NovelToon NovelToon

Lelaki Terbaikku

BAB 1 PERKENALAN

Mimpi adalah hal yang perlu dikejar dan digapai, itulah sebuah prinsip yang selalu dipegang oleh Zee.

Zee Aisyilla adalah seorang gadis dari kampung yang merantau ke Jakarta untuk membangun sebuah usaha bersama sahabatnya. Sejak kuliah Ia bermimpi bisa mendirikan sebuah Wedding organizer bersama sahabatnya yang bernama Fanya.

Berbagai halangan dan rintangan Mereka hadapi untuk mendirikan usaha tersebut, hingga Usaha Mereka mulai terkenal dan diminati banyak orang.

Hari itu, Zefa WO menerima pemesanan atas nama Evan Rusdianto. Seorang pengusaha muda yang sukses dan terkenal. Merekapun merasa sangat senang dan merasa mendapatkan kesempatan emas untuk menjadi WO yang lebih terkenal.

Di Gedung

Pesta pernikahan akan dilangsungkan di sebuah gedung mewah, siang itu para pegawai Zefa WO tengah mempersiapkan segala keperluan dan mendekor ruangan tersebut.

Banyak orang yang berlalu lalang, sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Zee , ini bunganya aku taruh dimana?" tanya Fanya yang membawa bunga dan kebingungan meletakkan bunga tersebut.

"Emmm... , Kamu taruh disana aja Nya , disini udah penuh." Jawab Zee sambil menunjuk pojok ruangan.

"Oke, siap." Fanya lalu membawa bunga itu ke pojok sesuai dengan permintaan Zee, Ia pun menatanya agar terlihat menarik.

Pemilik acara masuk diikuti oleh Asistennya yang berjalan di belakangnya. Ia melihat -lihat progres pengerjaan dekorasi pernikahannya.

"Gimana? Semuanya udah hampir selesai kan?" Tanya Evan kepada Kevin, Asistennya.

"Semuanya udah hampir selesai, dan hasilnya juga estetik." Jawab Kevin.

"Ikut Aku lihat altar pernikahannya, Aku gak mau ada yang kurang sedikitpun." Titah Evan yang melangkah menuju altar pernikahan. Kevin pun hanya pasrah mengikutinya.

Evan berdiri di belakang Zee yang tangah meneguk air minum, Zee yang tidak menyadari hal itu pun tanpa sengaja menumpahkan air minumnya di jas Evan saat Ia berbalik.

"Aduh maaf Pak , Saya nggak sengaja." Kata Zee gugup lalu mengusap usap membersihkan jas Evan .

"Stoppp , jangan sentuh kemeja Saya." Teriak Evan yang kesal, Ia menatap Zee dan menahan amarahnya. Kemudian Ia mendekat kepada Zee.

"Kamu fikir kemeja Saya bisa bersih kalo Kamu usap seperti itu." Protes Evan masih menahan amarahnya.

"Maaf Pak, Saya bener bener gak sengaja. Biar Saya cuci ya Pak." Tawar Zee merasa bersalah.

"Gak usah, percuma cucian Kamu juga gak akan kepake buat Saya." Kata Evan lalu pergi meninggalkan Zee .

Semua orang yang ada disana terus memperhatikan kepergian Evan dan Asistennya. Fanya yang sedari tadi ingin meluapkan emosinya pun segera menyusul Zee.

"Ihhh, sombong banget si jadi orang."Protes Fanya kesal.

"Udah Nya, gapapa kok. Aku juga salah." Zee menenangkan Sahabatnya itu.

"Pengen Aku pukul tau nggak tu orang."Protes Fanya kesal lalu meninggalkan Zee. Zee pun hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Sahabatnya itu.

Di Kamar Evan.

Karena jasnya yang kotor, Evan pun akhirnya masuk ke dalam salah satu kamar yang ada di gedung tersebut. Ia membanting keras pintu kamar karena merasa kesal.

"Sial banget Aku hari ini, jas Aku basah gara-gara kesiram air." Kata Evan sambil mengacak acak rambutnya.

Evan pun melepaskan jasnya, Ia berganti pakaian yang Ia minta dari Kevin.

