"Mungkin Kamu gak ada jodohnya dengan Fajri." Kata Ibu Mertua Sena.
"Ya gak begitu juga Bu. Maksud Sena, Mas Fajri itu kan anak Ibu, Sena minta tolong sama Ibu untuk menasehati Mas Fajri." Sena nampak kecewa dengan sikap Mertuanya yang lebih membela anaknya.
"Ibu sudah cape menghadapi rumah tangga Kalian. Kalau Kamu merasa gak kuat dengan anak Ibu, pulangkan saja, Ibu masih mau nampung anak Ibu kok!" Hardik Mertua Sena.
Sena terdiam. Dia tak dapat lagi berkata-kata. Pernikahannya dengan Fajri sudah berusia 3 tahun tapi Mereka belum juga dikaruniai seorang anak.
Selama pernikahannya itu, Fajri tak pernah betah bekerja. Sudah bekerja tapi tak bisa jujur. Ada saja yang Fajri lakukan, tidak menyerahkan uang setoran hasil jualannya atau sering mangkir. Dan Sena tak mengetahui hal itu.
Sebenarnya Sena pernah terlambat datang bulan. Hampir dua bulan, namun Fajri enggan membawa Sena untuk periksa. Fajri hanya menyuruh Sena untuk berdiam diri di rumah tanpa mengerjakan apapun, tapi Fajri tak mau membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.
Fajri adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Sedangkan Sena anak kedua dari lima bersaudara. Keluarga Sena menerima Fajri karena Sena memang sudah dekat dengan Fajri selama satu tahun.
Sebenarnya Sena belum mau menikah dengan Fajri karena Fajri belum bekerja tetap. Fajri masih menjaga keamanan kendaraan di area rumah orangtuanya.
Tapi Orangtua Sena yang mengingat usia Sena yang sudah matang untuk berumah tangga.
FLASH BACK ON
"Kalau sampai bulan puasa nanti, Kamu belum juga dilamar oleh Fajri, Bunda akan membawa Kamu pulang kampung. Dan Bunda akan menyerahkan Kamu pada Pamanmu agar dicarikan jodoh untukmu." Tegas Bunda pada Sena beberapa tahun yang lalu.
"Tapi Bunda, Fajri belum kerja. Sena juga baru keluar dari kerjaan." Sena mencoba memberi pengertian pada Bunda nya.
"Sena, rejeki itu akan datang, saat Kamu menikah... Allah gak akan menyia-nyiakan hidup kalian, selama Kalian masih mau berusaha." Kata Bunda.
Sena hanya menghela nafas. Dia tak dapat lagi menampik perkataan Bunda nya. "Ya nanti Sena coba bicarakan pada Fajri." Kata Sena menunduk.
Beberapa hari kemudian, Fajri mengunjungi Sena. Sena mengajak ngobrol Fajri diteras.
"Aku mau makan bubur ayam yang disana, yang waktu itu Kamu ajak Aku." Pinta Fajri.
"Bubur ayam Bang Iwan?" Tanya Sena.
Fajri mengangguk.
"Sebentar ya, Aku ganti baju dulu." Kata Sena.
"Ngapain pake ganti baju segala? Begitu aja." Goda Fajri.
"Gak ah, Aku gak pernah keluar rumah pake celana pendek selutut. Aku ganti celana panjang aja." Kata Sena.
Fajri terkekeh. Fajri sangat menyukai postur tubuh Sena yang tinggi semampai. Tinggi badan Sena tak jauh dari tinggi badannya malah hampir sama.
Usia Sena juga lebih muda dari Fajri, karena Fajri pernah bercerita kalau mantan pacarnya usianya selalu lebih tua dari Fajri.
Tak lama Mereka sudah sampai di tenda bubur ayam Bang Iwan. Fajri memesan 2 mangkok untuk mereka.
Sambil menunggu pesanannya, Sena membuka pembicaraan. "Mas Fajri...." Panggil Sena.
"Hhmmm..." Fajri menengok kearah Sena.
"Bunda....." Sena nampak ragu.
Fajri mengerutkan keningnya. "Kenapa Bunda?" Tanya Fajri.
"Bunda mau menjodohkan Aku." Sena menunduk.
