NovelToon NovelToon
Rain : Losing Us 2

Rain : Losing Us 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / One Night Stand / Enemy to Lovers / Barat
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Angelo, yang selalu menyangkal kehamilannya, melarikan diri setelah mengetahui bahwa ia mengandung anak Maximilliam, hasil hubungan semalam mereka. Ia mencari tempat persembunyian terpencil, berharap dapat menghilang dan menghindari konsekuensi dari tindakannya. Kehamilan yang tak diinginkan ini menjadi titik balik dalam hidupnya, memaksanya untuk menghadapi kenyataan pahit dan melarikan diri dari masa lalunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Twins, perhaps?

"Mau ke mana?" tanya Angelo, suaranya lembut namun sedikit cemas saat melihat Jacob bersiap pergi. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, kegelapan telah menyelimuti kediaman mewah itu.

"Pulang," jawab Jacob singkat, matanya menatap Angelo sejenak sebelum beralih ke Maximillian yang baru saja masuk.

Maximillian mengerutkan dahi, "Kau tak tinggal di sini?" tanyanya, nada suaranya terdengar heran. Cahaya lampu kristal menerangi wajah tampannya, menonjolkan rahang tegasnya.

Jacob menggeleng pelan, "Tinggal di kediaman Kakek Xavier sampai hari pernikahan," jawabnya santai, mencoba meredakan ketegangan yang mulai terasa. Aroma kopi masih tercium samar dari cangkir yang baru saja ia letakkan di meja.

"Aku ikut!" seru Angelo tiba-tiba, matanya berbinar-binar. Ia berdiri, gaun sutra berwarna biru langitnya berkilauan di bawah cahaya lampu.

Maximillian langsung menoleh, wajahnya langsung berubah menjadi tegang. "Sayang..." suaranya terdengar datar, menahan gejolak emosi. Ia mengusap pelan pelipisnya, terlihat jelas kekesalan di raut wajahnya.

Angelo hanya mengangkat sebelah alis, "Aku akan ikut tinggal di kediaman Kakek Xavier sampai kita menikah," ujarnya, suaranya tegas dan penuh keyakinan. Ia menatap Maximillian dengan tatapan yang sulit diartikan.

Maximillian berdecak kesal, lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua di ruang keluarga yang luas dan sunyi itu. Hanya suara detak jam antik yang terdengar nyaring. Theodore, yang duduk di sofa kulit berwarna cokelat tua, menghela napas panjang. "Ada apa dengannya? Semakin manja setelah kau terima?" tanyanya pada Angelo, suaranya terdengar prihatin.

Angelo mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh, "Aku akan ikut bersama Jacob," ucapnya, lalu bangkit dan bergegas menuju kamarnya. Janet langsung membantunya menyiapkan koper dan beberapa keperluan lainnya. Aroma parfum Angelo yang lembut tercium samar di udara.

Jacob sedikit ragu saat mendengar Angelo akan ikut bersamanya. Bukan ragu pada Angelo, melainkan pada Maximillian. Ia bisa merasakan amarah yang terpendam dalam diri Maximillian. Jacob tahu, Maximillian sangat posesif dan sulit berjauhan dengan Angelo. Bayangan wajah cemberut Maximillian terbayang jelas di benaknya, menambah keraguannya. Ia menghela napas panjang, menatap secangkir kopi yang sudah dingin di atas meja.

Tak lama kemudian, Angelo turun dari kamarnya. Sebuah koper besar, berisi barang-barangnya, dibawakan oleh Janet. "Terima kasih sudah membantuku," ucap Angelo, senyum manisnya membuat Janet tersenyum merona.

"Sama-sama, Angelo. Hati-hati di jalan. Begitu sampai, minta Kak Jacob menghubungi ku," jawab Janet, suaranya terdengar hangat.

Angelo mengangguk, Jacob segera bangkit dan mengambil alih koper Angelo. Ia mencium pipi Janet, "Aku pergi. Sampai jumpa lagi." Suaranya lembut, menunjukkan keromantisan mereka. Lalu, ia merangkul Angelo dan berjalan menuju mobil mewah berwarna hitam legam yang terparkir di depan rumah. Aroma parfum mahal tercium samar dari mobil tersebut.

Janet melambaikan tangan, menatap kepergian mobil tersebut. "Papa, Kak Max pasti marah besar, ya?" tanyanya pada Theodore yang berdiri di sampingnya, wajahnya terlihat khawatir. Angin malam berembus sepoi-sepoi, membawa aroma bunga mawar dari taman.

Theodore tersenyum simpul, "Entahlah. Tapi yang Papa tahu, dia tidak bisa tidur tanpa Angelo." Ia menatap langit malam yang bertaburan bintang.

Di dalam mobil yang melaju dengan tenang menuju kediaman keluarga Xavier, Angelo bersandar nyaman di jok kulit yang empuk. Cahaya lampu kota tampak seperti bintang-bintang yang berkelap-kelip di kejauhan. "Apakah persiapan pernikahanmu sudah selesai, Jacob?" tanyanya, suaranya lembut.

