Uwek ... uwek ...
Suara menahan muntah keluar dari mulut seorang gadis cantik yang sedang duduk di depan cermin hias, hingga membuat perhatian teralihkan padanya.
"Aku permisi ke toilet dulu,” ucap seorang gadis, seraya membekap mulutnya dengan telapak tangan. Beranjak bangun dari duduknya, tidak menghiraukan gaun indah, berwarna putih panjang yang ia kenakan menjuntai menyapu lantai, terus melangkah cepat menuju ke arah toilet untuk memuntahkan isi perutnya.
Melihat pemandangan itu dua orang yang dari tadi mempersiapkan penampilan gadis itu hanya menarik napas panjang.
“Mual lagi! Kalau sakit kenapa minta nikah dadakan!” keluh gadis cantik bernama Chelsea saat melihat bayangan gadis itu telah menghilang. Mengeluarkan keluhannya pada gadis berkaca mata tebal dan rambut di kepang dua bernama Nara, yang masih memegang kuas make up di tangan.
“Calon kakak ipar kamu lagi masuk angin,” sahut Nara memaklumi.
“Dia sudah muntah tiga kali, bagaimana foto preweding ini bisa berjalan lancar! Kita dari tadi hanya menghabiskan waktu merapikan hiasannya! belum ada satu foto pun yang di ambil!” omel Chelsea, telah berjam-jam ia berada di studio foto mengurus foto preweding kakaknya.
Mendengar itu, Nara hanya menampilkan senyum tipis. “Udah sabar aja napa. Dia itu calon kakak ipar kamu! Kan yang kita urus bukan pernikahan orang lain tapi kakak kamu. Jadi santai saja,” ucap Nara yang saat ini bertugas merias calon pengantin.
“Santai Ra! Kamu bilang santai! Masih banyak yang harus di persiapkan. Bagaimana bisa kita menyiapkan akad nikah dalam waktu seminggu.” Gadis cantik ini terus saja mendumel.
Ocehan Chelsea terhenti ketika pemuda berwajah tampan, namun berpenampilan bak badboy dengan anting tindik di telinga, memegang kamera, ikut bergabung bersama mereka.
“Gimana Sea calon kakak ipar kamu, udah siap belum?” tanyanya dengan tak sabar.
“Belum! Lagi di toilet Vin,” jawab Chelsea pada pemuda bernama Vino yang bertugas sebagai fotograper.
“Kasihan Vin lagi sakit. Dari tadi muntah mulu,” sela Nara terdengar nada prihatin.
“Oh.” ucapnya dengan wajah datar. setelahnya malah mengarahkan kamera yang di tangannya pada Nara.
“Nara senyum,” Vino membidik kamera pada Nara, si gadis berkaca mata, cahaya blizt kamera seketika membuatnya tersentak.
“Vino apaan sih,” protes Nara mengerucutkan bibirnya pada pemuda tampan yang tiba-tiba mengambil gambarnya. Setelahnya kembali berucap, “Aku kan harus siap dulu.” Nara tersenyum, memperlihatkan gigi putih ratanya lalu berpose agak memiringkan tubuhnya, serta menaruh sebelah tangannya di pinggang. Vino pun menarik sudut bibirnya.
“Oke bagus Ra!” Vino kembali membidik lagi, cahaya blitz kamera menyinari wajah putih Nara.
Nara terus berpose di hadapan Vino sang tukang fotografer. Tidak menghiraukan jika tanduk Chelsea telah berdiri karena ulah santai si tukang make up dan fotografer.
“Benar-benar ngak ada akhlak kalian! Kenapa jadi kalian yang berfoto! Ini itu prewed kakakku!” sembur Chelsea pada dua sahabatnya yang selalu bersamanya sejak duduk di bangku smp dan kini mereka telah menjadi rekan kerja, benar-benar tak terpisahkan.
Nara lalu tersenyum pelik, menghentikan aksinya. “Kamu sih Vin, kasian tahu calon kakak ipar Sea muntah mulu,” tuduh Nara dengan cengiran kemudian kembali memasang wajah mode khawatir.
Vino memutar bola mata malas lalu melangkah, duduk di kursi bekas tempat calon pengantin di rias, menatap hasil jepretannya.
