Ritme itu seperti bendungan. Seberapa cepat atau lambat alur mengalir melalui dasar cerita, ditentukan oleh iramanya. Jadi, tugas penulis adalah belajar mengendalikan bendungan.
Tanpa keterampilan ini, ceritanya akan kekurangan mobilitas dan akan menjadi terlalu lambat atau terlalu cepat dan tidak seimbang.
Berikut ini ada 5 poin untuk membantumu meningkatkan keterampilan alur cerita penting satu ini.
1: Memanipulasi Struktur Kalimat
Adegan dan bab yang pendek, kalimat yang ringkas dan dialog yang singkat padat, semuanya membantu menambahkan kesan intensitas dan kecepatan plot, sama seperti halnya adegan dan bab yang panjang, kalimat yang santai dan dialog yang banyak, dapat memberikan kesan ruang dan waktu pada cerita. Ini mungkin cara termudah untuk mengontrol ritme.
Penulis profesional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pasang surutnya struktur kalimat, dan cara yang paling halus untuk memengaruhi ritme adalah pada tingkatan kalimat.
Segala sesuatu mulai dari kata-kata hingga panjang paragraf dapat menyampaikan ritme kepada pembaca. Pada saat menulis adegan yang intens, kurangi paragraf yang indah dan bertele-tele, kurangi prosa dan idiom, dan berikan secara langsung kepada pembaca.
Kalimat pendek dan kata benda serta kata kerja yang cepat, adalah yang paling baik untuk menyampaikan urgensi, sementara kalimat yang panjang dan kompleks lebih cocok untuk momen refleksi dan membangun.
Ritme setiap cerita berbeda. Sebagian cerita menuntut kecepatan yang nyaris konstan; sedangkan yang lainnya mengungkap kisah di antara momen-momen yang suam-suam kuku. Tetapi, semua cerita bergantung pada ritme untuk menyampaikan pesan penulis secara akurat.
2. Perubahan Ritme
Ada ketegangan dan relaksasi adalah perubahan ritme.
Perlu ada adegan kejar-kejaran dan perkelahian yang menegangkan serta adegan introspektif yang lambat.
Dalam adegan-adegan yang intens, kamu perlu sadar dalam mengontrol jumlah kata untuk menjaga agar emosi tetap meledak, sementara dalam transisi dan adegan penjelasan, kamu perlu memperlambat ritme untuk memberi tokoh cukup waktu untuk mengungkap perubahan emosional.
Baik tokoh maupun pembaca memerlukan kesempatan untuk mengatur napas, dan bahkan adegan yang paling menarik pun bisa kehilangan intensitasnya jika tidak ada saat-saat tenang untuk menyeimbangkannya.
3. Perhatikan Detail
Dalam film, sutradara sering kali menempatkan adegan ke dalam gerakan lambat (slow motion) untuk menunjukkan bahwa peristiwa dramatis besar sedang terjadi atau akan terjadi.
Penulisan fiksi/novel juga bisa meniru teknik ini; yang perlu kamu lakukan hanyalah menumpuk detail untuk memperlambat tulisanmu sendiri.
Katakanlah bahwa seorang tokoh ditembak. Ini adalah momen yang sangat penting dalam cerita, dan kamu ingin pembaca merasakan dampaknya. Kamu bisa menyampaikan hal ini dengan meluangkan waktumu untuk mendeskripsikan detailnya: raut wajah penembak saat ia menembak, recoil pistol, kilatan laras pistol, teror yang menghantui korban, dan dampak akhir dari peluru.