NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:753
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RIBUT

Arion dan Kenzo berlari menuju kamar mandi dan masuk kamar mandi saja secara bersamaan.

"Apa-apaan sih?! Bisa mengalah gak?!" Kenzo kesal karena mereka terjepit di pintu.

"Kau yang seharusnya mengalah, si4lan! Pintu ini muatnya satu orang, kenapa kau malah ikut masuk?!"

"Kau yang tidak sabaran!"

"Keluar dulu kau ini!"

"Kau yang keluar!"

"Si4lan! Tangan ku terjepit!"

"Kaki ku belum masuk!"

"HENTIKAN!" teriak Liana.

Arion dan Kenzo menatap Liana yang kesal, Liana pun mendorong keduanya keluar dari pintu.

"Kalian ini benar-benar menyebalkan!!"

Arion dan Kenzo terdiam melihat Liana marah.

"Itu, Arion yang mulai duluan,"

Arion pun langsung menoleh cepat dan merasa tidak terima karena dirinya disalahkan.

"Apa maksud mu menyalahkan ku?!"

"Itu kau yang memulai duluan!"

"Perlu cek cctv?!"

"IIIHH STOP!" teriak Liana lagi, keduanya pun langsung mengalihkan pandangan kesal.

"Bukan saatnya ribut!"

"Lalu?"

"Masih bertanya ‘Lalu?’! Kalian lihat ini!" Liana menunjuk leh3rnya yang di penuhi cvpang, tak hanya leh3r namun dad4 serta bahunya juga memerah akibat ulah mereka.

"Merah semua! Haaaa~ apa yang harus aku lakukan?! Hari ini aku harus kuliah kalau orang-orang melihat ku dengan keadaan seperti ini bisa gawat!!" rengek Liana dengan kesal.

"Tinggal tutupi saja," santai Arion menyilangkan kedua tangannya sambil bersandar di dinding.

"Menutup dengan apa?!"

"Pakaian lah!"

Rasanya Liana ingin merem4s wajah Arion.

"Iiiihhh! Apa kau tahu?! Pakaian yang kalian berikan semuanya pendek! Dan juga aku tidak mungkin keluar atau kuliah menggunakan pakaian pendek dan tipis seperti itu!" geram Liana.

"Yang suruh kau pakai baju seperti itu juga siapa?" datar Arion.

"Kan kalian yang beli!" darah tinggi Liana.

"Iya, tidak mungkin baju itu untuk mu kuliah,"

Liana memberikan ekspresi frustasi sambil menggaruk belakang telinganya.

"Pakaian mana yang harus aku pakai nanti, Arion!"

"Panjang lah!"

Liana hendak berbicara namun terhenti karena sudah kesal dan langsung berbalik masuk ke dalam kamar mandi lagi, Liana melihat leh3rnya di cermin dan berusaha menghilangkan dengan air.

"Mana bisa hilang, kau kira itu coretan pena?" Arion bersandar di pintu.

"Diam! Ini juga gara-gara kau! Kenapa juga kau harus melakukannya sampai begini?!"

"Kau juga tidak nolak,"

"ARION!"

"Duh~ sudah ini masih pagi kenapa harus berteriak-teriak sih?" Kenzo.

Liana langsung melirik sinis, "Ku lempar botol shampo dari sini kalau situ gak sadar juga?!"

"Ya maaf," Kenzo langsung menciut.

Liana terus menggosok-gosok lehernya dengan air.

"Sudah jangan kau gosok, nanti lecet leh3rmu! Sekarang cepat mandi dan pilih pakaian panjang mu!" Arion.

"Pakaian panjang?!" Liana menatap sinis, sudah berkali-kali kalau pakaian yang dibeli mereka tidak ada satupun yang panjang.

"Jangan memberikan ekspresi begitu pada ku! Kau mau jika pagi ini kau tidak bisa berjalan?! Masih beruntung aku menerkam leh3rmu!"

"Beruntung?! Katakan bagian mana yang beruntung?!"

