NovelToon NovelToon

Pesona CEO-Ku

Jihan

Sambil menikmati udara segar di pagi hari, Jihan Syakirah begitu nama lengkap nya. Berjalan menuju kantor di mana ia bekerja.

Memang hanya berjalan kaki setiap hari nya, sebab kantor dan kos-kos an Jihan berdekatan.

Hampir dua bulan Jihan bekerja di perusahaan yang bergerak bidang keuangan sebagai HRD.

Jihan perantau di kota itu, ia hanya seorang diri tanpa sanak saudara.

"Selamat pagi buk," ucap seorang OB yang bertugas pagi itu.

"Ya....pagi pak," sahut Jihan dengan seulas senyum.

Jihan memasuki ruangan finger print absensi, dan langsung melangkah naik ke lantai dua menuju meja tempat nya berkutat bersama komputer nya.

Terlihat beberapa staf juga sudah datang.

Hanya masih ada satu ruangan di sudut yang bersebelahan dengan meja Jihan lah yang masih terlihat sepi.

"Pagi buk," sapa beberapa staf.

"Pagi semua..." sahut nya.

"Pagi ini saya ambil alih metting, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan," ucap Jihan kepada seorang staf.

"Baik buk,"

"Dan barusan pak Reno beri saya info pagi ini ia terlambat 10 menitan. Ban mobil beliau bocor, instruksi pak Reno agar menunggu nya datang sebelum metting," sahut staf tersebut.

Tumben sekali tidak teliti.

Bukan nya selalu disiplin kinerja, waktu dan penampilan.

hahahaha....bisa juga kena apes ya.

Jihan tersenyum tipis sambil bergumam dalam hati nya.

Mengingat orang yang terlihat selalu sempurna pun bisa mendapat kesialan jika masa nya.

Mulai mempersiap kan beberapa kertas untuk bahan metting nya nanti.

Hari-hari nya hanya bekerja, ia mencintai pekerjaan nya dengan tulus. Dengan pekerjaan nya saat ini, Jihan dapat menafkahi anak dari pernikahan nya yang kandas lalu. Dan dapat menyembunyikan luka lama nya dengan aktivitas bekerja.

Ponsel pintar nya berdering, Jihan melirik nya sesaat.

Terlihat nama di layar ponsel, adalah orang yang baru saja ia tertawakan dalam hati.

Jihan segera menerima panggilan tersebut.

"Haloo...Selamat pagi pak," sahut Jihan.

"Eeuumm... ya pagi Jihan, saya sedikit terlambat. Ahhh... bukan, maksud saya ya memang terlambat hari ini. Karna sudah cukup lama, kamu bisa ambil alih metting pagi ini. Dan tidak usah menunggu saya, nanti terlalu lama." ucap nya dengan nada bingung.

Terasa kaku memang, baik Jihan atau pun Reno memang jarang sekali komunikasi via telfon secara pribadi.

"Memang pagi ini saya ingin memimpin metting pak," sahut nya.

"Ohh...begitukah, apa ada hal yang penting?," Tanya Reno.

"Tidak pak, tidak terlalu penting untuk pak Reno. Hanya beberapa peringatan untuk para karyawan yang sudah mulai ngaret soal jam datang, cuti, absen dan alasan keterlambatan," jawab Jihan panjang lebar.

Seketika ada hati yang merasa.

Bagi semua karyawan termasuk Jihan, ini kali pertama Reno terlambat. Hanya moment terlambat nya Reno bertepatan dengan tema metting Jihan yang memang sudah di persiapkan Jihan jauh-jauh hari.

Jelas membuat Reno merasa kikuk dan terpojok sesaat.

"Baiklah, kalo begitu saya segera tiba dengan taxi saja," ucap Reno dan langsung mematikan sambungan panggilan.

Jihan tertegun sejenak sambil bertanya dalam hati.....

Apa aku salah bicara???

Tak berapa lama Reno tiba dan segera memasuki ruangan nya.

Ia hanya berlalu melewati meja Jihan tanpa menoleh.

"Pagi pak," sapa Jihan.

"heemm", sahut nya tanpa menoleh.

Semua karyawan sudah berkumpul di ruangan metting. Reno pun sudah menduduki kursi kebesaran nya.