"Sekarang udah bersih ,mending sekarang Aku telfon Tina. Siapa tahu kekesalanku jadi hilang." Ucap Evan mengeluarkan ponselnya, Ia menekan ponselnya dan menghubungi Tina. Calon Istrinya.

Tidak butuh waktu lama, panggilan tersebut pun diterima.

"Hallo By, gimana? Kamu udah siap buat acara besok?" Tanya Evan to the poin. Seketika Ia nampak bahagia.

"Iya, bahkan Aku udah gak sabar buat besok." Jawab Tina.

"Sama, Aku juga. Aku udah gak sabar menikah sama Kamu." Ucap Evan tersenyum.

"Iya sama By, eh By udah dulu ya teleponnya. Aku udah ngantuk banget soalnya. Sampai ketemu besok. Selamat tidur Hubby." Ucap Tina kemudian menutup teleponnya.

Evan mengerutkan keningnya, Ia merasa aneh karena Tina yang tiba-tiba memutuskan panggilannya.

"Gak biasanya Dia nutup telpon duluan." Batin Evan.

"Ya mungkin Dia mau istirahat buat acara besok. Lebih baik Aku juga istirahat." Ucap Evan kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Di Apartemen Tina.

Tina baru saja mematikan telepon dari kekasihnya, Evan. Ia kemudian menangis.

"Maafin Aku Evan, Aku harus pergi ke luar negeri. Karna ini kesempatan Aku untuk jadi model internasional. Aku nggak bisa sia siain kesempatan ini. Nanti setelah Aku sukses, Aku pasti balik ke Kamu, dan Kita bisa sama sama lagi."Ucap Tina mengusap air matanya, Ia juga memasukkan baju bajunya ke dalam koper.

Apa yang akan Kamu lakukan jika tiba - tiba dipaksa menikah dengan orang yang baru saja Kamu kenal?

Zee adalah wanita cantik pemilik Wedding Organizer yang dipaksa menikah dengan clien-nya sendiri,

karena mempelai wanita pergi keluar negeri di hari pernikahannya untuk mengejar mimpi menjadi model internasional.

Evan sang mempelai pria yang saat itu mengetahui pun frustasi dan melakukan sebuah kesalahan, sampai membuat Ia dan Zee terpaksa menikah.

Bagaimana dengan rumah tangga Mereka yang tidak didasari dengan cinta? Akankah Mereka mempertahankan pernikahan mereka? Atau mereka hanya akan menjalani pernikahan yang hanya diatas kertas?

Akankah tumbuh cinta diantara Zee dan Evan. Akankan pernikahan mereka bertahan sampai maut memisahkan atau akankah mereka berfikir untuk mengakhiri hubungan pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta?

Bagaimana jika nanti Tina kembali dari luar negeri, Akankah Evan kembali kepada Tina dan meninggalkan Zee atau Evan tidak pernah bisa memaafkan Tina.

1.Zee Aisyilla.

Gadis cantik yang berusia 22 tahun. Pemilik Wedding Organizer yang Ia rintis bersama sahabatnya. Karena suatu kesalahan Ia terpaksa menikah dengan pria arogan yang tidak Ia kenal. Bagi Zee pernikahan ialah hal yang sakral, sehingga Ia terus berusaha untuk mempertahankan hubungan rumah tangganya, meski dengan orang yang tidak dikenalnya.

Ia adalah sosok wanita yang mandiri dan berpendirian teguh. Zee berasal dari kampung, dan memiliki Ayah bernama Andi Wijayanto dan Ibu bernama Arruni.

dia juga memiliki Adik kelas 6 SD yang bernama Dio Wijayanto.

Evan Rusdianto.

Pria mapan, berusia 27 tahun seorang CEO di Rusdian Group, Pria arogan yang frustasi karena di hari pernikahannya, kekasihnya malah pergi keluar negeri untuk mengejar mimpinya. Karna frustasi Ia melakukan sebuah kesalahan sehingga Ia harus menikah dengan Zee. Dia adalah sosok pria yang cuek, sombong, keras kepala, dan suka marah marah. Ayahnya bernama Rusdianto, Ibunya Rossa Fatmala.

Tina Andini.

Usia 25 tahun, seorang model yang sangat berambisi untuk menjadi model internasional. Dihari penikahannya Ia pergi ke luar negeri untuk mengejar mimpinya menjadi seorang model internasional.