"Sudah cepat kemari!"

"Mau apa?!"

"Mencari baju panjang untuk mu!"

"Di luar?!"

"Dalam tanah!"

"Arion!"

"Pertanyaan mu benar-benar tidak masuk akal! Sudah ikut aku!"

"Tidak mau! Kau pasti hanya– mmm!"

"Berisik!" karena Liana tidak mau keluar dari kamar mandi terpaksa Arion mengangkat Liana sambil menutup mulut Liana dengan tangannya.

Kenzo menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan bingung harus apa tapi ia juga mengikuti keduanya.

"Mmmm!" Liana meminta lepas.

Arion pun menurunkan dan melepaskan tangannya dari mulut Liana.

"Kau ini benar-benar, yah! Kau mau apa?!"

"Kecilkan suara mu!"

"Tidak bisa!"

Dengan kesal Arion membuka lemari, Liana terkejut karena di dalam lemari banyak pakaian wanita yang panjang ada yang celana ada juga yang rok, bajunya juga ada yang kemeja, kaos panjang, hoodie dan baju-baju bagus lainnya.

"Tuh!" kesal Arion.

"Kenapa kau tidak bilang dari awal?!"

"Bilang bagaimana kalau kau dari tadi terus marah-marah!"

"Maksud ku, di sini ada baju wanita panjang kenapa kalian malah menyediakan pakaian pendek di kamar ku?!"

"Baju pendek itu untuk di rumah! Kalau mau ke luar pakai baju panjang!"

"Aku lebih nyaman pakai yang seperti ini mau di dalam rumah atau di luar!"

"Tidak! Kau menggunakan pakaian pendek cuma untuk kami lihat! Kalau orang lain kau harus menggunakan pakaian yang besar dan tidak boleh ketat!"

"Suka-suka yang pakai!"

"Itu keinginan si pemilik rumah!" angkuh Arion.

"Menyebalkan!"

"Hey, hentikan!" Kenzo.

Liana melihat baju-baju yang panjang, semuanya bisa menutupi lehernya hanya saja hari ini cuaca akan panas jadi masa ia panas-panas menggunakan pakaian panjang? Mungkin sebagian orang akan curiga padanya.

"Aneh gak sih? Di hari yang panas gini pakai baju panjang?" Liana berfikir.

"Siapa yang bilang aneh?!"

"Maksud ku! Orang-orang pasti akan curiga kalau aku pakai baju panjang!"

"Kau tadi yang minta pakaian panjang!" kekesalan Arion masih belum reda.

"Aku 'kan hanya meminta pendapat!"

"Sudah ku bilang! Tubvh mu ini milik ku! Jadi kau harus menutupi agar milik ku tidak dilihat orang lain!" Arion.

Liana pun hanya mendengus, jika ia terus berbicara Arion tetap tidak akan mengalah.

Liana pun memilih pakaian yang cocok, sebenarnya cocok semua dan ukurannya sesuai dengan tubvhnya. Hanya saja, masa iya musim panas pakai baju panjang? Apa tidak lebih mencurigakan?

"Ada kaos pendek tidak?" tanya Liana.

"Tidak ada kaos! Harus panjang!"

"Apaan sih, cuma pendek selengan!"

"Nurut tidak?!"

"Gak mau! Panas!"

"Justru itu panas pakai baju panjang biar tidak hitam! Ini, pakai!" Arion melempar baju dan celana panjang pada Liana, Liana langsung sigap menangkapnya dan menatap Arion kesal.

"Kalau hitam, lalu kenapa?!"

"Aku tidak mau!"

"Ya sudah!"

Kenzo memegang keningnya, ia sudah pusing dan tidak mau ikut campur.

-

-

Liana menggunakan pakaian casual, baju kaos putih polos yang ia masukan ke dalam celana hitam dan dipadu jaket crop berwarna cream, dan rambut yang ia urai. Untuk bekas merah di leh3rnya ia tutup dengan 𝘍𝘰𝘶𝘯𝘥𝘢𝘵𝘪𝘰𝘯 walaupun menggunakan pakaian panjang tetap saja yang terlihat leh3rnya.