Jihan mulai membuka metting pagi itu, suasana nampak tegang. Mereka tau apa sesuatu yang membuat Jihan mengambil alih metting.

"Beberapa staf dengan rasa kecewa, saya harus berikan surat peringatan. Mengingat kedisiplinan nya terhadap waktu dan kinerja mengecewakan perusahaan. Di tambah lagi dengan cuti yang di ambil berlebihan dengan yang tertulis. Jika keberatan akan peringatan ini, bisa menemui saya langsung setelah metting. Jika bertanggung jawab akan kesalahan, saya akan sangat menghormati dan menunggu perbaikan kedisiplinan untuk kedepan nya. Karna kesuksesan dalam bekerja, bukan hanya perkara tanggung jawab pada tugas masing-masing. Akan tetapi, ada waktu yang harus di hargai. Jika dengan waktu pun sudah bertindak curang, bagaimana dengan kinerja nanti nya," Ucap Jihan dengan tegas.

"Hanya itu metting yang ingin saya sampaikan, beberapa nama yang saya sebut kan tadi boleh langsung mengambil surat peringatan di meja saya. Besar harapan saya untuk perubahan setiap personal tersebut. Demi kinerja yang lebih baik lagi," imbuh nya lagi.

"Ada yang mau di tambah kan pak,?" Tanya Jihan.

"Tidak, cukup untuk pagi ini. Tolong segera di perbaiki untuk semua nya." jawab Reno.

"Dan sebelum nya, mohon maaf bila pagi ini saya yang terlambat hadir. Ban mobil saya bocor dalam perjalanan," Reno menjelaskan.

"Baiklah, terimakasih dan selamat bekerja semua," Jihan menutup metting.

Segera Jihan bersiap menuju meja kerja nya.

Namun di kaget kan dengan ucapan sekertaris Reno yang tiba-tiba hadir di depan nya.

"Pak Reno memanggil anda ke ruangan nya buk" ucap pak Mun.

"Astaga....bikin kaget aja pak Mul ini,"

"Ya, baiklah! segera saya ke ruangan pak Reno." sahut Jihan.

Jihan mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Reno. Ruangan yang serba ada, dan Jihan juga terbilang jarang masuk ke ruangan Reno.

"Pak Reno memanggil saya,?" Tanya Jihan yang masih di ambang pintu.

"Ya...masuklah!"

"Silahkan duduk," sambut Reno.

Sekilas Jihan melirik foto di meja Reno.

Foto nya bersama dengan seorang wanita yang terlihat sangat cantik.

*Dia sudah memiliki istri...

Kenapa aku tak pernah tau.

Maksud ku, tak pernah melihat istri nya pak Reno*.

Terus dengan pertanyaan dalam hati Jihan kini.

Merasa di perhatikan, Jihan pun salah tingkah.

"Ada yang bisa saya bantu pak,?" Tanya Jihan.

"Maksud kamu apa dengan tema metting barusan,?"

"Kamu memojok kan saya?" Tanya Reno dengan tatapan tajam.

"Maksud pak Reno saya,?"

Jihan tertawa kecil, kemudian menutup mulut nya dengan tangan.

"Mana mungkin saya bersikap seperti itu pak, maaf kan saya jika tema pagi ini bisa bersamaan dengan terlambat nya anda datang," Jihan membela diri.

"Kamu rasa, saya memang sering seperti itu,?" Tanya Reno yang mulai kesal.

"Kenapa saya harus berfikir begitu, kehadiran anda sudah pasti sangat di harap kan di perusahaan ini. juga ini perusahaan anda pak. Jika anda terlambat atau pun tidak hadir itu kehendak anda, dan pasti nya itu karna ada sesuatu lain yang juga untuk perusahaan ini."

tegas Jihan.

"Kenapa baru pagi ini peringatan untuk mereka kamu sampaikan,?" Tanya Reno lagi.

"Saya masih menghitung jumlah kesalahan yang di lakukan mereka secara berurut. Dan ternyata memang di lakukan secara sengaja." jawab Jihan.

Reno merasa kaku, yang jelas memang ia hanya merasa baper yang berlebihan.

Kenyataan nya, Jihan menjelaskan dengan sangat santai dan masuk akal.

"Kamu boleh kembali bekerja," ucap Reno segera membuka laptop kerja nya.

"Baik pak, permisi..." Jihan berdiri hendak melangkah keluar ruangan.

