NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:79.6k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman Dekat dan Suami

Pagi datang dengan perlahan, sinar matahari menyusup malu-malu di balik tirai jendela kamar tidur Arsen dan Anita. Udara pagi terasa segar, dan burung-burung terdengar berkicau ringan di kejauhan. Arsen membuka mata lebih dulu. Ia segera menoleh ke samping dan melihat Anita masih terlelap, meski wajahnya tampak pucat. Ia tidak ingin membangunkannya, tetapi tak lama kemudian, Anita membuka matanya pelan, seperti baru bangkit dari tidur yang tidak nyenyak.

“Selamat pagi,” ucap Arsen lembut, sambil menyentuh pipi istrinya.

Anita mengangguk pelan. “Pagi, Pih.”

“Kau tidur nyenyak?”

“Cukup... meskipun masih terasa sedikit lemas,” jawab Anita jujur.

Arsen mengamati wajah Anita yang masih tampak pucat dan tidak seceria biasanya. Ia menyentuh dahi wanita itu, memeriksa suhu tubuhnya. Tidak demam, tetapi tubuh Anita jelas belum pulih sepenuhnya.

“Bagaimana perutmu? Masih terasa melilit?” tanya Arsen cemas.

“Tidak. Sudah jauh lebih baik, Pih. Mualnya juga sudah hilang,” jawab Anita. Ia mencoba tersenyum, tetapi tubuhnya masih terasa berat.

Arsen menatapnya dengan tatapan tidak puas. “Tapi kau masih pucat, dan terlihat sangat lemas. Aku tetap ingin kita ke dokter hari ini.”

Anita menggeleng perlahan. “Tidak perlu, Pih. Aku tahu tubuhku sendiri. Ini hanya sisa kelelahan. Yang penting, rasa mual dan nyeri perutnya sudah tidak ada. Aku hanya butuh istirahat.”

Arsen mendesah pelan, duduk di tepi ranjang, dan menggenggam tangan Anita. “Kau yakin? Jangan abaikan gejala sekecil apa pun, apalagi sekarang kau sedang mengandung. Aku tidak ingin mengambil risiko.”

“Aku yakin,” ucap Anita lembut. “Dan aku janji, kalau nanti gejalanya muncul lagi atau aku merasa tidak enak badan, kita langsung pergi ke dokter. Tapi sekarang... izinkan aku beristirahat saja di rumah, ya?”

Arsen menatap mata istrinya yang memohon dengan tulus. Akhirnya ia mengangguk pelan. “Baik. Tapi jangan pergi ke mana-mana. Jangan ke ruko, jangan buka laptop, dan jangan angkat barang-barang. Aku tidak mau kau bekerja, walau hanya sedikit. Mengerti?”

Anita tersenyum tipis. “Mengerti, Tuan Arsen.”

Arsen ikut tersenyum dan mencium kening istrinya sebelum bangkit dari tempat tidur. “Aku harus berangkat. Hari ini di kantor ada agenda donor darah. Salah satu program CSR dari rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaanku”

“Donor darah?” tanya Anita, memiringkan kepala.

“Iya. Semua karyawan diwajibkan ikut, dan sebagai pimpinan aku harus turun tangan juga. Sekalian menyapa para dokter dan pihak rumah sakit.”

Anita mengangguk pelan. “Jaga kesehatan papih. Jangan sampai terlalu memaksa diri.”

“Aku akan hati-hati. Kau juga, jangan bandel.”

Setelah sarapan ringan bersama, Arsen berangkat ke kantornya. Sepanjang perjalanan, pikirannya masih melayang-layang pada kondisi Anita. Ia berusaha berpikir positif, tetapi kekhawatirannya tidak bisa sepenuhnya ia redam.

Sesampainya di kantor, suasana tampak lebih sibuk dari biasanya. Lobi utama telah diatur sedemikian rupa menjadi area khusus untuk pelaksanaan donor darah. Beberapa meja didirikan, lengkap dengan perlengkapan medis, kursi donor, serta antrian karyawan yang menunggu giliran.

Spanduk besar bertuliskan “Donor Darah Bersama Rumah Sakit Citra Karsa – Untuk Kemanusiaan” tergantung di dinding utama. Para dokter dan tenaga medis dari rumah sakit mitra tampak profesional dan cekatan dalam melayani para peserta. Arsen turun langsung ke lokasi, menyapa beberapa karyawan, dan memberi semangat.

“Bagus. Tetap jaga ketertiban. Pastikan yang donor telah diperiksa kesehatannya dengan benar,” ucap Arsen pada salah satu panitia internal.

