Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gangguan
Di tempat lain, Arthur telah tiba di tempat pemeriksaan forensik. Ia turun dari mobilnya, menutup pintu mobil sedikit lebih keras sebelum masuk ke dalam. Ketika ia membuka pintu, ia melihat beberapa orang; para pekerja laboratorium dan beberapa detektif lain yang datang entah untuk keperluan apa. Namun, ada satu detektif yang selalu mengganggunya—Sabrina. Wanita itu mendaftarkan diri sebagai detektif swasta hampir bersamaan dengan Arthur, meski keduanya bisa dibilang senior dibanding Reyna dan Noah yang terdaftar di sektor kepolisian. Status senior dan junior di sini hanya merujuk pada waktu pendaftaran dimana Arthur dan Sabrina mendaftarkan diri 2 tahun lalu sebelum Reyna dan Noah, bukan kemampuan.
Sabrina yang ada di sana melihat Arthur dan langsung menghampirinya, dengan senyum menggoda yang selalu ia tunjukkan kepada Arthur. Arthur memasang wajah dingin, berusaha melewati Sabrina. Namun, Sabrina sudah meraih tangan Arthur.
"Arthur… lama tidak bertemu, ya? Kau pasti sibuk karena kasus Mawar Hitam itu yang diserahkan padamu. Apalagi harus bekerja sama dengan detektif junior itu, kurasa dia tidak membantu apa-apa. Seharusnya Inspektur Jaxon menyuruhku saja," oceh Sabrina, terus-menerus menjelek-jelekkan Reyna seperti yang sering Arthur dengar.
"Sudah kukatakan, jangan sentuh aku sembarangan," ucap Arthur dengan nada dingin dan tajam, lalu menepis tangan Sabrina. Ia kembali berjalan, masuk ke sebuah ruangan, meninggalkan Sabrina yang di luar menggerutu dan mengumpatkan sesuatu.
Di dalam ruangan, Arthur bertemu dengan beberapa pekerja laboratorium yang mengenakan jas putih. Mereka menyapa Arthur seperti biasa. Arthur menyerahkan sekrup kecil itu kepada mereka untuk diperiksa, menjelaskan bahwa ia menemukannya di tempat kejadian. Para pekerja mengangguk dan segera memeriksanya.
Ketika Arthur keluar dari ruangan, Sabrina masih ada di sana. Membuat Arthur hampir mengerang; ia berjalan cepat untuk melewati Sabrina, namun Sabrina mengikutinya.
"Arthur, kau mau ke mana? Ke markas, ya? Aku juga mau ke sana," kata Sabrina, terus mengikuti langkah Arthur yang semakin cepat, keluar dari tempat pemeriksaan forensik itu.
"Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya," kata Arthur kesal sebelum masuk ke dalam mobilnya. Ia selalu merasa kesal jika di dekat Sabrina karena ia tahu Sabrina menyukainya, dan ia tidak ingin memberikan harapan palsu padanya. Dengan gerakan cepat, ia menyalakan mobilnya dan melaju pergi, meninggalkan Sabrina yang masih berdiri di sana.
Sabrina mengepalkan kedua tangannya, menggertakkan giginya. Upayanya selalu gagal untuk menarik perhatian Arthur.
Sejak awal menjadi detektif, Sabrina sudah menyukai Arthur. Alasannya, seperti wanita-wanita lainnya, karena penampilan Arthur yang menawan, ditambah keluarga Arthur yang kaya raya dan berkuasa. Wanita mana yang tidak tertarik dengan Arthur? Bedanya, saat ini Sabrina hampir terobsesi karena satu kejadian—dulu, Arthur pernah menolong Sabrina saat penembakan di bank (kasus perampokan terorganisir). Saat Sabrina hendak ditembak, Arthur langsung menarik Sabrina ke tubuhnya, melindunginya. Di saat itulah Sabrina berpikir bahwa Arthur sebenarnya menyukainya, tapi gengsi untuk mengakuinya.
Di perjalanan, Arthur sesekali menggerutu ketika menyetir. Pegangannya pada setir mengencang. "Ada apa dengan wanita itu? Dia seperti hantu saja, terus mengganggu dan menghantuiku tanpa sebab…" gerutunya. Arthur sama sekali tidak menyadari bahwa tindakannya di masa lalu telah memberikan harapan pada Sabrina. Ia hanya menolong saat itu; apa yang salah dengan itu? Ia tidak mengerti kenapa Sabrina bersikeras padanya.
Tak berapa lama, ia akhirnya sampai di depan gerbang markas. Ia mengeluarkan kartu identitasnya, memindainya, dan segera masuk setelah gerbang terbuka. Setelah memarkirkan mobilnya, ia turun dan mendengar suara gerbang terbuka lagi. Ketika ia menoleh, ternyata itu mobil Sabrina. Ia tidak menyadari mobil Sabrina mengikutinya dari belakang karena ia terus menggerutu dalam perjalanan. Arthur hanya bisa mengusap wajahnya dan menghela napas panjang. Lagipula, semua detektif memang harus berkumpul untuk rapat siang ini. Tampaknya, ia tidak akan bisa menghindari Sabrina.
jangan lupa mampir ya di karyaku..
makasih 😊