"Loh kok Bunda gitu? Kan Kamu sudah punya Aku." Fajri tak terima.
"Kata Bunda, kalau sampai puasa ini, Mas Fajri tak juga melamar Sena, Sena akan Bunda bawa pulang kampung. Dan Sena akan dijodohkan di Kampung." Sena menunduk.
Pesanan bubur mereka datang. Fajri memberikan semangkuk bubur untuk Sena. Fajri mulai menuang sambel.
Sena terkejut melihat Fajri yang tak kira-kira menaruh sambal di mangkuk buburnya.
"Itu pedes banget..." Kata Sena tak percaya.
Tapi Fajri tak menggubris perkataan Sena. Dia mulai melahab buburnya.
Sena hanya geleng-geleng kepala. Sena pun mulai melahab buburnya perlahan. Sena melihat keringat mulai bercucuran dari kepala turun ke wajah Fajri.
Sena tertawa kecil melihat Fajri yang mulai kepedesan. Sena menyodorkan teh hangat pada Fajri. Dan itu membuat Fajri tambah kepanasan.
Sena tertawa. "Lagian udah dibilang nanti kepedesan, gak mau denger. Tapi kalau minum air hangat nanti juga cepet ilang kok pedesnya." Kata Sena.
Tak lama Fajri dan Sena sudah selesai makan bubur, karena tenda bubur yang sangat ramai tak bisa membuat mereka untuk bersantai. Sudah selesai makan, bayar langsung meninggalkan tempat, gantian dengan pembeli lain.
Fajri mengendarai sepeda motornya perlahan. Dia menarik tangan Sena agar memeluknya. Sena hanya menuruti kemauan Fajri.
Fajri tak membelokkan motornya ke rumah orangtua Sena tapi Fajri terus mengendarai sepeda motor ke suatu tempat. Hingga akhirnya Fajri menghentikan motornya di sebuah taman.
"Kenapa Kita kesini, udah malam. Lagian ini tempat orang pacaran tau." Sena mengrucutkan bibirnya.
"Aku mau pacaran sama Kamu." Canda Fajri.
Sena memukul bahu Fajri manja. Fajri langsung memeluk tubuh Sena. Fajri mengusap rambut panjang Sena. "Aku gak mau Kamu dijodohin. Kamu harus nikah sama Aku."
Fajri melerai pelukannya dan menangkup wajah Sena. Fajri mendekatkan wajahnya. Bibir Fajri menyentuh bibir Sena. Mereka pun rujak bibir sangat lama.
Tangan Fajri sudah kemana-mana. Sena langsung mendorong tubuh Fajri.
"Kenapa Sena?" Fajri heran.
Sena tersengal karena Fajri tak juga melepas bibirnya. "Abis tangan Kamu jahil." Sena mengusap bibirnya.
"Dan ini... Kamu sengaja makan bubur sambelnya banyak-banyak terus mencium Aku... Biar Aku merasakan pedesnya juga...!?" Sena mengrucutkan bibirnya.
Fajri terkekeh. "Abis Kamu gemesin banget. Aku jadi nafsu sama Kamu." Goda Fajri
"Kalau Mas Fajri ingin memyentuh seluruh tubuhku, Mas harus nikahi Aku dulu." Kata Sena lagi.
"Aku dari tadi sedang memikirkannya Sena. Kamu kan tahu Aku belum kerja. Kerjaanku hanya menjaga keamanan kendaraan di lingkungan rumahku. Atau Aku punya uang kalau Aku berhasil membantu Rino menjual dagangannya." Jelas Fajri.
"Terus mau sampe kapan? Aku juga gak mau dijodohin." Sena mulai terisak.
Fajri merengkuh bahu Sena dan membenamkan kepala sena dipundaknya. "Nanti Aku ngomong sama Ibu ku, supaya melamarmu cepat untukku." Kata Fajri.
Sena mengusap airmatanya. "Aku gak minta pernikahan yang mewah. Yang penting SAH dimata Agama dan Negara. Aku juga gak minta mahar macam-macam." Kata Sena.