Sosok wanita yang sombong dan antusias.

Kevin Ardiansyah.

Asisten pribadi Evan, usia 25 tahun. Berteman dengan Evan sejak kecil. Kevin merupakan orang kepercayaan Evan, bahkan sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

sosok pria yang angkuh dan cuek. Ibunya bernama Iis Tania dan memiliki ponakan bernama Caca Stella.

Fanya Sonia.

Sahabat dekat Zee, usia 22 tahun. Berteman dengan Zee sejak mereka SMA. Ia juga merintis Wedding Organizer bersama Zee. Ia selalu membantu masalah temannya.

Sosok wanita yang cerewet, galak, ceria dan jahil.

Sejak kecil telah ditinggal oleh Ibu kandungnya dan Ayahnya menikah lagi, sehingga memiliki Ibu tiri dan Adik tiri .

bagaimana kisah mereka?

Bersambung..........

BAB 2 KEHILANGAN

Mentari telah menampakkan sinarnya, hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Evan karena ini adalah hari pernikahannya dengan Tina, kekasihnya.

Evan memakai jas berwarna putih yang merupakan baju pernikahannya, Ia memandangi penampilannya di depan cermin.

"Tok.....tok....tok" suara ketukan pintu membuat Evan menoleh ke arah sumber suara.

"Masuk!" Titah Evan memasukkan kedua tangannya disaku celananya. Pintu kamar pun terbuka, Kevin yang merupakan Asisten pribadinya masuk dengan membawa sepucuk surat di tangannya.

"Ada apa Vin, kenapa Kamu disini? Bukannya Aku suruh Kamu jemput Tina di apartemennya?" Tanya Evan sekilas melirik surat yang dipegang Kevin.

"Itu yang jadi permasalahannya Van, tadi Aku pergi ke apartemen Tina tapi Dia gak ada. Aku udah cari dan coba hubungi Dia, tapi gak ada jawaban. Aku cuma Nemu surat ini di apartemennya." Ucap Kevin memberikan surat yang sedari tadi Ia pegang.

Evan menerima surat itu, Ia membuka dan membacanya, seketika wajahnya memerah. Evan benar-benar merasa kesal. Ia meremas surat itu dan melemparkannya ke sembarang arah.

"Sekarang juga Kamu cari Tina sampai ketemu, bawa Dia kesini." Titah Evan.

"Baik Van." Kevin hanya bisa menuruti permintaan Evan, Dia tidak pernah bisa menolak permintaan Evan.

Baru saja akan meninggalkan kamar, Evan kembali memanggil Kevin.

"Kevin, jangan bilang sama siapapun kalau Tina pergi. Termasuk sama keluargaku." Pinta Evan yang tidak mau keluarganya menanggung malu.

"Oke Van, kalo gitu Aku pergi sekarang." Ucap Kevin bergegas meninggalkan kamar sebelum Evan semakin marah.

Kevin yang baru saja keluar dari kamar terkejut ketika melihat penata rias sudah ada di depan pintu kamar, tetapi tidak ada waktu untuknya bertanya saat ini.

"Wah ada berita bagus ini." Ucap perias itu lalu meninggalkan kamar Evan.

"Bruak....." Evan memukul cermin dengan sangat keras hingga menjadi serpihan kaca. Dia bahkan tidak peduli dengan tangannya yang terluka.

"Kenapa, kenapa Kamu malah pergi di hari pernikahan Kita Tina. Sebenarnya apa mau Kamu." Evan kembali memukul cermin berkali-kali.

Di Garasi.

Setelah mendapatkan perintah dari Evan, Kevin bergegas mengumpulkan orang suruhannya di garasi untuk memberikan tugas dari Evan.

"Saya mau memberi tugas buat Kalian, cari Tina sampai ketemu. Bawa Dia kesini dan ingat jangan sampai keluarga Rusdianto tau kalo Tina pergi." perintah Kevin kepada beberapa orang suruhannya.

"Baik Boss." Jawab Mereka kompak. Merekapun pergi meninggalkan garasi. Tidak mau tinggal diam, Kevin pun turun tangan untuk mencari Tina. Ia memasuki mobilnya.

