Anna Rahardian gadis cantik yang kini berusia 20 tahun, adalah putri tunggal seorang pengusaha kaya yang bernama Rama Rahardian. Rama Rahardian adalah pemilik perusahaan properti yang cukup terkenal di Indonesia. Anna hanya tinggal berdua dengan papanya karna mamanya meninggal dunia tujuh tahun yang lalu. Saat ini Anna sedang kuliah di salah satu kampus ternama di kotanya. Sejak kecil Anna sudah terbiasa hidup mewah dan berkecukupan. Apapun keinginannya selalu terpenuhi. Namun Anna selalu kesepian karna papanya selalu sibuk bekerja. Untuk mengusir rasa sepi biasanya Anna akan menghamburkan uang papanya untuk bersenang-senang.
Seperti baru-baru ini Anna baru saja merayakan pesta ulang tahunnya di sebuah pulau. Tak tanggung-tanggung Anna mengajak serta teman-teman sekelasnya untuk ikut merayakannya. Anna bahkan menyewa sebuah kapal mewah dan juga menyewa pulau itu selama tiga hari berturut-turut. Anna begitu bahagia karna bisa mewujudkan impiannya mengadakan pesta meriah di pulau.
Di kampus teman-teman sekelasnya masih sibuk membahas liburan mereka yang sangat berkesan itu. Mereka juga tak henti-hentinya memuji Anna.
"Anna keren deh. Hanya dia satu-satunya yang mampu mengajak kita liburan gratis ke sebuah pulau.." ujar Clara.
"Anna gitu lo..,queennya kampus kita.." sahut Dita yang di sambut tepuk tangan oleh Teman-teman nya.
Anna hanya tersenyum, baginya itu bukanlah apa-apa. Bahkan dia sanggup membawa teman-teman sekelasnya keluar negeri sekalipun bila dia mau. Karna papanya pasti tidak akan pernah melarangnya.
"An, kantin yuk.." ajak Icha. Icha adalah sahabat dekatnya Anna.
Anna melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. "Yah, udah jam delapan nih. Bentar lagi kelasnya pak pitak.." ujar Anna.
"Hahaha.. Anna, Anna.. Sejak kapan sih lo rajin masuk kelasnya pak pitak..?" ejek Icha.
Pitak bukanlah nama asli sang dosen yang mereka bicarakan, nama aslinya Kurdi. Namun anak-anak di kampus itu sudah terbiasa menyebutnya dengan sebutan pak pitak, karna kepalanya yang pitak.
"Sejak sekarang..! Nilai gua rendah banget ma tu bapak. Masa iya nilai gua di kasih C. Sebel deh...!"
"Haha..., masih mending di kasih C. Lo nya aja jarang banget masuk kelas tu bapak..." ledek Icha.
"Justru itu, gue pengen berubah sekarang. Gua nggak boleh dapat C lagi..."
"Ya deh... Gue dukung jika lo bener-bener mau berubah..." Icha kembali ke tempat duduknya.
"Nah gitu dong... Itu baru namanya sahabat yang baik..."
Hari ini jadwal kuliah begitu padat. Namun tak seperti biasanya, hari ini Anna terlihat begitu semangat. Anna bahkan mengikuti semua kelas tanpa kecuali, hingga Icha di buat kagum olehnya. Karna biasanya Anna lebih suka bolos dengan pacarnya. Atau dia akan mengajak Icha juga jika sedang tak bersama Dewa.
"Akhirnya selesai juga.." Anna merentangkan kedua tangannya di udara. Rasanya dia begitu lelah.
"Kesambet jin apa sih lo An, tiba-tiba rajin amat.." seru Icha.
"Harusnya lo senang dong gua rajin.." ujar Anna sambil merapikan bukunya.
"Seneng sih, seneng banget malahan. Gua cuma heran aja, lo nggak kayak biasanya. Semoga lo tetap kayak gini ya..." Icha menepuk-nepuk punggung Anna.
"Apaan sih lo Ca, lebay deh.. Yuk ahh pulang. Tapi sebelumnya kita makan dulu ya, gua laper banget nih.." Anna mengelus perutnya.
Mereka kemudian langsung menuju tempat parkir.
