tidak mudah bagi seorang gadis desa seperti Gemi, untuk menjadi seorang prajurit perempuan elit di kerajaan, tapi yang paling sulit adalah mempertahankan apa yang telah dia dapatkan dengan cara berdarah-darah, intrik, politik, kekuasaan mewarnai kehidupannya, bagaimana seorang Gemi bertahan dalam mencapai sebuah kemuliaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mbak lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Kalau ada orang tertolol sepanjang hidup, kutemukan pada anak ini, dia menolak untuk dikawinkan dengan seorang cantik bagai bidadari, Ayu mempunyai kulit seputih susu, dengan tubuh padat berisi, kedua alisnya bertaut, hidung mungil berpadu dengan rambut hitam tergerai, pemandangan luar biasa, dan kakeknya adalah orang sakti yang akan memberinya sebuah ilmu tiada tanding, ilmu yang walau seumur hidup sangat sulit kami dapatkan.
Geraham kakek bersuara menahan marah juga malu atas penolakan itu, kami semua menunduk, aku berusaha melirik Lakso, anak itu menunduk sama sekali tidak meliriku.
" Kau bisa memilih kawin dengan cucuku atau kau tidak akan keluar dari tempat ini " kata kakek Ayu dengan gemetar, sedangkan Ayu menahan tangis dan segera keluar dari tempat kami.
" kakek, biarkan kami berbicara sebentar, mungkin ini terlalu mendadak untuk nya " kataku berusaha meredam kemarahan kake Ayu.
kakek memandangku dengan perasaan tidak senang, tapi kemudian mengangguk setuju, aku segera keluar dan memberi kode kepada Lakso untuk keluar bersamaku.
" heiii kenapa kau tolol sekali " kataku memulai percakapan.
" lihatlah gadis itu, aku bahkan mengira dia bidadari, kemampuan kakeknya begitu hebat, mungkin sampai kau seusia itu, belum tentu kau punya ilmu sebaik itu, dengarkan dia meramalkan kedudukan yang baik untukmu kan " kataku, pemuda di depanku memantung dan gelisah.
" Apa kau sinting, kenapa kau menolak ?" tanyaku mendesak , pemuda di depanku itu masih menunduk membiarkanku mengoceh sendiri, aku setengah frustasi, menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
" aku tidak akan menikah denganya " kata Lakso lirih tapi penuh percaya diri,
" kenapa , apa kurangnya gadis itu, apa yang membuatmu keberatan ?" tanyaku dengan manis, kembali pemuda itu menunduk.
" aku tidak mau dan kamu tidak bisa memaksaku kau bukan kakaku yang sesungguhnya " katanya dengan gelisah
" katakan padaku, apa kesulitanmu mungkin aku bisa membantumu " ucapanku mulai melembut.
Pada dasarnya aku ingin Lakso menikah dengan gadis bidadari ini, menurutku mereka cukup sepadan, seorang pangeran sakti pengendali ular dan istrinya yang anggun serta rupawan bukankah seharusnya seperti itu, kemudian mereka akan masuk istana menjadi orang kerajaan yang siap menjadi backingan untuku, dalam beberapa tahun aku akan menjadi pejabat tinggi dengan koneksi, gajiku banyak, aku tidak perlu lagi memikirkan untuk menikah nenek mungkin akan diam setelah ini, aku sudah terlanjur berhayal.
" aku hanya menyukai gadis lain " katanya sedikit gugup.
" ahhh itu gampang, kalau kau jadi orang besar nanti kau bisa punya banyak istri, tapi istri seistimewa ini kapan lagi ?" kataku mencoba tetap memaksa tanpa pensasaran siapa gadis yang disukainya , pemuda itu sedikit mengeluh.
" aku tidak bisa, aku tidak mau " katanya sambil merengek.
" Kau pikir kita akan dilepaskan begitu saja kalau kau berani menolak ?" kataku mulai keras.
" jadi kau bermaksud meninggalkanku disini ?" Katanya sedikit berang.
" Kenapa kau marah, aku hanya menyruhmu kawin dengan perempuan cantik kau malah marah, aneh " sergahku segera melihat Lakso wajahnya merah padam seperti sedang sembelit.