"Bruak....." Kevin terkejut ketika Ia memundurkan mobilnya dan terdengar seperti suara sesuatu yang terjatuh. Dia pun bergegas keluar dari mobil dan melihat ke belakang mobilnya.

Kevin melihat seorang gadis tengah memunguti bunga yang berjatuhan.

"Mbak, gimana sih ngapain dibelakang mobil Saya." protes Kevin yang membuat Fanya kesal.

"Aduhhhh Mas tuh gimana sih, lihat sepeda Saya jatuh gara-gara Mas. Bunga Saya juga jadi rusak kan, lagian Masnya mundur gak lihat belakang." Protes Fanya memarahi Kevin.

"Udah salah malah nyalahin lagi." Protes Kevin.

"Apa? Aku yang salah? Yang salah itu Masnya. Enak aja nyalahin Saya." Fanya tidak terima disalahkan.

"Bodo amat siapa yang salah, sekarang Saya mau pergi jadi Mbaknya minggir." Kevin menarik Fanya ketepi menjauh dari mobilnya.

"Ihhhhh Masnya modus ya, ngapain pegang-pegang tangan saya." Protes Fanya.

Kevin pun melihat ke tangannya Ia tidak menyadari masih memegang tangan Fanya. Ia pun melepaskan genggamannya.

"Jangan geer ya, Saya cuma mau Kamu minggir." Kata Kevin lalu meninggalkan Fanya.

"Dasar cowok aneh emang." Teriak Fanya emosi, Ia pun kembali memunguti bunganya yang berjatuhan.

Di Dapur .

Zee sedang menata makanan di dapur, kemudian Dia melihat bunga pesanan yang dipesan oleh mempelai wanita untuk diletakkan di kamar pengantin.

"Loh, ini bukannya bunga pesanan pengantin wanita yang harusnya ditaruh di kamar pengantin ya, kok malah ditaruh di pojok si." Kata Zee.

"Zeeee maaf banget, Aku telat dateng." Ucap Fanya yang baru saja datang dengan nafas yang tak beraturan.

"Ya Ampun Fanya, itu bunga kenapa rusak begitu?" tanya Zee melihat bunga yang dipegang oleh Fanya.

"Aduh maaf ya Zee, tadi ada cowok aneh nabrak sepeda Aku. Jadi bunganya pada jatuh deh." Sesal Fanya.

"Ya Ampun Fanya." Zee menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Terus itu bunga kenapa malah ada di dapur?" Tanya Zee sambil menunjuk bunga di pojokan .

"Hah, Aku lupa taruh di kamar pengantin." Fanya terkejut sambil menutup dua matanya.

"Fanya, Kamu bener-bener ceroboh ya." Ledek Zee.

"Yaudah sini biar Aku taruh di kamar." Tawar Fanya.

"Gausah biar Aku aja." Zee mengambil bunga itu dan membawanya menuju kamar pengantin.

Di Aula .

Semua tamu dan keluarga sedang menikmati jamuan. Nenek Uti yang tidak juga melihat Cucunya pun menanyakan pada Pak Rusdianto.

"Nak .. mana pengantinnya? Ini sudah jam 10 acaranya kan jam 11 kenapa belum kelihatan juga?" Tanya Nek Uti.

"Iya Bu mungkin masih dirias." Jawab Bu Rossa Istri dari Pak Rusdianto.

"Ti, gimana kalo Kita jemput Mereka saja." Ajak Oma Ita pada Nenek Uti yang sudah tidak sabar.

" Iya Kamu benar, Aku kan udah gak sabar." Kata Nek Uti.

Kemudian Mereka berdua pun menuju kamar pengantin .

Di Kamar Pengantin.

Zee tiba di kamar pengantin, Ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar.

"Tok...tok......tok......." Zee mengetuk pintu kamar tetapi tidak ada jawaban dari dalam.

"Kok gak ada jawaban ya, atau mungkin gak ada orangnya ya." Batin Zee yang perlahan membuka pintu kamar.

"Astaghfirullah." Zee terkejut ketika Ia membuka pintu dan melihat Evan yang duduk di bawah ranjang dengan tangan yang bersimbah darah.

"Pak Evan, Bapak kenapa? Tangan Bapak penuh darah gitu." Zee meletakkan bunganya dan menghampiri Evan.

