NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:543
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Ritual Mandi Kembang Tujuh Rupa

Kirana diseret melewati koridor gelap. Ia melawan, tetapi tenaga tiga wanita itu terlalu kuat. Ia hanya bisa melihat ke atas, ke langit-langit, tempat ia melihat satu kuntum kembang tujuh rupa terjatuh, dan ia tahu ke mana ia akan dibawa: ke kolam yang airnya berwarna merah darah, untuk memulai Ritual Mandi Kembang Tujuh Rupa.

Kedua bidan desa itu wajah mereka tampak seperti topeng pucat dan mata mereka gelap tanpa emosi menyeret Kirana melewati Pendopo dan menuju ruangan batu tempat kolam rahasia berada.

Nyi Laras mengikuti dari belakang, memegang sebuah mangkuk emas kuno yang diukir dengan simbol aneh. Mangkuk itu tampak berkilauan samar dalam cahaya sore yang redup.

"Duduk di sana, Kirana. Jangan buat Ibu marah," perintah Nyi Laras dengan suara halus yang sangat menakutkan.

Kirana didudukkan secara paksa di tepi kolam. Ia menatap air kolam yang kental, merah, dan suram. Permukaannya kini tertutup rapat oleh kembang tujuh rupa yang baru, memancarkan bau melati bercampur amis yang memuakkan.

"Ini air Waris yang akan memberimu kecantikan abadi dan ketenangan," kata Nyi Laras, mengambil sejumput kembang dan mengusapkannya ke rambut Kirana.

"Ini racun," desis Kirana. Ia ingat pesan Laksmi: Kembang tujuh rupa itu adalah racun yang membuat janin tenang saat diambil.

"Racun yang indah, Sayang. Jangan menolak takdirmu." Nyi Laras mengambil mangkuk emas. "Minum ini dulu."

Di dalam mangkuk emas itu ada cairan bening, tetapi di permukaannya mengambang dua helai rambut panjang berwarna hitam kelam.

"Apa ini?" Kirana menoleh. Ia ingat bab sebelumnya: Rambut Panjang di Dalam Makanan.

"Ini pembersih. Jangan rewel," salah satu bidan membekap mulut Kirana.

Kirana meronta, tetapi bidan itu menekan pipinya, memaksanya membuka mulut. Sedikit cairan itu tumpah di dagunya.

Sret!

Tiba-tiba, bidan yang membekap Kirana berteriak kesakitan. Salah satu tangannya yang menyentuh kulit Kirana yang terkena cairan itu langsung mengeluarkan asap tipis, dan bau daging terbakar tercium.

Kirana menatap cairan di mangkuk emas itu. Ia tahu cairan itu tidak ditujukan untuknya, melainkan untuk melumpuhkan janinnya. Namun, ternyata cairan itu sangat korosif bahkan bagi kulit manusia.

Nyi Laras menatap tangan bidan yang terluka itu dengan dingin. "Ceroboh. Air itu bukan untuk disentuh kulit. Itu untuk perut Kirana."

"Jangan coba-coba! Aku tidak akan meminumnya!" Kirana berteriak.

"Kau harus," balas Nyi Laras. Ia kini terlihat putus asa. "Waktu Waris hampir tiba. Jika tidak ditenangkan, janin itu akan melawan dan kita semua celaka."

Nyi Laras maju lagi, tetapi kali ini Kirana bertindak lebih cepat.

Ia meraih mangkuk emas itu, membalikkan badan, dan menyiramkannya ke air kolam.

Pssst!

Air kolam yang berwarna merah darah itu mendesis keras, dan seketika itu juga, kembang-kembang melati yang mengambang berubah warna menjadi hitam legam dalam hitungan detik.

"Kau merusak ritualku!" Nyi Laras mengaum, wajahnya kembali merah padam.

"Aku tidak merusak ritualmu," kata Kirana, matanya tertuju pada air kolam yang kini terlihat lebih jernih setelah reaksi korosif cairan di mangkuk emas itu.

Di dasar kolam, yang tadinya tertutup air merah kental, ia kini melihat sesuatu. Terkubur di lumpur di dasar kolam berbentuk rahim itu, terdapat kerangka manusia.

Bukan hanya satu. Ada beberapa.

Dan di tengah-tengah kerangka itu, bersinar samar, terikat pada tali tembaga kuno, adalah benda yang sudah ia tenggelamkan sebelumnya: Kunci Emas di Leher Ibu.

"Kau tahu mengapa kau tidak boleh melihat ini?" Nyi Laras menendang mangkuk emas itu hingga terlempar. "Karena ini akan membuatmu melawan! Dan Ibu tidak suka pembangkangan!"

"Aku tidak takut lagi padamu," ujar Kirana, meskipun tubuhnya gemetar. Ia tahu air suci dari Sumur Tua adalah penawarnya, tapi bagaimana ia bisa mendapatkannya saat ini?

"Kau akan takut," Nyi Laras meraih pergelangan tangan Kirana lagi. Kali ini, cengkeramannya tidak melukai fisik, melainkan menjerat batin.

Nyi Laras menatap mata Kirana dalam-dalam.

"Sudah waktunya janinmu diberi pelajaran. Dia terlalu aktif, seperti janin kakakmu dulu. Janin yang Bergerak Kasar harus ditenangkan."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!