*Kenapa harus baperan sih pak*...

gumam Jihan dalam hati.

Langkah nya tersentak kaget, ketika Reno berkata.

"Lain kali, gunakan lah hells untuk sepatu mu. Agar terlihat lebih tinggi. Saya khawatir orang mengira saya mempekerjakan anak di bawah umur," Ucapan entah sindiran, tanpa menoleh ke arah Jihan.

"ahhh....iya pak, sore nanti saya beli yang baru." sahut nya.

Jihan kembali ke meja kerja nya dengan hati yang panas. Jihan memang memiliki tubuh yang mungil, hingga sepatu hells tipis yang di gunakan nya belum membuat nya terlihat tinggi.

*Kenapa menyerang fisik...

Dasar es batu, berani nya bully fisik.

Untung dia tampan,

ohh... Ya ampun, kesal nya*!!!

Setelah Jihan pergi, Reno tersenyum simpul.

ia mengingat betapa salah tingkah nya Jihan karna malu.

\*\*\*\*\*

Sore pun menjelang, Jihan bersiap untuk pulang.

Banyak sekali chat yang masuk di ponsel nya.

Semua ajakan jalan, berhubung besok adalah hari libur.

Ketika Reno menarik membuka sedikit pintu, sesaat terhenti ketika mendengar obrolan Jihan dan Vino.

Vino adalah supervisor lapangan.

Seorang perjaka yang tak jelas keperjakaan nya, lebih tepat nya pecinta wanita.

"Kamu gak balas chat aku Ji," Vino merunduk di meja Jihan.

"Oh iya kah,??"

"Aku belum melihat nya, masih merapikan meja," jawab Jihan. ia hanya malas untuk membalas atau pun sekedar membaca pesan Vino.

Bagi Jihan, Vino hanya lelaki agresif yang terlalu terobsesi mengejar nya. Lagi pula, Jihan selalu menjaga diri, sebab tak ada satu pun yang mengetahui bahwa Jihan seorang single parent.

"Ayo pergi nonton, banyak film bagus. Jangan di kost mulu ntr bete loh," ucap Vino.

"Aku tuh kurang hobby nonton, yang ada kalo nonton malah jadi bete," jawab nya malas.

"Ayolahhh... atau kita nongkrong di cafe, bareng yang lain juga. Bete di jamin ilang deh. Aku tunggu ntr malam aku jemput oke," ucap Vino sambil berlalu meninggal kan Jihan.

"Ahhh....tapi Vin," kalimat Jihan terhenti. Vino sudah menghilang pergi.

"Lagi malas tau...," gumam Jihan lirih.

Ponsel nya berdering, dengan cepat kilat Jihan menjawab.

"Ya halo kak Mel," sahut Jihan.

"Ayo pergi ke bazzar, aku pulang cepat hari ini. Kita ketemu di sana aja ya. Soalnya aku ntr nebeng temen ke sana," Ucap Melanie, teman sekamar Jihan.

"Ahhh... senang nya, ayo deh kak. kebetulan aku mau cari sepatu kerja di bazzar. Lumayan lebih murce, hehehehe" sahut nya girang.

"Yaudah aku tutup dulu, sampai ketemu di sana. Bye....", Ucap Melanie.

Jihan segera beranjak dan berlalu pergi meninggal kan ruangan.

Ternyata, Reno masih berdiri di balik pintu ruangan nya yang terbuka sedikit.

*Kenapa aku harus nguping begini sih*...

Batin Reno.

\*\*\*\*\*

Reno bergegas pergi dengan mobil nya yang sudah di antar karyawan bengkel.

Ia melewati Jihan yang senang berjalan menuju kost nya.

Reno mulai sedikit tertarik melihat kemana Jihan berbelok.

Perlahan Reno mengendarai mobil nya, hingga berhenti karna Jihan pun masuk ke sebuah gedung bertingkat.

*Ohhhh... dia kost di sana.

Kenapa juga itu penting untuk ku*!!

Kemudian berbelok dan melesat pergi dengan mobil nya.

Dan di kantor, ada yang tertinggal....

"Dan kini terjadi lagi, bos pergi tanpa basa basi. Aku di tinggal begitu saja. Giliran bawa mobil sendiri, di omelin suruh gak usah bawa mobil. Tapi begini, main tinggal aja tu orang," Pak Mul mengomel saat masuk ke taxi panggilan nya.