"Siapa Kamu? beraninya masuk kamar Saya." Bentak Evan.

"Maaf Pak Saya cuma mau naruh bunga ini, tapi kenapa Bapak malah terluka gini, Inikan hari pernikahan Bapak." Tanya Zee mencoba meraih tangan Evan.

"Pernikahan? gak ada pernikahan. Keluar Kamu dari sini." Bentak Evan pada Zee.

"Oke, Saya akan pergi." Ucap Zee yang memiliki pemikiran untuk mencari bantuan.

Saat Zee hendak keluar dari kamar, tiba-tiba Evan menahannya. Pandangannya mulai memudar karena kehilangan banyak darah.

"Tunggu dulu, jangan bilang sama siapapun tentang apa yang terjadi sama Aku atau Kamu juga Aku buat seperti ini." Ancam Evan.

"Disaat seperti ini, Bapak masih bisa ancam Saya." Protes Zee.

Tiba-tiba saja Evan kehilangan kesadarannya, dengan sigap Zee menangkapnya.

"Pak, Bapak pingsan? "Tanya Zee yang berusaha menyadarkan Evan.

"Aduh gimana dong sekarang, Pak bangun Pak. Aku harus cari bantuan." Ucap Zee mencoba memapah Evan menuju ranjang.

Tiba tiba saja pintu kamar terbuka, Nenek Uti dan Oma Ita terkejut melihat darah dimana-mana dan Cucunya yang tidak sadarkan diri.

"Astaghfirullah, apa yang udah Kamu lakukan ke Cucuku?" Nenek Uti menghampiri Evan dan berusaha membangunkannya.

"Saya gak tau, tadi Saya masuk tiba-tiba Dia udah bersimbah darah." Jawab Zee.

"Apa yang udah Kamu lakukan? Kamu punya niat jahat ya pasti." Tuduh Oma Ita.

"Saya gak melakukan apapun, tolong lebih baik sekarang Kita bawa Pak Evan untuk segera ditangani dokter." Jawab Zee membela diri.

"Iya bener Uti, lebih baik Kita bantu Evan dulu. Nanti baru Kita tanya ke Evan." Saran Oma Ita.

"Yaudah Aku panggil dokter Kita dulu deh." Jawab Nenek Uti kemudian keluar dari kamar. Zee yang hendak keluar dari kamar ditahan oleh Oma Ita.

"Kamu diam disini sampai Evan sadar." Perintah Oma Ita.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Oma Ita.

"Saya juga gak tahu kronologinya." Jawab Zee.

Saat keluar dari kamar, Nenek Uti bertemu dengan penata rias. Penata rias itupun menceritakan apa yang Ia dengar.

"Jadi seperti itu, Aku harus cari cara supaya Evan tetap menikah." Batin Nenek Uti.

Nenek Uti kembali bersama dokter yang menangani Evan. Ia sengaja menuduh Zee yang berusaha mencelakai Evan.

"Kamu sengaja mencelakai Cucu Saya kan?" Tanya Nenek Uti.

"Nggak Bu, Saya gak melakukan itu." Zee membela diri.

"Saya akan tuntut WO Kamu, karena kejadian ini." Ancam Nenek Uti.

"Jangan Bu, Saya bener-bener gak ikut campur dengan kejadian ini." Zee meminta agar Nenek Uti tidak melakukan ancamannya.

"Kalau Kamu mau Saya gak menuntut WO Kamu, Kamu harus bersedia menggantikan pengantin wanita. Demi Cucu Saya. Bagaimanapun juga pernikahan gak boleh sampai batal kalau Kamu gak mau maka saya akan menuntut WO Kamu." Ancam Nenek Uti. Pilihan yang sangat berat untuk Zee tentunya.

"Tapi Saya gak bersalah." Zee masih mencoba membela diri.

"Tapi Kamu gak punya bukti, Justru sebaliknya Kamu gak akan bisa membuktikan kalau Kamu benar. WO Kamu akan hancur." Ancam Nenek Uti.

"Aku gak bisa biarin WO Zefa hancur. Terpaksa Aku harus terima permintaan ini." Batin Zee menarik nafas panjang.

"Baik Bu." Jawab Zee akhirnya mengalah.

