NovelToon NovelToon
Belenggu Cinta Kakak Ipar Tampan

Belenggu Cinta Kakak Ipar Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Selingkuh / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

Katanya, cinta tak pernah datang pada waktu yang tepat.
Aku percaya itu — sejak hari pertama aku menyadari bahwa aku jatuh cinta pada suami kakakku sendiri.
Raka bukan tipe pria yang mudah ditebak. Tatapannya tenang, suaranya dalam, tapi ada sesuatu di sana… sesuatu yang membuatku ingin tahu lebih banyak, meski aku tahu itu berbahaya.
Di rumah yang sama, kami berpura-pura tak saling peduli. Tapi setiap kebetulan kecil terasa seperti takdir yang mempermainkan kami.
Ketika jarak semakin dekat, dan rahasia semakin sulit disembunyikan, aku mulai bertanya-tanya — apakah cinta ini kutukan, atau justru satu-satunya hal yang membuatku hidup?
Karena terkadang, yang paling sulit bukanlah menahan diri…
Tapi menahan perasaan yang seharusnya tidak pernah ada.menahan ahhhh oh yang itu,berdenyut ketika berada didekatnya.rasanya gejolak didada tak terbendung lagi,ingin mencurah segala keinginan dihati.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Akhir dari Sandiwara dan Strategi Tanpa Kontrol

​Luna membuka matanya, dan untuk pertama kalinya dalam satu bulan, ia tidak merasakan desakan gairah yang membakar. Yang ada hanyalah rasa dingin yang membekukan—kedinginan dari kebebasan yang baru diputuskan. Ia telah meninggalkan Raka terpaku di Unit 903, dan kini, ia harus mengakhiri sandiwara di rumah ini. Setiap detik di bawah atap yang sama dengan Naira terasa seperti racun.

​Ia bangkit dari ranjang, gerakannya cekatan. Tidak ada lagi keraguan. Kebosanan dan kesadaran bahwa ia hanyalah alat strategi Raka telah membunuh rasa takutnya. Ia membuka lemari. Ia tidak butuh koper; koper terlalu permanen. Ia hanya mengambil ransel yang sudah usang.

​Ia menyambar pakaian seperlunya—bukan gaun, bukan pakaian stylish, hanya kaus-kaus longgar. Di dasar ransel, ia memasukkan lukisan-lukisan abstraknya. Lukisan yang dibuat dengan cat air sisa-sisa perselingkuhan, penuh warna hitam dan merah—bukti bisu dari kegilaannya. Ia tidak akan meninggalkan bukti ini untuk dihancurkan Raka. Lukisan itu adalah satu-satunya kejujuran yang ia miliki dari babak hidup ini.

​Di meja rias, tangannya meraih selembar kertas. Ia menulis cepat, tangannya tidak lagi gemetar. Ia menulis untuk Naira, bukan pengakuan, tetapi permohonan maaf yang terselubung. Kak, maafkan aku. Aku butuh pergi sebentar. Aku harus cari inspirasi baru di luar kota. Ia meletakkan surat itu di samping vas mawar putih yang masih segar, bunga yang kini terasa seperti ejekan. Ia membiarkan ponselnya di atas ranjang. Koneksi terakhir dengan Raka harus diputus.

​**

​Tepat saat ia hendak meraih pintu, ponsel yang ia tinggalkan bergetar liar. Raka. Luna mengabaikannya. Ia tahu, Raka tidak akan membiarkannya pergi. Raka akan menggunakan senjata utamanya: ancaman melalui Naira.

​Raka: Jangan bodoh, Luna. Kamu tidak punya uang. Kamu tidak punya rencana. Kembali sekarang, kita bicara!

​Raka: Aku akan memberitahu Naira. Aku akan katakan kamu depresi lagi!

​Ancaman itu membuat darah Luna mendidih. Raka ingin melabelinya depresi agar Naira menjadi pahlawan yang menenangkannya—mengunci Luna dalam peran korban. Luna menyeringai pahit. Ia meraih hoodie hitamnya, memakainya. Ini bukan lagi seragam perselingkuhan; ini adalah jubah pelarian.

​Di kantornya, Raka membaca pesan yang tidak terkirim dan panggilan yang tidak dijawab. Wajahnya, yang selalu tenang dan terkontrol, kini menunjukkan gurat ketidakpercayaan. Luna, ciptaannya, berani menantang kendalinya. Ini bukan kegilaan yang ia izinkan; ini adalah pemberontakan.

​Raka segera menelepon Naira, melancarkan Rencana Penjagaan.

​"Sayang, aku khawatir. Luna menghilang. Dia meninggalkan catatan yang mengatakan dia pergi mencari inspirasi di luar kota. Dia mungkin depresi lagi." Ia menggeser narasi: Luna pergi karena kelemahan, bukan karena penolakan Raka.

​Naira histeris. "Ya Tuhan, Mas! Dia ke mana? Kenapa dia tidak bilang apa-apa padaku?"