“Lama banget sih,” keluh Chelsea lagi menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Lagi hamil kali, makanya muntah-muntah mulu,” celetuk Vino santai tanpa dosa, menatap pose Nara di kameranya dengan pandangan takjub.
Chelsea dan Nara seketika tercengang, sontak membulatkan mata, mendengar ucapan sahabatnya.
“Vino! Aku lagi kesal nih! Jangan sampai mulutmu itu aku tusuk pake tusuk konde.” Emosi Chelsea, dengan tangan terulur meraih benda panjang, di kotak perlengkapan Nara, kesal akan ucapan sahabatnya yang suka bicara blak-blakan.
“Iya Vin, jangan bicara seperti itu.” Nara ikut menimpali ucapan santai Vino
“Ya elah canda kali.” Manik mata Vino menatap Chelsea dan Nara secara bergantian yang saat ini menatapnya tajam.
“Bercanda kamu ngak lucu! Ah sudah lah. Kalian berdua hanya membuatku semakin kesal saja.” Chelsea berdecak kemudian meninggalkan dua sahabatnya.
“Ya ngambek,” ucap Nara kini tinggallah mereka berdua.
Tak lama calon pengantin datang dengan wajah pucat di dampingi sang calon mempelai pria.
Chelsea menatap pemuda tinggi tegap nan tampan, terlihat gagah dengan setelan jas yang membalut tubuhnya dan baru saja duduk di sofa. Ia pun kemudian bergegas menghampiri, hendak melampiaskan kekesalannya.
“Kakak ini sudah ketiga kalinya,” sembur Chelsea ikut bergabung duduk di sofa panjang bersama kakaknya bernama Milan Kalingga.
“Sabar Sea! Calon kakak ipar kamu sedang ngak enak badan,” kata Milan singkat, mengarahkan bola mata pada calon istrinya, dengan raut wajah cemas tidak peduli sang adik yang dari tadi memasang wajah masam.
“Kakak ini! sudah memberitahukan pernikahan dadakan! Kakak ngak tahu begitu banyak harus di siapkan karena kakak adalah pemimpin perusahaan, aku ingin menyiapkan pesta yang sempurna untuk moment sekali seumur hidup ini. Tapi kalau seperti ini semua akan terbengkalai.” Oceh sang adik sekaligus bertugas sebagai Wedding organizer yang mengurus pernikahan kakak tersayangnya.
Chelsea mengigat bagaimana kakaknya yang tiba-tiba mengungkap keinginannya menikah dengan wanita yang telah ia pacari selama tiga tahun, hingga membuatnya kelimpungan mempersiapkan semuanya.
“Kalau dia kurang sehat. Kenapa pernikahan kalian tidak di undur saja beberapa hari?” saran Chelsea.
“Zeline ngak mau mundur,” balas Milan.
Chelsea terdiam sejenak. Pikirannya seketika mengudara pada celetukan blak-blakan sahabatnya Vino, walau bercanda namun entah mengapa membuat hatinya resah. Apa benar calon kakak iparnya mual karena hamil?
“Kak Milan! apa mungkin dia mual karena sedang hamil? Dan karena itu kakak minta pernikahan ini diadakan mendadak?” tanya Chelsea penasaran.
Mendengar itu tangan Milan seketika terulur mengetuk kepala adiknya hingga membuatnya mengaduh kesakitan. “Gila kamu Sea! Jaga ucapan kamu! Walau pun kakak udah pacaran dengannya tiga tahun tapi kakak ngak akan merusak orang yang aku cintai,” sembur Milan tak terima akan tuduhan adiknya.
“Yang benar, jangan bohong? Kakak laki-laki normal kan?” tanya Chelsea sangsi.
“Dia itu gadis baik-baik Sea dan berpendidikan. Lagi pula, aku ini seorang kakak yang punya adik perempuan, aku tidak akan macam-macam, karena aku tidak mau adikku juga nanti di rusak oleh lelaki lain. Ya Semacam karmalah,” jelas Milan.
Mendengar itu Chelsea menarik napas lega akan penjelasan kakaknya. Sekaligus terharu kakaknya bisa menahan diri tidak menyentuh gadis yang ia cintai sebelum bernaung dalam ikatan pernikahan.
...Like, coment, vote jadikan cerita ini favorit dengan tekan ♥️ biar kalian dapat notif up date....
Seminggu kemudian.
