NovelToon NovelToon

SUAMI KE DUA

Aku dan Dia

Mas Adam adalah teman online ku aku mengenalnya hanya beberapa menit saja dan pertemanan kami berlanjut via telpon.

Hari demi hari kami lewati mengabarinya adalah suatu kewajibanku. Mengucapkan selamat pagi atau selamat malam sudah menjadi rutinitas kami hingga dua tahun.

Aku dan mas Adam mengenal sudah sangat dekat meski kita jarang ketemu. Karena dia bekerja di kota sementara aku di desa

Hingga akhirnya aku memutuskan menikah dengan mas Gilang yang umurnya dua tahun di atasku. Sementara mas Adam sepuluh tahun di atasku. Kini umurku dua puluh tiga. Bagi orang desa aku ini sudah telat menikah. Sementara mas Adam senang dengan rencanaku menikah dengan mas Gilang.

Aku dengan mas Gilang Di karunia putri yang cantik dan pintar . Aku sangat bahagia dengan pernikahan kami yang sudah menginjak sepuluh tahun.

Mas Adam selalu menemaniku baik senang atau susah. Hubunganku semakin jauh semakin dekat. Kami tidak pernah bertatap muka ataupun berucap janji. Tapi hatiku sudah terbiasa dengan kata kata manisnya. Mas Adam memang orang yang cerdas dia pintar benar dalam berkomunikasi baik orang tua atau anak anak. Itulah yang membuatku kagum dia selalu meyelesaikan masalahku.

Setiap aku menanyakan sesuatu mas Adam selalu menjawabnya dengan lugas. Bagaikan aku menanyakan soal soal pekerjaan rumah anakku pada google.

"🙂

Pesan di pagi hari sudah ku terima dari mas Adam

"😋 Aku membalasnya

"😂sedang apa?

"😙balasku

Percakapan yang tidak bermutu menurutku. Tapi hati ini serasa melayang. Aku tersenyum sendiri seketika aku berdiri.

"Buk kopinya mana?

"Ini yah. sambil meletakkan kopi di meja dekat suamiku

Aku tidak tau siapa yang aku cintai mas Adamkah atau suamiku semua berjalan begitu saja. Atau aku yang serakah yang tidak cukup dengan satu cinta saja. Meski hidupku sudah bahagia tapi aku selalu resah jika mas Adam tidak memberi kabar walau sehari.

Malam ini aku tidur dengan mas Gilang dan putri ku dinda. Kita bersenda gurau menceritakan masa kecil Dinda. Dinda memang senang dengan cerita yang aku sodorkan. Karena memang aku ibunya yang ia selalu banggakan. Lantas dalam pikiranku terlintas mas Adam, dia memang selalu muncul dalam hening atau ramepun. Ibu macam apa aku ini yang memikirkan lelaki bukan dari ayah anakku.

Kebetulan mas Adam mempunyai waktu luang untukku kita berencana ketemu atau hanya sekedar ngopi saja.

Perjalanan dari kota ke desaku sekitar dua jam

Kebetulan di tempatku banyak tempat wisata kita makan di pinggir jalan sambil melihat lalu lalang kendaraan. Hampir dua tahun kita tidak ketemu. Aku hanya memegangi tangannya yang besar. Rasanya tidak ingin ku lepaskan

"Aku ingin menikah. Mas Adam memulai pembicaraan

"Apakah kamu mencintainya.

Mas Adam hanya diam, dan menyendok nasi

"Tapi kita masih bisa ketemu kok

"Apakah kamu mencintai nya. ulangku

"Apakah kamu dulu menikah atas dasar cinta

Aku hanya diam, di sekelilingku mulai hening padahal banyak kendaraan yang berseliweran. Mulut ini mulai terkunci, untuk apa aku marah harusnya aku bahagia. Kalau mas Adam bahagia aku juga bahagia, lagian aku sudah mempunyai mas Gilang dan dinda.

Tanganku masih melingkar erat di jari mas Adam. Ingin sekali aku menanyakan apakah mas Adam mencintaiku tapi pantaskah aku menanyakan itu. Kalau tanganku masih dibiarkan menggenggam. Kalau aku masih di biarkan bersandar.

Rasanya aku ingin merebut posisi wanita yang ingin di nikahi mas Adam. Harusnya aku yang menjadi pendamping mas Adam. Tapi bagaimana dengan mas Gilang dan dinda.

"Habiskan makananmu ayo kita pulang.

