NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CEMBURU NYA SANG DEWI KEBANGKITAN

“Jadi…” suaranya serak namun tajam, “kecantikan tubuh ini yang kau pentingkan, hah? Itu alasanmu melindungiku?”

Nada suaranya menusuk. Aura di sekelilingnya bergemuruh, angin kembali berputar seperti badai kecil, kembali membuat tirai dan peralatan dapur bergetar hebat. Rambut Rael terangkat pelan, tubuhnya mulai terangkat dari lantai beberapa sentimeter, sinar merah menyala dari kedua matanya.

“Rael, hentikan ini…” Jae-hyun berusaha menjaga suaranya tetap tenang, tapi langkahnya goyah. “Aku tidak peduli tubuhmu, aku peduli padamu! Kau—”

“Diam!” Rael membentak, suaranya menggema seperti ribuan bisikan dalam satu waktu. “Kau pikir aku tidak tahu isi hatimu, Jae-hyun? Kau masih menatapnya, manusia itu! Setiap kali namanya disebut, matamu melemah. Kau kira aku tidak melihatnya?”

Lampu dapur berkelap-kelip, cahaya putih berubah redup kekuningan, lalu mati sekejap. Udara di sekitar mereka menjadi berat, seperti ditekan sesuatu yang tak terlihat.

Eomma Jae-hyun berdiri terpaku di ambang pintu, wajahnya pucat. Dalam hati ia berdoa lirih, menahan napas agar tak menarik perhatian makhluk yang kini bukan lagi terlihat seperti manusia di hadapannya. Tuhan… lindungi anakku…

Jae-hyun menatap Rael dengan mata yang gemetar, tapi langkahnya maju. Meski panas aura Rael seperti membakar kulitnya, ia tetap mendekat , satu langkah, dua langkah.

“Kalau kau ingin membakar dunia karena cemburu, bakarlah aku dulu,” katanya pelan, nyaris seperti bisikan. “Tapi jangan hilang… jangan tenggelam dalam amarah itu, Rael. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi.”

Rael menatapnya, matanya bergetar, tapi bara merah di dalam irisnya justru semakin menyala. “Kau berani mendekatiku? Tubuhmu akan hangus, Jae-hyun.”

" jae-hyun jangan gila, jangan mendekat.... " gumam rael dalam hati, sebenarnya dia tidak ingin menyakiti jae-hyun, namun perasaan cemburu itu sangat sulit untuk di hentikan.

Namun Jae-hyun tidak menjawab. Ia langsung merengkuh Rael dalam pelukannya, kuat, tulus, meskipun tubuhnya langsung tersentak oleh panas yang menyengat seperti bara api menembus kulitnya.

“Aku tidak peduli… bahkan kalau kau membakarku hidup-hidup,” ucapnya dengan suara yang nyaris bergetar. “Asal aku bisa menenangkanmu… sekali saja.”

Rael terdiam. Tubuhnya masih memancarkan energi hitam yang berdesir liar, tapi pelukan itu… hangat. Ia bisa merasakan detak jantung Jae-hyun, nyata, bergetar, rapuh.

Perlahan, cahaya merah di matanya meredup. Angin berhenti berputar. Lampu dapur menyala kembali dengan suara kecil klik.

" “J-Jae-hyun…” suaranya bergetar, nyaris tidak keluar. “Bodoh… apa kau baik-baik saja?”

Ia mendekat, lututnya gemetar. Saat jemarinya yang dingin menyentuh kulit Jae-hyun yang melepuh, tubuhnya sendiri bergetar ketakutan. “Ottoke… eomma… hyun-ah terbakar…” suaranya pecah, seperti anak kecil yang baru saja menghancurkan sesuatu berharga. Air mata mulai mengalir di pipinya, menetes satu per satu di tangan Jae-hyun yang luka.

Jae-hyun tersenyum tipis meski wajahnya menahan sakit, keringat dingin menetes dari pelipisnya. “Hei… jangan menangis begitu, nanti eommaku kira aku mati beneran,” ucapnya lirih, berusaha bercanda di antara napas terputus-putusnya.

" sedangkan eomma jae-hyun juga ikut menangis dan buru-buru pergi mengambil salep untuk di olesi di luka bakar di tubuh anak bodohnya itu.

Rael menggeleng keras, air matanya jatuh lebih deras. “Kenapa kau memelukku, bodoh? Aku sudah bilang, auraku bisa membakar siapa pun yang menyentuhku! Kau bisa mati, Jae-hyun!”

Suara Rael pecah di ujung kalimatnya, seolah kemarahan dan penyesalan bercampur jadi satu.

Namun Jae-hyun hanya tertawa kecil, batuk menahan rasa perih di dadanya. “Kalau aku nggak memelukmu, Rael-ah,” katanya pelan, “mungkin rumah ini sudah jadi abu, terbakar oleh api cemburumu.” Ia tersenyum samar, meski wajahnya jelas menahan sakit. “Aku lebih memilih aku yang terbakar… daripada melihatmu hilang dalam amarahmu sendiri.”

Rael menatapnya dengan mata merah yang kini penuh air mata, wajahnya pucat. Jemarinya gemetar saat menyentuh dada Jae-hyun, tempat kulitnya tampak memar dan gosong. “Aku… aku tidak bermaksud melukaimu,” bisiknya serak. “Kenapa kau selalu bodoh… kenapa selalu ingin menyelamatkanku padahal aku yang menghancurkanmu?”

Jae-hyun mengangkat tangannya yang luka, menyentuh pipi Rael dengan lembut. Sentuhan itu lemah, tapi hangat. “Karena aku tahu,” katanya pelan, “di balik api yang membakar, selalu ada tangan yang sebenarnya hanya ingin diselamatkan.”

