Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Pak Surya, sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih kepada anda karena sudah mengundangku makan malam disini, tapi— selain menghadiri undangan anda, aku ingin mengutarakan niatku yang ingin menjalin hubungan dengan keluarga Surya Atmaja lebih dari sekedar hubungan rival bisnis. Seperti yang anda tahu kalau anda memiliki putri yang sangat cantik dan juga pintar yang ketenarannya sudah tidak perlu diragukan lagi, jika anda mengijinkan, bisakah anda mengijinkan saya untuk menjalin hubungan serius dengan putri anda itu?" ucap Abimana yang membuat pak Surya dan juga Bu Ratna merasa sangat bahagia.
Pak Surya tidak menyangka kalau Abimana sendiri yang mengajukan dirinya sendiri untuk menjalin hubungan serius dengan putrinya, hal ini tentu saja membuat keinginan pak Surya untuk menjodohkan salah satu putrinya dengan Abimana, segera terwujud.
"Tentu, tentu saja nak Abimana. Kau bisa menjalin hubungan serius dengan putriku, padahal, sebelum kau mengajukan dirimu pun aku berniat untuk menjodohkan mu dengan salah satu putriku." ucap pak Surya dengan penuh suka cita.
"Kebetulan sekali, kalau begitu aku tidak akan merasa sungkan lagi untuk meminta restu anda pak Surya." ucap Abimana dengan sedikit bergurau.
Bu Ratna yang tidak mau membuang buang kesempatan segera mengajukan nama Amara, putrinya agar bisa dipilih oleh Abimana. Reaksi tidak mau kalah saing yang ditunjukkan oleh Bu Ratna ini tentu saja membuat Abimana tersenyum sinis karena menganggap sikap Bu Ratna sedikit kurang sopan.
"Kalau begitu nak Abimana harus mengenal putriku, Amara. Dia adalah wanita yang sangat cantik dan juga cocok untuk nak Abimana, Tante yakin kalau nak abimana akan suka dengan Amara." ucap Bu Ratna panjang lebar.
Pak Surya yang sedikit merasa malu dan sungkan dengan Abimana karena sikap istrinya, berusaha untuk membuat Bu Ratna diam dan membiarkan Abimana memilih siapa wanita yang akan ia pilih untuk menjadi pasangannya.
"Ma, tolong jaga sikap mama dan biarkan Abimana memilih sendiri pasangannya." ucap pak Surya yang hampir terdengar seperti bisikan kepada Bu Ratna.
"Mama tahu pa, tapi apa salahnya juga mama mengenalkan Amara pada Abimana. Dia kan putri papa juga, nak Abimana tunggu sebentar ya... Tante akan panggil Amara kesini untuk bertemu dengan kamu." ucap Bu Ratna yang segera bangun dari tempat duduknya dan bergegas menuju ke kamar Amara.
"Jangan lupa ajak Diandra juga ma" ucap pak Surya pada Bu Ratna.
Dengan langkah tergesa gesa dan penuh ambisi, Bu Ratna melangkah cepat menyusuri lorong rumahnya menuju ke kamar Amara. Gaun merah marun yang membalut tubuhnya tampak berkibar pelan seiring gerak langkahnya yang cepat. Senyumnya mengembang lebar, sorot matanya penuh antusias, seolah kemenangan sudah berada dalam genggamannya.
Amara harus mengambil tempat sebelum Diandra muncul. Aku tak boleh membiarkan gadis itu merebut perhatian Abimana, batin Bu Ratna dengan penuh tekad.
Sesampainya di depan kamar Amara, Bu Ratna langsung membuka pintu tanpa mengetuk.
“Amara, cepat keluar nak! Ini waktunya!” seru Bu Ratna tanpa basa-basi.
Amara yang tengah menatap dirinya di depan cermin segera menoleh. “Kenapa ma? Abimana sudah datang ya?”
Bu Ratna mengangguk cepat, lalu menggamit tangan putrinya sambil tersenyum penuh strategi. “Sudah. Nak Abimana sudah di ruang tamu. Dan kamu harus cepat ambil posisi duduk di sebelahnya sebelum Diandra muncul. Jangan beri dia celah untuk menarik perhatian. Kamu mengerti kan, Amara?”