Cerita ini banyak mengandung adegan ciuman,yang tidak suka dengan adegan ciuman lewatkan.
Alice Walker seorang wanita cantik yang memiliki kehidupan yang sempurna,ayah yang hebat di agen FBI,kakaknya yang penyayang dan ibu yang lemah lembut.
Tapi pada suatu malam,alice mendapati keluarganya terbunuh,semuanya mati kecuali anak kakaknya yang masih berusia lima tahun.
Gadis kecil itu dia temukan didalam lemari karena mendengar tangisannya,dalam satu malam kehidupan Alice langsung berubah.
Alice membesarkan anak kakaknya dan belajar dengan giat,belajar menjadi seorang agen FBi hebat seperti ayahnya untuk menangkap para pembunuh keluarganya.
Tapi sebelum itu,dia harus menjadi seorang polisi mengikuti saran ayahnya Adam Walker.
Suatu hari,Alice bertemu dengan Jacob Smith,mafia dicalifornia.apakah pria itu yang membunuh seluruh keluarganya ataukah pria itu yang akan membantunya membalas dendam?
Sekuel dari cerita Hot Mother And The Bos Mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua pria yang sedang sial
Seorang pria tampan tampak turun dari sebuah mobil sport yang dibawanya, penampilannya tampak rapi dengan setelah jas mahal yang dipakainya.
Walau begitu dia seorang asisten pribadi yang setia, pria itu adalah Andrew.
Andrew adalah mantan mata-mata dan penembak jitu dari sebuah organisasi, beberapa tahun lalu organisasi yang menaunginya dihancurkan oleh seseorang dan banyak dari anggotanya yang mati.
Saat itu Andrew melarikan diri dengan sebuah tembakan didadanya, pria itu berusaha berlari disebuah jalanan sepi yang terdapat di California.
Dengan keadaan sekarat, Andrew berusaha melarikan diri berharap ada yang menolongya dan pada saat itu, sebuah mobil sport melintas dan hampir menabraknya.
Andrew terkulai lemas di atas aspal dan tidak sadarkan diri dan pada saat dia sadar, dia sudah berada disebuah rumah sakit dengan seorang pria yang telah membantunya.
Ya, pria itulah Jacob Smith. Malam itu mobil yang dibawa oleh Jacob melintas dijalanan itu, mobilnya hampir saja menabrak Andrew tapi untungnya Jacob bisa menghentikan mobil itu dengan cepat sehingga pria malang yang sudah sekarat itu tidak mati tertabrak.
Sebab itulah Andrew bersumpah setia untuk selalu mengikuti Jacob dan akan melakukan apapun yang pria itu minta.
Andrew memasuki sebuah taman bermain, entah kenapa hari ini bosnya meminta Andrew datang ketempat itu, walaupun begitu dia tidak bisa menolak.
Taman bermain Six Flags Magic Mountain.
Six Flags Magic Mountain adalah taman bermain di Amerika Serikat yang terletak disebelah utara Los Angeles, tepatnya di sebelah barat Valencia yang bertetangga dengan Santa Clarita. Sewaktu pertama kali dibuka pada akhir pekan Memorial Day 29 Mei 1971, taman ini masih bernama Magic Mountain.
Taman hiburan ini memiliki wahana roller coaster terbaik di California. Siapa yang berani menantang kecepatan Six Flags Magic Mountain's Goliath? Banyak pengunjung yang penasaran dengan kecepatan dan sensasi adrenalinnya.
Andrew mengedarkan pandangannya dan tampak bosnya sedang bersama dengan dua orang gadis disampingnya.
Mereka sedang berdiri didepan sebuah wahana permainan dan tampak wajah Jacob kusut bukan kepalang sedangkan dua orang gadis disampingnya tampak begitu gembira.
Pria seumurannya masih bermain ditaman bermain? Yang benar saja!
Saat melihat bosnya itu, Andrew menghampiri bosnya dan menunduk padanya.
"Master, ada yang bisa aku lakukan?" tanya Andrew.
Jacob memalingkan wajahnya, senyum langsung mengembang diwajahnya saat melihat asisten pribadinya. Sekarang pria itu adalah korbannya.
"Andrew, gantikan aku menemani mereka bermain." perintahnya.
"What? Bermain?" Andrew terbelalak kaget.
"Hei kenapa kau tidak ikut bermain?" tanya Olivia kesal.
"Bahuku sakit, terkena tembakan." Jacob menipu adiknya itu.
"Benar, dia hampir mati karena tertembak jadi jangan sampai dia mati diatas sana sehingga menyusahkan semua orang." ujar Alice pula.
Tapi Olivia tidak percaya, siapa yang berani menembak kakaknya?
Apalagi ada Andrew disampingnya, apa kepala pria itu mau dijadikan bola oleh ayahnya?
Olivia mendekati Andrew dan berbisik pelan.
"Katakan padaku apa itu benar? Jika benar maka?" Olivia menggerakkan jari dilehernya.
