sakit? sakit apa? rumah sakit mana?" Arfan memberondong dara dengan banyak pertanyaan.

" saya nggak apa apa pak, Dinda mau melahirkan, Maaf karena saya tidak permisi dan membuat bapak khawatir," ucap dara penuh penyesalan.

"Alhamdulillah, saya kira kamu yang sakit, ya sudah tak.usah balik lagi ke kantor. titip salam buat Dinda semoga proses lahirannya berjalan lancar. Assalamualaikum" Arfan menutup telponnya.

'Waalaikum salam" jawab dara, dan menyimpan kembali ponselnya.

Diam dan berdoa itulah yang saat ini dara dan ibunya dan juga ibunya Pras lakukan.

Tiba tiba pintu ruang operasi terbuka, seorang perawat keluar.

"Pak Prasetya" panggil perawat

"Ya saya" Pras langsung berdiri dan menghampiri perawat yang memanggilnya.

"bayinya saat ini ada di dalam ruang bayi." ucap perawat.

"Alhamdulillah, bagaimana dengan istri saya sus!" ucap Pras

"Masih ditangani, tapi istri bapak banyak mengeluarkan darah, saat ini kondisinya lemah."

"Saya mohon lakukan yang terbaik untuk istri saya, saya akan bayar berapa pun itu." ucap Pras.

"Kita akan lakukan yang terbaik, anda bisa melihat bayinya."

Setelah bicara pintu kembali tertutup, dan seorang perawat berjalan kearah nya membawa seorang bayi. Dan menyerahkan nya kepada Pras.

"Ini putra anda" ucap perawat.

Dengan tangan gemetar Pras menerima bayi nya, anaknya, buah cintanya dengan dinda. Malaikat kecil yang akan mewarisi gen nya, menjadi penerus dan kebanggaan nya kelak.

Dada Pras bergemuruh hebat, bahkan matanya sampai berkaca kaca. Dipeluknya bayi mungil itu dan mulai mengadzani nya.

Setelah selesai dia menyerah kan kembali bayinya kepada perawat untuk kembali ke ruangan bayi.

Lagi seorang perawat keluar.

"Pak Prasetya" pqnggilnya

"Ya saya," Pras langsung berdiri, perasaan was was menghampirinya nya, entahlah sejak tadi dia merasa tidak tenang.

"Ibu Dinda memanggil anda" jawab perawat

Pras langsung berjalan menemui istrinya, wajahnya berubah senang mendengar istrinya sudah sadar dan memanggilnya.

Prasetya baru melangkah dua langkah memasuki ruangan istrinya, kembali perawat keluar memanggil dara.

"Nona dara"

"Ya saya" jawab dara yang langsung berdiri menghampiri perawat yang memanggilnya.

"Anda juga di panggil pasien." ucapnya.

Dara melangkah masuk, dilihatnya Pras sudah berdiri di samping kanan istrinya, dan dara memilih berdiri di sisi kiri Dinda.

"Mas, anak kita ...." terdengar suara Dinda pelan dan lirih.

"Anak kita sudah lahir, dia laki laki, tenanglah dia sehat. Jangan pikirkan apapun yang terpenting kau segera sehat."ucap Pras menggemgam tangan istrinya. Airmatanya lolos begitu saja.

"Kau harus kuat sayang, demi putra kita." Pras menciumi tangan istrinya berulang kali.

"Maafkan mas, maafkan...mas..." ucapnya lirih

Dinda tersenyum tipis menahan sakit di tubuhnya. Dia menggeleng lemah, "Tidak mas, ini takdir. Mas, boleh aku melihatnya sebentar saja..," ucap Dinda terbata.

Perawat memberikan bayinya dan dara menerimanya Lalu mencium kan nya ke Dinda.

"Dara, aku punya satu permintaan, tolong jaga anakku... sa..yangi dia seperti anak mu sendiri..." ucapnya menatap sayu dara

" mas...." panggilnya pekan kearah suaminya.

"Mas, a..aku punya satu permintaan," ucap Dinda pelan dan terbata, sambil menahan sakit ditubuhnya.

"me...menikahlah de...dengan dara de..demi bayi kita. A ..aku tak mau orang lain yang....membesarkannya." ucap Dinda terbata, airmata mengalir di sudut matanya.

