NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Pria Miliarder

-EPISODE 01-

Semoga kalian semua di berikan kesehatan dan rejeki Lancar. Selalu patuhi protokol kesehatan dan pakai masker. TERIMA KASIH~

***

Laura Elsabeth Queen, gadis atau bisa di sebut juga wanita dewasa single. Laura pernah mencintai namun cinta nya di runtuhkan secara paksa oleh kedua orang tuanya sendiri dan memaksa Laura untuk menerima perjodohan yang bahkan Laura tidak mengenal pria itu.

Hingga suatu hari Laura hampir gila dan memilih untuk pergi menjalani kehidupannya sendiri dengan syarat dari kedua orang tuanya tidak boleh menjalin hubungan dengan pria miskin yang tidak boleh di sebutkan namanya di keluarganya.

Laura tinggal di sebuah apartmen sederhana, ia bekerja di perusahaan elite ternama, perusahaan yang memiliki sayap lebar hingga mancanegara.

Sayangnya selama 8 tahun Laura bekerja, pemilik atau presdir perusahaan itu sangat low profile, bahkan satu foto nya pun tidak pernah di temukan di halaman internet.

Beberapa hari lalu, Laura mendapatkan undangan Pesta Ulang Tahun dari Sarah teman sekelasnya, dan kini tinggal beberapa hari lagi acara itu akan di mulai.

Laura masih dalam keadaan bimbang, apakah ia harus menghadirinya atau melewatkannya begitu saja dan memilih untuk terus duduk di meja kerja kesayangannya.

Laura adalah wanita mandiri, disiplin, dan pekerja keras. Dulu ia pernah menjadi gadis periang, ceria, dan ramah tapi itu dulu sebelum semua tragedi perpisahan itu membuat Laura depresi.

***

Akhirnya hari yang di tentukan telah tiba, dengan segala persiapan yang Laura lakukan seharusnya sudah cukup membuatnya percaya diri untuk bertemu teman-teman lamanya yang pasti juga akan datang di pesta ulang tahun Sarah.

"Astaga, ayolah ini hanya pesta ulang tahun biasa."

Kata gadis itu pada dirinya sendiri, kemudian mengambil beberapa kali tarikan nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.

"Wusaahh...!!!"

"Aku sangat gugup akan bertemu dengan teman-teman lamaku, setelah 10 tahun lamanya aku tidak pernah bercengkrama dengan mereka."

Katanya dalam hati.

Kegugupannya semakin terasa, kedua tangannya sedingin es namun juga berkeringat, Laura membayangkan dirinya seperti anak kucing yang kedinginan dan menyedihkan.

"Seharusnya aku tidak datang dan memilih untuk ikut kerja lembur, itu alasan yang cukup masuk akal."

Kata Laura lagi, suaranya kian gemetar.

Tangan mungil itu dingin, jari-jari lentiknya kaku, telapak tangannya penuh keringat, akhirnya ia keluar dari mobilnya. Kaki panjang yang jenjang terasa gemetar.

Dengan tangannya yang mulai basah karena keringat dingin, ia merapikan rambutnya yang indah tergerai rapi melalui kaca mobilnya. Jika saja kegugupannya dapat di atasi dengan mudah seperti merapikan rambutnya.

"Astaga, tas ku dan kado untuk Sarah tertinggal!"

Pekiknya, sambil berbalik dan membuka pintu mobil kembali untuk mengambilnya.

Sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya sepelan mungkin agar kegugupannya tak terlihat, gadis itu menyusuri pinggiran jalan setapak menuju aula.

Gaun nya yang indah membuatnya terlihat cantik, anggun dan juga sexy, dentuman musik-musik terkenal membahana diseluruh gedung aula.

Gadis itu masuk melalui pintu yang besar dan mewah, musik-musik yang cukup keras membuat hentakan-hentakan di dalam dadanya. Banyak cahaya lampu terang dan bola lampu warna-warni, serta balon-balon berwarna warni di ruangan itu, dengan berbagai ucapan "Happy Birthday Sarah."

Terlihat juga banyak orang tertawa dan berbincang, ada pula yang saling berjoged, namun Laura hanya berdiri mematung.

"Laura! Ya Tuhan ini kau! Laura Queen."

Wanita seksi berdada cukup besar menghampiri Laura.