"Tentu saja, tinggal menunggu hari pernikahan," jawab Jacob, matanya fokus pada jalanan. Ia mengusap pelan kemudi mobil.

Angelo memejamkan mata, "Apakah tidak ada masalah? Keningmu terus berkerut," tanyanya, suaranya sedikit khawatir.

Jacob menghela napas panjang, "Hanya seekor tikus pengganggu," jawabnya, nada suaranya terdengar sedikit kesal. Ia mengingat pertemuannya dengan Arnold di gedung tempat acara pernikahannya siang tadi—pertemuan yang membuatnya sedikit pusing kepala. Bayangan Arnold yang menyebalkan masih terbayang jelas di benaknya.

"Tidakkah kau ingin menyingkirkannya? Kurasa, dia akan cukup merepotkan nanti," sahut Angelo, suaranya hampir tak terdengar, matanya mulai terpejam. Cahaya lampu kota yang redup menerangi wajahnya yang tenang.

Jacob tersenyum tipis, "Aku malas berurusan dengan orang seperti itu. Biarkan dia hidup sebentar, untuk melihatku membahagiakan Janet." Ia melirik sekilas ke arah Angelo yang sudah hampir tertidur. Aroma parfum Angelo yang lembut masih tercium di dalam mobil.

Angelo hanya tersenyum kecil, lalu benar-benar tertidur. Keheningan menyelimuti mobil, hanya diiringi suara mesin mobil yang berdetak teratur. "Apakah kau sudah memberitahu Cyne dan yang lainnya tentang kepulanganmu?" tanya Jacob, namun hanya disambut keheningan.

Jacob menoleh dan terkekeh pelan melihat Angelo yang tertidur lelap. "Sekarang, kau mudah sekali tertidur. Cukup berbahaya meninggalkanmu sendirian di luar," gumam Jacob, kembali fokus menyetir. Bayangan wajah Angelo yang damai dalam tidurnya menghiasi pikirannya.

Di kediaman megah keluarga McKlaine, Maximillian mengurung diri di kamarnya yang luas. Suasana sunyi dan gelap menyelimuti ruangan tersebut. Namun, saat melihat mobil Jacob pergi, membawa Angelo, rasa frustrasi dan mual kembali menyerangnya. Ia berlari ke kamar mandi, tubuhnya gemetar. Maximillian berulang kali muntah, cairan bening keluar dari mulutnya, tak ada makanan yang ikut termuntahkan. Bau obat-obatan yang menyengat memenuhi ruangan.

"Huek..." suara muntahan Maximillian memecah kesunyian.

Janet, yang khawatir dengan keadaan kakaknya, berlari masuk ke kamar mandi saat mendengar suara itu. "Max, kau kenapa?" tanyanya panik, melihat Maximillian terduduk lemas di lantai, wajahnya pucat pasi. Cahaya lampu kamar mandi menerangi wajahnya yang penuh keringat.

Maximillian menggeleng lemah, "Aku tidak apa-apa," jawabnya datar, suaranya terdengar serak.

Maximillian berusaha bangkit, namun tubuhnya benar-benar lemas. Janet ingin membantunya, tetapi Maximillian menolak. Ia berjalan keluar dari kamar mandi, mencari ponselnya untuk menghubungi Angelo. Janet mengikutinya, khawatir melihat kondisi Maximillian yang memburuk drastis. Beberapa menit yang lalu, ia masih terlihat sehat dan bersemangat.

Maximillian berulang kali menghubungi Angelo, tetapi panggilannya tak diangkat. Frustasi dan pusing semakin melanda kepalanya, mualnya juga tak kunjung reda. Ia mengusap kasar wajahnya yang pucat.

"Sebenarnya kau kenapa?" tanya Janet, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Maximillian menoleh, matanya menatap Janet dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Aku mengidap sindrom couvade, selama Angelo mengandung anakku," jawab Maximillian lirih, pengakuannya membuat Janet tercengang, bibirnya terkatup rapat. Ia tak menyangka kakaknya mengalami hal tersebut.

. . .

"Ugh, aku rasa bajuku sudah mulai sempit," keluh Angelo, mengelus perutnya yang semakin membuncit. Ia mengenakan gaun longgar berwarna pastel, namun tetap terlihat jelas perubahan bentuk tubuhnya.

Sesampainya di kediaman keluarga Xavier yang megah, Angelo yang semula mengantuk langsung tersentak bangun. Suasana hangat dan riuh menyambutnya. Cyne, dengan wajah berbinar, langsung memeluknya. Jacob, Cyne, George, dan Bibi Emma tengah berkumpul di ruang bioskop mini yang cukup luas, menonton film horor pilihan Cyne. Aroma popcorn dan aroma kopi tercium samar di udara. Ruangan itu dipenuhi cahaya lampu temaram, menambah suasana mencekam namun tetap nyaman. Mungkin karena Cyne sedang ngidam?