"Tidak, jangan bicara seperti itu kau pasti akan sembuh, sayang dan kita akan membesarkan anak kita bersama"ucap Pras

"Sayang bertahan lah, aku mohon" ucap Pras ketakutan. Wajah Dinda semakin pucat.

"Dinda kau pasti kuat, kau harus sembuh Dinda, jangan tinggalkan aku, atau aku akan membencimu," ucap dara

"A...aku mohon mas. ber... berjanjilah..." ucapnya semakin pelan dengan nafas tersengal sengal

"Mas...." panggil Dinda semakin lemah.

Prasetya semakin mengeratkan genggaman tangannya, akhirnya dia menunduk.

Senyum tipis terlihat di wajah Dinda, dan dia menoleh saudara kembarnya.

"Dara, aku mohon...terima anak ku, sa...saya..ngi dia seperti anakmu."

"Jangan seperti ini Dinda, kamu pasti kuat, jangan tinggalkan aku, jangan memberiku beban, kita saudara kembar tak akan terpisahkan. Aku mohon bertahanlah..." jerit dara tak kuasa menahan emosinya.

"Dara..aku.mo..hon."

" Mas..."

tiba tiba tubuh Dinda berguncang dan Dinda pun menghembuskan nafas terakhir nya.

"Dinda..

sayang..sayang.....bangun." teriak Pras.

"Mas janji." bersamaan dengan jawaban Pras Dinda pergi untuk selamanya.

" Dinda...."

Pras menangis dan memeluk tubuh istrinya erat, meluapkan semua kesedihannya. Dara juga menangis bersama papa dan mamanya. Bahkan ibunya dara pingsan dan harus di tangani di ruang sebelah.

Semua orang menangis termasuk bayi dalam gendongan dara.

Perawat mengambil bayi tersebut, dan membawanya ke ruangan bayi.

Semua menangisi kepergian Dinda, dara menjerit sekuat kuatnya, seumur hidupnya dia tak pernah berjauhan dengan Dinda, tapi kini Dinda pergi dan meninggalkan tanggung jawab kepadanya. Takdir sungguh kejam, dalam sekejap dia memberikan kebahagiaan sekaligus kesedihan.

Hai semua, ketemu lagi dengan mamie, semoga kalian semua sehat ya, ingat tetap jaga jarak dan patuhi protokol kesehatan.

Ini novel terbaru mamie, semoga kalian suka ya. Di akhir Juni mamie mau bagi pulsa untuk tiga orang dengan vote terbanyak selama 1 bulan, semoga beruntung.

Oh ya, jangan lupa tinggalkan jejak ya.

Selamat menikmati

Ega Prasetya

Sebulan lebih sudah berlalu sejak pemakaman Dinda, kini dara dan ibunya mengurus si kecil. Mereka memilih tinggal di rumah orang tua dara. Jika siang hari mamanya yang mengurus karena data aduh Bekerja, jika sore dan malam hati dara yang menjaga, dan mengurusnya.

Walau terkadang Pras memilih tidur di rumahnya sendiri, tapi dia setiap hari datang melihat anaknya.

Ega Prasetya adalah bayi mungil yang lucu. Dia tumbuh dengan baik. Ega tak rewel, dia hanya akan menangis jika lapar dan mengompol. Dara merawat nya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Dia membawa Ega tidur di kamarnya agar lebih mudah merawat nya.

Walau dia tetap bekerja di kantor. Bos nya pak Arfan sangat baik dan tak mengijinkan nya lembur demi merawat keponakan nya.

Pak Arfan juga hadir dalam pemakaman Dinda dan selalu mendukung dara.

...****************...

Malam ini setelah acara peringatan empat puluh hari kepergian Dinda, papa dan mama nya begitu juga papa dan mama Pras duduk berkumpul di ruang tamu.

"Dara, " panggil mamanya

"Ya ma" sahut dara dari dalam kamar.

Dara keluar dari dalam kamar setelah menidurkan bayi nya.

Dara memang memilih membawa putranya tidur bersama di kamarnya. Putra nya, walau bukan dari rahimnya tapi dara bisa merasa ikatan bathinnya dengan Ega.

"Dara, kami ingin menanyakan wasiat Dinda, kapan kau dan Pras akan menikah?" tanya orangtua Pras saat dara sudah tiba di ruang tamu.