"Sumpah Laura aku membencimu. Berat badanmu sama sekali tidak bertambah, kau masih sangat cantik."

Kata wanita seksi itu sembari melepaskan pelukannya.

Laura tertawa.

"Hai Kate... Kau juga tidak berubah masih cantik dan berani..."

Kedua wanita itu berpelukan dan kembali tertawa.

"Senang sekali bertemu denganmu Laura."

Kata Kate sambil berpelukan.

"Aku juga senang, dan kau, meskipun setiap hari aku melihatmu di majalah Hitz, tetap saja aku merindukanmu, dan anehnya, aku juga bekerja di sana tapi kita tidak pernah bertemu."

Laura memeluk erat sahabatnya yang sudah sangat lama tak pernah berkomunikasi.

"Ya Tuhan ternyata kita sangat dekat, aku akan sering mengunjungi ruanganmu."

Kata Kate sambil menunjuk hidung Laura.

Tak berapa lama Sarah pun datang menyambut Laura.

"Hai Laura aku senang kau datang."

Kata Sarah tersenyum.

"Hai Sarah selamat ulang tahun."

Kata Laura memberikan kado pada Sarah dan mereka saling berpelukan.

"Terima kasih tapi maafkan aku tidak bisa menemanimu, karena harus menyapa banyak tamu."

Kata Sarah dengan wajah menyesal.

"Tidak apa-apa."

Laura menjawab dengan senyuman.

"Santai saja dan nikmati acaranya Laura."

Kata Sarah tersenyum, kemudian Sarah berpamitan dan pergi.

"Ayo duduk, kita bercerita disana."

Kate menunjuk sofa tak jauh dari mereka sembari menggandeng Laura berjalan melewati kerumunan manusia yang sedang berjoged.

"Ceritakan apa yang kau lakukan selama 10 tahun ini."

Kata Kate sembari duduk di sebelah sahabatnya.

"Tidak, kau dulu."

Laura menggelengkan kepalanya.

"Ada apa denganmu, kenapa kau menghilang begitu lama dan tiba-tiba kau muncul di majalah terkenal sekelas Hitz? Aku bahkan tidak bisa menghubungimu sama sekali."

Tiba-tiba Laura merasa sangat kesal.

"Ceritanya panjang, kau tahu, Paul selalu memukuliku, saat itu adalah hari dimana aku tidak ingin melihat wajahnya lagi, dia mencoba untuk..."

Kate tak berani melanjutkan kalimatnya.

Laura faham apa yang di maksud sahabatnya. Paul si mesum dan arogan adalah ayah tiri Kate, ibunya menikah lagi, ibunya telah dibutakan oleh cintanya sendiri hingga benar-benar melupakan Kate.

"Maafkan aku karena tidak berada di sampingmu saat kau butuh bantuan."

Laura menundukkan kepala dan meremas kuku nya sendiri.

"Itu sudah berlalu, aku memang melarikan diri dari semua orang dan memulai hidup ku sendiri, menata semuanya dari bawah, tapi lihatlah aku baik-baik saja, sekarang aku bahkan memiliki perkerjaan yang bagus."

Kate tersenyum lebar.

"Ya, kau telah menjadi bintang terkenal."

Kata Laura penuh syukur.

"Sekarang ceritakan tentang dirimu, bagaimana kau melalui nya dengan Zafran."

Kate menyenggol tubuh Laura menggunakan bahunya, dengan mata menggoda.

"Itu..."

Belum sempat Laura bercerita, Kate memotong kalimatnya.

"Astaga itu Zafran..."

Kate berdiri dan melambaikan tangan memanggil seorang lelaki bertubuh tinggi, berkulit putih dan berbadan cukup ideal, namun pria itu tak bergeming ia tak melihat lambaian Kate.

"Zafran...!!!"

Teriak wanita seksi itu.

Laura mulai bersikap aneh, ia menahan tangan Kate dan mencoba menghalangi sahabatnya agar tidak berteriak memanggil pria itu.

Namun terlambat, Zafran membalas lambaian tangan Kate dan berjalan menuju kursi mereka.

"Halo Kate..."

Sapa Zafran sambil bersalaman dengan Kate.

"Hai tampan... Kenapa kalian datang terpisah, kau jahat sekali membuat Laura menunggu lama disini. Aku akan ambilkan minum untuk kalian."

Kata Kate sambil berlalu meniggalkan dua pasang sejoli yang saling canggung.