Rael menunduk, bahunya bergetar. Tangisnya tak bisa lagi ditahan. “Aku takut, Jae-hyun… aku takut kehilanganmu, tapi aku juga takut aku yang akan menghancurkanmu.”

Jae-hyun tersenyum lagi, kali ini lebih lembut, meski napasnya terdengar berat. “Kalau begitu, biarkan aku jadi satu-satunya orang yang terbakar untukmu,” ucapnya dengan nada bercanda lembut, “asal kau tidak menangis seperti ini lagi.”

"Ya Tuhan… dua remaja ini sungguh membuat kepalaku pening, batin eomma Jae-hyun sambil memijat pelipisnya lelah.

Satu,iblis dengan wajah cantik tapi hati mudah terbakar api cemburu.

Satunya lagi,anak ku sendiri yang entah kenapa bisa menggoda bahkan makhluk kegelapan dengan senyum bodohnya itu.

“Benarkah dia anakku? Kenapa dia bisa segila ini…dia bahkan tidak tahu sebenarnya siapa yang dia cintai..” gumamnya pelan, lirih tapi jelas terdengar di udara yang masih beraroma asap gosong.

Matanya menatap dapur yang porak-poranda,panci tergeletak miring, mangkuk retak di lantai, dan meja yang penuh jejak tangan Rael saat kemarahan menguasainya tadi.

Semuanya kacau,Bahkan udara pun terasa jenuh oleh energi gelap yang masih tersisa di ruangan itu.

Eomma Jae-hyun menghela napas panjang. Ia menatap dua sosok di ruang tengah,Rael yang kini duduk menunduk, matanya masih menyala samar, dan Jae-hyun,yang meskipun tampak tenang, dada dan lengannya penuh bekas kemerahan akibat luka bakar halus.

“Ck… dua-duanya sama saja,” gumamnya lagi, setengah kesal, setengah iba.

“Yang satu cemburuan seperti anak kecil, yang satu suka menggombal seolah dunia ini hanya punya kata manis. Apa benar kau, Hyun-ah, anakku? Dasar bocah playboy, bahkan iblis pun kau gombali.”

Ia berjalan mendekat, membawa salep dari lemari obat. Dengan nada datar, ia berkata, “Sudah, sini… biar eomma obati lukamu sebelum kulitmu benar-benar melepuh.”

Namun sebelum jarinya sempat menyentuh kulit putranya, Rael dengan cepat meraih salep itu.

Gerakannya begitu cepat dan lembut sekaligus berbahaya,seperti angin malam yang membawa rahasia.

“biar aku saja,” ucap Rael datar, tanpa memberi kesempatan Eomma untuk membantah.

Ia duduk mendekati Jae-hyun, matanya tajam tapi suaranya bergetar halus.

Dengan pelan, ia membuka kancing baju Jae-hyun satu per satu, membiarkan dada lelaki itu terlihat sebagian,kulitnya memerah di sana, masih terasa panas.

Jae-hyun terdiam, napasnya seolah tersangkut di tenggorokan.

Sentuhan jemari Rael saat mengoleskan salep terasa dingin, tapi entah kenapa setiap gerakannya justru membuat darahnya berdesir hebat, seolah denyut jantungnya menolak untuk tenang.

“Jangan banyak gerak,” bisik Rael pelan, nyaris seperti mantra. “apakah sangat sakit....”ucap rael dengan lembut meniup dada jae-hyun yang terbakar.

Jae-hyun hanya menatapnya dengan tenang, senyum kecil muncul tanpa sadar di ujung bibirnya. “Kalau kamu terus begini, aku malah nggak sembuh-sembuh.”

Rael melirik tajam, tapi rona merah samar muncul di pipinya. “diamlah jangan banyak bicara.”

Eomma Jae-hyun yang masih berdiri di ambang pintu hanya menggeleng pelan, menatap dua remaja itu seperti sedang menonton adegan dari drama yang tak pernah ia minta.

“Ya Tuhan…” desahnya lirih. “Yang satu terbakar oleh api amarah, yang satu terbakar oleh api cinta. Rumahku bisa habis terbakar sebelum mereka berdua sadar perasaan masing-masing.”

Ia berbalik pergi ke dapur, menyingsingkan lengan bajunya.

“Sudahlah,” gumamnya, suaranya pelan tapi penuh kelelahan. “Daripada menonton dua api yang saling menelan, lebih baik aku bersihkan kekacauan ini.”

Bau sabun dan suara air mulai terdengar dari arah dapur, menggantikan aroma gosong yang tersisa.

Sementara itu, di ruang tengah, Rael masih dengan hati-hati mengusap luka Jae-hyun.

Tangan yang biasanya membawa kehancuran kini terasa lembut dan gemetar, seolah takut menyakiti lagi.

Jae-hyun menatapnya, dan dalam diam yang panjang, keduanya seakan mengerti sesuatu yang tak perlu diucap,bahwa di antara luka dan bara, ada sesuatu yang tumbuh,rapuh, hangat, dan berbahaya.

" Rael seperti nya kau berhasil membuat ku jatuh cinta padamu... " gumam jae-hyun, namun ada rasa bersalah dalam dirinya, dia merasa seakan sudah mengkhianati haeun, tapi dia juga tidak tahu, apakah dia benar mencintai haeun atau hanya sekedar ingin melindungi nya dari kegelapan yang dulu mengintainya.

“Terkadang luka tak selalu menyakitkan,kadang justru menjadi alasan dua hati saling mendekat.”

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!