Di depan sebuah bangunan tinggi menjulang, terlihat seorang gadis berkaca mata dengan rambut terkepang dua. Berdiri tegak, mendongakkan kepala memandang dengan takjub, tempat yang akan menjadi saksi sebuah perhelatan megah.
“Kak Nara semangat, semoga lancar. Semoga setelah menghias model top sekelas Zeline. Job merias kakak juga semakin banyak dan tahun ajaran baru nanti aku bisa daftar kuliah.”
Sebuah kata semangat dari adik tersayang, yang menyiratkan harapan, mengudara di pikiran Nara, membuat semangat Nara berkobar melakukan yang terbaik, untuk langkah awal meraih mimpi serta mengabulkan semua keinginan adiknya.
Hari ini adalah moment spesial yang di tunggu-tunggu. Sebuah perhelatan megah pernikahan antara pengusaha Milan Kalingga dengan model top cantik bernama Zeline.
Rasa bangga menyeruak dalam hati Nara, saat mendapatkan kesempatan emas dari sahabatnya Chelsea. Merias sang mempelai wanita yang merupakan seorang model. Ya karena kebaikan hati sahabatnya itu, mahakaryanya akan terlihat oleh banyak orang hari ini.
Merias model di hari pernikahannya, benar-benar kesempatan besar, untuk karier merias Nara. Pundi-pundi rupiah akan lebih mudah di dapatkan oleh si gadis yang berperan sebagai tulang punggung keluarga ini.
“Aku harus melakukan yang terbaik! Aku harus berhasil. Alana memerlukan biaya besar untuk daftar kuliah,” batin Nara dengan semangat berkobar.
Sebelum masuk ke dalam dia menarik napas panjang, mengumpulkan kekuatan. Perasaan Nara campur aduk senang berselimut kegugupan, seakan dia akan bertempur di medan perang. Dan kotak make up yang menggantung di tangan akan menjadi senjata penentu keberhasilannya.
Dengan langkah semangat dan senyum terkembang Nara menyusuri tempat yang instruksikan oleh sahabatnya Chelsea.
Setelah beberapa saat Nara akhirnya sampai di depan sebuah kamar. Tempat merias calon pengantin.
Sebelum membuka pintu kamar sekali lagi Nara menarik napas panjang, agar rasa gugup itu sedikit berkurang.
Dengan senyum bahagia terkembang, Nara membuka pintu pelan.
Pandangannya langsung terpusat pada pemuda tampan mempesona, calon pengantin pria Milan yang berdiri di hadapan beberapa lelaki berjas hitam. Milan menatap Nara sekilas, lalu kembali membuang pandangannya. Memang itu yang selalu di lakukan Milan saat bertemu dengan Nara cuek dan tidak peduli. Karena Milan tidak suka Chelsea adiknya berteman dengan gadis berpenampilan culun seperti dirinya.
Senyum Nara seketika luntur, alisnya mengernyit dalam saat melihat raut wajah marah yang di tampakkan oleh Milan.
Arah pandang Nara pun berputar menatap sekeliling. Ia melihat Chelsea duduk di sofa bersama ibunya yang terlihat menangis.
“Sea kakakmu! Kasian kakakmu!” Chelsea sedang mengelus punggung ibunya. Sungguh pemandangan yang tidak tersirat kebahagiaan, malah terlihat kacau.
Brak ...
Suara ponsel yang terbanting ke lantai semakin membuat Nara gelagapan. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?
“Aku tidak mau tahu cari dia! Dia tidak bisa membatalkan pernikahan seperti ini!” teriak Milan penuh amarah di hadapan para lelaki itu, terdengar sangat menakutkan.
Nara melangkah cepat mendekat pada Chelsea. “Sea, apa yang terjadi?” tanya Nara penasaran menatap wajah datar Chelsea.
“Pernikahan ini tidak akan pernah terjadi, perempuan penipu itu pergi, dia membatalkannya!” ungkap Chelsea memasang wajah jengah namun terus mencoba menenangkan ibunya.
“Sudah Ma, biarkan saja perempuan itu pergi. Dia tidak pantas untuk kak Milan, dia ngak tulus mencintai kak Milan, Malah untung saja kak Milan ngak jadi nikah sama dia,” ucap Chelsea santai dengan seringai di wajahnya seolah itu bukan masalah yang besar.
