Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 29_Intrik Sang Mantan
Setelah insiden di perjamuan bisnis, Kirana dan Arjuna secara resmi menjadi pasangan high-profile di lingkaran bisnis ibu kota.
Arjuna kini selalu membawa Kirana yang sekarang dipanggil Nyonya Mahesa ke setiap acara sosial, pertemuan bisnis informal, dan jamuan makan malam.
Ini adalah bagian dari skenario Arjuna untuk menunjukkan stabilitas dan komitmen untuk meyakinkan investor dan membungkam Harun Mahesa.
Peran Kirana berubah drastis. Ia harus berpakaian mewah, selalu tersenyum, dan memainkan peran istri yang menawan dan suportif.
Ia tidak lagi hanya bertugas mengatur jadwal, tetapi juga mengatur citra Arjuna di mata publik.
Waktu bersama yang tak terhindarkan, karena tuntutan ini, Kirana dan Arjuna harus menghabiskan lebih banyak waktu bersama.
Tidak lagi hanya jam kantor, tetapi juga berjam-jam di mobil, di ruang ganti, dan di meja makan malam.
Suatu malam, saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara amal, Kirana terlihat kelelahan.
"Kenapa kamu diam saja? Kamu terlihat lelah," tanya Arjuna.
"Saya baik-baik saja, Pak Arjuna. Hanya lelah karena berakting," balas Kirana jujur, tidak lagi mencoba menyembunyikan kelelahan emosionalnya.
Arjuna tersenyum tipis. "Aku juga. Senyumku malam ini menghabiskan energi dua kali lipat dari biasanya."
Di tengah keheningan, Arjuna memegang tangan Kirana. "Aku tahu ini berat, Kirana. Tapi kamu melakukannya dengan baik. Kamu memiliki pesona yang natural. Tidak seperti yang lain, kamu tidak perlu berusaha untuk menjadi elegan."
Pujian dari Arjuna terasa sangat tulus dan berharga. Kirana menarik tangannya, tetapi hatinya menghangat. Ia tahu ia harus hati-hati. Keintiman yang dipaksakan ini semakin mengikis batasan mereka.
Bianca Wijaya, yang dipermalukan di depan umum, tidak terima. Ia tahu ia tidak bisa menyerang Kirana secara langsung di kantor atau di acara sosial karena Kirana berada di bawah perlindungan kuat Arjuna.
Bianca beralih ke senjata favoritnya menggali masa lalu Kirana, itu akan menjadi senjata ampuh untuk melawan Kirana.
Bianca menyewa detektif swasta untuk menyelidiki latar belakang Kirana, berharap menemukan skandal yang bisa menghancurkan reputasi Kirana dan membatalkan pernikahan kontrak itu.
Beberapa hari kemudian, saat Arjuna sedang dalam rapat penting, Kirana menerima email anonim.
Kirana membukanya, dan jantungnya mencelos. Email itu berisi foto-foto lama Adit (adik tiri Kirana) di meja judi online dan surat tagihan utang dengan jumlah fantastis.
Ada juga foto Wulan (ibu tiri Kirana) yang sedang berdebat dengan penagih utang.
Pengirim Anonim: Apa yang akan dikatakan CEO-mu yang terhormat jika ia tahu istri barunya berasal dari keluarga miskin dan terlilit utang judi? Sebaiknya kau selesaikan masalah ini, atau seluruh perusahaan akan tahu betapa kotornya masa lalumu, Nyonya Mahesa.
Kirana tahu ini adalah pekerjaan Bianca. Bianca tidak menemukan skandal tentang Kirana sendiri, jadi ia menyerang melalui keluarga.
Kirana segera menghapus email itu, tangannya gemetar. Ia harus menjaga rahasia ini, atau seluruh sandiwara mereka akan runtuh.
Kirana memutuskan untuk menangani masalah ini sendiri, tanpa melibatkan Arjuna.
Ia tidak ingin lagi terlihat sebagai sumber masalah di mata Arjuna. Ia takut Arjuna akan marah dan menyesalinya.