"Maaf sebelumnya, Aku tidak bisa, Tante. Aku tidak mau menikah dengan kak pras, Biarlah Ega tinggal bersama ku, dan kak Pras tinggal di rumah nya sendiri. Aku akan merawat Ega seperti anakku sendiri. Tante tak perlu khawatir."

"Tapi kenapa nak?" lagi orang tua Pras bertanya dengan nada sedih.

"Aku...aku tidak bisa mencintai kak Pras, dia suami kakak ku." jawab dara

"Tapi bagaimana dengan Ega, dia butuh seorang ibu, dan juga wasiat dari Dinda..." tampak jeda sebentar, semuanya diam termasuk dara dan Pras.

"Bagaimana ini besan?" tanya orang tua Pras kepada papa dan mama dara.

Ibu berpindah duduk di samping dara, tangannya mengusap lembut jemari anak,, gadisnya itu gadisnya yang saling bertautan.

"Dara sayang, pikirkan Ega, nak. kasihan dia, jika sampai orang lain yang..."

"Aku yang akan mengurusnya ma, tanpa harus menikah dengan ayahnya. Dia akan tinggal bersama ku." potong dara cepat

"Aku tidak mau terpisah dari anakku!" jawab Pras dengan nada tinggi. Habis sudah kesabaran nya. Sejak tadi dia diam mendengar perdebatan mereka.

Enak saja dia mau memisahkan ku dengan darah dagingku sendiri, siapa dia, dia tak berhak apapun karena aku orangtuanya.

"Apa kau kira, aku juga mau menikah dengan mu?" ucapnya menatap sinis kearah dara.

"Tapi Ega membutuhkan ibu Pras, harus ada yang merawat nya." bantah ibunya

"Aku bisa pakai jasa baby sitter ma, tapi aku tak akan pernah mau berpisah darinya "

"Bukankah kalian sudah berjanji dihadapan Dinda! tanya mama dengan wajah kecewa

"Berikan kami waktu untuk berpikir," ucap data

"Ibu tidak yakin dengan ini Bu hu baby sitter bisa menjaga nya dengan penuh kasih sayang. Apalagi di jaman sekarang banyak sekali kejadian baby sitter yang jahat, bahkan mereka menculik si bayi. Ibu takut, Bagaimana jika untuk sementara biar Eka tinggal bersama dengan kami" ucap mama dara.

Pras sudah terlanjur emosi dan sakit hati dengan dara, memang sejak dulu hubungan mereka kurang baik.

"Tidak,aku tidak mau. Aku tetap akan membawanya, Aku bisa melakukan seleksi dulu mencari baby sitter terbaik dan tulus merawat anakku."

"Jangan egois, kami telah kehilangan Dinda karena keegoisan mu dan kami tak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan memberikan Ega." bantah dara tak mau kalah.

"Siapa kau bisa menahan ku?" tanya Pras dengan suara lantang.

Tatapan matanya menusuk tajam membuat dara menciut.

Pertanyaan yang begitu menohok di dada dara, dara kehabisan kata kata untuk membantah.

Senyum mengejek muncul di wajah Pras, 'Dia anakku, aku akan membawa nya kemanapun aku mau, dan kau..." ucapnya menunjuk tepat di depan wajah dara

"Kau tak punya hak apa pun untuk mencegahku." setelah bicara Pras berjalan masuk ke dalam kamar dara untuk mengambil Eka.

Dara terdiam, kata kata Pras benar, dia hanyalah bibinya, tapi aku ..aku....

"Ma, ayo kita pulang" ucap Pras yang sudah menggendong putranya.

"Jangan bawa dia" ucap dara, coba menghalangi Pras tapi Pras terus berjalan, tak sedikit pun Pras menggubrisnya. Pras terus berjalan diikuti papa dan mamanya.

"Kami permisi dulu, assalamualaikum."

Dara menangis dan terduduk di lantai saat Pras pergi membawa Eka, bahkan Eka juga menangis kencang dalam gendongan papanya.

"Pras," panggil mamanya dan mengusap punggung anaknya pelan.

"Aku tidak apa apa ma, gadis itu sejak dulu selalu memandang rendah diriku, aku tidak terima, bagaimana dia bisa menjadi istriku dan ibu bagi Eka." ucap Pras

Dada nya terasa sesak menahan emosi sedari tadi.