____________________
"Ibu gak punya uang Fajri. Kamu tahu sendiri, Mas Alif juga lagi sakit. Tabungannya abis buat berobat. Memang Kamu dan Sena sudah berbuat apa? Sena sudah hamil?!" Ibu Fajri nampak kesal karena Fajri yang tiba-tiba minta melamarkan Sena untuknya.
"Ibu gak mau nganter Kamu nikah kalau Sena hamil duluan. Bikin malu saja. Cukup Mas Dwi mu yang begitu." Ketus Ibu.
Fajri menghela nafas. "Sena gak hamil duluan Bu. Fajri gak pernah macam-macam sama Sena. Fajri dan Sena kan sudah lama pacaran, Bu. Sudah 10 bulan. Umur Fajri sudah lewat 26 tahun. Sena juga, sudah 25 tahun lebih. Fajri sangat mencintai Sena, Bu. Fajri gak mau, Bunda nya Sena membawa Sena pulang kampung terus menikahkan Sena dengan Pria lain." Fajri nampak sedih.
Ibu menghela nafas. "Pak... gimana tuh? Fajri minta melamarkan Sena cepat-cepat."
"Saya tak bisa berbuat apa-apa Bu, Saya kan sudah pensiun. Semua uang pensiun Saya, Ibu yang pegang. Dilamar saja Bu, Saya lihat Sena, anaknya baik dan sopan." Kata Bapaknya Fajri.
"Nanti Ibu ajak bicara Mas Alif dulu, Fajri. Bapakmu gak bisa buat apa-apa." Ketus Ibu.
Bapak hanya geleng-geleng kepala tak dihargai oleh istrinya.
Seminggu Kemudian.
"Bunda... Hari minggu nanti Ibu Fajri dan Saudara-saudara Fajri mau kesini. Bunda terima ya." Fajri berbicara dengan Bunda.
Bunda tersenyum. "Masa Keluargamu mau datang, Bunda gak terima." Kata Bunda ramah. Bunda memang tak pernah mempermasalahkan status sosial. Bagi Bunda kalau sudah saling suka, gak boleh pacaran lama-lama.
"Alhamdulillaah kalau Bunda mau terima. Bunda jangan bawa Sena ke kampung ya. Fajri gak mau Sena menikah dengan orang lain." Fajri memohon.
Bunda tersenyum. "Fajri... Kalau Fajri sudah melamar Sena, Bunda gak akan membawa Sena ke kampung. Bunda cuma khawatir, namanya Sena sudah dewasa, umurnya sudah lebih dari 25 tahun. Fajri tahu sendiri mulut tetangga sini, banyak yang usil."
"Ya Bunda... Fajri ngerti." Kata Fajri menunduk.
"Ya sudah, Bunda kedalam dulu. Bunda mau melanjutkan mengaji. Kamu ngobrol saja sama Sena ya." Kata Bunda.
"Ya Bunda, silahkan." Kata Fajri sopan.
Sepeninggal Bunda, Fajri langsung merangkul bahu Sena. Fajri mengecup pipi Sena.
Sena mendorong tubuh Fajri. "Sena gitu deh, Mas kan mau sayang Kamu." Fajri merajuk.
"Malu ih Mas. Nanti kelihatan adik-adikku." Kata Sena menunduk.
"Lagian Mas Fajri aneh, ngapel malam jumat. Orang mah malam minggu." Sena merengut.
"Loh kan Aku kesini kasih kabar ke Bunda dari Ibu Aku." Kata Fajri.
"Sekarang iya... Kemarin-kemarin Mas Fajri kalau datang sesuka hati aja." Sena merengut.
"Ya kalau dijadwalin, Aku gak bisa mergokin Kamu dong." Canda Fajri.
Sena mengerutkan keningnya. "Memang Aku ngapain pake dipergokin?" Tanya Sena.
"Siapa tau selain Aku ada cowok lain yang ngapel." Canda Fajri.
Sena mengrucutkan bibirnya. "Kalau Aku seperti itu, ngapain juga Aku bilang-bilang sama Kamu mau dijodohin Bunda. Mending Aku nikah sama selingkuhanku. Kalau Aku punya selungkuhan." Sena kesal.
"Deeeehhh... ngambek...." Fajri memeluk tubuh Sena.
"Lagi ada-ada aja kalau ngomong." Sena masih merajuk.