​"Aku tidak tahu, Sayang. Tapi dia meninggalkan ponselnya di kamar. Ini jelas tindakan emosional. Dia mungkin merasa terbebani oleh kehamilan kita. Dia tidak ingin menjadi beban." Raka menutup opsi Naira untuk bergerak. "Kamu sedang hamil. Aku yang akan mencarinya. Aku akan menghubungi semua teman dan Studio Keramik. Aku akan mengurusnya. Kamu harus tetap tenang di rumah. Demi bayi kita."

​Raka menutup telepon. Ia tidak punya waktu untuk mencari di Studio Keramik. Instingnya mengatakan: Luna akan pergi ke tempat yang memiliki keterkaitan emosional namun aman.

​Raka segera meninggalkan kantor, mengemudi dengan kecepatan tinggi. Tujuannya: Unit 903.

​Raka membuka pintu apartemen rahasia itu dengan kunci cadangan. Ia menduga Luna akan meninggalkan kunci yang ia tolak, atau beberapa catatan lain.

​Apartemen itu menyambutnya dengan udara dingin dan senyap. Raka berjalan cepat ke ranjang. Kunci Unit 903 masih tergeletak di seprai abu-abu, dingin dan ditinggalkan. Raka mengambil kunci itu, mencengkeramnya erat. Logam dingin itu terasa seperti kegagalan.

​Ia melihat ke sudut ruangan, tempat peralatan keramik Luna berada. Semuanya utuh—tanah liat, meja putar kecil. Alibi keramiknya tidak rusak.

​Namun, saat matanya beralih ke dinding di atas meja putar, ia menemukan pengkhianatan yang sesungguhnya. Dinding yang dulu ia anggap kosong, kini terasa telanjang. Lukisan-lukisan abstrak kecil yang Luna buat telah hilang.

​Raka merasakan amarah yang murni, bukan kemarahan manipulatif, melainkan kemarahan karena karya seninya dicuri. Luna tidak hanya melarikan diri, ia mengambil bukti otentik dari hubungan mereka, fragmen-fragmen yang Raka ciptakan. Itu adalah deklarasi perang intelektual.

​"Kamu pikir kamu bisa lari, Luna?" Raka bergumam, suaranya serak. "Kamu pikir kamu bisa mengambil karyaku dan bebas?"

​Ia menyadari strategi Luna: Luna pergi ke tempat yang tenang, terpencil, dan jauh dari pengaruh Raka. Luna akan mencari inspirasi yang nyata, membenarkan catatan yang ia tinggalkan untuk Naira.

​Raka kembali ke mobilnya. Ia mengemudi bukan dengan panik, tetapi dengan ketelitian dingin seorang pemburu. Luna memiliki ransel. Luna akan naik kereta. Luna akan pergi ke tempat yang ia tahu sebelumnya.

​Raka menarik napas. Permainan belum selesai. Luna telah menantangnya. Dan Raka akan mengejar ciptaannya hingga ke ujung dunia. Ia akan menemukan Luna, dan ia akan memaksanya kembali, bukan untuk hasrat, tetapi untuk membuktikan bahwa kendalinya tidak bisa dipatahkan.

​Sementara itu, Luna tiba di stasiun. Ia membeli tiket kereta jarak jauh, ke kota yang paling jauh dari pengaruh Raka—sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan, tempat ia pernah berlibur bersama Naira bertahun-tahun lalu. Sebuah kota yang terpencil, tapi memiliki memori yang menenangkan.

​Ia naik ke kereta, duduk di kursi dekat jendela. Ia melihat pantulan dirinya: wajah lelah, mata yang keras, dan ransel di sisinya. Ia telah meninggalkan segala kenyamanan, tetapi ia merasa hidup.

​Saat kereta mulai bergerak, Luna menarik napas dalam-dalam. Di dalam tasnya, ia merasakan tonjolan dari lukisan-lukisan itu. Mereka adalah pelindungnya.

​Luna menatap keluar jendela. Kota Raka, kota sandiwara, perlahan menjauh. Ia telah meninggalkan kebohongan yang elegan, tetapi ia membawa serta kebenaran yang menyakitkan—ia tidak membenci Raka, tetapi ia harus meninggalkannya agar ia bisa berhenti membenci dirinya sendiri.

​Aku bebas, pikir Luna. Kebebasan itu terasa dingin dan menakutkan, tetapi ia telah memilihnya.

​Namun, di stasiun yang baru saja ia tinggalkan, seorang pria dengan kemeja rapi dan tatapan tajam baru saja berbicara kepada kepala stasiun, memperlihatkan foto Luna dan menawarkan sejumlah besar uang. Raka akan menemukan jejaknya.

1
kalea rizuky
benci perselingkuhan apapun alesannya sumpah eneg bgg
putri lindung bulan: iya kk, aku juga benci,tapi mau apalagi,nasi sudah jadi bubur
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!