NovelToon NovelToon
Stranger From Nowhere 2 : The Conclusion

Stranger From Nowhere 2 : The Conclusion

Status: tamat
Genre:Romantis / Petualangan / Tamat
Popularitas:5.4M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Cerita ini adalah fiksi dewasa yang diperuntukkan bagi pencari bacaan berbeda.

*****

Sekuel sekaligus akhir dari cerita 'Stranger From Nowhere'.


Makhluk yang sama, tempat yang sama, dengan tokoh dan roman yang berbeda.

***

Saddam kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan pesawat di hutan Afrika.

Pria itu menyesali pertengkarannya dengan Sang Ibu karena ia menolak perjodohan yang sudah kesekian kali diatur untuknya.

Penasaran dengan apa yang terjadi dengan Sang Ibu, Saddam memutuskan pergi ke Afrika.

Bersama tiga orang asing yang baru diperkenalkan padanya, Saddam pergi ke hutan Afrika itu seperti layaknya mengantar nyawa.

Tugas Saddam semakin berat dengan ikutnya seorang mahasiswi kedoktoran bernama Veronica.

Seperti apa jalinan takdir mereka?

***

Contact : uwicuwi@gmail.com
IG : @juskelapa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Terpisah

Vero mendengar teriakan Saddam yang meminta Eko untuk terus berlari. Sesaat sebelum berbelok dan menghilang di balik pepohonan, Vero sempat menoleh ke belakang melihat Rully yang berguling-guling dengan sesuatu yang tak begitu jelas.

Dan Saddam, dilihatnya sedang memegangi bagian luka bekas tertusuk panah ketika tubuh pria itu menghantam sebatang pohon besar di belakangnya.

Vero memekik merasa seperti dirinya yang terhempas begitu kuat. Tak bisa dibayangkannya rasa sakit yang dialami Saddam. Luka pria itu cukup dalam dan masih menganga tadi.

Eko terus menarik tangannya menjauhi kedua pria yang masih bergumul di belakang mereka. Langkahnya beberapa kali tersandung akar pohon. Ranselnya terayun dan menghentak-hentak di punggungnya yang menimbulkan rasa tak nyaman.

Tak sampai lima menit mereka berlari, di belakang mereka kembali terdengar langkah kaki dan suara orang berbicara. Ternyata Saddam dan Rully telah berhasil melepaskan diri. Vero bernafas lega meski terengah-engah.

"Hampir nyampe," ujar Eko.

Di kejauhan Vero melihat porter sudah memanggul ransel besar mereka. Rizky yang tadinya duduk di salah satu akar pohon yang mencuat ke luar ikut bangkit melihat kedatangannya bersama Eko yang tergesa-gesa.

"Kami dikejar, Pak Saddam luka!!" Eko berteriak dari jauh agar terdengar oleh Rizky.

"Apa??!!" Rizky mencampakkan rokoknya.

"Pak Saddam luka. Kami dikejar. Ndak tau siapa yang ngejar!" Eko kembali berteriak.

Saat mereka mencapai Rizky dan porter yang terlihat kebingungan, Saddam dan Rully tampak muncul dari balik pepohonan.

"Kita pergi sekarang. Keluar dari hutan ini!" Perintah Saddam entah kepada siapa karena mereka semua saling pandang dalam kebingungan.

"Oke, keluar dari hutan ini. Osas, we back, go out from here!" Rully berteriak.

Rully berlutut di tanah memasukkan kameranya ke dalam tas ransel yang tadi ditinggalkannya sebelum mereka ke pesawat.

"Buruan Ly, perasaan gua ga enak!!" Bentak Vero.

Saddam menunduk memegangi lututnya sambil mengatur nafas. Sepertinya pria itu lupa akan pada lukanya yang masih mengeluarkan darah.

Mereka semua berkumpul seolah membentuk setengah lingkaran sambil menatap Rully yang masih berkutat dengan isi ranselnya.

Saat semua orang menunduk memusatkan perhatian pada Rully, seorang porter tertua yang pernah mendampingi Osas menemui Rully berteriak dalam bahasa lokal. Tangannya menunjuk ke atas pohon.

Tak mengerti dengan apa yang dikatakannya tapi semua orang melihat ke arah apa yang sedang ditunjuknya.

Sesuatu sedang bergelantungan di atas pohon.

Salim tiba-tiba berlari ke depan Vero, dan

"AARGGHHHHH!!" Salim berteriak sambil memegang dadanya. Sebuah anak panah bersarang di dada kiri pria tua itu.

Pria itu langsung ambruk ke belakang karena beban yang sedang dipanggulnya.