"Oh ya Ca, kita makannya di restoran dekat sini aja ya, gua nggak bisa lama-lama soalnya.." ujar Anna sambil melajukan mobilnya.
"Kenapa? emang tante lo belum balik juga ke Jerman..?"
"Itu dia masalahnya.." Anna langsung badmood. "Sumpah gua bosan banget kalau ada tante. Kuping gua panas di omelin terus. Katanya gua ini foya-foya terus. Bokap aja nggak marah..." ucap Anna kesal.
"Masa sih..? perasaan tante lo baik deh, mana cantik banget lagi.."
"Lo nggak tau sih.. Tante gua orangnya juga disiplin banget. Pulang kuliah harus tepat waktu, kan gua jadi nggak bisa pergi ma Dewa. Yang lebih parahnya lagi semua Atm gua di sita ma dia. Untung gua masih punya uang kes.."
"Sabar... sabar..." Icha menenangkan sahabatnya.
Tak lama kemudian Anna langsung membelokkan mobilnya pada sebuah restoran cepat saji yang sangat terkenal di kota itu. Kemudian Mereka langsung memesan makanan kesukaan mereka.
Belum juga habis makanan yang di pesan Anna, tiba-tiba dia mendengar ponselnya berdering. Seketika raut wajah Anna langsung berubah kesal ketika melihat nama si pemanggil di layar ponselnya.
"Tuh kan, apa gua bilang...."
"Tante Yasmin ya..?" tanya Icha.
"Iya siapa lagi..."
"Kenapa nggak lo angkat..? mana tau penting.."
"Malas ah.. Palingan juga minta gua cepat pulang.."
Anna membiarkan ponselnya terus berdering, dia sibuk mengunyah makanan di mulutnya sampai tak terdengar lagi nada panggilan itu. Namun tak lama kemudian terdengar notifikasi pesan masuk di ponselnya. Dan Anna pun langsung membukanya.
Anna kamu di mana? ke rumah sakit sekarang, papa mu mengalami serangan jantung.
"Astaga papa..." tangan Anna bergetar, bahkan ponsel di tangannya langsung terjatuh. Air matanya kini tak mampu di bendung lagi.
"Bokap lo kenapa An..?" Icha ikut panik.
"Bokap gua masuk rumah sakit Cha..!" suara Anna terdengar lirih.
"Ya udah gua antar lo ke rumah sakit sekarang ya.."
Tanpa menunggu lama mereka langsung meninggalkan restoran itu dan menuju rumah sakit. Di sepanjang jalan Anna tak henti-hentinya menangis. Dia begitu takut kehilangan papanya. Papanya lah satu-satunya yang dia punya sekarang.
Sesampainya di rumah sakit terlihat tante Yasmin sedang tertunduk sedih di depan ruangan operasi. Anna langsung berlari menghampirinya.
"Tante.., papa kenapa..?" tanya Anna dengan deraian air mata.
Tante Yasmin menyeka air matanya kemudian langsung memeluk Anna.
"Papa kamu tiba-tiba mengalami serangan jantung An.." Tante Yasmin kembali menangis.
"Kok bisa tante..? apa yang terjadi..?"
"Tante juga nggak tau An, tadi Rayyan yang menghubungi tante. Terus tante langsung ke sini dan papa kamu udah di ruangan operasi.." tante Yasmin terisak.
Tak lama kemudian terlihat Rayyan asisten pribadi papa Rama menghampiri mereka. Wajah laki-laki itu terlihat sedih.
"Ray, apa yang terjadi sama mas Rama..?" tanya Yasmin sambil berdiri dari duduknya.
###
Arrayyan Alfahri, laki-laki tampan yang berusia dua puluh enam tahun itu adalah putra dari pengusaha terkenal yang bernama Alfahri Sadiq. Namun sejak lahir Rayyan tinggal di luar Negri bersama ibunya atau lebih tepatnya mereka di sembunyikan di sana karna suatu alasan. Fahri kemudian menikah lagi dengan seorang wanita cantik pewaris tunggal kerajaan bisnis yang sangat terkenal di Indonesia. Bersama wanita itu Fahri juga memiliki seorang putri yang bernama Elsa.