Tak lama, datang seorang pria paruh baya berjas putih yang tersenyum hangat begitu melihat Arsen.

“Selamat pagi, Tuan Arsen. Saya dr. Sandi, koordinator dari RS Citra Karsa. Terima kasih atas kerja sama dan dukungan perusahaan Anda dalam kegiatan ini.”

Arsen menjabat tangan sang dokter. “Terima kasih kembali, Dokter. Kami senang bisa terlibat dalam kegiatan sosial seperti ini.”

Setelah berbincang sebentar, Arsen setuju untuk ikut mendonorkan darahnya. Ia tahu, sebagai pemimpin, ia harus memberi contoh. Ia pun menuju salah satu meja pemeriksaan awal, tempat ia harus dicek tekanan darah, denyut nadi, dan kadar hemoglobin sebelum bisa menyumbangkan darah.

Dokter muda yang memeriksa tampak profesional.

“Selamat pagi, Tuan. Saya akan memeriksa kondisi Anda terlebih dahulu sebelum melakukan pengambilan darah.”

“Silakan, Dokter.”

Pemeriksaan berlangsung cepat dan efisien. Setelah semuanya dinyatakan baik, Arsen duduk di kursi donor, dan sang dokter mulai menyuntikkan jarum ke lengan kirinya untuk mulai proses pengambilan darah.

“Sudah siap, Tuan? Tidak terlalu tegang, kan?” candanya sambil tersenyum ramah.

Arsen membalas senyum itu. “Tidak, Dok. Ini bukan pertama kalinya saya donor.”

Setelah proses pengambilan darah selesai, Arsen dipersilakan duduk di kursi istirahat sambil meminum minuman manis dan memakan biskuit yang disediakan.

Dokter tersebut mencatat hasil pemeriksaan dan jumlah darah yang diambil sembari mengamati Arsen dengan satu pertanyaan yang muncul di benaknya.

“Apakah Anda kenal seseorang bernama Anita?” serunya tiba-tiba.

Arsen terkejut. Matanya langsung menajam, memandang dokter muda itu dengan ekspresi heran. “Anita? Maksud Anda... Anita yang mana?”

Dokter itu tersenyum tipis, lalu berkata dengan tenang, “Anita, pemilik brand Anive Skincare.”

Sekelebat kekhawatiran muncul di wajah Arsen. Ia bangkit sedikit dari duduknya, meski tubuhnya masih sedikit lemas pasca donor.

“Itu istri saya,” jawab Arsen pelan namun tegas. “Bagaimana Anda mengenalnya?”

Pria berjas itu mengangguk begitu dugaannya ternyata tidak meleset, lalu tersenyum lebih lebar. “Saya Baim... sahabat lama Anita. Kami dulu sekolah di SMA yang sama.”

Arsen menatap pria itu lebih saksama. Wajahnya memang asing, tetapi terlihat tulus.

“Saya tidak ingat Anita pernah menyebut nama Anda sebelumnya,” ujar Arsen, masih penuh kehati-hatian.

“Wajar saja. Kami memang tidak terlalu sering berkomunikasi setelah lulus.” jelas Baim.

"Lantas bagaimana anda mengetahui jika Anita memiliki brand kecantikan?" tanya Arsen terheran.

"Oh... Itu karena kami tidak sengaja bertemu lagi. Anita berbicara banyak tentang usaha dan kehidupannya jika dia sudah menikah, dia juga menyebut nama suaminya dan begitu mendengar nama anda saya jadi mencocok-cocokan, tanpa disengaja ternyata memang benar, Arsen yang Anita ceritakan rupanya adalah anda"

Arsen mengangguk pelan. “Saya mengerti. Yah… dunia ini memang kecil.”

Baim tertawa kecil. “Benar sekali"

"Bagaimana kabarnya hari ini?"

"Dia sedang tidak sehat, malam tadi muntah-muntah karena mual dan mengeluh jika perutnya sakit, mungkin karena faktor kehamilan juga. Tapi pagi ini sudah lebih baik" jelas Arsen.

Baik menyimak kabar dari teman dekatnya itu, tentu dia juga merasa kasihan mendengar kondisi kesehatan ibu hamil tersebut.

"Kasihan sekali, semoga Anita lekas sembuh dan bisa beraktivitas dengan normal lagi, tolong sampaikan salam saya padanya”

Arsen tersenyum tipis. Namun dalam hatinya muncul secuil rasa penasaran dan curiga yang belum sepenuhnya lenyap.