\*\*\*

"Reno belum pulang ya tan,?" suara wanita cantik dengan tubuh langsing di balut mini dress putih nya.

"Rachel sayang.... Kamu kapan datang? Maaf tante terima telfon di belakang. Sebentar lagi Reno sampai," sahut tante Misca, ibunda Reno.

"Gak apa-apa tante, aku juga belum lama sampai kok,"

Rachel adalah mantan tunangan Reno.

Mereka pernah bertunangan 2 tahun lalu, namun Rachel memutuskan pertunangan itu karna memilih mengejar karir nya di luar negeri.

Setelah berhasil dan menjadi populer, Rachel kembali ke indonesia dan ingin memperbaiki tunangan nya dengan Reno. Namun, sudah setahun sejak kepulangan Rachel, Reno masih dingin padanya.

Reno kecewa karna keinginan keras Rachel untuk pergi meninggal kan nya, membuat Reno merasa Rachel tak serius dengan hubungan mereka.

Setibanya di rumah, Reno langsung berjalan menuju kamar nya.

Ia sudah melihat mobil Rachel di halaman rumah nya.

Rachel langsung berdiri menghampiri Reno.

"Jangan seperti ini terus Reno, dewasa lah. Mau sampai kapan kamu anggap aku gak ada begini," Rachel berkata sambil menghadang jalan Reno.

"Pergilah...," ucap Reno.

Rachel meraih tangan Reno.

Namun dengan kasar Reno menghempas nya.

"Aku bilang pergilah, pergilah dengan mudah seperti dulu kau pergi meninggal kan ku. Namun sudah ku peringat kan, jangan pernah kembali lagi jika pergi itu pilihan mu," Tegas Reno, tanpa basa basi meninggal kan Rachel.

*Kamu bukan lelaki yang mudah jatuh cinta...

5 tahun bersama mu, membuat ku kenal baik pribadi mu.

cinta mu hanya ada di dalam sini.....

(meletak kan tangan di dada nya*)

Batin Rachel.

dia lagi

Dengan nafas tersengal, Melanie berlari tegesah-gesah meninggal kan bazaar.

Ia meraih ponsel dari dalam saku, memberi tahu Jihan karna meet time mereka terpaksa batal.

"Ohhh... oke, gak apa-apa kak Mel. Yaudah take care kak...bye...," ucap Jihan, yang mendapat telfon dari sang empunya janji.

Ia menatap nanar layar ponsel nya...

"Semoga bahagia kamu kak Mel," gumam Jihan.

Jihan terus melangkah menyusuri setiap stand bazaar, begitu banyak orang di sana. Dan hanya ia lah yang berjalan seorang diri.

Ia teringat dengan sepatu yang ingin ia cari.

Melihat ke arah ujung, ada stand penjual hells yang sedang sale besar-besaran.

Begitu banyak orang, Jihan mulai terhimpit sana sini dengan tubuh mungil nya.

Hingga seorang wanita bertubuh gempal, mendorong Jihan sampai ia terjatuh.

"Aaww.....ya ampun! kasar banget sih," umpat Jihan yang tersungkur di belakang kerumunan orang.

Jihan pergi meninggal kan area bazzar.

Duduk di halte sambil membersihkan celana nya yang kotor. Lengan siku nya terluka, Jihan meringis membersih kan luka itu.

Betapa apes nya aku....

Luntur sudah selera ku berburu sepatu sale!

ya ampunnn.....sakit nya.

*****

"Setidak nya, kamu beri Rachel kesempatan sekali lagi Ren. Bagaimana pun, dia sudah menunjukkan penyesalan nya. Dan lagi, dia wanita yang tepat untuk mu. Memiliki kesetiaan yang besar meski cukup lama jauh dari kamu," ucap mama Reno.

Namun, Reno terus berjalan pergi tanpa menghiraukan ucapan sang mama.

Masuk ke mobil dan melaju pergi meninggal kan rumah.

Reno lah yang tahu pasti bagaimana perasaan nya, dan tentang kesetiaan yang di tunjuk kan Rachel.

. . . .

Reno melaju kan mobil nya dengan cepat.

Pergi tanpa arah tujuan dengan perasaan kesal yang beku di hati.