Walaupun begitu ibunya sama sekali tidak pernah membenci ayahnya, hubungan mereka tampak baik-baik aja. Entah apa yang sudah di janjikan oleh Alfahri kepada istrinya itu. Namun berbeda dengan Rayyan, dia sangat membenci sang ayah.
Setelah menyelesaikan kuliahnya Rayyan meminta izin kepada ibunya untuk pulang ke Indonesia. Dia beralasan ingin membantu ayahnya bekerja di perusahaan. Karna memang itu jalan satu-satunya yang membuat dia bisa kembali ke tempat asal ibunya. Ibunya sangat senang dan sangat mendukungnya, begitupun dengan ayahnya karena memang itu yang mereka inginkan. Namun setelah tiba di Indonesia, Rayyan sama sekali tidak menemui ayahnya. Dia tidak sudi bekerja sama dengan laki-laki yang sudah mengkhianati ibunya tersebut. Rayyan ingin membawa ibunya keluar dari perangkap ayahnya.
Setelah tiba di Indonesia Rayyan sibuk mencari pekerjaan ke sana ke mari. Hingga akhirnya dia di terima bekerja di RH group. Karna kecakapan dan kerja kerasnya Rayyan di percayakan menjadi kaki tangan Rama Rahardian, sang pemilik perusahaan. Tak ada seorangpun yang tau jika dirinya adalah anak dari Alfahri, karna dia menyembunyikan jati dirinya.
Sejak Rayyan bergabung di RH group, perusahaan itu makin berkembang pesat. Banyak proyek besar yang di menangkan olehnya. Ternyata Fahri mengetahui itu, dan dia sangat murka. Apalagi RH group adalah lawan bisnisnya. Berulang kali Fahri meminta Rayyan untuk meninggalkan perusahaan itu dan bergabung dengan perusahaannya. Fahri bahkan menjanjikan posisi tertinggi, namun Rayyan tak pernah mau. Fahri semakin murka, dan dia bersumpah akan menghancurkan RH group.
***
"Rayyan, apa yang terjadi dengan mas Rama..?" tante Yasmin berdiri dari duduknya.
"Tuan Rama di tipu rekan bisnisnya bu.." jawab Rayyan sambil tertunduk lesu.
"Apa..?" Yasmin begitu terkejut.
"Tuan Rama juga terlilit hutang yang begitu besar, sehingga rumah dan seluruh aset beliau akan di sita pihak bank.."
Anna yang mendengar itu langsung terduduk lemas di lantai. Dadanya terasa sesak. Air mata Anna kini mengalir deras di pipinya. Rasanya dia tidak sanggup menerima kenyataan ini.
"Nggak.., nggak mungkin.." Anna menutup kedua kupingnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Anna sabar An.." Icha langsung memeluk Anna.
"Ini mimpi kan Cha? gua pasti mimpi kan..?" Anna menggoyang-goyangkan lengan Icha.
Icha hanya menangis, dia tidak tega melihat sahabatnya itu.
"Keluarga pak Rama.." tiba-tiba dokter keluar dari ruangan operasi.
"Iya dok..." tante Yasmin langsung menghampiri dokter. "Gimana keadaan kakak saya dok..?"
"Operasi pak Rama berjalan lancar bu, tapi untuk saat ini pak Rama belum sadar. Do'akan saja supaya beliau bisa melewati masa kritisnya.."
"Terima kasih dok.."
***
Suara pendeteksi jantung begitu nyaring di ruangan ini. Anna tak hentinya menggenggam tangan papanya. Hatinya begitu hancur melihat orang yang sangat di sayanginya terbaring lemah dengan banyaknya alat bantu yang terpasang di badannya.
"Pa, bangun pa..." Anna mencium punggung tangan papanya. Air matanya tak hentinya menetes.
"Anna nggak apa-apa jika harus kehilangan semuanya pa, asal Anna masih bisa bersama papa. Papa jangan tinggalin Anna ya.." Anna makin terisak.
"An, udah jangan nangis terus. Sebaiknya kamu makan dulu ya.." ucap tante Yasmin sambil mengusap punggung Anna.
