Impian setiap wanita adalah menikah dengan pria yang mencintai dan dicintainya. Namun takdir berkata lain untuk Azura, gadis cantik yang terpaksa menikah dengan pria pengidap gangguan jiwa demi kepentingan keluarga tirinya.
Meski sang ayah masih hidup, hidup Azura sepenuhnya digenggam oleh ibu tiri yang licik dan kejam. Akankah Azura mampu bertahan dalam pernikahan yang tak diinginkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 32 - Sisa Malam
Malam berganti pagi...
Azura masih terlelap dengan selimut tebal yang membalut tubuhnya. Dalam tidurnya, senyumnya yang indah tergambar di sudut bibir yang merah alami. Wajahnya damai, seolah beban yang dipikulnya mulai berkurang.
“Jangan ambil dia… Jangan ambil dia…”
Tiba-tiba suara lirih dan parau terdengar dari kamar itu yang sudah menjadi saksi bisu hubungan panas Azura dan Rangga semalam.
Azura mengerjapkan matanya, dan samar-samar ia mendengar suara itu berasal dari arah depan lemari.
Azura tiba-tiba terbangun ketika mendengar suara rintihan dan racuan yang ia duga berasal dari suara Rangga.
Dan memang benar, ketika Azura membuka matanya ia melihat Rangga yang sedang duduk meringkuk di depan lemari dengan tubuh yang polos tanpa sehelai benang pun.
“Rangga?” panggilnya pelan.
Azura berusaha bangkit, namun seketika tubuhnya mematung dengan sedikit meringis, "Aw!!.
Rasa nyeri yang terasa hampir di sekujur badannya membuatnya meringis karena menahan sakit. Ia pun refleks memegangi perut bagian bawah, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran ranjang.
“Aw… masih sakit…” gumamnya pelan, sembari menarik napas dalam-dalam.
Meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih karena peristiwa semalam, bahkan terasa remuk, tapi Azura memaksakan diri untuk duduk tegak. Ia lalu melirik ke arah lemari, dan benar saja...
Di sana, Rangga duduk menyandar pada lemari pakaian. Wajahnya muram, matanya menatap kosong ke bawah. Bibirnya terus bergerak seolah tak henti bergumam.
Dadanya naik turun dengan cepat, seperti sedang mengalami mimpi buruk dalam keadaan sadar.
"Tidak, tidak! Jangan. Tidak boleh."
Azura segera menarik selimut dan membungkus tubuhnya, lalu turun dari ranjang dengan langkah yang pelan. Meski merasa sakit, ia tidak mempedulikan dirinya sendiri dan menghampiri Rangga.
"Rangga..., kamu kenapa?."
Azura berjongkok di hadapan suaminya, lalu menyentuh pipi Rangga yang dingin dan berkeringat.
Merasakan sentuhan Azura, Rangga pun menoleh dengan pelan. Matanya sayu, tapi penuh ketakutan. "Jangan biarkan mereka ambil Azura… jangan biarkan…"
"Aku di sini, Rangga. Tidak ada yang akan mengambil aku darimu. Kamu aman."
Rangga menatap Azura lama, lalu dengan perlahan tubuhnya maju dan bersandar ke dada Azura.
Ia memeluk istrinya dengan erat, seperti anak kecil yang ketakutan. Azura pun membalas pelukan itu meski tubuhnya terasa remuk.
"Apa kamu lihat mimpi buruk lagi?," tanya Azura.
Tapi Rangga tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, lalu menutup matanya di pelukan Azura.
Azura lalu menutupi tubuh Rangga dengan selimut yang ia pakai, lalu mengelus rambut suaminya yang mulai basah karena keringat.
Azura mengangkat wajahnya dan menatap langit-langit lalu berjanji dalam hati, "Sekalipun itu menyakitkan, aku tidak akan berhenti sampai kamu sembuh."
Lalu perlahan, ia membantu Rangga berdiri dengan selimut yang membungkus keduanya.
"Rangga, kita mandi dulu ya."