"Sini biar mama gendong, bayi mu takut melihat amarah mu, bayi itu sensitif, nak. Dan dia bisa tahu dan merasakan jika orangtuanya bertengkar."

Pras berhenti sejenak, kemudian dia menghembuskan nafas berat dan kuat.

Setelah memberikan bayinya kepada mamanya, Pras melajukan mobilnya pulang ke rumah.

...****************...

Pras meletakkan bayinya di dalam boks kemudian dia menyelimutinya. Pras duduk dan tepi tempat tidur.

Bayangan dinda dan semua kenangan diantara mereka berputar, tanpa dia sadari airmatanya jatuh berderai.

Mengapa kau secepat itu meninggalkan ku dinda, mengapa kau jahat membiarkan ku membesarkan Eka sendirian,

Lamunan Pras buyar mendengar suara tangis Ega. Ega menangis kencang, Pras mengangkatnya dan memeriksa popoknya, tidak basah. Lalu Pras mengambil botol susu yang sudah dia siapkan dan coba menyusui anaknya, tapi lagi lagi Eka menolak.

"Ada apa Pras?" tanya mama yang datang dari kamar sebelah.

"Entahlah ma, dia terus saja menangis." ucap Pras masih coba menenangkan bayinya.

Mama mengambil Ega dari gendongan Pras dan coba menenangkan nya tapi tetap sama, Ega tak mau diam.

Pras terus saja menangis kencang, padahal sudah satu jam lamanya. Pras yang kebingungan membawanya ke rumah sakit. "Apa mungkinkah dia sakit Pras?" tanya mama

"Kita bawa ke rumah sakit saja ma, ayo?' ucap Pras, ibunya pun mengkuti kemauan putranya, dia juga takut terjadi sesuatu kepada cucu satu satunya.

Disepanjang perjalanan tetap Ega tak mau diam, membuat mamanya semakin panik. Pras melajukan mobilnya cepat. Berharap segera tiba di rumah sakit.

"Bagaimana kondisi anak saya dok?" tanya Pras setelah dokter memeriksa putranya dan kini Ega tertidur pulas.

"Sejauh ini dia baik baik saja, mana ibunya?" tanya dokter

"Ibunya baru saja meninggal saat melahirkan nya," jawab mama lirih

'Oh maaf, lalu siapa yang merawatnya selama ini?" tanya dokter lagi.

"tantenya." jawab mama

"Aku rasa dia merindukannya, karena secara fisik dia baik baik saja. Biasanya anak kecil lebih sensitif dan dia akan merasa nyaman dan aman bersama orang yang dia kenal. Maaf maksud saya, anak kecil bisa lebih peka dan memiliki ikatan bathin yang kuat. Mungkinkah n tantenya adalah orang yang dia rindukan, Karena aku sudah memeriksanya dan dia baik baik saja " jawab dokter

"Terima kasih dokter" jawab Pras tanpa mau berpanjang lebar.

"Malam ini menginap lah disini, kasihan jika membangunkannya, besok pagi sudah bisa di bawa pulang."

"Baiklah, kami akan menginap." jawab mama

Setelah dokter pergi, mama Pras Bu Evi duduk di sebelah anaknya. Mengusap punggung Pras yang terduduk sambil menunduk lemas.

"Jangan keras kepala nak, anakmu butuh ibu, dan dia sudah sangat nyaman dengan dara, mereka sudah memiliki ikatan bathin." ucap nama pelan dan lembut. Karena dia tahu Pras putranya sangat keras kepala.

"Besok aku akan mencari baby sitter untuk Ega, dan aku yakin dia pasti akan nyaman dengannya." jawab Pras

"Terserah padamu, mama hanya mengingatkan."

Setelah bicara mamanya pergi dan memilih meninggalkan Pras, Bu Evi memilih duduk di samping tempat tidur cucunya dan menatap nya. "Bayi kecil ini harus menderita karena keegoisan papa nya. sabar ya nak." Ucapnya pelan.

Berbeda dengan ibunya Pras memilih keluar dan berjalan menuju taman di depan rumah sakit, duduk menyendiri dan merenung.

Dalam sekejap hidupnya yang aman dan nyaman menjadi terbalik seratus delapan puluh derajat, istrinya meninggal dan dia memiliki seorang anak, tapi bukan itu masalahnya, Pras mampu membesarkan Ega sendirian tapi wasiat almarhumah istrinya untuk menikahi adik kembarnya menjadi beban berat di hati Pras.