"Anna nggak lapar tan.."
"Kamu harus makan An, nanti kamu bisa sakit. Kalau kamu sakit siapa yang jagain papa mu..?"
Anna melirik jam dinding yang ada di ruangan itu yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun Anna sama sekali tidak merasa lapar. Padahal tadi dia hanya makan sedikit karna harus buru-buru ke rumah sakit.
"Ray, tolong temenin Anna makan ya.." ucap tante Yasmin.
"Baik bu.."
Anna akhirnya menurut. Karna memang benar kata tantenya, jika dia sakit siapa yang akan menjaga papanya.
Rayyan membawa Anna menuju kantin yang ada di rumah sakit itu. Tak ada percakapan di antara mereka, hanya hening tanpa suara. Rayyan hanya memesan kopi hitam, karna tadi dia sudah menyempatkan makan malam. Sedangkan Anna hanya mengaduk-aduk makanannya. Kemudian Anna mendengar ponselnya berdering, cepat-cepat Anna menggeser tombol hijau di layar ponselnya karna tante Yasmin yang menelpon.
"Iya tante.."
"An, papa kamu sudah sadar. Kamu cepat ke sini.."
"Oke tante, Anna ke sana sekarang.." Anna menutup telponnya dengan perasaan gembira. Dia langsung pergi tanpa menghiraukan Rayyan yang dari tadi menemaninya.
"Paaa..." Anna langsung memeluk papanya.
"Anna sayang.." ucap pak Rama dengan suara lirih.
"Anna senang akhirnya papa sadar. Anna takut banget pa, Anna nggak mau papa ninggalin Anna.." Anna kembali menangis.
"Papa nggak bakalan ninggalin anak papa sendiri. Kamu jangan nangis lagi ya.."
"Papa janji ya, nggak akan ninggalin Anna..?"
Pak Rama hanya tersenyum.
***
Anna tidur begitu nyenyak di atas sofa ruangan tempat papanya di rawat. Mungkin dia kelelahan dan juga tidurnya yang kemalaman sehingga dia tidak menyadari jika jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Samar-samar Anna mendengar percakapan antara papanya dan tante Yasmin.
"Mas, sebaiknya mas ikut denganku ke Jerman. Di sana mas akan mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Lagian aku juga tidak bisa menjaga mas di sini, karna aku punya keluarga di sana. Aku juga sudah memberitahu mas Doni, dan dia sudah menghubungi rekannya yang dokter jantung terkenal di sana.." Doni adalah suaminya Yasmin, dia juga seorang dokter di Jerman.
"Aku juga berpikir seperti itu. Tapi aku juga tidak bisa meninggalkan Anna sendiri di sini tanpa ada yang menjaganya. Dan aku sudah memutuskan untuk menikahkan Anna dengan Rayyan.."
Deg
Jantung Anna seakan berhenti berdetak.
'Papa ingin menikahkan aku dengan laki-laki itu? apa papa nggak salah?'
"Apa Rayyan setuju mas..?"
"Mas belum bicara padanya, tapi mas yakin dia pasti mau. Mas kenal siapa Rayyan, dia anak yang baik. Oh ya, tolong kamu panggil Rayyan ke sini sekarang ya, mas ingin bicara dengannya.."
"Anna nggak mau nikah pa..!" Anna tiba-tiba bangun dan langsung menatap papa dan tantenya dengan tatapan tajam.
"Anna kamu udah bangun sayang..?" Tante Yasmin terkejut.
"Anna dengar kok apa yang papa dan tante bicarakan. Anna nggak mau nikah pa, Anna masih kuliah. Dan Anna juga nggak mau nikah dengan laki-laki itu, Anna punya pacar pa..."
"Anna.., tolong mengertilah nak. Papa juga tidak mau menikahkan kamu dengan cara seperti ini. Tapi papa tak punya pilihan lain nak. Kamu harus tau keadaan kita sekarang seperti apa.."
"Apapun alasannya Anna tetap nggak mau pa. Anna hanya cinta sama Dewa pa..."
"Anna..., lupakan anak itu..! dari awal papa tidak pernah suka dengan anak itu, dia bukanlah laki-laki yang baik. Dia membawa pengaruh buruk terhadapmu.." ucap papa Rama penuh kebencian.
