Sinopsis
Darren Mahendra, seorang CEO muda yang tangguh dan berdedikasi, namun memiliki latar belakang yang kompleks. Meskipun bukan pewaris utama keluarga Syailendra, ayahnya mempercayakannya untuk mengelola perusahaan. Ini membuatnya harus bekerja keras untuk membuktikan dirinya.
Kehilangan ibunya secara misterius masih menghantui pikirannya, dan dia terus mencari kebenaran. Pertemuan kembali dengan Dokter Aqila, adik angkatnya, membawa sedikit kelegaan dalam hidupnya. Aqila memiliki kepribadian yang ceria dan peduli, membuat Darren merasa nyaman di dekatnya. Tanpa disadari, Darren mulai merasakan ikatan yang lebih dalam dengan Aqila.
Apakah Aqila akan menjadi sumber kekuatan baru bagi Darren? Ataukah dia hanya melihat Darren sebagai kakak angkatnya? Bagaimana Darren akan menghadapi tantangan sebagai CEO muda yang bukan pewaris utama?"
Disarankan untuk membaca karya "DINIKAHI DUDA KAYA" terlebih dahulu ya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlahan namun pasti
Di dalam sebuah kamar hotel yang posisinya tidak jauh dari Restoran, kini Siska terbaring lemas di atas ranjang tempat tidur, ia terus saja meracau bahkan sempat mende sah, entah lah apa yang sedang ada dalam fantasinya, tapi ia terus memanggil nama Darren. Dan Darren sendiri sempat jijik mendengar des ahan dari mulut Siska.
"Aih...sampai kapan kau akan terus seperti ini, jika aku mendekati mu, aku takut kau menerkam ku!" Darren yang masih sangat minim dalam hal beginian, benar-benar membuatnya sampai berkeringat dingin, dan menurut instruksi yang ia dapatkan dari Jhon, jika obat tersebut akan bereaksi selama berjam-jam, jika Korban sudah berhenti meracau yang tidak-tidak, itu saatnya Darren bisa mengendalikan korban, sambil menunggu Siska selesai dengan Fantasi anehnya tersebut, Darren menyempatkan untuk memainkan benda pipihnya sembari menyumpal telinganya dengan earphone, dan lebih memilih mendengarkan music, sambil memperhatikan Siska yang sudah seperti cacing kepanasan, entah kenapa Darren malah merasa muak dan jijik, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Satu jam berlalu begitu cepat, Akhirnya Siska berhenti meracau, kemudian ia duduk dengan kaki bersila dan menyandarkan pundaknya di dashboard tempat tidur.
Kemudian secara perlahan Darren mulai mencoba mendekat, jujur saja ia merasa cukup takut dengan Siska, pikirnya bisa saja tiba-tiba saja Siska menerkamnya. Ia pun sampai bergidik ngeri di buatnya.
"Sis, apakah kau baik-baik saja?" Darren berusaha melambaikan sebelah tangannya ke arah wajahnya, namun Siska tak bergeming kedua matanya terpejam.
'Ish...kata pak Jhon akan bereaksi setelah korban terdiam dan tidak bersikap aneh-aneh lagi, tapi kok Siska malah diam membisu, pertanyaanku saja tak ia jawab!"batinnya mulai kesal.
Kini Darren memilih memalingkan wajah, dan pandangannya tertuju ke arah benda pipih miliknya.
Saat ia akan menghubungi Jhon, tiba-tiba Siska baru menjawab pertanyaan yang barusan ia tanyakan.
"Aku baik-baik saja kak, apakah kau mengkhawatirkan aku?"
Seketika raut wajahnya berubah menjadi berbinar, dan Darren tidak jadi menghubungi Jhon.
"Sepertinya obatnya baru bereaksi, baguslah!" gumamnya pelan.
Kemudian Darren duduk diatas tempat tidur dan menghadap ke arah Siska.
Lalu ia menanyakan sesuatu yang sudah lama ingin ia tanyakan, tentunya tentang masalah ibunya yang bisa sampai menikah dengan Papahnya, dan dengan lantangnya Siska menjawab semua pertanyaan dari Darren secara mendetail.
Darren sangat terkejut ketika mendiang ibunya Siska telah mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk Mamah Mona, dan dari situ Siska begitu membenci ibu tirinya, karena pikirannya jika Mona penyebab ibunya meninggal dunia, padahal pada kenyataannya tidaklah seperti itu, Miko begitu pintar memutar balikan fakta terhadap kedua anaknya, Darren pun sempat tidak percaya seratus persen, pikirnya ia harus mencari tahu dari narasumbernya langsung, yakni Mamah Mona, dan Darren berencana untuk bertemu dengan Mamahnya secara diam-diam.
lalu Darren mulai menanyakan soal keterlibatan Siska dengan Bima, dan ia pun mengakui semuanya, jika dirinya yang menginginkan Maura hancur serta ikut sertanya Steven dan juga Miko dalam kasus ini, di sini Siska menjelaskan jika keluarganya berniat ingin menghancurkan keluarga Syailendra, kemudian Siska menghentikan perkataannya, karena sudah tidak ada lagi yang ia ketahui, dan Darren merasa cukup puas, meskipun ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa Siska jawab, dan Darren harus bekerja lebih ekstra lagi untuk membongkar kebusukan Tuan Miko serta para komplotannya.