"Hm, ya. Dan kurasa, perutmu lebih besar dari perutku," jawab Cyne, juga mengelus perutnya yang membuncit. Ia mengenakan piyama bermotif lucu, menambah kesan santai di tengah suasana menonton film horor.

"Benarkah?" tanya Angelo tak percaya, menatap perutnya sendiri.

Cyne dan yang lainnya mengangguk serempak. Bibi Emma, dengan senyum lembutnya, menambahkan, "Apakah kau hamil anak kembar? Sudahkah kau memeriksakannya ke dokter?"

Angelo menghela napas pelan, "Sudah, tapi Maximillian selalu meminta dokter menyembunyikannya, hanya memberitahu kondisi bayi saja." Ia menatap wajah Cyne dan yang lain dengan ekspresi sedikit sedih.

George, yang mengamati perut Angelo dan Cyne dengan seksama—meski usia kehamilan Cyne lebih tua—mengucapkan, "Sepertinya memang begitu, kau hamil anak kembar." Ia menunjuk perbedaan ukuran perut mereka, meskipun usia kehamilan Cyne lebih tua. Perbedaan ukuran perut itu cukup signifikan.

"Angelo, apakah kau tidak membawa ponselmu?" tanya Jacob, suaranya sedikit khawatir. Ia meletakkan ponselnya di atas meja, layar yang menampilkan pesan-pesan belum terbaca.

Angelo menoleh, mengerutkan keningnya. Ia melihat Jacob tengah sibuk dengan ponselnya, raut wajahnya terlihat cemas. "Sepertinya aku meninggalkannya. Ada apa?.. " tanyanya, suaranya terdengar bingung.

Belum sempat Angelo menyelesaikan kalimatnya, pintu bioskop mini—yang tersembunyi di balik rak buku—terbuka dengan sedikit hentakan. Maximillian, terlihat pucat pasi dan lemas, masuk dengan langkah gontai. Janet, dengan wajah panik, berusaha menopang tubuh Maximillian agar tidak jatuh. Suasana riang sebelumnya langsung berubah menjadi tegang.

1
Noey Aprilia
Haiissshhh....c kk....
pdhl aku ikutn smngt jmbak tu pelakor,kn pgn ikutn jg sm angelo.....
ayo dong double up.....🤗🤗🤗
Reka Cantika
lagi dong
Noey Aprilia
Kbyang dong mukanya max yg biasanya dtr ky papan,trs mrajuk ky bocah d tnggal emaknya......mna dia pula yg mual mntah.....wkwkwk......
Akhrnya...ngekor aja kmna induknya prgi.....
Reka Cantika
lanjutkan
Noey Aprilia
Aws aja kl pra lki2 brani nyktin psangannya,hkumn sdh mnnti dr smua orng....trtma kluarga msing2.....
tp yg pst saat ini mreka sdh bhgia....
Noey Aprilia
Yg songong akhrnya bungkam....
lgian,brsa bgt jd krban pdhl dia yg jd trsngka....yg slingkuh kn dia,tp janet yg d tduh....dsr gila....
Noey Aprilia
Akhrnyaaa.....
Angelo mau jg nkah sm max.....aws aja kl max ky sng mntan yg bjingn....
Laahhh.....janet mlh ktmu mntan...bkln gelut ga y????🤔🤔🤔
Reka Cantika
lagi Thor
Noey Aprilia
Max srius ko....mngkn slain dia mau mnebus kslhn d msa lalu,dia jg bnrn cnta sm angelo....mngkn bsa sma2 mnymbuhkn luka jg...
Reka Cantika
lanjutkan lagi
Reka Cantika
luar biasa
Reka Cantika
lagi dong Thor
Noey Aprilia
Bguslh kl max yg yg mnglaminya,biar bumil sntai aja....lgian kn udh bwa baby kmn mna,mualnya buat bpknya baby....
Noey Aprilia
Mnjauh smntra,mngkn lbih baik buat angelo....apa lg ada ssrorng yg sllu ada d smpingnya....biarlh orng yg udh bkin dia sdih,mnrima hkumannya.....
Noey Aprilia
Wjar sih kl angelo jd stress,scra mntalnya pst trgnggu krna kta2 mreka....
tmbh lg trauma msa lalu,pst bkin dia mkin down....mga aja max bsa bkin dia lbh smngt.....
Reka Cantika
lanjut lagi
Noey Aprilia
Pntsn angelo mrah,dia trauma trnyta.....
lgian,udh ada ank sndri knp mlah adopsi????sukur2 kl ga iri pas udh dwsa,kl iri kn mlah bhya....
Reka Cantika
lanjutkan
Noey Aprilia
Yg d perut aja blm kluar,mlah mau ngadopsi ank orng...urus ankmu dlu lh...
Reka Cantika
lanjut lagi Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!