"Papa salah menilai Dewa. Dewa itu sangat menyanyangi Anna pa, dia bukanlah laki-laki seperti yang papa pikirkan.." Anna tak hentinya membela kekasihnya itu. "Pokoknya Anna nggak mau menikah dengan laki-laki manapun selain Dewa.." Anna beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.
"Anna.. Anna.." panggil pak Rama sambil memegang dadanya. Tak lama kemudian pak Rama kembali tak sadarkan diri.
"Mas..., mas.., banguun..." teriak tante Yasmin.
####
POV Rayyan
Pagi-pagi sekali Rayyan sudah bersiap-siap dengan stelan jasnya. Hari ini dia tidak akan berangkat ke kantornya seperti biasanya, tapi dia akan berkunjung ke perusahaan Star Light milik Alfahri Sadiq. Rupanya kedatangannya sudah di tunggu oleh sang pemilik perusahaan. Terlihat wajah laki-laki paruh baya yang masih terlihat tampan itu tersenyum penuh kemenangan menyambut kedatangan putranya. Ini lah yang dia nantikan selama ini, putranya akan mengemis meminta pertolongannya dan bergabung dengan perusahaannya.
"Papa tidak menyangka jika hari ini adalah hari spesial buat papa. Karna hari ini putra yang sangat papa rindukan akhirnya datang menemui papa di sini..." ucap Fahri dengan senyuman yang sulit di artikan.
Rayyan tersenyum sinis "Tidak usah basa basi. Anda kan yang telah menyebabkan kehancuran RH group..?" ucap Rayyan dengan muka datarnya. "Jika anda berpikir setelah kehancuran RH group saya akan berlutut dan memohon kepada anda, anda salah besar..!"
"Hahaha... Apa kamu pikir papa tidak punya pekerjaan lain selain mengurus perusahaan kecil milik Rama itu..? Star Ligt bukanlah tandingan RH group.." ucap Fahri sombong. "Dan satu lagi, tolong bicara yang sopan pada orangtuamu. Saya ini papamu..!" suara Fahri mulai meninggi, namun tak ada orang lain yang bisa mendengarnya karena ruangan itu kedap suara.
Rayyan tersenyum miring. "Papa ? bukankah selama ini anda tidak pernah mengakui saya dan mama saya..?"
Fahri langsung berdiri dari duduknya "Rayyan.., kamu jangan salah menilai papa. Papa sangat menyayangi kamu dan juga mama kamu. Apa pun yang papa lakukan, semata-mata demi kebaikan kita bersama. Makanya papa memintamu untuk bergabung di perusahaan ini, karna papa ingin menjadikan kamu sebagai penerus perusahaan ini..."
"Jangan mimpi..! Karna saya tidak sudi merebut apa yang bukan menjadi hak saya. Saya bukan manusia serakah seperti anda.." tegas Rayyan.
Di tengah perdebatan keduanya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Masuk..." titah Fahri.
Seketika pintu langsung terbuka, ternyata Mirna lah yang datang istrinya Fahri.
"Hai ma, tumben pagi-pagi datang ke kantor..?" sapa Fahri semanis mungkin seolah sedang tidak terjadi apa-apa di sana. Sedangkan Rayyan sama sekali tidak menoleh.
"Mama mengantarkan sarapan buat papa. Tadi kan papa buru-buru banget berangkatnya sampai nggak sempat sarapan di rumah.." ucap Mirna dengan suara lembutnya.
Rayyan pun segera meninggalkan ruangan itu tanpa permisi. Entah kenapa dia tidak mau menatap wajah istri muda papanya itu.
"Siapa pa? nggak sopan banget. Karyawan kita ya?" tanya Mirna.
"Bukan ma.., klien. Sepertinya dia kecewa karna papa menolak bekerja sama dengannya..." ucap Fahri berbohong.
"Ohh gitu..."
POV Rayyan end.
****
"Lihat Anna, gara-gara kamu papamu kembali kritis. Kamu mau papa kamu meninggal ya..?" ucap Yasmin penuh amarah.