Fajri mengusap rambut panjang Sena dengan lembut.
__________________
Hari minggu siang keluarga Fajri sudah tiba di rumah Bunda Sena.
Bunda Sena, Abang Sena juga Saudara-saudara Sena menyambut keluarga Fajri dengan tangan terbuka.
Fajri dan Sena sudah sepakat kalau pernikahan Mereka akan dilaksanakan tanggal 3, tiga hari sebelum puasa Ramadhan.
Keluarga Fajri dan Keluarga Sena saling ngobrol.
"Maaf nih Bunda Sena, Bapak nya Fajri gak bisa datang, lagi kurang sehat, maklum sudah tua. Nanti saja katanya pas akad Nikah, Bapaknya datang." Kata Ibu nya Fajri.
"Gak apa Bu. Ini juga saya gak mengundang tetangga, Kita-kita saja. Biar saling mengenal." Kata Bunda.
"Rencananya kapan akad nikahnya Sena?" Tanya Ibu Fajri.
Sena gugup. "Mas...." Sena meminta Fajri yang bicara.
"Tanggal 3 bulan besok Bu. Pas hari minggu." Kata Fajri.
"Berarti dua minggu lagi ya? Apa gak kecepetan?" Wajah Ibu Fajri terlihat tak suka.
Sena hanya menunduk.
"Fajri belum punya persiapan apa-apa. Kerja aja belum." Kata Ibu Fajri yang memasang wajah manis.
"Maaf Bu... Begini..." Tiba-tiba Abang Sena membuka pembicaraan. "Kita disini gak minta macam-macam. Bagi Kita pernikahan yang penting SAH dimata Agama dan Negara. Kalau soal Fajri belum kerja, Insyaa Allah nanti ada rejekinya. Saya juga dulu waktu nikah nganggur, tapi Alhamdulillaah sekarang ada aja rejekinya." Jelas Abang Sena.
Ibu Fajri hanya tersenyum. Obrolan pun berlanjut.
Setelah shalat Ashar, keluarga Fajri berpamitan. "Sena... antar Ibu ya. Ibu mau ngomong sama Kamu." Pinta Ibu Fajri.
"Ya Bu..." Sena sudah tahu, pasti Ibu Fajri ingin memastikan pernikahan mereka.
Sena mengantar keluarga Fajri ke depan perumahan. Mereka memang naik taxi.
"Kamu yakin nikah dalam waktu dekat ini? Ibu dan Mas Alif gak punya uang loh kalau dadakan begini. Gimana kalau abis lebaran saja?" Kata Ibu Fajri.
"Lagi pula ngapain sih buru-buru banget, memang Sena sudah hamil duluan?" Tanya Tante Yani, Tante nya Fajri.
"Astaghfirullaah..." Sena terperanjat. "Sena gak hamil kok Bu, Tante. Sena gak pernah berbuat macam-macam sama Mas Fajri." Sena menunduk. Perkataan Tante Fajri melukai perasaan Sena.
"Bu... Kalau nikahnya tanggal 3 bulan besok, Alif gak bisa bantu banyak." Kata Mas Alif.
"Tuh denger kan Sena. Abis lebaran aja ya?" Bujuk Ibu Fajri.
Sena menatap Fajri. Fajri mengedipkan mata, mengisyaratkan biar nanti Fajri yang ngomong sama keluarganya.
Sebuah taxi lewat, Alif menyetopkan. "Kita pulang ya Sena... Lebih baik Kamu pikirkan lagi." Kata Mas Alif.
Sena mengangguk. Sena menyalami tangan Ibu, Tante dan Mas Alif juga Fajri.
"Kamu tenang ya, nanti Aku yang ngomong sama Ibu dan Mas Alif." Kata Fajri. Sena mengangguk.
Taxi pun berlalu meninggalkan Sena. Dengan perasaan tak menentu Sena melangkah pulang.
"Gimana Sena? Ibu Fajri bilang apa?" Tanya Bunda melihat wajah Sena yang murung.
"Ibu Mas Fajri minta abis lebaran, Bun." Sena mengrucutkan bibirnya.
"Bunda sih terserah Kamu. Yang penting sudah ada kata ikatan. Tapi abis lebaran mungkin Bunda masih di kampung." Kata Bunda.