"Aku akan membantu Kate..."

Kata Laura.

Namun ketika Laura setengah berdiri, Zafran menahan bahu gadis itu dan membuatnya kembali duduk di sofa empuknya. Laura menengadah memandang Zafran.

Seperti daun yang terseret angin di sore hari dikala sinar matahari siap untuk tenggelam, membuat sekeliling terasa hangat namun juga dingin. Seperti wajah Zafran, tampan, dingin dan semakin terlihat berkharisma serta lebih angkuh di bandingkan 10tahun yang lalu.

Zafran yang sekarang semakin tampan dan sempurna, dengan kulit putih yang bersih, ia memakai kemeja berwarna donker membuatnya semakin mengundang decak kagum setiap wanita.

"Bagaimana kabarmu, apa kau bahagia dengan pernikahanmu?"

Kata Zafran masih berdiri tepat di depan Laura.

Perut gadis itu seketika mulas, otaknya kembali dipaksa untuk mengingat kenangan buruk masa lampau yang menyakitkan pula untuk dirinya. Seolah matanya tak bisa menatap, terasa kabur dan sangat lelah. Laura ingin sekali melarikan diri dari tempat itu.

"Pernikahan apa?"

Laura membalas lemah bahkan seakan tak punya tenaga untuk membalas pertanyaan Zafran, ia masih merasa canggung.

"Tidak perlu berpura-pura Laura. Kau tidak mengira kan aku akan datang ke Pesta Ulang Tahun Sarah?"

Kata Zafran, sembari duduk di samping Laura dan menatap gadis itu dengan tajam bak pisau yang siap menyayat hati dan seluruh harga diri Laura.

Kemudian pandangan Zafran kini beralih pada semua orang yang asik berdansa dan bercengkrama. Laura merasa sangat terhina dan terluka dengan senyuman menyeringai Zafran yang seperti mengejeknya.

Namun sebelum Laura menjawab, Kate datang membawa minuman di tangannya, kemudian memberikannya pada Laura serta Zafran.

"Kalian ngobrol dulu, aku harus melayani dan beramah tamah dengan tamu yang lain, Sarah menjadi kan aku Icon dalam acaranya."

Kate kembali pergi meninggalkan mereka.

"Apa akhirnya kau menikahi pria yang kaya raya?"

Tanya Zafran tiba-tiba membuat Laura yang sedang minum pun tersedak.

.

.

.

~Bersambung~

-EPISODE 02-

Semoga kalian semua di berikan kesehatan dan rejeki Lancar. Selalu patuhi protokol kesehatan dan pakai masker. TERIMA KASIH~

***

"Apa kau akhirnya menikahi pria yang kaya raya?"

Tanya Zafran tiba-tiba membuat Laura yang sedang minum kemudian tersedak.

Zafran mengambil tisu di atas meja yang ada di dekatnya dan kemudian di berikan pada Laura.

"Terima kasih".

Kata Laura canggung.

"Aku masih sendiri sampai hari ini."

Laura gemetar, kemudian ia menyandarkan punggungnya pada sofa, menghela nafas dan mencoba mengeluarkan segala kecanggungan serta kegugupan dalam dirinya.

"Benarkah, masih sendiri? Bukannya kau meninggalkan ku, karena aku miskin dan kau ingin menikahi pria kaya pilihan orang tuamu."

Kata Zafran kembali menekan, dengan nada mengejek.

"Zafran, aku tahu sekarang kau orang sukses, memiliki banyak perusahaan besar, memiliki karyawan yang banyak, mansion mewah, villa, apartmen, segalanya. Aku membacanya di majalah yang akhir-akhir ini banyak memberitakan tentang dirimu."

Laura seakan ingin menekankan bahwa ia tahu Zafran pasti akan mengolok-oloknya.

"Dongeng tentang pria miskin yang mendadak menjadi Pria Miliarder kan?"

Senyum Zafran kecut dan malas.

"Aku tidak pernah ragu kau akan sukses."

Kata Laura menatap Zafran.

"Tapi orangtua mu meragukanku."

Zafran menjawab cepat dengan sinis.

Laura mengalihkan tatapan matanya, dan itu membuat Zafran kesal. Pria itu menarik tangan Laura sedikit kasar, mengajak nya keluar menuju tempat yang lebih tenang, tanpa hingar bingar musik yang bising.