Vero yang berdiri membeku di belakang Salim dengan mata membelalak tak percaya. Salim menjadikan tubuhnya sebagai perisai bagi Vero, seseorang yang tak dikenalnya.

"Follow me!!" Ndaka berteriak sambil berlari menuju rimbunan pohon yang berada di sisi kanan mereka.

Rizky secepat kilat menarik tangan Vero, wanita itu setengah terbang terseret-seret mengikuti langkah kaki Rizky dan Ndaka yang telah melesat jauh di depannya.

"Rul! Vero! Vero targetnya!!" teriak Saddam.

Tersadar dengan hal yang diteriakkan Saddam, Rully mengangkat Ranselnya dan berlari mengikuti Rizky.

"Lu juga pergi ikut mereka!" perintah Saddam pada Eko.

"Pak,"

"Dua makhluk perempuan itu ngejer Vero Ko!" Saddam melihat ke atas pohon tempat asal anak panah yang telah ditembakkan ke dada Salim.

"Susul kami segera Pak!" Eko berbicara sambil berlari mundur beberapa langkah kemudian asisten Saddam itu segera berbalik dan berlari mengikuti Rully yang kini hanya menyisakan suara langkah kaki yang semakin menjauh.

Saat Salim ambruk, perhatian Osas terbagi antara melihat Salim yang tak berdaya dan Ndaka rekan porternya yang telah pergi lebih dulu meninggalkan mereka di sana.

"Ndaka take the wrong path. That is the wrong path." Osas berbicara sambil melepaskan ransel dari tubuh salim dengan terburu-buru.

Makalo terus berbicara kepada Osas sambil membantu rekannya itu menyeret Salim yang merintih-rintih ke balik rerimbunan.

Perkataan Makalo terdengar di telinga Saddam lebih berupa ratapan dan penyesalan di telinga Saddam yang tak memahami artinya.

"What?" Saddam seperti ingin memastikan apa yang baru saja dikatakan Osas.

Saddam baru saja mendengar Osas mengatakan kalau Ndaka telah mengambil jalan yang salah.

"Yes Sir, That is wrong path. Ndaka take the wrong direction. I don't know where that road goes. We have to find your friends. In the deep forest, it could be even more dangerous. I have never entered this forest so far." Osas berbicara terengah-engah setelah berhasil memindahkan Salim ke bagian rimbun pepohonan yang tidak terlalu terekspos.

Saddam yang sekarang memegang ransel salim yang sangat besar menatap ngeri ke arah pepohonan tempat teman-temannya berlari menghilang.

Osas baru saja mengatakan bahwa Ndaka mengambil jalan yang salah. Mereka bukan berlari ke luar hutan tapi malah semakin dalam memasuki hutan itu. Dan Osas tidak pernah masuk ke dalam sana.

Tak ada yang pernah tahu, seberapa besar lagi bahaya yang sedang menunggu mereka di pedalaman sana.

Nafas Salim tersengal-sengal. Keringat sebesar jagung telah memenuhi dahinya meski udara sangat dingin.

Makalo porter yang paling muda terisak-isak di sebelah Salim. Pemuda itu terlihat mengelus, meraba-raba dada Salim dan panah yang masih menancap.

"We can go now. Leave him here." ucap Osas.

"Your friend can die here. He is dying right now." Hampir tak percaya dengan apa yang dikatakan Osas barusan, Saddam meninggikan suaranya.

Dia tak menyangka Osas mengeluarkan ide untuk segera mengajaknya pergi. Sebuah anak panah menancap begitu dalam di dada Salim. Dia terpanah karena melindungi Vero.

Tak perlu lagi ditanya soal besarnya rasa bersalah yang dirasakan Saddam saat ini.

Pria tua itu jelas akan mati. Dan menemaninya di saat-saat akhir kehidupannya tidak akan menambah panjang umur mereka jika mereka memang ditakdirkan mati di hutan itu.

"He will still die. And the fate of your friends in there, who knows." tegas Osas.

Meski tak suka dengan cara Osas yang mengatakan Salim tetap akan mati, tapi Saddam membenarkan sisa perkataan pria itu. Nasib teman-temannya di dalam hutan sana juga tak ada yang tahu.

"Oh, ****" maki Saddam pelan.

Saddam meletakkan ransel besar Salim yang dipegangnya kemudian berjongkok di sisi kanan pria itu dan memegang tangannya.

"Thankyou for saving my friend. We owe you" lirih Saddam kepada Salim yang masih merintih tapi kini dengan mata nyaris tertutup.

Salim mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tak dimengerti Saddam.