"Nanti Sena bicara lagi sama Mas Fajri. Nanti Mas Fajri kasih kabar ke Sena, Bu." Kata Sena.
_____________________
Empat hari Kemudian Fajri datang ke rumah Sena.
"Assalamu alaikum..." Salam Fajri.
"Wa alaikumussalaam..." Sahut Bunda yang sedang menjahit di kios nya.
"Masuk Fajri. Jadi ke KUA nya?" Tanya Bunda.
Fajri mencium punggung telapak tangan Bunda. "Jadi Bunda. Nih Fajri sudah bawa surat-suratnya." Kata Fajri.
"Sena mana Bunda?" Tanya Fajri.
"Ada di dalam. Tadi lagi ngejemur abis nyuci baju. Mungkin sedang mandi." Kata Bunda yang menyediakan minum untuk Fajri.
"Terima kasih Bunda." Fajri menyesap teh nya. Bunda masuk kedalam memanggil Sena.
"Sena... Fajri udah datang tuh." Kata Bunda.
"Ya Bunda... Sena sedang pake baju. Sebentar lagi Sena keluar." Kata Sena dari dalam kamar.
Bunda keluar. "Ditunggu aja ya Fajri. Sena lagi di kamar. Bunda mau menyelesaikan jahitan orang." Kata Bunda.
"Ya Bunda, silahkan." Kata Fajri.
Tak lama Sena keluar dengan rambutnya yang masih basah. Itu membuat Fajri sangat gemas pada Sena.
Fajri menghampiri Sena dan segera mencium bibir Sena. Tapi Sena menampiknya. "Mas... Sabar iihhh... Sebentar lagi juga semuanya halal." Kata Sena.
"Abis ngurus surat di KUA, Kita gak akan ketemu lagi, Sena. Kita bertemu saat hari pernikahan Kita." Kata Fajri.
"10 hari lagi gak lama, Mas." Kata Sena yang sedikit mendorong tubuh Fajri karena ada Kakak Ipar Sena keluar dari kamar.
"Ayo ah berangkat." Ajak Sena.
"Berkas-berkas mu sudah siap?" Tanya Fajri.
Sena mengangguk. "Mas.. Tapi abis dari KUA anterin Sena ya." Pinta Sena.
"Kemana?" Tanya Fajri.
"Ke rumah Ani." Kata Sena.
"Jadi, Kamu pinjam uang sama Ani?" Tanya Fajri.
Sena mengangguk. "Kan Mas tau sendiri, Aku gak punya persiapan apa-apa. Orangtua Mas juga gak kasih uang." Kata Sena.
Fajri mengangguk. "Maafkan Aku.... Kamu sabar yah. Abis akad Nikah, Kamu langsung bayar uangnya Ani. Insyaa Allah nanti ada rejekinya." Kata Fajri.
Sena mengangguk. Mereka pun berpamitan pada Bunda Sena.
Telpon di rumah Sena berdering. Adik Sena, Vina mengangkatnya. "Hallo Assalamu alaikum..." Sapa Vina.
"Wa alaikumussalaam Dek. Sena ada?" Tanya Fajri, ternyata yang telpon Fajri.
"Deeehhh yang mau jadi pengantin, dah kangen yah. Sabar Mas, besok juga ketemu." Goda Vina.
"Hehehehe... Gak.... Mas cuma mau tanya, dirumah pengajian jam berapa?" Tanya Fajri.
"Mau tanya jadwal pengajian aja? Beneran gak mau ngomong sama Sena?" Goda Vina lagi.
"Abis Kamu gak kasih ijin." Canda Fajri.
"Tunggu ya Mas. Calon pengantin wanita lagi ngecat kamar. Hehehe..." Kata Vina.
"Hah? Ngecat kamar? Kok Sena yang ngerjain?" Fajri terperanjat.
"Ya lagian Mas Fajri gak mau bantuin kesini. Kasian tuh... Tangannya udah belepotan cat. Hehehe..." Canda Vina.
"Sena... Mas Fajri telpon nih..." Panggil Vina yang memang tak jauh dari kamar Sena.
Sena segera meletakan alat cat nya. "Ya Mas?" Sapa Sena.