"Kalo gitu Aku izin untuk menghubungi orangtuaku dulu. Aku harus meminta izin sama Mereka." Pinta Zee.

"Oke, silahkan. Oh iya tolong Kamu dandani Dia." Titah Nenek Uti kepada penata rias.

"Siap Nek." Jawab Penata rias itu.

Bersambung.......

 

BAB 3 IKATAN

Di Kamar

Keluarga Rusdianto menunggu Evan tersadar dari pingsannya, sudah lima jam Evan belum juga sadarkan diri.

Nenek Uti yang menggenggam lengan Cucunya merasakan gerakan dari Evan. Perlahan Evan mulai membuka matanya.

"Nak, Alhamdulillah kamu sudah sadar." Ucap Nenek Uti.

"Nenek, Aku kenapa? Kok semua kumpul disini?" Tanya Evan yang merasa heran.

"Tadi Kamu pingsan Nak." Jelas Pak Rusdianto.

Evan pun teringat dengan niatnya menyakiti dirinya sendiri.

"Pa maafin Evan, karna pernikahan ini gak bisa dilanjut." Evan meminta maaf.

"Kenapa Van? Karna Tina pergi? " Tanya Nenek Uti.

Evan hanya terdiam mendengar perkataan Neneknya.

"Kita semua sudah tahu Nak, tapi acara ini gak bisa dibatalin gitu aja, Kamu harus tetap menikah ini salah Kamu dan Kamu harus mau menikah sama orang yang Nenek pilih." Tegas Nenek Uti.

Evan yang merasa sakit hati dan merasa bersalah pun akhirnya pasrah dan hanya bisa menerima apa yang diminta oleh keluarganya.

Di Kamar Tamu.

Fanya masih tidak percaya dengan apa yang dialami Sahabatnya, Ia terus mengoceh tanpa henti sedangkan Zee hanya duduk mendengarkan ocehan Sahabatnya itu.

"Ya ampun Zee Kamu itu dijebak tau nggak? gimana mungkin Kamu nikah sama orang yang nggak Kamu kenal Zee." Protes Fanya.

"Mau gimana lagi Nya, Aku gak bisa biarin usaha Kita hancur karena Mereka bukan orang sembarangan. Lagian siapa tau dia emang jodoh Aku." Jawab Zee pasrah.

"Whatttt, Zee Kamu mau nikah sama orang judes kaya Dia? Lebih baik Kamu pikirin lagi deh Zee. Gak papa kok kalo Kita mulai dari awal. Aku kasian tau nggak sama Kamu." Protes Fanya.

"Udahlah Nya, Aku gak papa kok. Kamu doain yang terbaik aja ya buat Aku! Oh iya, Kamu udah kasih tau Ibu sama Ayah Aku kan?" Tanya Zee.

"Udah Zee tapi ini terlalu mendadak dan Ayah Kamu bilang gak bisa jadi wali Kamu, soalnya Ayah kamu masih sakit." Jawab Fanya.

Zee pun mengeluarkan air mata, Fanya yang melihat kejadian itu pun langsung memeluk sahabatnya.

"Kamu yang sabar ya Zee. Jangan nangis gitu, masih ada waktu kok buat kabur dari sini." Saran Fanya.

"Nggak Nya, Aku nggak bisa lakuin itu, kasian keluarga Rusdianto kalo sampe Aku juga kabur." Kata Zee menghapus air matanya.

"Aku yakin ini jalan Tuhan buat Aku Nya, pasti dibalik ini semua ada hikmahnya." Kata Zee berusaha menutupi kesedihannya dengan senyuman.

"Kenapa sih Kamu itu baik banget Zee. Kalo gitu Aku dukung apapun keputusan Kamu." Fanya memeluk sahabatnya erat.

Di Aula

Semua orang telah menunggu pengantin wanita di aula, begitu juga dengan keluarga Rusdianto. Zee pun datang ditemani sahabatnya Fanya.

Zee terlihat sangat cantik semua orang terpana melihatnya. Ia duduk di samping Evan, Evan pun membatin "Ternyata wanita ini yang dipilih nenek buat Aku, Wanita yang menyelamatkan Aku tadi siang."