Pras menarik nafas berat dan membuangnya kasar, berharap beban di dalam dadanya sedikit berkurang.

Ega Sakit

Pras mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, duduk termenung sendirian.

Pras POV

Baru bulan lalu aku merayakan hari ulang tahun pernikahan ku yang pertama dengan Dinda, Kami begitu bahagia, apalagi sebentar lagi kami akan memiliki seorang anak, tanda cinta diantara kamu berdua. Pelengkap kebahagiaan di dalam biduk rumah tangga kami yang baru seumur jagung.

Kemaren semua mimpi itu hancur berkeping keping, menyisakan duka dan kesedihan yang mendalam dan teramat dalam saat Dinda pergi meninggalkan ku untuk selama lamanya.

Dinda Ramadhani adalah gadis cantik dan supel. Dia juga gadis yang mudah bergaul. Aku mengenalnya sejak kami kuliah di kampus yang sama. Kemudian kami bertemu lagi di kantor yang sama. Dan itulah awal mula kisah cinta kami terjalin. Tiga tahun berpacaran aku memantapkan hati untuk melamarnya dan kami menikah.

Kami sangat bahagia, Dinda adalah istri yang sangat baik, dan dia memutuskan untuk resign setelah mengetahui dirinya hamil. Aku sangat bahagia karena sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dan itulah tujuan kami menikah, memiliki seorang anak.

Dinda memiliki saudara kembar yang bernama dara, hubungan ku dengannya tidak begitu baik, dia gadis yang tertutup dengan penampilan yang jelas berbeda dari istriku. Dara lebih suka memakai pakaian panjang dan longgar, dan akhir akhir ini aku melihatnya menggunakan hijab, walau hanya saat keluar rumah. Aku juga tak begitu memperhatikan nya.

Wasiat Dinda, menjadi beban terberat dalam hidupku, bagaimana dia bisa memintaku menikahi saudara kembarnya yang keras kepala itu. Dan aku tahu dia membenciku. Tanpa aku tahu apa kesalahan ku padanya.

Aku menolak begitu juga dengannya, aku tak mau anakku di asuh olehnya yang jelas membenci ku, dan aku membawa Ega pergi bersama ku, enak saja dia meminta Ega bersamanya.

Aku sudah kehilangan Dinda istri yang paling aku cintai, mana mungkin aku kehilangan Ega, anakku satu satunya. Aku akan mengurusnya sendiri. Tapi baru beberapa jam saja, aku sudah kesulitan, tampaknya dia sudah terbiasa dengan gadis kepala batu itu. Buktinya selama bersamanya dia tak pernah rewel seperti ini.

Apa aku menyerah dan memberikan Ega agar dia di rawat oleh gadis itu?"

Pras POV end

Pras melangkah kembali masuk ke dalam kamar rawat anaknya. Dilihatnya ibunya tertidur di kursi menunggui anaknya. Muncul rasa bersalah karena melibatkan wanita paruh baya itu dalam masalahnya. "Kasihan mama, karena aku mama jadi ikut menderita." ucap Pras.

"Ma..mama..." bisik Pras pelan takut membangunkan putranya.

"Ehmmm..." jawab Bu Evi yang masih setengah sadar.

"Mama pindah tidur di sofa ma, biar aku yang jagain Ega." ucap Pras masih dengan berbisik.

ibunya menatap Ega yang tertidur kemudian menatap wajah putranya, dan Pras mengangguk. Kemudian mamanya bangun dan melangkah ke sofa.

Pras duduk di kursi dan menatap wajah damai Ega yang terlelap. "Hidungnya mirip dengan ku, tapi bibirnya mirip sekali dengan mu sayang, apa kau melihatnya," lirih Pras

...****************...

Pagi pagi sekali dokter datang ke ruangan sikecil dan memeriksa kondisinya. Malam tadi Ega dua kali terbangun dan kembali tidur setelah di tenangkan oleh perawat. Dokter kembali memeriksanya,

"Berapa panas nya?" tanya dokter kepada perawat yang memeriksa Ega.

"37, dok."

Belum selesai diperiksa bayi kecil itu kembali menangis kencang. Perawat sudah coba menenangkannya begitu juga dengan Bu Evi, tetap saja Ega tak mau diam.

Di beri susu juga tidak mau membuat semuanya menjadi panik.