"Kamu lagi ngapain? Kok ngecat sih?" Tanya Fajri.
"Kan Aku dah bilang dari minggu lalu, Mas bantuin kesini tapi Mas banyak aja alasannya... Dipingitlah... Gak boleh sama Ibu lah..." Sena mengrucutkan bibirnya.
"Yaaa... nantilah kalau Aku dah jadi suami Kamu, Aku bantuin ngecat." Canda Fajri.
"Bantuin apalagi? Dah rapih sama Aku." Kata Sena.
"Ada apa?" Sena Ketus.
"Kok gitu sih?" Tanya Fajri.
"Katanya dipingit? gak boleh ngobrol lama-lama." Tegas Sena.
"Aku kangen tau..." Kata Fajri.
"Bodo...!" Ketus Sena. "Udah cepetan ada apa? Kerjaanku belum kelar." Sena mulai kesal.
"Iihhh gitu banget sih? Ibu nanya dirumah pengajian kapan?" Tanya Fajri.
"Abis maghrib. Mang kenapa?" Sena masih ketus.
"Kata Ibu, dirumah mempelai pria harus duluan." Kata Fajri.
"Ooohhh... Mang ada pengajian juga? Kirain gak ada?" Gerutu Sena.
"Kamu tuh yah... Kalau deket Aku gigit nih." Goda Fajri.
"Gigit aja tuh gagang telpon." Canda Sena masih ketus.
"Besok jangan sampai telat." Sena mengingatkan.
"Ya Tuan Putri...." Canda Fajri.
"Udah ya." Kata Sena.
"Tar dulu.... Cium dulu dong..." Fajri manja.
Sena langsung menutup gagang telpon. Sena langsung masuk kembali ke kamarnya dan meneruskan mengecat.
Ibu-ibu tetangga yang bantu-bantu di rumah menggoda Sena. "Kok pengantin ngecat sih?"
Sena hanya tersenyum.
"Ya Bu... Abis dadakan. Abang dan Adiknya lagi banyak pesanan jadi gak bisa bantu. Makanya Sena ngerjain sendiri." Kata Bunda.
"Sena memang rajin dari dulu." Kata Bu Bunga.
"Kak Sena... Sini Aku bantuin." Kata Ria.
"Gak usah... Sempit kalau Kamu bantuin disini. Kamarnya kecil yang bantuin besar." Canda Sena.
"Iihhh Kak Sena gitu..." Ria mengrucutkan bibirnya.
"Udah sana... mending Kamu urus anak-anak Kamu tuh... Udah pada makan belum? Disini makanan belum pada matang." Canda Sena.
Ria hanya terkekeh karena Sena terus memarahinya tak serius.
Jam 10 pagi pekerjaan mengecat Sena sudah selesai. Sena bergegas mandi. Kamar Sena memang kecil hanya berukuran 2x3 meter. Itu pun dia pasang tempat tidurnya yang ukuran nomor 2. Kalau nomor satu atau King, tak akan ada tempat untuk sena menaruh lemari dan tempat shalat.
Ibu-ibu masih menggoda Sena. Karena arah ke kamar mandi melewati Ibu-ibu yang sedang memasak.
Sena hanya tersenyum menghadapi candaan Ibu-ibu.
Selesai mandi, Sena meneruskan memasang payet pada kebayanya yang akan dia pakai besok. Bunda Sena sudah menjahitnya. Sena yang merapihkan dan memasang payet.
Lagi-lagi Ibu-ibu menertawakan Sena. Tapi Sena tak menghiraukannya. Malah Sena mendengar selentingan kalau pernikahan Sena yang mendadak ini karena Sena sudah hamil duluan.
Tapi Sena juga tak menghiraukan. Nanti juga Mereka lihat, Sena hamil atau tidak. Mereka akan rajin menghitung dari tanggal pernikahan hingga Sena melahirkan.
Bagi Sena meladeni gosip-gosip tetangga hanya buang-buang energi. Toh Mereka akan tambah senang kalau disikapi dengan emosi.
"Masih banyak Sena?" Tanya Bunda yang memang lalu lalang karena sibuk.
"Sebelah lagi Bunda." Kata Sena.