" dengar istri seperti itu mungkin seumur hidup ini adalah satu-satunya kesempatanmu, kau akan membuat pemuda lain patah hati, kedua kau akan mempunyai ilmu yang akan membantu kehidupanmu kelak, berakhir masa sedihmu selama ini, inilah saat yang tepat bagimu untuk naik strata yang lebih tinggi, kau hanya seorang buronan, setelah ini siapa yang akan mengusikmu, lihatlah kehidupan mereka yang berkecukupan, kau bisa mengawali semuanya dari rumah ini " kataku sok bijak, memegang pundaknya dan berbicara dengan baik, walau hatiku sedikit geram,
" aku tidak mau " katanya singkat setelah panjang lebar aku mengungkapkan alasan, aku menghentakan kakiku,
" maumu apa ?" aku mulai meninggikan intonasiku.
" aku hanya mau kamu " aku tercekat, hilang semua yang ada di otaku sesaat.
" jangan usir aku dari hidupmu, aku bersumpah akan mengikutimu seumur hidupku " imbuhnya lagi, tapi kesadaranku kembali datang, aku memang menyayanginya, merindukannya, menginginkan yang terbaik untuknya, tapi lebih kepada saudara dan tidak terpikir hubungan antara lelaki dan perempuan dengannya mungkin kalau boleh mengharap aku lebih menyukai kak Buat sebagai lelaki, eh kenapa aku tiba-tiba memikirkan lelaki yang hilang entah kemana, bahkan Kakek nenek di madura pun seperti sengaja menyembunyikan keberadaan lelaki itu dariku.
aku mengeplak kepalanya, menyembunyikan perasaan malu, bagaimanapun aku tetap perempuan,
" Kau gila ya " kataku dengan bersungut-sungut, pemuda itu hanya menunduk dan membiarkanku melakukan apapun padanya.
" ahhh sudahlah " kataku akhirnya menyerah, tidak tahu lagi apa yang bisa kukatakan.
" jangan pernah menyalahkanku dimasa depan " kataku sambil segera pergi kembali ke dalam, ada perasaan malu juga senang menyisip di hatiku, ahh aku kenapa ?
" bagaimana ?" tanya Pradaba, aku menggeleng, tampak Pradaba juga kecewa, Lakso mengekor di belakangku sambil menunduk.
" Kau urus hal sekecil ini saja tidak becus " kata pradaba sedikit berbisik, aku memandangnya dengan tajam.
" ini urusan hidup orang lain, tentu saja urusan kecil untuk ki Gede , saya yang tidak punya kemampuan , silahkan bujuk sendiri " kataku juga berbisik tapi menusuk ke hatinya, muka Pradaba merah seperti udang yang direbus.
setelah beberapa lama kami duduk san saling diam, kakek Ayu keluar dari tempatnya dan kembali menemui kami,
" bagaimana ?" Katanya tidak lagi ramah dan langsung ke inti pertanyaan.
" kakek maafkan kami, cucumu adalah permata jika dibandingkan dengan saudara saya yang seperti batu kali, tapi ternyata di hati saudara ini ada perempuan lain, saya hanya kuatir kalau kecantikan cucu kakek sia-sia belaka ketika harus disandingkan dengan saudara saya ini " kataku sedikit berdiplomasi mencoba menyenangkan hati kakek ini untuk mengubah pendiriannya tapi sehalus apapaun penolakan tetap saja penolakan, dan kakek Ayu tidak menyukainya,
" Baiklah... kalian boleh pergi, kalau bisa keluar dari sini " kata kakek Ayu kemudian,
" Kau boleh datang kepadaku ketika kau menyerah jalanmu hanya satu, nikahilah cucuku " kata kakek Ayu dan kemudian meninggalkan kami begitu saja.
kami bertiga kikuk kemudian saling memandang satu sama lain,
" kita tunggu Wuni kemudian pulang, nampaknya hati kakek sedang tidak senang " kata Pradaba
" Apa itu artinya kita diusir " tanyaku, pradaba menghela nafas panjang.
" Kau kira ?" Katanya sedikit emosi.
Wuni sama sekali tidak tahu apa-apa datang dengan riang,
" lihatlah ini adalah senjata terbaik yang pernah kulihat, aku bahkan mengganti jarum pemberian nenek dengan jarumku sendiri, ini adalah yang terhebat, jarum katak darah " katanya dengan bangga.
" bukankah kau belum meneliti racun katak itu, kau bahkan tidak punya penawarnya " kataku mencibir,
" tidak apa, aku bisa meneli... " kata Wuni terputus,
" Apakah kalian berdua sudah selesai ? " bentak Pradaba, hatinya sedang tidak baik dia memikirkan tentang tetangganya yang marah dan itu akan memengaruhi daerahnya.