"Pak Pras, bisa bicara sebentar" panggil dokter

Pras mengikuti dokter keluar ruangan. Dan kini mereka duduk berhadapan di ruangan dokter.

"Coba minta tantenya datang kesini, Aku rasa dia merindukannya." ucap dokter.

"Jika anda tak mampu mengobati putra saya, saya akan membawanya ke dokter lain." jawab Pras emosi.

"Terserah anda, tapi jangan karena keegoisan, anda kehilangan putra anda, kasihan, dia masih sangat kecil."

"Anda tahu apa dokter!" ucap Pras emosi. Pras keluar ruangan dan kembali ke kamar anaknya dengan perasaan marah.

"Ma, ayo kita bawa Ega ke rumah sakit yang lain, dokter disini terlalu banyak bicara." ucap Pras penuh emosi. Dia mulai mengemasi barang barang putranya.

"Pras" panggil Bu Evi dengan nada tinggi.

"Aku sudah menelpon dara, dia sedang dalam perjalanan kesini."

Sontak Pras terdiam sejenak, kemudian dia kembali mengemasi barang Ega,"Kita tak membutuhkan bantuannya, untuk apa mama menelpon nya." ucap Pras datar.

Pras menggendong Ega, dan meminta perawat mengemasi semua barangnya.

Bu Evi menarik nafas dan menghembuskannya keras hingga suara desahannya terdengar jelas.

Belum sempat Bu Evi bicara pintu kamar terbuka dan dara dalam hitungan detik sudah berada di hadapannya.

"Ada apa dengan Ega Bu." tanya dara panik.

Dara melihat Pras menggendong Ega yang menangis karena terkejut, bermaksud mengambil Ega dari gendongan papanya, tapi Pras tak memberinya kesempatan.

"Jangan sentuh putraku." ucap Pras dengan nada datar. Sambil terus menenangkan Ega yang kembali menangis mendengar suara ribut.

"Bahkan kehadiran mu tak dia inginkan, buktinya dia menangis." tambah Pras.

Pras kembali pcoba menenangkan nya, lagi lagi gagal, malah Ega semakin kencang menangis.

"Sus, ayo kita pulang!." ucap Pras bermaksud jalan.

"Jangan siksa dia, apa kau tega melihat menderita karena keangkuhan mu." ucap dara menghadang langkah Pras.

"Minggir"

"Tidak," jawab dara tegas

Dara langsung merebut Ega dan menggendongnya. Ajaib dalam sekejap Ega terdiam di pelukan dara.

"Mana susunya?" tanya dara kearah perawat. Perawat memberikan susu Ega dan dara langsung memberikan nya. Dalam hitungan menit susu tersebut sudah berpindah ke perut mungil Ega. Dan dia pun tertidur lelap dalam dekapan dara.

Bu Evi yang sejak tadi memperhatikan, menangis terharu. Dia berjalan kearah Pras yang diam dan terus memperhatikan drama di hadapannya.

"Kau lihat, anakmu sudah memiliki ikatan bathin dengannya. Ap kau tega melihatnya menderita dengan memisahkan mereka berdua." ucap ibu pelan. Namun kata katanya bagai belati tajam menusuk di hati Pras.

Bagaimana bisa, dara yang jelas orang lain mampu menjalin ikatan bathin dengan putranya ,sementara dia adalah ayah kandungnya? mengapa putranya lebih nyaman dengan dara? ribuan pertanyaan berputar di kepala Pras.

"Alhamdulillah dia sudah tertidur, Tante boleh aku membawanya pulang?" tanya dara kepada Bu Evi.

"Aku papanya, aku yang memutuskan kemana putraku pergi. Dan aku akan membawanya pulang ke rumah ku. Lagipula aku sudah menyewa seorang babysitter." jawab Pras dengan angkuh.

Dara hanya memutar bola matanya, malas meladeni Pras, apalagi ini di rumah sakit. Dia memilih diam dan ikut dengan Pras pulang ke rumahnya. Bersama Bu Evi dan seorang perawat yang sudah dia sewa untuk sebulan ke depan. Namanya Maya, dia masih muda dan cantik.

Disepanjang perjalanan pulang, Ega tertidur pulas dalam dekapan hangat dara. Tak sedikit pun dia menangis.

Diam diam Bu Evi tersenyum bahagia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!