Zafran mencengkram pergelangan Laura, gadis itu kwalahan mengimbangi langkah kaki Zafran yang panjang, dan kini mereka ada di samping Aula.

"Katakan padaku Laura, apa orang tua mu akan menjebloskanku ke dalam penjara lagi jika mereka melihat kita bertemu dan berdekatan seperti ini?"

Kata Zafran menyentuh pipi Laura dan menyibakkan helai rambut yang ada di wajah Laura.

"Masalah itu sudah lama Zafran, aku menolak perjodohan itu, dan memilih hidup sendiri, bekerja memenuhi segala kebutuhanku sendiri."

Laura memalingkan wajah sendu nya ke arah lain.

"Tapi tidak cukup lama untuk bisa ku lupakan, rasa sakit itu masih sangat jelas! Bagaimana aku merasakan dinginnya jeruji besi itu! Apa aku kini sudah cukup kaya untuk bisa dekat denganmu... Laura?"

Suara Zafran geram, ia semakin merasa kesal, setiap kali mengingat kedua orang tua Laura.

Zafran benar-benar ingin meluluh lantakkan harga diri Laura.

"Kau kaya atau miskin tidak menjadi masalah bagiku!"

Protes Laura dengan perasaan jengah.

"Tapi itu sangat menjadi masalah untuk orang tuamu!"

Zafran semakin mendekat kan tubuhnya pada Laura.

"Aku pergi."

Kata Laura mendorong dada pria yang lebih tinggi darinya, memaksa Zafran agar melepaskannya.

Laura semakin terdesak dengan pertanyaan dan kalimat yang dilontarkan Zafran, membuatnya semakin tidak bisa seimbang, ia memutar tubuhnya dengan tergesa-gesa hingga tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.

"Hati-hati..."

Kata pria itu.

Suara yang tak asing bagi Laura, dan benar saja ia adalah Luwis teman sekelasnya yang banyak di puja para gadis pada jamannya.

"Sepertinya kau tidak mabuk.... Laura."

Kata Luwis sembari tersenyum.

"Aku hanya tidak hati-hati dan sembarangan memutar tubuhku, terima kasih."

Laura melepaskan genggaman tangan Luwis dari lengannya, ia melangkah pergi masuk kembali ke dalam Aula, dan duduk di sofa meminum segelas coktail.

"Laura apa kau baik-baik saja?"

Kata Kate saat menghampiri Laura yang terlihat kesal.

"Tidak, aku hanya sedikit pusing."

Kata Laura sembari memegang kepalanya.

"Apa kau mau istirahat? Atau bagaimana?"

Kate merasa khawatir ia memijit bahu Laura.

"Aku akan pulang, aku lelah."

Laura sudah tidak tahan berada di keramaian, perasaannya seolah tidak berada disana, pikirannya terbang melayang entah kemana.

"Pulang? Acaranya bahkan belum mulai. Tapi.... Baiklah, istirahatlah dirumah, berikan nomor ponselmu dan alamat rumahmu aku akan datang setelah acara Pesta Ulang Tahun Sarah selesai."

Kata Kate sembari mengambil ponsel nya.

"Sampaikan salamku pada Sarah."

Kata Laura lemah.

"Iya, berhati-hatilah di jalan."

Jawab Kate mencemaskan sahabatnya.

Laura berjalan sedikit terhuyung, ia membuka pintu mobil dengan sedikit lemah.

"Aku akan antar kau pulang."

Kata seorang pria di belakangnya.

"Tidak aku bisa sendiri, terimakasih."

"Jangan keras kepala."

Pria itu kemudian mengambil paksa kunci mobil Laura.

"Apa yang kau mau Zafran!"

Teriak Laura, hingga pecahlah air matanya.

"Apa kau masih belum puas mengolok-olok ku? Apa disepanjang jalan kau ingin menghinaku seperti tadi?"

Laura bersandar pada mobilnya.

"Apa kau benar-benar seorang pria? Kau membuat seorang wanita menangis dan berteriak seperti itu?"

Terdengar suara Luwis datang dari belakang.

"Aku bahkan belum sempat berbicara dengan Laura."

Senyum Luwis menyeringai terlihat mengejek.

Dua lelaki yang dari dulu selalu bertengkar, kini saling berhadapan kembali setelah sepuluh tahun lamanya mereka tak pernah saling sapa.