Rangga mengerjap. Bola matanya yang kecokelatan menatap Azura, lalu tersenyum.
Azura membalas senyuman Rangga meski merasa canggung dan malu atas kejadian semalam. Hubungan suami istri yang sama sekali tidak di sangka Azura akan terjadi dalam waktu yang singkat ini.
Rangga pun mengangguk antusias, bahkan seperti anak kecil yang hendak diajak bermain air. Ia membuka selimut, lalu menarik tangan Azura untuk ikut bersamanya ke kamar mandi.
Sontak Azura melongo saking terkejut karena mereka kini berjalan dengan telanjang bulat.
"Ya ampun... Ini sangat memalukan. Tapi lihat Rangga, dia malah seperti bayi saja," batin Azura.
Di dalam kamar mandi yang luas dan bersih, Azura mulai memutar kran air hangat, sehingga uap tipis mulai memenuhi ruangan dan menciptakan suasana yang nyaman.
"Rangga, ayo kita mulai." Suara Azura terdengar pelan, seolah sedang berbicara pada anak kecil.
Rangga pun mengangguk dan membiarkan Azura dan mulai membasahi tubuh Rangga.
Di sela-sela itu, Azura merasa sangat malu. Apalagi mengingat semalam, saat mereka bercinta dengan penuh gairah. Namun pagi ini, Rangga kembali menjadi dirinya yang polos. Dan anehnya, Azura tidak merasa kecewa.
"Kamu tahu, Rangga? Kamu sangat manis waktu tidur… dan ketika kamu peluk aku semalam, rasanya seperti... rumah," lirih Azura sambil menuangkan air perlahan di punggung suaminya.
Tiba-tiba...
CETAK!
Tombol shower di atas kepala dipencet Rangga tanpa sengaja atau mungkin justru iseng. Dan pancuran air pun menyembur deras dari atas sehingga mengguyur mereka berdua.
"Aaah! Rangga!" seru Azura terkejut yang spontan berdiri dan mengangkat tangannya untuk menghindari air. Tapi terlambat, karena rambut dan tubuhnya sudah basah kuyup.
Rangga menatap Azura yang berada di bawah guyuran air, lalu malah tertawa bahagia seperti anak kecil yang bermain di taman.
"A HA HA HA HA Hujan! Azura, hujan!" katanya sambil menari kecil di bawah shower.
"Akh," Azura mendesah pasrah, lalu ikut tertawa juga. Bagaimana bisa ia marah pada laki-laki yang polos ini?
"Rangga, kamu …"
Rangga mendekat, lalu seperti refleks menarik tangan Azura agar ikut berdiri bersamanya. Sementara, air shower masih terus menyemprot dan terus membasahi tubuh mereka yang berdiri berhadapan.
Azura menatap Rangga lalu mengusap air dari wajah suaminya itu sambil berkata, "Kamu seperti anak kecil yang bahagia karena hujan pertama, ya?."
"Azura… basah… lucu," gumam Rangga sambil tersenyum.
Wajah Azura memerah, tapi ia tetap tersenyum dan mengambil sabun cair untuk membasuh tubuh Rangga.
Meski sikap Rangga kekanak-kanakan, hatinya tetap laki-laki. Dan bagi Azura… ini semua perlahan menumbuhkan rasa cinta yang mulai hadir di hatinya.
Selesai dimandikan, Azura mengeringkan tubuh Rangga dan menggantikan bajunya. Meski rasa malu dan canggung masih bersisa, namun hari itu ia merasa jauh lebih dekat.
Bukan hanya secara fisik. Tapi batin juga. Karena cinta itu... butuh waktu untuk tumbuh.
Dan Azura sudah siap menunggu sampai Rangga benar-benar sembuh kembali.
BERSAMBUNG...
yang laju kak up nya.........
yang kenceng, jangan sampai kendor...... ok.
aku suka ceritanya.
dan tetap semangat untuk berkarya
maaf🙏🏻 sudah dui tunggu
tambah lagi doooooooong