Entah dari mana ia harus menjelaskan nya pada mama nya. Entah itu bisa melukai nya juga, atau hanya di anggap berlebihan menjelaskan sebenarnya tentang Rachel.

Reno kesal, berhenti dan memukul kemudi nya.

Memikirkan nya saja sudah membuat nya kesal sepanjang hari.

ahhhh.....sial!!!

teriak Reno.

Hingga pandangan nya teralihkan pada sesuatu, kemudian mulai jelas melihat

seseorang yang duduk di halte itu tengah mengibaskan lengan nya.

Halte yang persis ada di depan mobil Reno berhenti.

Setelah cukup lama Reno perhatikan, baru ia sadari jika itu Jihan.

Penasaran Reno pun turun dan menghampiri nya.

Perlahan dengan langkah tak bersuara.

Hingga berdiri tepat di hadapan nya. Jihan belum menyadari ada seseorang yang memperhatikan sejak tadi. Dan masih sibuk mengibaskan lengan nya dengan sesekali meniup nya.

"Kamu habis di gebukin masa? tertangkap nyopet ya!?" ucapan Reno mengaget kan Jihan.

Jihan menatap ke arah sumber suara.

Namun wajah Reno, lebih mengaget kan Jihan yang langsung berdiri dari duduk nya.

"Eh, pak Reno. Bagaimana anda bisa ada di sini. Maksud saya, gimana anda tau saya ada di sini," oceh Jihan.

"Cihh... Kamu fikir saya di sini khusus menemui mu? Justru harus nya saya yang tanya kamu lagi ngapain di sini. Kepergok nyopet, di gebukin?" ucap Reno dengan nada sinis.

Seketika wajah Jihan berubah menjadi beruang yang siap melahap mangsa.

"Apa yang terlihat pun, belum tentu benar seperti yang kita duga. Hanya jika kita yang merasakan, baru kita tau kebenaran nya. Jadi, stop sok tau dan menduga," sentak Jihan dengan mata berapi-api. Ia berlalu pergi, meninggal kan Reno dengan terpincang menahan sakit di kaki nya.

Reno kembali ke mobil dan melaju ke arah Jihan berjalan.

Dengan membuka kaca mobil,

"Halte itu hanya untuk bus, dan jam segini bus sudah tak kan ada. Selain bus, tidak ada kendaraan umum lewat sini. Masuk lah!" ucap Reno. Menawarkan tumpangan pada Jihan.

Jihan masih terus berjalan dengan terseok-seok tanpa menghiraukan Reno.

Reno pun pergi meninggal kan Jihan.

Dasar batu...

Kenapa tidak sedikit memaksa, memohon maaf, atau apalah seperti yang ada dalam drama. Malah langsung pergi!! Dasar batu, kepala batu....ahhsss...sakit. Umpat Jihan.

Terus berjalan ke depan beberapa menit, tiba-tiba ada taxi yang berhenti dan menawar kan tumpangan.

"Silahkan mbak," sapa sopir taxi yang menurunkan kaca mobil nya.

Ini baru bener seperti adegan dalam drama....

Batin Jihan.

Setengah perjalanan sudah menuju kost Jihan, namun tatapan nya terus ke arah Argo taxi tersebut.

Jihan merasa kenapa Argo nya tidak menyala sejak tadi. Jihan sedikit gelisah, bagaimana jika ternyata ongkos nya mahal sekali. sedangkan penunggu dompet nya hanya tinggal 2 lembar. Bisa kacau nasib perutnya sampai minggu depan.

Sementara di dalam mobil Reno....

"Kalau sudah, kamu pergi ambilkan laptop kerja dan tas ku di rumah. Malam ini aku menginap di apartment," Titah Reno lalu memutuskan sambungan telephone.

"Baik pak bos...." sahut pak Mul.

"Dan taxi itu untuk siapa kah gerangan?" Pak Mul sejenak bermonolog dan tercengang. Lalu menggeleng kan kepala.

.

.

.

.

Sudah sejak lama setelah putus hubungan dengan Rachel, Reno tak pernah mendekati wanita baik-baik. Reno hanya pergi ke tempat hiburan yang menawarkan wanita penghibur. Namun tak satu pun ingin Reno tiduri.

Dan hingga sampai di kost pun Jihan tak tau, bagaimana taxi itu tidak meminta ongkos setelah ia turun. Jihan masih termenung di depan pintu pagar kost.