Saddam mendongak menatap Osas, berharap pria itu menerjemahkannya.

"He said 'My family. Help my family' that's all sir,"

"Tell him, I will help his families," Saddam kembali menunduk menatap Salim yang semakin lemah.

Saat Osas selesai mengatakan apa yang baru saja dikatakan Saddam ke dalam bahasa lokal mereka, Salim menarik nafas panjang. Matanya kini benar-benar tertutup.

Saddam menunduk lama menatap tanah, kedua tangannya berada di kepala. Hatinya kembali sakit menyaksikan pemandangan di hadapannya.

Salim yang tua dan berpakaian lusuh baru saja menghembuskan nafas terakhirnya dengan posisi setengah bersandar.

Saddam juga baru memperhatikan bahwa kedua tali sepatu pria itu tak sama warnanya. Kemiskinan yang teramat sangat membawa pria tua itu ke dalam hutan yang berbahaya.

Tangis Makalo semakin keras dan bahunya berguncang. Saddam baru saja menyaksikan seseorang kehilangan nyawanya karena perjalanannya ini. Matanya terasa memanas.

Dan sekarang dirinya terpisah jauh dari teman-temannya yang sedang menuju arah yang salah.

Setelah mengikatkan tali sepatu dan membenarkan letak jaket Salim, Saddam menarik lengan Makalo agar ikut berdiri.

"Now I ask you, I do not want to force. Are you still going to come with me looking for my friends? I will not reduce your money even if you refuse" tanya Saddam menatap Osas dan Makalo bergantian.

Saddam bertanya kepada kedua porter di hadapannya, apakah mereka tetap akan mengikuti Saddam mencari teman-temannya ke dalam hutan sana. Saddam tak akan mengurangi uang mereka meski mereka menolak.

Saddam tak mau orang-orang yang bekerja padanya akan menyesal. Melihat Salim mati barusan menyisakan perasaan bersalah lebih dari cukup di hatinya.

Terdengar Osas bertanya dalam bahasa mereka, kemudian Makalo mengangguk beberapa kali.

"We will still come with you, sir. We took this job, and we knew the risks. We will come out of this forest together safely"

Mendengar jawaban Osas bahwa mereka akan tetap menemaninya di hutan itu, jujur saja membuat perasaan Saddam sangat lega.

"Okay, we have to find them before it gets dark" Saddam berbicara sambil mengangkat ransel besar Salim ke atas bahunya. Sedangkan ransel kecilnyanya kini sudah berpindah ke bagian depan.

Saddam tak menyadari, luka di punggungnya masih terus mengeluarkan darah.

...***...

...Please like and comment for Salim....

...May him rest in peace....

1
eko arief nugroho
Enak banget Rully dan Yana… banyak keberuntungan jadi sohibnya Vero
eko arief nugroho
Wow… sakit2 nikmat itu namanya
eko arief nugroho
Gooool… gawang Vero jebol juga akhirnya 🤣
eko arief nugroho
Gak sabar nungguin Saddam ngegolin gawang
eko arief nugroho
Memang gak kaleng2 usaha Saddam ini kalo udh jatuh cinta
eko arief nugroho
Wow… gak expect bisa se surprise ini
eko arief nugroho
Aduuuh jangan dulu Dam, kasian Vero masih segel
eko arief nugroho
Heran, kenapa si Yana mau ya ama Rully sengklek gitu 🤣
eko arief nugroho
Kenapa ceritanya jadi lucu gini ya, ketawa terus aku
eko arief nugroho
Lah kenapa pas ketemu Saddam, trio ngenes itu kondisinya lagi kacau2 nya
eko arief nugroho
Kenapa makin kesini, makin absurd aja ni dua pasangan, kelakuannya ada aja bikin geleng2 kepala 🤣
eko arief nugroho
Cerita kak Njuss gak pernah dilewatkan, aku baru aja tau ada cerita Saddam, langsung marathon bacanya 😍
eko arief nugroho
No kommen aku 🤣🤣🤣🤣
Mamake Nayla
untuk ke 2x nya bca...
eko arief nugroho
Ya ampun Saddam, so sweet bangeeet deh
eko arief nugroho
Makin kesini liat mereka makin cocok nih
eko arief nugroho
Hahaha… bacanya gak berhenti ketawa… udah diwanti2 jangan kesitu, tetep aja diomongin🤣
eko arief nugroho
Hahaha… kayak pasangan lagi berantem
eko arief nugroho
Duuh ada yg kangen tapi gak berani nongol
eko arief nugroho
Vero yg ngambek senang dipaksa ama Saddam
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!