"Ini kunci mobilmu Laura."

Kata Luwis yang sempat menyambar kasar kunci Laura dari tangan Zafran.

"Aku yang akan mengantarmu pulang, kau terlihat sedikit mabuk, apa kau tadi minum?"

"Yah, sedikit coktail, seharusnya tidak mabuk, tapi aku tidak pernah minum."

Laura memegangi dahinya dengan telapak tangannya.

"Persetan dengan kalian."

Umpat Zafran dan meninggalkan tempat itu.

Akhirnya Luwis mengantar Laura pulang, dalam perjalanan Laura hanya memejamkan matanya, pikirannya melayang mengingat bait demi bait dan rangkaian kejadian saat bersama Zafran.

Pria itu sepertinya masih sangat sakit hati dan memiliki dendam dengan Laura, hingga setiap ucapan yang keluar bagi Laura hanyalah pisau yang dilemparkan kehatinya.

Maps menunjukkan mobil mereka telah sampai ditujuan, mobil kemudian berhenti di sebuah apartmen sederhana, membuat Laura membuka mata, dengan sigap Luwis keluar lebih dulu dari mobil dan membukakan pintu untuk Laura.

"Terima kasih Luwis, sudah mengantarku pulang, sampai disini saja, aku bisa masuk sendiri."

Kata Laura lemah.

"Kau tinggal sendiri di apartmen ini?"

Tanya Luwis sembari mendongakkan kepalanya keatas mengamati apartmen Laura yang kecil dan tidak terlalu mewah.

"Sudah beberapa tahun lamanya."

Jawab Laura.

"Maaf karena sudah berada diantara kalian, aku hanya tidak nyaman Zafran terus memojokkanmu."

"Bukan salahnya, semua adalah salahku. Sudahlah aku tidak ingin membahasnya."

Kata Laura.

"Yah, setidak nya kali ini aku bisa menang darinya."

Luwis meremas tengkuknya.

"Menang?"

Laura tidak mengerti.

"Ya, dia selalu menang mendapatkanmu, mengantarmu pulang, jalan denganmu, makan berdua denganmu, sekarang aku tau bagaimana rasanya mengantarmu pulang."

Kata Luwis sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.

"Baiklah, aku masuk. Terima kasih Luwis."

Laura masuk menaiki lift, dan Luwis mulai pergi meninggalkan tempat itu, ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Jemput aku..."

Kalimat Luwis singkat dan tegas, ia kemudian menutup ponselnya, menunggu di pinggir jalan yang sepi.

Tak berapa lama mobil mewah datang menjemputnya, seorang sopir keluar dan membukakan pintu untuk Luwis.

Di dalam perjalanan pikiran pria itu terus saja melayang mengingat bagaimana ia bisa merebut Laura dari Zafran. Sesekali ia tersenyum klise, ujung bibirnya terangkat.

Sopir yang mengamati dari balik kaca kemudi sedikit heran karena ia tak pernah melihat bos nya tersenyum seperti itu.

Luwis sudah sangat lama menyukai Laura, namun ia tidak pernah berani mengutarakannya, Zafran selalu ada di sisi Laura saat mereka berada di bangku sekolah dan itu membuat Luwis tidak pernah bisa mendekati Laura.

.

.

.

~Bersambung~

-EPISODE 03-

Semoga kalian semua di berikan kesehatan dan rejeki Lancar. Selalu patuhi protokol kesehatan dan pakai masker. TERIMA KASIH~

***

Laura merebahkan tubuhnya di atas ranjang apartmen miliknya, ia lelah, dadanya sesak, mengingat semua penghinaan Zafran padanya.

"Sialan..."

Rintih Laura.

Malam kian larut Laura tertidur tanpa mengganti pakaian, lampu apartmen pun belum ia nyalakan.

"Klontang!!!"

Terdengar sesuatu jatuh di luar kamar. Laura terkejut, alam bawah sadarnya terjaga, dengan reflek cepat ia membuka matanya, mengambil ponsel yang ada di dekatnya dan melihat pukul berapa.

"Pukul 3 pagi."

Bisiknya lirih, kemudian kembali menyelipkan ponsel tersebut di bawah bantal.

Laura turun perlahan dari ranjang, membuka pintu pelan, mengintip, dan mengendap-endap.