Melihat taxi itu pergi begitu saja hingga jauh.

Masih tidak menyadari, jika taxi itu pesanan Reno yang sudah di bayar.

******

Di apartment Reno....

Sudah lama sekali sejak ia memilih putus dengan Rachel, ia tak pernah datang ke apartment nya itu.

Terlalu banyak kenangan manis dan pahit yang masih melekat di tempat itu.

Saat memadu kasih bersama Rachel, hingga mendapati bercak merah kecupan di leher dan dada Rachel yang jelas bukan Reno yang melakukan nya.

apartment inilah saksi bisu perselingkuhan Rachel.

Yang lebih menghancurkan hati Reno, banyak lelaki yang menjajal tubuh Rachel.

Reno masih terpaku di ambang pintu apartment.

"Lupa password pintu ya bos?," suara pak Mul mengaget kan Reno.

Pak Mul langsung menekan sandi dan membuka pintu.

Reno hanya terdiam dan merasa kesal.

Masih ingin tak ingin memasuki apartment nya.

"Alangkah baik nya, anda mengubah dekor dan wallpaper dinding semua ruangan pak. Setidak nya, suasana baru akan memberikan perasaan baru juga," ucap pak Mul sambil melangkah mendahului Reno yang mematung.

"Lakukan saja yang terbaik pak, menginap lah di sini semalam. Dan besok lakukan lah perubahan itu," sahut Reno.

Pak Mul hanya tersenyum.

Ia tau persis watak bos nya itu.

Dia pengabdi keluarga besar Reno.

Termasuk almarhum papa Reno, Surya Atmadja. Adalah orang yang sangat di hormati pak Mul. Ia berjanji akan mengabdi, hingga akhir usia pada keluarga yang telah membantu hidup keluarga nya tersebut.

*******

Di tempat lain....

Masa ia karna kasian, itu sopir taxi begitu yak...

kenal juga enggak, ya iyalahh...siapa juga yang kenal aku di sini!!

Masih dengan kebingungan dalam hati, sambil mengeringkan rambut nya dengan handuk.

Jihan duduk menatap langit malam di balkon kamar nya.

Segunung rindu pada jagoan kecil nya.

Namun terkadang sulit di ajak video call, terlalu lincah dan asyik bermain.

Jadi hanya pesan video putra nya saja yang Jihan lihat.

Padahal, kita di langit yang sama nak....

Sehat selalu kamu, cepat lah besar. Kamu hero mami nak...

Bahagia mu bahagia mami juga,

Sambil menatap foto hero jagoan kecil nya...

mulai penasaran

Pagi yang sama di tanggal dan hari yang berbeda.

Begitu juga penampilan pagi ini, Jihan memilih menggunakan stelan blazzer berwarna gelap.

Hanya bagian bawah yang aneh, hanya dengan sandal bertali. Di hiasi kaki sebelah kiri yang terbalut perban.

Berjalan menuju ke tempat di mana ia bertugas hingga sore menjelang.

Berjalan terseok-seok menahan sakit di kaki nya.

Jangan kan bersenandung, sampai dengan selamat saja sudah bersyukur untuk saat ini yang ada di benak Jihan.

Hingga hari libur kemarin pun hanya ia nikmati di atas kasur...

"Kenapa masuk kerja buk, kalau kaki lagi sakit begitu," ujar mang Asep sang OB.

"Lahh...yang sakit kaki pak, bukan tangan saya. Dan kebetulan yang kerja tangan saya. Heheheheh....," sahut Jihan terkekeh.

Karyawan lain hanya tersenyum kecil.

Tak mau ambil resiko jika ikut menimpali.

"Pagi buk..," sapa para karyawan.

"Pagi semua, semangat....!" sahut nya.

Butuh tenaga ekstra Jihan menaiki anak tangga, menuju lantai dua dimana ruangan kerja nya berada.

Entah berapa lama lagi lift di kantor nya dapat di gunakan lagi.

Sedang di perbaiki karna kerusakan, tapi aneh nya perusahaan sebesar ini membiarkan tekhnisi memperbaiki nya cukup lama.

Berhenti sejenak menarik nafas dalam-dalam.

Ya Tuhan......

Beri sedikit saja lagi kekuatan itu, minimal sampai bisa merasakan duduk di kursi ku.