Liana terkejut kala melihat seorang wanita sedang berada di dapur, sepertinya sedang memasak. Tunggu, siapa itu?

"Permisi?" Liana.

Wanita itu menoleh kemudian membungkuk pada Liana.

"Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?"

"Anda ... siapa?" tanya Liana.

"Saya Desfa, saya pelayan yang akan bekerja di sini,"

Sejak kapan mereka merekrut pelayan? Apakah benar mereka hanya membutuhkan 1 pelayan?

"Morning, Baby~"

Cup.

Liana terkejut kala seseorang mengecvp pipinya, ternyata Felix.

"Ada apa?" senyum Felix merangkul Liana.

"Sejak kapan kalian merekrut pelayan?"

"Pagi ini," senyumnya.

"Secepat itu mendapatkannya?!"

"Tidak sih, kemarin siang setelah kau berbelanja Kenzo langsung memerintahkan Yohan untuk mencari pelayan untuk Mansion ini, jadi kau tidak perlu susah-susah memasak."

Ternyata begitu.

"Sarapannya sudah belum?!" Felix bertanya pada pelayan dengan dingin

"Su–sudah, Tuan!" takutnya.

Felix memang memiliki mata yang tajam dan aura yang hampir sama dengan Arion, jadi orang lain akan merasakan hal seperti yang dirasakan Desfa.

"Yuk, sarapan!" ajak Felix.

"Yang lain?"

"Iya nanti, kita tunggu aja di ruang makan," menarik tangan Liana.

Tak lama kemudian yang lain pun datang dan duduk di kursi masing-masing, dan sarapan bersama.

"Bekas cup4ng nya hilang yah?" tanya Lucas memperhatikan Liana sambil tersenyum.

"Diam! Jangan membahasnya!" kesal Liana tanpa menoleh.

Lucas terkekeh.

"Sebenarnya tadi pagi tempat kalian ribut sekali, apa yang terjadi?" tanya Edgar.

"Bukan apa-apa, cuma masalah ... ya masalah itu," Kenzo.

"Suara kalian membuat satu lantai terdengar,"

"Tau tuh! Pagi-pagi sudah ribut!" Carlos.

"Penyebabnya Arion yang membuatnya histeris,"

TAK!

Arion menaruh sendoknya dengan keras di meja. "Sepertinya kau bosan hidup!"

"Sudah!" Edgar.

Liana sudah malas menanggapi mereka berdua.

Liana melirik jam tangan yang di pakai Revan, karena Revan duduk di samping kanannya jadi ia bisa melihat jam yang di pakai pada tangan kiri Revan. Liana membulatkan matanya karena beberapa menit lagi dirinya akan melaksanakan ujian, ia termasuk dalam sesi pagi.

"Oh tidak! Beberapa menit lagi ujian akan di mulai! Aku duluan!" Liana langsung bergegas turun dari kursi.

"Eh, tunggu! Liana!" Carlos menyusul Liana.

Yang lain juga tadi terkejut tiba-tiba Liana terburu-buru begitu, mana tidak memberikan ucapan pada mereka.

"Sarapannya saja belum habis," kata Revan melirik piring Liana.

"Aku akan mengingatkannya lewat Carlos," Elvano membuka ponselnya untuk mengirim pesan pada Carlos.

-

-

Sesampainya di rumah Kevin, Liana langsung keluar dari pintu kemudian berlari. Sebelum pergi kuliah, ia harus mengambil barang-barangnya dahulu.

Carlos hendak memberitahu Liana untuk jangan lari-lari namun Liana sudah terlanjur dekat dengan pintu rumah.

Liana memasuki rumah dan terdapat Kevin yang sedang duduk termenung di bawah.

"Ayah!"

Kevin langsung menoleh dan terkejut, "Liana?!"

Kevin berdiri dan menghampiri Liana untuk memeluk Putrinya.