Setelah menghabiskan makananku, aku memasuki mobil perak di depanku. Mas Adam mengantarkan aku di depan gang rumah.

Aku Menciumnya sebagai salam perpisahan. Mas Adam kemudian membalasnya.

"Ya Tuhan setan apa yang merasuki ku. Kalau dia tidak mencintaiku terus perasaan apa ini. Sulit untuk aku tanyakan apalagi aku ungkapkan.

Aku turun dari mobil seperti orang gila dengan setengah kesadaranku aku berjalan menuju rumah. Jiwa ini serasa hilang separuh, mas Adam seperti menyedot separuh rohku.

Mulai Posesif

"😁pesan dari mas Adam membangunkan ku pagi ini

Kulihat masih jam enam. Aku masih malas untuk aktivitas kebetulan hari minggu aku tidak menyiapkan sarapan.

"😗Aku membalasnya

Aku tau mas Adam tidak akan membalas emojiku. Mungkin di umurnya yang mulai menginjak kepala empat, cinta itu tidak penting.

Perhatian adalah bentuk kasih sayangnya. Dan cinta tidak butuh pembuktian dan pengakuan.

"Sedang apa.

"Memikirkanmu🤣🤣 balasku

dalam hatiku dari dulu sekarang dan nanti aku tidak berubah, menyayangi merindukan dan selalu mendukungmu.

"Hari ini acara kemana

"Nggak kemana mana

"Mmm

"Emang mau ngajak kencan ya. godaku

"Nggak

Aku pikir percakapan ini sudah berahkir, lantas aku bergegas menyelesaikan tugas rumahku. Tidak lupa aku menyiapkan kopi hitam untuk suamiku

Aku masih merasakan detak mas Adam, sisa sisa aroma tubuhnya masih hangat menyentuhku.

"Sayang aku kangen. Aku mengirimkan pesan ke ponsel mas Adam

"Sama. jawabnya singkat

"Ketemu yuk. ajakku

" Nggak bisa.

Aku mulai kesal mas Adam menolakku. Padahal aku tau mas Adam orang yang sibuk dan tidak meninggalkan pekerjaannya begitu saja

"Video call yuk. ajakku lagi

"Aku lagi dijalan. Mas Adam menolak kemudian mengirimkan gambar lokasinya.

"Tau nggak sih, aku seperti orang gila. memikirkanmu seperti orang gila

Aku semakin tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Ingin sekali aku marah, menangis atau pun melompat

Aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku. Perasaan apa yang aku alami. Aku hanya banyak diam.

Di depan suamiku aku berpura pura seakan baik baik saja. Seandainya ada jurang aku ingin melompat dan tenggelam dalam arusnya

Aku mencoba menelepon mas Adam tapi selalu di matikan. Ku ulangi dan di matikan kembali.

Aku semakin tidak terkendali. Aku mengenal mas Adam cukup lama. Tapi aku tidak pernah merasa seperti ini

Aku hanya ingin tau Apakah mas Adam merasakan apa yang aku rasakan. Apakah dia sama gilanya sepertiku

Di mobil kemarin aku hanya sedikit mencium bibir mas Adam hingga tubuhku bergetar. Jantung ini berdetak tak beraturan. Meski tubuh ini tidak bercinta namun jiwa ini bercinta dengan leluasa. Jiwa ini sudah menyatu tidak ada lagi sekat sekat yang membatasi.

"Tau nggak sih ada yang beda di antara kita.

"Terus.

Jawabnya membuatku kesal

"Harusnya kita kemarin tidak bertemu

"Kamu menyesal.

Aku hanya diam

"Aku juga merasakan apa yang kamu rasakan. Tapi bagaimana lagi banyak hal yang aku pikirkan. jelas mas Adam

"Tapi aku seperti orang gila.

" Kamu berlebihan.

"Masa. jawabku yang masih ingin pengakuan

" Iya

"Harusnya kita tidak ketemu kemarin.

"Hanya orang orang yang berpikir sempit yang ngomong begitu.

"Oh iya.

Aku ingin sekali membalas perkataannya. Seketika aku lihat whatsapp ku gambar mas Adam di profilnya sudah hilang. Dia memblokirku, entah mengapa aku menangis. Setan apa yang merasukiku, padahal aku mempunyai mas Gilang dan Dinda.

Meski aku menangis dalam hatiku. Aku berusaha seperti biasanya. Aku tidak ingin suamiku dan Dinda curiga. Mungkin mereka akan kecewa, kalau tau ibunya juga mencintai orang lain.