Ia menelepon Wulan, menggunakan nomor telepon rahasia.
"Ada apa lagi, Ma?" tanya Kirana, suaranya lelah.
"Kirana! Akhirnya kamu telepon! Utang Adit semakin besar! Kami sudah putus asa! Kami dengar kamu sudah jadi Nyonya Mahesa! Kamu harus bantu kami!" pinta Wulan.
"Saya tidak akan memberikan uang tunai, Ma. Tapi saya akan memberikan satu tawaran. Saya akan melunasi semua utang Adit dan membantu Mama pindah ke tempat yang lebih baik, asalkan..." ucap Kirana terpotong tak lagi melanjutkan kata-katanya.
"Asalkan apa?!" sela Wulan penuh harap.
"Asalkan Mama dan Adit menandatangani perjanjian hukum yang menyatakan Mama dan Adit tidak akan pernah lagi menghubungiku seumur hidup kalian. Tidak akan pernah mendekati kantorku, penthouse ku, atau siapa pun yang berhubungan dengan keluarga Mahesa. Jika melanggar, kalian akan dituntut ganti rugi miliaran rupiah," tegas Kirana.
Wulan terdiam, mempertimbangkan tawaran itu. Utang itu terlalu besar untuk ditolak. "Baik! Tapi janji, kamu harus melunasinya!"
Kirana menghela napas lega. Ia harus mengurus ini dengan cepat. Ia menghubungi Bayu, memintanya untuk menghubungi pengacara keluarga Mahesa, meyakinkan Bayu bahwa ini adalah "masalah pra-pernikahan yang harus diselesaikan untuk menjaga citra Nyonya Mahesa."
Bayu, yang setia pada Arjuna dan kini menghormati Kirana, setuju untuk membantu secara diam-diam.
Malam itu, Kirana kembali ke penthouse dengan beban di pikirannya. Ia harus mengeluarkan uang tabungannya, dan ia harus berbohong pada Arjuna.
Saat ia sedang duduk di sofa ruang tamu, termenung, Arjuna datang dan duduk di sofa seberang.
"Ada apa? Kamu terlihat tegang. Itu tidak baik untuk kehamilanmu," kata Arjuna.
"Tidak ada apa-apa, Pak. Hanya pekerjaan," jawab Kirana, mencoba tersenyum.
Arjuna menatapnya lurus-lurus. "Aku tahu kamu berbohong. Aku tidak tahu apa masalahmu, tapi aku sudah memberimu pengawal dan tim keamanan. Aku tidak suka kamu menyimpan rahasia dariku."
"Ini masalah pribadi, Pak," tegas Kirana.
Arjuna beranjak. Ia berjalan ke dapur, mengambil dua gelas air hangat, dan kembali. Ia menyajikan satu gelas kepada Kirana.
"Mulai sekarang, setiap kali kamu merasa tertekan, atau aku merasa kamu tertekan, kita akan duduk di sini selama lima belas menit," kata Arjuna, nadanya datar.
"Tidak perlu bicara. Tidak perlu berakting. Hanya duduk. Ini adalah bagian dari 'perjanjian non-stres' baru." lanjutnya.
Kirana menatap Arjuna. Ia telah mencoba menjauh, tetapi Arjuna terus menariknya kembali dengan aturan-aturan baru yang entah bagaimana selalu terasa perhatian.
Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman selama lima belas menit. Kirana meminum air hangat itu.
Untuk pertama kalinya, di tengah semua tekanan dari Bianca dan Wulan, ia merasa aman. Ia merasa memiliki sekutu, meskipun sekutu itu adalah suaminya yang terikat kontrak.
Kirana tahu, ia mungkin tidak bisa menghentikan perasaannya yang tumbuh, tetapi ia harus menjaga rahasia Wulan.
Ia tidak ingin Arjuna, si pria yang kini menjadi pelindungnya, tahu betapa menyedihkan masa lalu aslinya.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
🤣🤣🤣