Bunda tersenyum melihat pekerjaan Sena. "Kalau sudah selesai, Kamu istirahat." Pinta Bunda.
"Ya Bunda." Kata Sena. Sebenarnya Sena tak tega melihat Bunda nya yang kecapean karena mengurus pernikahan Sena. Tapi Bunda melarang Sena untuk membantunya.
Vina sedang melipat dus-dus besek untuk bawaan Ibu-ibu yang mengaji nanti sehabis maghrib.
Kakak iparnya repot dengan anak-anaknya. Dia juga masih punya bayi yang baru berusia 2 bulan. Bunda juga tak mempermasalahkan.
Sena cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan memasang payet. Pas Adzan Dzuhur Sena sudah selesai dengan kebayanya. Sena menggantung kebaya nya di kamar bersama kain setelannya.
Sena hendak melaksanakan shalat dzuhur tapi ternyata Dia kedatangan tamu.
"Gak jadi shalatnya?" Tanya Bunda.
Sena menggeleng dan memperlihatkan pembalut pada Bunda nya.
Bunda hanya tersenyum. "Ya sudah... Kamu istirahat saja." Pinta Bunda.
Sena tak mendengar perkataan Bunda untuk istirahat. Tapi Dia malah membantu Vina melipat Dus untuk Besek. Sena juga membungkus kerupuk udang yang telah digoreng oleh sepupunya, Kak Mita.
Menjelang ashar, Ibu-ibu yang membantu masak sudah mulai meninggalkan dapur karena sudah banyak yang selesai. Hanya sesekali dua orang Ibu yang mondar-mandir memasak nasi.
Sena, Vina dan Kak Mita mulai memasukan nasi, rendang, tumis buncis, sambal goreng kentang, telor balado dan kerupuk juga pisang dan jeruk kedalam dus besek. Juga beberapa kue-kue dan air mineral kedalam dus yang lebih kecil.
"Sudah Sena... Kamu mandi sana. Sebentar lagi maghrib. Nanti pengajian, Kamu malah ngantuk." Pinta Kak Mita.
Kakak ipar Sena, Lana juga ikut membantu karena Abang Sena sudah tiba dirumah. Abang memang lebih cepat pulang karena acara pengajian dirumah.
Sena bergegas mandi. Sena mandi keramas karena merasa tubuh dan rambutnya berkeringat dan berminyak. Vina memberikan luluran pada Sena.
"Besok pagi aja Vin, sebelum dirias." Kata Sena.
Vina mengangguk. "Besok Aku bantu." Kata Vina.
Sena dan Vina memang hanya terpaut usia dua tahun. Vina tak memanggil Kakak pada Sena. Tapi Sena tak pernah protes. Bagi Sena, Vina adalah adik sekaligus teman bermainnya.
Sena sudah selesai mandi. Dia bergegas mengeringkan tubuh dan rambutnya. Sena mengenakan gamis warna hijau putih untuk pengajian.
"Bun... Sena lagi dapat. Nanti ngajinya gimana?" Tanya Sena.
"Baca saja Sena gak usah pegang Al Quran. Nanti Bu Hajah, Bunda kasih tahu kalau Kamu sedang halangan. Biasanya kalau pengantin perempuannya sedang berhalangan, bacaan Kamu dikurangi. Kamu hanya menyimak saja." Jelas Bunda.
Sena mengangguk.
Selepas maghrib, Ibu-ibu tetangga satu RT, juga Guru ngaji Sena, mulai berdatangan. Ada juga teman Bunda yang beda RT, datang ikut pengajian karena Bunda mengundangnya.
Bu Hajah mulai memberi tausiah untuk mempelai wanita dan Ibu-ibu yang nanti juga akan menikahkan putra-putrinya.
Pengajian pun dilaksanakan dengan khidmat. Bu Hajah juga meminta pada Sena untuk meminta maaf pada Bunda dan Abang Sena. Juga minta ijin agar besok dinikahkan dengan calon Suami Sena.
Setelah acara selesai. Ibu-ibu membaca shalawat sambil bergantian menghias telapak tangan Sena dengan inai atau hena.
Acara pengajian telah selesai. Vina dan Kak Mita membantu Sena menyelesaikan menghias telapak tangan dan kaki Sena dengan inai atau hena.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!