Terlihat bayangan hitam, seseorang sedang sibuk mencari sesuatu, tak terlihat entah itu siapa, yang pasti Laura ingat ia lupa mengunci apartmennya.

Laura menyalakan lampu dan mengampil sapu siap memukul bayangan hitam itu.

"Laura!!!!"

Teriak wanita itu sembari melindungi kepalanya dengan kedua tangan.

"Astaga.... Kate.... !!!"

"Kau membuatku jantungan.. Ku pikir kau..."

Laura belum sempat meneruskan kalimatnya.

"Maling?!!"

"Aku tadi sudah bilang akan kerumahmu, kau memberikan alamat tempat tinggalmu, kau ceroboh sekali pintumu tidak dikunci!!!"

Kate berbalik menyerang Laura dengan menjitak kepala sahabatnya.

"Aaauww!! Aku tertidur..."

Laura duduk di sofa diikuti Kate yang membawa beberapa cemilan yang ia ambil.

"Bagaimana jika yang masuk bukan aku, tapi pria jahat mesum!!!"

Kata Kate sembari membuka camilan dan memakannya.

"Tidak mungkin, disini aman Kate."

Kata Laura.

"Aman tapi kau ketakutan setengah mati."

Kate mengomel sambil mengunyah makanannya.

"Karena ini pertama kalinya ada seseorang masuk apartmen ku."

"Tunggu, pertama kalinya?"

Kate mengulangi perkataan Laura.

"Apa ada yang aneh?"

Laura bingung.

"Apakah kau dan Zafran tidak pernah melakukannya disini?"

Kate memicingkan matanya penuh dengan rasa penasaran.

"Melakukan apa? Kami sudah sangat lama berpisah dan tidak pernah bertemu lagi selama 10tahun ini."

"Apa?!"

"Jangan katakan tadi adalah pertama kalinya kalian bertemu kembali, dan jangan katakan bahwa kau... Kau masih perawan, belum pernah melakukan itu..."

Kate menggeleng gelengkan kepalanya pelan matanya melotot melihat Laura. Seakan tak percaya.

"Memang begitu."

Kata Laura sembari berdiri dan ingin kembali ke kamar.

Namun Kate menarik tangan Laura kembali duduk.

"Kau harus ceritakan semuanya, apa yang terjadi."

Itulah pertama kalinya Laura menceritakan kisah perjalanan cinta nya yang menyakitkan pada orang lain setelah sekian lama ia pendam sendiri.

Apartmen yang ia tinggali menjadi saksi bisu bagaimana kerasnya ia melewati kesendirian setelah memutuskan untuk pergi dari rumah kedua orangtuanya.

Laura berjuang memohon, dan mengemis pada kedua orang tuanya untuk merestui hubungannya dengan Zafran namun yang ia dapat justru perjodohan dengan orang yang bahkan belum pernah ia kenal.

Kate mendengarkan cerita demi cerita Laura, membuatnya merasa prihatin bagaimana perjuangan Laura dan betapa tragisnya perpisahan mereka.

Lama mereka saling bercerita dan saling mendengar hingga waktu terasa sangat cepat bergulir, tiba saatnya matahari semakin meninggi , sinarnya menelusup masuk melalui sela sela tirai jendela kaca apartmen Laura. Menandakan waktunya burung-burung pun siap terbang mencari makan.

"Ternyata sudah pagi, maafkan aku Kate terlalu lama bercerita, kau tidurlah dulu di kamar sebelah aku akan membersihkannya untukmu."

Kata Laura.

"Aku tidur dikamar mu saja."

Kata Kate yang masih duduk namun ia menahan tangan Laura yang hendak pergi.

"Apa kau tidak menginap?"

Tanya Laura.

"Aku harus kembali sebelum petang nanti, banyak pekerjaan dan pemotretan."

Senyum Kate menenangkan Laura.

"Baiklah, aku harus bersiap untuk bekerja, anggap ini rumah mu sendiri. Aku benar-bebar bersyukur dan bahagia bisa bertemu denganmu lagi Kate."

Laura memeluk sahabatnya.

"Aku juga, sering-seringlah bercerita denganku, jangan memendamnya sendirian, kau bisa mengandalkan ku."