"Nggak tan, Anna nggak bermaksud begitu. Anna nggak mau papa meninggal tante.." Anna menangis tersedu.
"Makanya An, nurut apa kata papa mu. Kamu jangan egois dong.. ! Udah tau keadaannya begini. Lagian apapun yang papa kamu rencanakan, pasti itu yang terbaik untukmu.."
Anna hanya bisa menangis, dia tidak menjawab sama sekali. Sementara Yasmin tampak mondar mandir di depan pintu ruangan ICU.
"Si Rayyan mana lagi, udah di hubungi berkali-kali malah nggak nyambung juga.." gumam Yasmin dan ternyata ucapannya terdengar oleh Rayyan karna Rayyan sudah berdiri di belakangnya.
"Ma'af bu Yasmin, saya baru datang sekarang. Tadi saya ada urusan sebentar.." ucap Rayyan sopan.
"Ehh Ray, kamu sudah datang ternyata.." Yasmin terlihat lega. "Mas Rama kembali kritis Ray..."
"Kok bisa bu..?" tanya Rayyan khawatir.
Belum sempat Yasmin menjawab, tiba-tiba dokter pun keluar dari ruangan. Yasmin buru-buru menghampirinya.
"Pak Rama sudah sadar kembali. Untuk saat ini tolong jangan membuat beban pikiran pasien. Karna itu bisa membahayakannya. Kalau bisa buat pasien senang, agar semakin cepat proses penyembuhannya..."
"Baik dok, terima kasih.." ucap Yasmin.
"Sama-sama bu, kalau begitu saya permisi dulu.."
Yasmin kemudian bergegas masuk ke ruangan Rama kembali. Sedangkan Anna hanya terpaku di tempatnya. Anna lega karna papanya sudah siuman kembali, namun dia belum berani menemui papanya karna merasa sangat bersalah. Anna tidak akan mema'afkan dirinya sendiri apabila terjadi sesuatu yang buruk terhadap papanya.
"Mas.., mas baik-baik aja kan..?" tanya Yasmin khawatir.
"Iya, saya baik-baik saja.." lirih Rama. "Anna mana..?" Rama mengedarkan pandangannya mencari keberadaan putrinya.
"Anna ada di luar mas, biarkan dia menenangkan dirinya dulu.."
"Baiklah.. Gimana dengan Rayyan, apa dia sudah datang? saya ingin bicara dengannya.."
"Sudah mas.. Bentar ya, saya panggil dulu.."
Yasmin langsung memanggil Rayyan memintanya segera masuk ke ruangan Rama. Kemudian Yasmin membiarkan mereka bicara empat mata.
"Ray.."
"Iya tuan.."
"Saya berencana ikut Yasmin ke Jerman untuk menenangkan diri sekaligus berobat di sana. Namun saya tidak bisa meninggalkan Anna sendiri di sini.." Rama mengatur nafasnya sebelum melanjutkan perkataannya kembali.
"Ray, saya punya satu permintaan dan saya harap kamu bersedia mengabulkannya..." Rama menatap Rayyan lekat seolah memohon padanya. "Menikahlah dengan Anna. Karna saya percaya hanya kamu yang bisa menjaganya.."
Deg... Rayyan begitu terkejut dengan permintaan pak Rama.
"Tapi tuan, apa mbak Anna bersedia menikah dengan saya..?"
Rama mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah tuan, jika itu permintaan tuan saya akan menikah dengan mbak Anna.."
"Makasih Ray. Kamu memang tidak pernah mengecewakan saya.." Rama memegang tangan Rayyan. "Kalau gitu tolong kamu persiapkan segalanya, besok pagi kalian akan menikah di sini.."
"Baiklah tuan..."
Rayyan kemudian meninggalkan ruangan pak Rama, karna dia akan mengurus persiapan pernikahan besok. Di liriknya Anna yang sedang tertunduk sedih di kursi tunggu. Besok gadis itu akan menjadi istrinya. Bukan karna dia mencintai gadis itu, tapi karna dia ingin bertanggung jawab atas perbuatan papanya. Lagian selama ini Rama begitu baik padanya, tak mungkin dia menolak permintaan orang yang sudah berjasa terhadap hidupnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!