“Batal,” ulang Nara seketika tertegun, menatap kosong. Tubuhnya terasa lemas, harapannya merias seorang model terkenal telah menguap begitu saja, hatinya terhempas. Impiannya buyar. Lalu bagaimana harapan adiknya? Karier meriasnya?
“Mama!” pekik Chelsea.
Nara tersentak dari lamunan saat mendengarkan suara teriakan Chelsea yang melihat mamanya telah tak sadarkan diri.
“Kak Milan! Mama!” panggil Chelsea.
Suasana menjadi semakin bertambah panik.
Milan pun mendekat dengan sigap menggendong tubuh ibunya ke ranjang.
****
“Mama!” raung Chelsea setelah berbagai upaya yang di lakukan bersama Nara tidak membuat ibunya membuka mata. Milan pun masih setia menunggu kesadaran ibunya dengan wajah cemas.
Nara terus mencoba menenangkan Chelsea. Walau pun hatinya juga tersimpan kekecewaan akan kandas harapannya, namun tersadar bahwa kesedihannya tidak ada bandingannya dengan apa yang sedang keluarga Chelsea rasakan.
Setelah hampir satu jam akhirnya perempuan paruh baya itu terbangun. Mereka pun menarik napas lega.
“Sea, kakakmu!” tangisan perempuan paruh baya bernama Erika kembali pecah.
“Mama tenang ya,” Chelsea mendekap tubuh ibunya.
Erika menatap putranya. “Milan, pernikahannya.”
“Pernikahan ini harus di batalkan. Zeline telah menghilang,” ucap Milan dengan nada dingin tersirat penuh kekecewaan.
“Jika pernikahan ini batal keluarga kita akan menanggung malu,” terangnya.
“Ma. Milan tidak punya pilihan lain,” sambar Milan.
Pembicaraan terhenti saat sesosok pemuda yang mengenakan setelah jas ikut bergabung bersama mereka. Dia adalah Kay sahabat sekaligus asisten Milan di perusahaan.
“Ada apa Kay?” tanya Milan.
Kay menarik napas panjang, turut prihatin dengan yang di Milan hadapi.
“Tidak ada kabar, tidak ada yang tahu dia pergi ke mana!” lapor Kay.
“Ke mana dia?” rancau Milan dengan Geram.
Milan mendesah kasar, menarik rambutnya putus asa. Rasanya kepala ingin pecah memikirkan semuanya. Percintaan yang ia lalui selama tiga tahun tidak ada arti.
“Milan, sudah waktunya. Semua orang telah menunggu,” ucapnya lagi.
“Tunggu satu jam lagi. Aku akan bersiap dan membatalkan pernikahan ini,” ucap Milan.
“Milan pikirkan dampak yang akan terjadi jika, kau membatalkannya. Nama baik perusahaan menjadi taruhannya, orang-orang akan merendahkanmu Nak,” sela Ibu Erika semakin terisak.
“Aku harus pergi Ma!” Milan bangun dari duduknya, lalu mengarahkan pandangannya pada Kay. “Kay siapkan semuanya.”
Milan pun berlalu meninggalkan mereka.
“Milan! Milan!” panggil Erika namun tak di idahkan.
Erika kemudian menggenggam tangan Chelsea. “Sea tolong kakakmu,” rengeknya.
“Mama,” ucap Chelsea lirih dia juga tidak tahu harus berbuat apa-apa.
“Kasian kakak kamu Sea. Mama ngak bisa melihat dia di hina, Dia pasti akan menerima hujatan oleh semua orang, malang sekali nasibnya.” Tangisan Erika semakin membahana membuat Chelsea menjadi iba.
“Pernikahan ini tidak boleh batal.” Tambahnya.
Chelsea hanya terdiam, benar kata mamanya kakaknya akan menanggung malu namun ia tak tahu harus berbuat apa? Otaknya pun terasa panas, berpikir keras mencari jalan keluar agar kakaknya tersayang tidak kehilangan muka.
Dret ... Dret ...
Suara getar ponsel di saku Nara terdengar, membuat perhatian teralihkan padanya.
Nara menghela napas, ia bisa menebak penelepon itu pasti adiknya yang akan bertanya tentang hasil merias model Zeline.