***

Laura mengemudikan mobilnya perlahan, gadis itu sangat gila kerja. Berangkat lebih pagi dan pulang paling akhir, karena ia tidak ingin pikirannya di penuhi dengan hal-hal yang menyakitkan, ia sibukkan dengan bekerja agar bisa melupakan apa yang membuat pikirannya merasa resah.

Pekerjaan adalah tempat terbaik untuk mengalihkan pikiran dan hatinya yang berserakan. Tidak salah jika ia menyandang karyawan paling rajin.

Laura sampai di kantor sebelum karyawan yang lainnya sampai. Gadis itu berjalan dengan anggun menuju ruanganya, kemudian duduk di meja yang paling ia sukai, yang setiap hari menjadi tempatnya bertempur, meja kerjanya berada di samping jendela kantor yang besar, meja deretan paling pojok.

Meja setiap karyawan berderet hanya dipisahkan oleh sekat-sekat sebatas bahu. Meski Laura berada di level jabatan paling dasar namun ia sudah cukup bersyukur, karena dapat melewati semua pekerjaan tanpa kesulitan.

Laura sudah sangat bersyukur dengan kehidupannya sekarang, pekerjaannya tidak pernah mengalami kesulitan bahkan membuatnya sejenak melupakan lara sakit dan ingatan kelamnya.

Gadis itu berdiri menyandarkan bahu kirinya di kaca jendela yang besar tepat disamping meja kerjanya, ditangannya ada secangkir kopi susu hangat.

Sembari menunggu waktu, Laura menyeduh kopi susu hangatnya, semakin siang semakin ramai, para karyawan sudah mulai berdatangan, semua berbincang dan saling menyapa, namun hanya satu atau dua orang saja yang menyapa Laura.

Gadis itu memang lebih banyak diam, tidak suka berkumpul, atau bergerombol dengan yang lainnya, ia hanya fokus bekerja dan senang dengan dunia nya sendiri.

Laura sudah memulai pekerjaannya begitupun yang lain. Gadis itu fokus pada layar komputer mahal di depannya

"Tuk-Tuk-Tuk!!"

Seorang pria berdiri mengetuk sekat pembatas ruangan mereka.

"Apa nanti sore kau sibuk?"

Tanya pria itu.

"Tidak juga, pekerjaanku sudah selesai. Ada apa Erick?"

Jawab Laura.

"Apa kau mau makan malam? Tapi kalau kau tidak...

Laura berfikir, mungkin sekaranglah waktunya ia harus mulai membuka dirinya pada orang lain, membuka hatinya lagi pada seorang pria.

"Baiklah."

Kata Laura cepat.

"Apa?! Kau menerima?"

Kata pria itu tak percaya.

"Iya."

Kalimat Laura singkat, ia berfikir mungkin sudah waktunya untuk membuka hati.

***

Restoran BBQ sederhana

"Apa kau tidak nyaman, kita bisa pindah ke tempat lain."

Kata Erick.

"Tidak juga, hanya saja... Ini pertama kalinya aku makan malam berdua dengan seorang pria."

Laura merasa canggung.

Malam itu Erick mengajak Laura makan malam di restoran sederhana ala korea. Erick dengan cekatan memanggang daging-daging dihadapan mereka, aroma khas daging panggang yang sedap membuat hidung Laura berkedut dan merangsang perut nya ingin melahap karena tiba-tiba saja perutnya terasa lapar.

"Apa kau sudah mulai bersemangat."

Kata Erick sembari membalik daging. Senyumannya ringan pada Laura.

"Ya."

Kata Laura singkat dan tersipu malu.

Erick memberikan daging panggang dengan capitnya yang sudah matang pada Laura, gadis itu makan dengan lahap tanpa ia sadari ada seorang pria yang telah lama mengamati mereka.

"Makanlah yang banyak, apa kau biasa minum?"

Tanya Erick.

"Tidak, aku tidak biasa."

Kata Laura sambil menyunyah makanannya.

"Cobalah sedikit saja."

Erick mengulurkan segelas kecil alkohol pada Laura.

Dengan ragu Laura melihat gelas berisi alkohol itu.

"Cobalah, ini akan membuatmu lebih merasa tenang, aku tahu kau gugup."

Bujuk Erick.

Laura menerima gelas itu dan meminumnya satu kali tegukan.

"Haaahhhhh....!!!"

Laura membuka mulut nya lebar dan mendesah.

"Rasanya aneh."

Kata Laura.

.

.

.

~Bersambung~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!