Pak penghulu pun memulai menikahkan Evan dan Zee dengan Wali yang diwakilkan, Setelah Evan mengucapkan qabul, Mereka telah sah menjadi sepasang Suami Istri.

"Ayo Nak cincinnya dipakaiin dong!" Perintah Oma ita, lalu Mereka pun saling memakaikan cincin dan Evan mencium kening Zee, Zee juga mencium tangan Evan. Tepuk tangan dari para tamu membuat suasana di dalam gedung tersebut begitu meriah.

Setelah melaksanakan akad nikah, Mereka menyambut para tamu undangan. Evan berbincang bincang dengan rekan bisnisnya, sedangkan Zee menghampiri sahabatnya yang sedang membersihkan meja.

"Nya, udah dulu kenapa kerjanya." Protes Zee yang duduk di kursi tamu.

Fanya pun menghentikan pekerjaannya kemudian memaki Zee.

"Zee, Kamu ngapain si duduk disini. Kamu itu pengantinnya." Protes Fanya.

"Fanya, Kamu kok kelihatan sedih gitu sih?" Zee melihat mata Fanya yang nampak sendu.

"Gimana Aku gak sedih, Kamu tiba-tiba nikah. Aku gak tahu kedepannya Kita bakal gimana. Aku gak punya siapa-siapa lagi Zee." Jawab Fanya mengungkapkan isi hatinya, Zee pun memeluk Fanya.

"Kamu jangan berfikir gitu dong Nya." Hibur Zee kepada sahabatnya.

"Aku tu masih gak nyangka tau nggak Zee, tadi pagi Kita masih bercanda. Sekarang Kamu udah nikah aja, terus nanti Aku tidur sama siapa kalo kamu pindah kesini?" Keluh Fanya sambil menangis.

"Nanti Aku pulang ke kos kok, lagian Aku siapa bisa tiba-tiba jadi putri disini." Kata Zee masih sambil memeluk Fanya. Fanya melepaskan pelukan Zee.

"Zee Kamu jangan berhenti dari pekerjaannya ini ya pokoknya!" Pinta Fanya.

"Kamu tenang aja Nya, usaha ini itu usaha Kita yang dirintis dari nol sama sama, jadi Aku gak akan lepasin gitu aja." Zee menenangkan Fanya.

"Bener Lo ya, awas aja kalo Kamu berhenti." Ancam Fanya sambil mengusap air matanya.

"Oh iya Nya ponsel Aku mana ya? Aku mau nelpon Ibu." Pinta Zee.

Fanya pun memberikan ponsel Zee yang dititipkan kepadanya.

"Makasih ya Nya." Zee menerima ponselnya lalu menghubungi nomor telepon Ibunya.

Tak membutuhkan waktu lama, Zee terhubung dengan Ibunya. Ia menanyakan keadaan Ayahnya dan juga membahas mengenai pernikahan yang mendadak. Belum puas berbicara dengan keluarganya tiba-tiba Kevin menyusul dan meminta Fanya untuk segera menemui rekan kerja Evan. Dengan berat hati Zee pun akhirnya mengakhiri panggilannya dan menghampiri Evan yang kini telah menjadi Suaminya.

Jam menunjukkan pukul 11 malam, para tamu mulai berpamitan pulang. Fanya pun berpamitan dengan Zee.

"Zee Aku pulang dulu ya!"Pamit Fanya pada Zee.

"Loh, Kamu gak nungguin Aku. Masak Aku pulang sekarang." Ucap Zee resah.

"Udah Kamu disini aja Zee, Kamu kan udah nikah sama Pak Evan." Jawab Fanya.

"Tapi Nya." Belum selesai Zee berbicara, Fanya meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sebagai tanda meminta Zee untuk diam.

"Udah jangan protes lagi, kalau Kamu disuruh pulang baru pulang. Sekarang Kamu ikut Mereka aja dulu. Walaupun Aku pasti kesepian banget Zee, gak ada Kamu." Kata Fanya menghela nafas.

"Aku juga pasti kangen banget sama ocehan Kamu, rengekan Kamu." Kata Zee sedikit menggoda Fanya.

"Kamu disini hati-hati ya Zee, jaga kesehatan dan jangan sungkan curhat sama Aku." Pinta Fanya.

"Kamu juga hati-hati ya Nya." Pinta Zee.