“Maaf aku harus menjawab telepon dulu,” ucap Nara tersenyum pelik, kemudian berlalu.
Melihat kepergian Nara, seketika pikiran Chelsea terbuka, gadis cantik ini menemukan sebuah ide yang bagus.
“Sea kakakmu,” raung Erika.
Chelsea mengelus punggung ibunya. “Mama tenang aja, pernikahan ini tidak akan pernah batal. Nama baik keluarga kita akan selalu tetap terjaga,” ucap Chelsea dengan senyum menghiasi wajah cantiknya.
Dengan waktu yang singkat kini saatnya Chelsea mengatur rencana.
Di sebuah ruangan kamar yang menjadi saksi dua gadis sedang melakukan perdebatan sengit. Saat Chelsea mengutarakan rencananya.
“Apa! Aku! Kau gila ya!” umpat Nara si gadis kaca mata, saat Chelsea mengungkapkan keinginannya. Bak tersambar petir ia mendengar keinginan tak masuk akal sahabatnya.
“Iya, Ra. Kamu! Jadilah pengganti Zeline. Menikahlah dengan kakakku,” pinta Chelsea memegang tangan Nara penuh harap.
“Menikah dengan kakakmu!” Suara Nara meninggi seakan tak percaya.
“Please, Ra. Nama baik keluargaku di pertaruhkan. Jika pernikahan ini batalkan, semua media akan meliput berita memalukan ini, kakakku juga akan masuk dalam lambe ghiba,” jelas Chelsea akan dampak jika pernikahan ini tidak jadi di gelar dalam keluarganya.
Nara memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa berat. Tubuhnya oleng jatuh terduduk di sofa.
Menikah ... kata itu belum pernah terlintas di pikiran Nara, prioritas hidupnya hanya bekerja, bekerja dan bekerja, untuk kebahagiaan adik dan ibunya. Bagaimana kehidupan adik dan ibunya jika dia menikah?
“Ra, tolong keluargaku. Nama baik keluargaku ada di tanganmu,” pinta Chelsea lagi membuat lamunan Nara buyar.
Nara menarik napas berat. Menatap Chelsea yang berdiri di hadapannya memasang raut iba.
“Menikah Sea! Aku belum siap menikah!” tekan Nara.
“Please Ra. Media meliput pernikahan ini.” Mohon Chelsea.
“Sea, kau tahu aku ini tulang punggung keluarga. Hidupku banyak tanggungan. Aku harus menghidupi ibu dan adikku, aku bahkan belum membahagiakan mereka. Jika aku menikah bagaimana dengan mereka? Aku harus bekerja keras untuk mereka!” terang Nara.
"Kau tetap bisa bekerja setelah menikah. Yang penting hari tolong selamatkan keluargaku dari malu.”
Nara mengusap wajah yang di hiasi kaca mata, sungguh frustrasi. Chelsea tidak menyerah untuk memintanya menikah.
“Bagaimana aku bisa menolongmu dengan menikahi kakakmu. Kau tahu kan cicilan motorku baru kebayar lima kali, hutang gadai sertifikat rumah kami di bank masih ada 3 tahun lagi dan tahun ini juga Alana akan masuk kuliah, belum lagi kreditan panci dan tupperware ibuku,” oceh Nara panjang lebar menjabarkan beban hidupnya.
“Dan satu lagi. Aku belum membahagiakan ibuku! Ibuku belum naik haji!” teriak Nara semakin putus asa akan keinginan Chelsea.
Chelsea mendesah kasar, merotasi manik matanya mendengar tanggungan hidup sahabatnya. Oh sungguh sangat berat.
“Itu semua terbayar jika kamu menikah dengan kakakku,” sambar Chelsea.
Nara seketika bangkit dari duduk, menatap tajam sahabatnya.
“Sea! Kau ingin membeliku,” kata Nara terdengar kecewa dengan ucapan sahabatnya. “Apa kau juga akan memandang rendah diriku! Aku pikir kau berbeda, Ternyata kau sama saja seperti orang kaya lain!” tuding Nara.
“Bu ... bukan begitu,” jawab Chelsea gelagapan, Nara telah tersinggung dengan ucapannya. Namun inilah yang Chelsea kagumi dari Nara gadis yang berjuang untuk keluarganya sendiri. Tak pernah bergantung pada orang lain. Nara tidak berpikir jika dia menikah dengan Milan Kalingga maka semua beban hidupnya akan sirna dalam sekejap mata.