Keesokan harinya
"Siska akhirnya tersadar dari tidurnya yang nyenyak, entah kenapa ia merasa relaks dan juga bahagia, pikirnya semalam ia telah memadu kasih dengan sang kekasih. Rona di wajahnya tidak bisa ia sembunyikan, apalagi saat ini ia hanya mengenakan selimut tebal yang menutupi sekujur tubuhnya yang tidak mengenakan apapun, kemudian ia mulai mengedarkan pandangannya ke arah lantai, dimana ia melihat pakaian miliknya dan juga Darren masih berserakan di sana, ia pun sampai mengigit bibir bawahnya.
"Ya ampun, kak Darren! semalam kau benar-benar telah membuatku merasa di surga, aku tidak akan pernah melupakan peristiwa semalam." ujarnya sambil tersenyum senang.
Kemudian Siksa mencari keberadaan Darren dan ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
"Sepertinya kak Darren sedang mandi, aih...kenapa aku jadi nervous seperti ini sih?" monolognya tersipu malu
Siska berusaha mengipas wajahnya dengan kedua tangannya, rasanya ia sangat malu jika bertemu secara langsung dengan Darren.
Tak lama terdengar suara pintu kamar mandi di buka, kemudian Siska malah bersembunyi di balik selimut tebalnya, sehingga menutupi seluruh tubuhnya.
Darren mencoba mendekat dan ia hanya mengenakan handuk kimono, rambutnya yang masih basah sempat menetes ke atas ranjang tempat tidur.
"Sayang kok kamu malah ngumpet sih, sana gih mandi! Memangnya badanmu tidak merasa lengket setelah semalaman kau berkeringat cukup banyak!" Darren dengan sengaja menggoda Siska agar ia lebih percaya jika semalam mereka telah melakukan pergumulan.
Perlahan Siska mulai membuka selimut tebalnya sehingga kepalanya terlihat sangat jelas, ia begitu malu untuk menatap sang kekasih yang sudah berada di hadapannya, ditambah saat ini ia bisa melihat dengan begitu jelas bagian dadanya yang bidang, Siska semakin gemas saja di buatnya.
"Kak emmmmhhhhh... apakah semalam kita sudah melakukan itu?" tanyanya untuk meyakinkan.
Sedangkan Darren ia sengaja tersenyum lembut padanya sambil menatap dalam dirinya.
"Tentu saja sayang, entahlah berapa kali kita melakukan hal itu, bahkan sampai tak terhitung jumlahnya, kau begitu menyenangkan Sayang, aku di buat kewalahan olehmu!" jawaban dari Darren lagi-lagi membuat Siska merasa malu di buatnya.
"Benarkah aku semalam seperti itu?"
"Iya, kau sangat nakal!" ucapnya sembari menyentil hidungnya.
"Awww..sakit Kak!" Siska sampai mengulum senyum atas sikap Darren yang begitu manis padanya.
Setelah mengantar Siska pulang ke rumah nya, kini Darren bergegas pergi menuju perusahaan, dirinya sudah tidak sabar untuk memberikan informasi penting terhadap Papahnya.
Sedangkan Siska, saat ia masuk kedalam rumahnya, tiba-tiba Miko menghadangnya dan ia menamparnya tanpa mendengar penjelasan dari putrinya terlebih dahulu, mengapa semalam dirinya tidak pulang kerumah?
"Dasar murahan, mengapa kau begitu mudahnya tidur dengan anak haram itu hah?" bentaknya cukup menggema, sorot matanya yang tajam telah membuat Siska tidak berani berkata apapun, ia sendiri sangat takut jika Papahnya sudah murka seperti ini.
"Dari mana Papah bisa tahu kalau aku dan Kak Darren telah...!" seketika pertanyaan darinya melayang di udara.
"Kau tidak perlu tahu darimana Papah bisa mengetahui kelakuan kalian berdua, tak kusangka anak haram itu telah berani menodai mu, akan aku balas semua perbuatannya!"
Mona yang mendengar hal itu seolah tidak percaya, pikirnya mana mungkin putranya melakukan hal rendahan seperti itu.
"Papah salah besar menilai kak Darren, dia sangat mencintaiku Pah dan aku pun sangat mencintainya, dan semalam kami melakukannya atas dasar suka sama suka dan kak Darren tidak pernah memaksaku untuk melakukan hal itu, justru aku yang menginginkannya Pah." jawabnya tidak peduli jika sang Papah marah besar padanya, rupanya rencana Darren dan yang lainnya telah berhasil, sekarang Siska akan menjadi anak pembangkang terhadap Papahnya sendiri.
plak!
Plak!
Dua tamparan kini telah mendarat di kedua pipinya dan menyisakan bekas tanda merah di pipi mulusnya.
Kini Siska meringis kesakitan, Mona yang melihat hal itu merasa tidak tega melihat Siska dan berusaha untuk menolongnya.
"minggir, jangan bersikap sok baik denganku, dasar pembunuh!" perkataan dari Siska telah membuat Mona merasakan sakit yang sangat mendalam, ingin rasanya ia menjelaskan bahwa dirinya tidak bersalah dan ia tidak pernah meminta mendiang ibunya Siska untuk mendonorkan sum-sum tulang belakangnya, namun apa daya, Mona tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan semua kebenaran itu, dan ia memilih untuk diam seolah membenarkan apa yang telah terjadi.
Di sini Siska belum mengetahui siapa Mona sebenarnya, seandainya ia tahu bahwa Mona adalah ibu kandung dari pria yang ia cintai, pasti dirinya akan pingsan 🤣
Bersambung...
☘️☘️☘️☘️☘️
dilanjut lagi KA