Batin Jihan.

"Mau berapa lama lagi menjadi penunggu anak tangga ini??"

Suara berat Reno mengaget kan Jihan.

Reno berdiri tepat di belakang nya seperti antrian sembako.

"Maaf pak," ucap Jihan. Menepikan diri dengan terjingkit-jingkit.

Dasar es batu, kepala batu...

Mungkin juga hati nya dari batu. Umpat Jihan dalam hati.

Reno melewati Jihan.

Namun berhenti di pijakan anak tangga ke dua.

Menoleh ke arah Jihan dan melihat kaki yang terbungkus perban.

"Benar-benar seperti bocah," Ucap Reno, lalu berbalik dan melanjutkan langkah nya.

"Benar-benar batu..!?" umpat Jihan pelan.

Hingga siang ini Jihan masih berkutat dengan komputer nya.

Ada banyak laporan yang harus di kirim.

Bahkan jam makan siang pun ia tak peduli.

"Kenapa dengan kaki itu? Bukan kah jelas, penolakan mu terhadap ajakan ku menuai karma.ckckck," ucapan Vino memecah keheningan.

Seperti biasa, menggoda Jihan dan terus berusaha meluluh kan hati nya.

Jihan hanya menatap pias Vino.

Entah merasa itu bener atau tidak, tapi yang jelas kaki nya sedikit nyeri di tambah ucapan Vino.

Sesaat Reno keluar dari ruangan nya, menatap fokus ponsel nya.

Beberapa langkah berjalan, lalu berbalik lagi keruangan nya. Seperti ada sesuatu tertinggal.

"Selamat siang pak," sapa Vino.

"Siang," sahut nya tanpa basa basi.

Jihan masih tetap fokus pada layar komputer.

Dan Vino masih fokus pada rayuan maut nya.

Dan yang tadi lewat bak bintang iklan, belum juga keluar lagi.

*****

Di dalam ruangan Reno.

"Yasudah... buka saja pembatas lift, dan aktif kan lagi. Biar mereka bisa menggunakan lift itu setelah sekian lama olahraga," titah Reno pada sambungan panggilan nya.

"Kenapa dengan kaki nya....

Bukan nya, yang terlihat luka kemarin hanya lengan nya???

hahhhh....kenapa dia??

kenapa aku dong, kenapa aku ikutan bertanya-Tanya!!" Batin Reno.

Telepon di meja Jihan berdering, dan seketika menghentikan rayuan retceh Vino.

"Ya pak....?" sahut Jihan.

Karna Jihan tau itu panggilan dari bos nya si kepala batu.

"Bawakan berkas yang perlu saya tanda tangani, waktu saya sedang kosong," titah Reno.

"Baik pak...," sahut nya.

"Gimana? jam berapa turun? aku tunggu deh," Tanya Vino yang sedari tadi berusaha.

"Sorry Vin, kerjaan ku deadline semua hari ini. Dan kau pergi lah atur devisi mu. Jangan sampai lost target lagi bulan ini," ujar Jihan seraya berlalu pergi.

"Shiiittt..... licin amat ni cewek kayak belut," gumam Vino kesal.

Mengetok pintu dan masuk ke ruangan Reno dengan masih terseok-seok.

"Permisi pak, ini berkas nya. Cukup banyak dan harus di tanda tangani hari ini juga," ujar Jihan.

Hening sejenak, Reno masih membolak balik lembaran berkas tersebut.

Tanpa menoleh lagi....

"Baiklah, terimakasih" ucap Reno.

Jihan perlahan berdiri dan melangkah perlahan keluar ruangan. Dan masih terseok-seok juga pasti nya.

Ketika di ambang pintu....

"Kenapa memakai sandal?," Tanya Reno basa basi yang basi kali ini.

Jihan berbalik dengan sedikit kesal yang terpendam.

"Sedikit nyeri jika saya paksa dengan sepatu pak," jawab Jihan.

"Siapa yang tau, beneran sakit atau???"

"Saya juga tidak melihat dan merasa kan nya!?" ucap Reno dengan nada sinis.

"Begitu kah???" sahut Jihan ketus.

Jihan membuka perban pada kaki nya.

Reno mulai terkejut Jihan benar membuktikan nya...