Chelsea menggenggam tangan Nara, matanya mulai berkaca-kaca melihat raut wajah Nara.
“Maafkan aku! Aku tidak bermaksud seperti itu. Kau adalah orang yang tulus! Kau berteman denganku tanpa memandang siapa diriku. Aku yakin padamu. Maafkan aku,” kata Chelsea dengan nada terendah.
Nara terdiam sejenak lalu mengangguk memaklumi. Jika Chelsea sedang kalut lagi pula baru kali ini sahabatnya bicara seperti itu padanya.
“Demi persahabatan kita, Ra. Menikahlah dengan kak Milan.” Chelsea terus memohon kali ini dengan linangan air mata membuat Nara menjadi iba.
“Sea.”
Air mata yang membasahi wajah cantik Chelsea membuat hati terenyuh, baru kali ini dia melihat sahabatnya ini menangis.
Tatapan Nara kosong memikirkan sesuatu
Milan Kalingga ... pemuda tampan, penuh kharisma, cuek, angkuh dan selalu menatapnya sinis, bahkan hanya memanggilnya si culun, itulah bayangan Nara pada sosok Milan kakak Chelsea. Sejak dulu Milan tidak pernah suka jika Chelsea bergaul dengan Nara. Bagi Milan Nara hanya gadis aneh, norak. Dan sekarang bagaimana jika Milan Kalingga menikah dengan gadis yang dia anggap aneh dan berpenampilan culun, sungguh Milan akan gila jika menikah dengannya.
“Nara!”
Nara tersentak dari lamunan saat Chelsea memanggil namanya. Sahabatnya masih menatapnya dengan sorot mata memohon.
“Kau tahu bagaimana kakakmu! Dia selalu sinis padaku. Dia bisa gila jika menikah denganku. Ya aku yakin itu," ucap Nara dengan penuh keyakinan.
“Itu akan kita pikirkan nanti! Acara sudah akan di mulai. Tolong Ra. Hanya status, setelah pernikahan ini. Terserah apa-pun yang ingin kau lakukan nanti,” jelas Chelsea.
Hanya status? Gumam Nara berpikir keras. Berarti hanya menikah lalu semua selesai. Hanya hari ini.
Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing hanya isakan terdengar. Nara masih menimbang desakan Chelsea. Apa dia memang harus menolong sahabatnya? Menikah dengan pemuda dingin itu. Dan bagaimana dengan keluarganya?
Melihat Chelsea yang putus asa. Ah sial sungguh dia tak tega, bertahun-tahun mereka bersahabat Chelsea adalah gadis tangguh, memiliki kepercayaan tinggi tidak pernah terlihat semenyedihkan ini.
“Ra, please. Hanya untuk hari ini.” Chelsea menunggu keputusan Nara.
Setelah berpikir keras, Nara menarik napas panjang akan mengambil sebuah keputusan berat.
“Baiklah. Demi persahabatan kita aku akan menikah dengan kakakmu,” ucap Nara dengan tidak bersemangat akan keputusannya.
Ah, dia sudah mengambil keputusan gila yang mempertaruhkan masa depannya.
Senyum terbit dari wajah Chelsea saat Nara mengiyakan menikah dengan kakaknya.
“Ingat hanya hari ini. dan hanya status, tidak ada yang berubah. Dan aku tidak mau kau memberiku apa-pun. Aku tulus membantumu karena kau adalah sahabatku,” terang gadis si kaca mata ini.
“Hanya status Ra, setidaknya kakakku ngak masuk lambe ghiba.” Chelsea beralih memeluk tubuh sahabatnya erat.
Nara melepaskan pelukan Chelesea.
“Satu lagi jangan sampai ketahuan ibu dan adikku. Aku bisa di coret dari daftar keluarga! Menikah tidak memberitahu mereka.” Nara melayangkan tatapan tajam.
"Aku jamin tidak akan Ra,” jawab Chelsea antusias.
“Makasih Ra, kamu memang sahabat terbaik aku."
Nara hanya membalas dengan senyum pelik. Ia tidak tahu apakah yang jalan yang dia ambil membantu sahabatnya adalah keputusan yang benar. Menikah dengan Milan Kalingga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!