"Putri ku~ apa kau baik-baik saja?!" tangis Kevin.

"Liana baik-baik saja, Ayah!" mengusap punggung Kevin.

"Syukurlah! Ayah kira kita tidak akan bertemu lagi! Ayah sangat takut kehilanganmu!"

"Tenang, Ayah. Liana akan baik-baik saja, Liana sudah bilang dari awal,"

Kevin mengecvp kening Liana.

"Ayah, maaf. Hari ini aku ingin kuliah dan mengambil barang-barang Liana, beberapa menit lagi ujian di mulai!"

"O–oh iya! Tapi, bagaimana kau bisa kuliah? Apa kau kabur?!"

"Tentu saja tidak! Carlos mengantar ku, dan mereka mengizinkan ku tetap kuliah!"

"Syukurlah,"

"Liana ambil buku-buku Liana dulu!"

"Baiklah!"

Liana berlari menuju kamarnya untuk mengambil barang-barangnya. Tak lama kemudian, Liana datang sembari membawa tumpukan buku dan tas kecilnya yang ia gendong di belakang.

"Ayah, Liana akan sering-sering datang ke sini!"

"Su–sungguh?!"

"Tentu, ya walaupun Liana belum meminta izin pada mereka tentang ini, tapi Liana yakin mereka bakal mengizinkannya,"

"Ayah akan selalu menunggu mu!"

"Terima kasih, Ayah. Kalau begitu Liana berangkat dulu, maaf Liana buru-buru soalnya!"

"Tidak apa, hati-hati di jalan!"

"Baik! Daahh, Ayah!" Liana melambaikan tangan dan keluar dari rumah, Kevin tersenyum tipis membalas lambaian Putrinya.

"Syukurlah tidak terjadi apa-apa padamu, tapi Ayah tetap merasa bersalah karena melibatkan mu dalam masalah Ayah," gumam Kevin menatap sendu.

-

-

Sesampainya di sekolah, semua pandangan Mahasiswa tertuju pada mobil mewah milik Carlos, bahkan sebagian dari mereka berhenti berjalan hanya untuk melihat siapa pemilik mobil mewah tersebut. Liana hendak membuka pintu mobil namun ditahan oleh Carlos dengan memegang lengan Liana.

"Ada apa?" tanya Liana.

"Kau kuliah pulangnya jam berapa?"

"Jam 4 sore,"

"Baiklah. Aku akan menjemputmu nanti, jadi kau tunggu! Tapi mungkin aku datang dahulu sebelum kau keluar,"

"Baiklah!" Liana tak banyak berpikir karena ia harus masuk kelas tepat waktu.

"Kau tadi tidak menghabiskan sarapan mu kata Elvano, jadi nanti kau harus makan lagi!"

"Iya,"

Saat Liana hendak keluar lagi, Carlos menahan Liana.

"Sebelum pergi, kau harus memberi ku satu civman," Carlos menunjuk bib1rnya.

"Apaan sih?!"

"Dan itu rutinitas!"

"Aku buru-buru, lain kali–"

"Akan ku kunci pintu mobilnya jika kau tidak melakukan apa yang aku minta!"

"Carlos, tolong jangan begini!"

"Aku tidak akan berubah pikiran!" bersih keras.

Liana kesal pada sikap mereka yang selalu membuatnya darah tinggi, kenapa harus hari ini?! Liana juga tidak ada pilihan jika tidak menuruti kemauan Carlos ia akan terlambat dan akan gagal ujian, Liana menarik baju dan mengecvp bib1r Carlos sekilas.

Carlos tampak terdiam.

"Sudah, puas?! Kalau begitu aku pergi dulu!" Liana membuka pintu dan keluar, Liana kembali menutup pintu lalu bergegas pergi. Mana ia juga berlari sambil menunduk karena menjadi pusat perhatian.

Carlos memegang bib1rnya kemudian tersenyum-senyum sendiri.

"Bisa apa? Bisa gil4,"

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!