"Kau tahukan Andrew?" tanyanya dengan dingin.
Andrew menelan ludahnya, bagaimana ini?
"Olivia, Andrew akan menemani kalian bermain jadi sana." sela kakaknya.
Olivia tersenyum dan menepuk bahu kakaknya dengan kencang, saat itu Alice sedang memandangi wahana roller coaster yang sedang berputar diatas sana.
"Kak Jacob, kau bisa menipu gadis malang itu tapi aku tidak, jadi jangan coba-coba menolak." ancamnya dengan berbisik.
"Si**an, kenapa adikku begitu licik." maki Jacob dalam hati.
"Alice, ayo kita mulai mengantri." Olivia memegangi tangan Alice dan mulai menariknya, tidak lupa gadis itu juga menarik tangan kakaknya.
"Olivia, biarkan saja jika dia tidak mau ikut. Biar Andrew saja yang bermain bersama kita." kata Alice pada sahabatnya itu.
"Alice kau tenang saja, jika dia mati diatas sana maka kita bisa melemparkan dia kebawah dan Andrew tetap harus ikut kita bermain."
"Hei Olivia, jangan bercanda denganku!" Jacob mulai kesal sedangkan Andrew tidak berdaya, seharusnya dia tidak datang ketempat itu.
"Alice, kau tahu sebenarnya dia tidak ter..?" Jacob langsung menutup mulut adiknya itu.
Alice melihat kedua orang itu dengan heran, ada hubungan apa? Kenapa terlihat akrab?
"Olivia, kau sangat licik." bisik Jacob pada adiknya itu.
"Kak, kita ini sedarah jadi bukan kau saja yang licik." bisik Olivia pula.
"Si**an awas kau ya!" ancam Jacob.
"Hei mau main tidak?" tanya Alice pula.
"Tentu, ayo!" jawab Olivia.
Tapi sebelum gadis itu melangkah kembali Olivia kembali berbisik pada Jacob.
"Kak Jacob, jika hari ini kau menolak, maka siap-siap saja dibanting oleh mommy."
Setelah berkata demikian Olivia langsung mengikuti Alice, sedangkan Jacob melihat kearah dua gadis itu dengan frustasi. Seharusnya dia tidak mengikuti Alice hari ini.
"Andrew, ayo."
Kedua pemuda itu mulai mengikuti kedua gadis yang tampak bersemangat untuk menaiki wahana roller coaster, tidak butuh waktu lama untuk mengantri dan pada saat mereka menaiki wahana itu, Alice dan Olivia berteriak girang saat roller coaster mulai melaju mengikuti rel yang ada, wahana itu terkadang berputar dan berbelok dan melaju dengan kencang.
Olivia sangat senang, karena sudah lama dia menginginkan naik wahana itu dengan sahabatnya sedangkan Jacob dan Andrew frustasi. Lebih baik mereka membunuh orang dari pada harus menaiki wahana seperti itu.
Saat sudah selesai wajah Olivia tampak berseri begitu juga Alice, mereka benar-benar menikmati waktu itu.
Tapi tidak untuk dua pemuda yang tampak lemas, mereka tampak duduk disebuah kursi yang ada dan tertunduk lesu.
"Andrew."
"Yes master."
"Segera beli taman bermain ini dan jadikan kandang singa!" perintahnya.
"Baik master."
"Andrew, setelah ini aku ingin pergi latihan menembak."
"Aku akan jadi targetmu dengan senang hati master, tapi jika kita bisa pergi dari sini." ujar Andrew pula.
"Jangan meminta hal yang mustahil, kau lihat itu keturunan Smith lainnya, lebih licik dariku!"
Jacob melihat kearah adiknya itu yang tampak sedang berbicara dengan Alice penuh dengan semangat, sepertinya mereka mulai merencanakan akan manaiki wahana lainnya.
"Untung saja kami hanya dua bersaudara, jika tidak?"
"Kak Jacob." Olivia menghampiri kakaknya dan tersenyum manis padanya.
"Olivia sudah cukup!" Jacob mulai kesal, jika bukan adiknya mungkin sudah dia habisi sedari tadi.
"Kak Jacob, Alice bilang dia ingin naik itu." sambil menunjuk sebuah komedi putar, padahal Olivia yang ingin naik wahana itu bahkan tadi mereka sempat berdebat tapi Alice tidak berdaya dan mengikuti keinginan sahabatnya.
"Apa?" Jacob tidak sanggup berkata-kata.
Olivia langsung menarik tangan kakaknya.
"Andrew!" teriak Jacob pula.
Lagi-lagi Andrew tidak berdaya, jadilah kedua pemuda itu harus menaiki komedi putar dengan dua gadis yang tampak bahagia. Mereka berada ditempat bermain itu sampai matahari terbenam.
Yang pastinya Alice senang dapat menikmati harinya sebelum kembali bertugas, begitu juga dengan Olivia, hari ini gadis itu sangat senang.
Tapi kedua pemuda itu? Frustasi!