Tiba-tiba Oma Ita dan Nenek Uti datang menghampiri Zee dan Fanya.

"Lho temen Kamu ini mau kemana?" Tanya Nenek Uti.

"Saya mau pulang Nek." Jawab Fanya.

"Nginep sini aja." Pinta Oma Ita memberikan solusi.

"Oh gak usah Nek, Saya pulang ke kosan aja." Tolak Fanya.

"Kalo gitu Kamu suruh antar Kevin aja, kasihan pulang sendirian ini udah malam." Saran Oma ita kepada Zee.

"Oh gak papa Oma,gak usah repot-repot. Biar Saya pulang sendiri." Tolak Fanya sungkan.

"Udah gak papa, biar Oma yang suruh." Oma Ita pun memanggil Kevin yang tak jauh dari tempatnya.

"Keviinnn." Panggil Oma ita, kemudian Kevin pun menghampiri Mereka.

"Iya Oma, ada yang bisa Kevin bantu?" Tanya Kevin.

"Inikan udah malam Nak, tolong Kamu anterin temennya Zee pulang ya Nak, kasian cewek pulang sendiri malam-malam." Perintah Oma ita.

"Baik Oma." Kevin pun menyanggupi permintaan Oma lalu berbalik arah menuju pintu garasi .

"Yaudah Nak Kamu ikutin Dia ya! Hati-hati!" Pinta Oma ita.

"Baik Oma, makasih banyak. Zee Aku balik dulu ya!" Pamit Fanya mengikuti kepergian Kevin.

"Iya Nya, hati-hati!" Jawab Zee melambaikan tangannya, begitu Fanya menghilang dari pandangannya Ia pun mengajak Oma untuk beristirahat.

"Makasih ya Oma, yaudah Oma mau Zee antar ke kamar?" Tawar Zee.

"Ohh gak usah Nak, Oma masih mau disini aja. Kamu aja sama Evan yang istirahat. Kalian pasti lelah." Saran Oma Ita.

"Kalo gitu Zee ke kamar duluan ya Oma." Pamit Zee kemudian baru melangkah beberapa langkah, Oma Ita memanggilnya.

"Nak sebentar, Oma mau minta maaf soal tadi siang ya, Kami salah sangka dan malah membuat Kamu menjadi korban." Sesal Oma Ita.

"Oma Zee udah maafin semua kok, karna Zee yakin ini jalan dari Allah buat Zee." Jelas Zee sambil menggenggam tangan Oma Ita dan tersenyum.

"Kalo gitu gimana kalo Kamu ngobrol dulu sama Oma Ita sama Nenek Uti." Pinta Oma Ita.

"Boleh dong Oma." Jawab Zee mengikuti Oma Ita untuk bergabung dengan Nenek Uti.

Di Kos Fanya

Kevin menghentikan mobilnya di kosan tempat Fanya tinggal.

"Oke, makasih ya." Ucap Fanya sambil membuka sabuk pengamannya.

"Iya, sama-sama." Jawab Kevin.

Lalu Fanya pun keluar dari mobil. Ia berjalan menuju kamar kosnya, tiba-tiba terdengar suara Pria memanggilnya.

"Tunggu! Fanya." Panggil Kevin yang membuat Fanya berbalik.

"Kamu yang panggil Aku? kok Kamu tau nama Aku?" Wajah Fanya terlihat begitu curiga.

"Kenapa ekspresi Kamu gitu banget, tolong jangan Kepedean ya, ini Saya cuma mau kasih dompet Kamu. Ketinggalan di mobil." Terang Kevin lalu pergi meninggalkan Fanya yang malu dengan perkataan Kevin.

"Ihhhh nyebelin banget sih." Maki Fanya dengan pipi merahnya, Ia lalu masuk kedalam kamar kosnya.

Fanya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, melepaskan semua rasa lelahnya. Ia kemudian menoleh ke sampingnya yang terasa longgar.

"Sepi banget Zee gak ada Kamu, kenapa si Aku jadi tinggal sendiri gini." Fanya berbicara pelan sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Kira-kira sekarang Kamu lagi ngapain ya Zee, ah udah ah Aku tidur aja. Capek." Fanya bangkit kemudian masuk kedalam kamar mandi.

 Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!