Aku ini tidak cukup dengan satu cinta. Bukannya aku orang yang berkasih sayang. Aku bahagia jika banyak yang menyayangiku.

Itu artinya aku orang baik yang banyak dicintai. Mata ini semakin sembab, entah karena mengntuk atau menjaga suamiku agar tidak curiga dengan kelakuanku

Adam

Mas Adam sudah menjadi bagian hidupku. Meski kita tidak hidup bersama. Tapi hari hariku bersama dia.

Mas Adam entah aku mencintainya atau tidak aku kurang tau. Yang aku tau aku tidak bisa hidup tanpa dia, mungkin aku sudah tergantung padanya.

Mas Adam adalah seorang pengusaha. Semua usaha pernah ia jalani dari kuliner, perumahan, penyewaan, tambang dan banyak sekali sampai sampai aku pusing menanggapinya.

Mungkin aku yang terlalu bodoh karena ukuran otakku tak sampai mencerna hal hal yang sulit. Aku hanya tamatan SMA yang hidup di perdesaan.

Mas Adam memang orang yang cukup jenius semua di perhitungkan secara terperinci hingga uang seribu perakpun tak pernah di sepelehkan.

Dia bukan orang yang pelit bisnis memang bisnis ucapnya. Setiap hari jumat dia menyediakan bungkusan bungkusan nasi untuk di bagi bagikan

Yang sering di ucapkan bagaimana bisa cerdas bersodaqoh. Dengan membangun sumur air di pakai orang banyak atau bersodaqoh setiap hari jumat.

Padahal menurutku dari pada rencana baiknya. Ke orang lain lebih baik membantuku lebih berpahala. Karena setiap harinya aku masih merasa kekurangan.

Aku bekerja dari petang hingga petang lagi yang ku dapat tak bisa mencukupi kehidupanku.

Bukan salah mas Adam menurutku setiap kali dikasih bantuan aku selalu menolak dan merasa bisa mengatasinya.

Angkuh itulah aku, yang masih merasa gengsi padahal tidak mampu.

Banyak yang ku kagumi dalam dirinya mungkin karena dia sepuluh tahun di atasku dan selalu hebat di mataku.

Entah apa yang dilihat dari diriku yang biasa biasa ini. Hingga saat ini mas Adam belum memutuskan untuk menikah.

Setiap kita berjalan mas Adam selalu menggandeng tanganku. Hingga orang orang pada heran. Karena pemandangan yang tidak seimbang menurut banyak orang.

Kenapa aku harus resah jika orang yang menggandengku saja tidak pernah melepaskanku, untuk apa aku peduli dengan penilaian orang.

Memang mas Adam bertubuh tinggi dan berisi. Kulitnya pun bersih di tambah rambut yang selalu rapi. Wanita mana yang tidak terpesona dengan gerakannya yang tegas.

Kalau yang di lihat kecantikan aku tidak termasuk hitungannya. Aku hanya wanita yang kumal apalagi setelah menikah. Badanku ini makin lama makin membesar.

Yah itulah tentang rasa, seseorang tidak bisa memilih kepada siapa rasa itu di jatuhkan. Dan kepada siapa kita di jodohkan.

Hal yang pernah di impikan belum tentu di dapatkan.

Bagiku hal yang mustahil memiliki mas Adam karena aku dan dia bagai langit dan bumi. Di samping itu ada mas Gilang dan Dinda. Bagaimana dengan mereka?

Mereka tidak mempunyai dosa apa apa. Aku yang berdosa karena mencintai orang diluar perjanjian Tuhan dan Negara.

Treet treet.

Pesan dari mas Adam berbunyi. Setelah memblokir nomor ku. Ahkirnya dia membuka kembali. Seminggu lebih aku menunggu kabar darinya. Tiap menit aku mengotak atik handphone, berharap mas Adam menghubungi lebih dulu.

Ada pesan yang belum ku baca sudah di hapus.

"Kangen ya. jawabku meledek

Mas Adam hanya mengirimkan stiker lucu

Aku diam tidak membalas apa apa.

"Bagaimana kabarmu.

"Baik. jawabku singkat.

Pandai benar perlakuannya seakan akan tidak terjadi apa apa

"😤 aku kesal padanya.

"😪 mas Adam membalasnya

"😗 kupancing dia.

"🙉 mas Adam pura pura tidak tau.

"😘 ku pancing lagi

"🙈 dia sedikit malu.

"I miss you

" I miss you too.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!