Dan kini terpampang nyata luka yang bercampur pembengkakan, hingga terlihat biru pada bagian ujung kaki nya.

Reno masih fokus pada tumpukan kertas nya, membolak balikan tiap halaman.

Dan Jihan berdiri di depan Reno, dengan kaki yang telah di buka dari perban nya.

"Seperti nya saya yang terlihat konyol jika sudah seperti ini, tapi mau bagaimana lagi. Jika mata dengan hati sudah tak sepaham!" ucap Jihan seraya membalut kan lagi perban nya.

Terlihat ada darah yang keluar dari pucuk kaki nya. Jihan segera merapih kan balutan kaki nya, memakai sandal nya dan keluar ruangan Reno.

*****

Apa susah nya untuk tidak berkomentar nyinyir..

Kenapa harus membuat ku terlihat bodoh lagi dan lagi.

Jihan segera mengemasi meja kerja nya, saat jam kerja mulai usai..

Perjuangan nya melewati anak tangga akan memakan waktu lagi, untuk itu Jihan memilih keluar agak lama. Agar tak mengganggu pengguna tangga lain nya. Termasuk bos kepala batu itu.

Ketika ruangan telah lengah jihan mulai berjalan perlahan. Namun, ia terkejut ketika melihat lift yang sudah bisa di gunakan.

Masih melihat ke atas ke bawah, mencoba menekan tombol buka. Dan benar saja pintu lift itu terbuka lebar.

Betapa girang nya hati Jihan. Dan tersenyum simpul kegirangan.

Namun terkejut lagi lagi, dengan suara berat yang hampir dia hafal.

"Selain tangga darurat, pintu lift ini juga ingin kau miliki seorang diri kah?" ujar Reno, yang berdiri seperti mengantri sembako lagi di belakang nya.

"huuhhhhfft....", helaan nafas panjang Jihan saja. Dua mulai lelah beradu mulut.

Kemudian menggeserkan langkah menepi,

Reno pun masuk ke dalam lift bersama dengan Jihan yang terseok-seok.

Sesekali jihan melirik, canggung dan dingin terasa di dalam lift dengan Reno.

Reno hanya fokus kan pandangan ke depan.

Bukan berarti tak mencuri pandangan,

ia jelas dapat memperhatikan Jihan dari dinding lift yang seperti kaca.

******

Di parkiran...

Para karyawan sudah tidak terlihat lagi, hanya beberapa orang termasuk Reno.

Perlahan ia berjalan menuju kost nya,

namun tiba-tiba Reno berhenti tepat di samping Jihan.

Kali ini bukan membuka kaca saja, tetapi juga membuka pintu di kursi penumpang.

Jihan menoleh dan masih berfikir, Reno hanya terdiam tanpa basa basi.

Jihan teringat batu nya Reno yang tidak akan memberi pertolongan yang di sertai bujuk rayu.

Jihan tersentak, dan langsung masuk tanpa persebatan.

Reno memutar mobil ke arah lain, Jihan mengernyit kan dahi. Ingin berkomentar takut semakin sengit. Hanya memilih diam, hingga mobil berhenti di depan apotik terdekat.

Selang beberapa menit, Reno kembali dengan satu bungkus kantong plastik putih.

Reno melaju kan mobil nya ke arah kost dimana Jihan tinggal.

Jihan sedikit berfikir, "Dari mana ia tau kost-kost an ku," Batin Jihan.

Reno menghentikan mobil tepat di depan gedung kost Jihan tinggal. Mengambil plastik tadi dan memberikan pada Jihan sebelum ia turun.

"Apa ini pak?" Tanya Jihan seraya menerima kantong plastik itu.

"Kalau kamu buka plastik itu kan kamu bisa lihat sendiri, dan jangan lupa lupa tutup kembali pintu nya," jawab Reno ketus.

Jihan menahan kesal nya seperti bendungan yang hampir roboh,

Turun dan segera menutup pintu mobil Reno.

Reno pun langsung melesat pergi.

"Ya Tuhan..... Batu apa yang Engkau sulap menjadi seonggok manusia tak berhati itu!?" teriak Jihan dengan kesal nya.

TERIMAKASIH BUAT YANG MASIH MELIRIK KARYA RETCEH NYA AUTHOR MAGANG INI.

HEHEHEHE....

MOHON DUKUNGAN NYA SELALU....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!