“Saya akan sampaikan. Terima kasih atas bantuannya hari ini, Dokter Baim.”

“Senang bisa membantu. Semoga kita bisa bekerja sama lagi,” ucap Baim, sebelum berlalu untuk memeriksa peserta berikutnya.

1
mama
klu km diem aj trs Ending ny gimana Anita.. diam tak akan menyelesaikan masalah.. masa rmh tangga km gini trs gk ada kemajuan atau pling gk km hrs ngambil Keputusn gk tepat buat semua ny agar cpt selesai.. diam gk akan menyelesaikan ap2..
Uthie
Segeralahh Anita 👍😁
partini
arsen kalau istrimu lelahnya dah sampai titik nol dah ras cinta,sayang akan hilang dengan sendirinya,,kamu akan hidup dengan penyesalan
partini
rumah tangga mereka udah ga sehat kaya masakan ga di kasih bumbu hambar ,, Anita dengan rasa lelah yg udah sampe ubun ubun Arsen yg difikirkmnya masalah ga penting,,no good no good
Rahma Inayah
Arsen pikr Anita .Mudha di lulujkan spt dulu anita yg selalu mengemis cnt Arsen walau Arsen terlampau cuek dan kadang2kasasr suka kdrt tp Anita ttp sabar dan bertahan .tp sekrng Anita TDK spt dulu .dia TDl mau di injak2 lagi harga dirinya
Ana_Mar
Arsen terlalu meremehkan perasaan Anita selama ini. satu hal yang perlu kamu ingat sen.. bila sudah kedapatan pengkhianatan, meski masih satu rumah..maka hubungan tersebut tidak akan seperti semula, justru hubungan itu akan menjadi hambar dan tidak ada kebahagiaan.
karena pada dasarnya sekali kamu lakuin pengkhianatan, kamu akan mengulangi lagi di suatu saat nanti, meski kamu berjanji akan berubah.
Elen
👍👍👍
wawa aza
pergilah anita dari laki laki yang tdk menghargai mu berbahagialah dengan caramu sendiri dan hargai dirimu sendiri dari orang yang merendahkan mu
Yuliana Purnomo
mantap Anita,,,,,cuekin Arsen biar makin tersiksa
Uthie
Bagus... tunggu si Arsen goyah lagi aja, Nita .. maka saat itu saatnya kamu Stop pergi dari dia.. dan kau akan bisa melihat ada seorang laki2 yg sudah menunggu kamu lama karena Cintanya pada kamu yg tak pernah berubah 👍🤨
Halimah
Bener Nit mending km pergi aja yg jauh...Terserah keluarga Arsen mau ngapain cuekin aja.Km jg berhak bahagia Nit
Uba Muhammad Al-varo
kalau yang terbaik buat Anita pergi maka pergilah buatlah hidupmu bahagia buat apa mencintai kalau membuat hati dan ragamu menderita lepaskan lah semua nya, yakinlah setelah badai akan datang pelangi
partini
laki laki kaya gitu mah jangan di tangisi rugi,,laki dah punya istri begitu diem aja terus coba sampai kapan dia tahan
n
Rahma Inayah
klu km sdh lelah baiknya lepaskan Anita .jika jati mu terlampau sakit dan tdk mudah utk di obati.hrs Anita km sampaikn PD Arsen klu ananda dan Natasha ke butik nyamperin km dan km jg bilg dpt SALM dr Natasha .pasti nya Arsen sangat marah dan jg merasa bersalah PD Anita Krn luka yg di torehkan arsen ckp menyakitkan
Rahma Inayah
coba km blkkan Anita omongan ipar mu klu seandainya suami ananda spt Arsen gandeng tangan wanita bertm dimal dan TDK BS menemani istri dgn alasan pekerjaan tau nya ketahuan jln dgn wanita lain GK mkn Diam saja ananda pst km marah .lgian ngapain nyamperin Anita bwk pelakor .hrs nya Arsen yg km dtgi BKN Anita ..dasar ipar GK PNY akhlak
Ais
bnr nita buat apa menangis memohon apalg menghiba pd laki”yg kamu anggap rumah buat kamu pulang melepas lelah dan berbagi suka dan duka lbh baik skr kamu fokus sm hidup kamu sm kesehatan kamu dan sm bisnis yg kamu bangun susah payah dr nol biarkan laki”kasar macam arsen ini kena karmanya sndr
mama
ya Anita,.mungkin yg terbaik adalah pergi.. good Anita km kuat.. aq yakin km wanita yg hebat dan jgn lgi tunjukkan kelemahan mu pd Arsen.. atau memohon untuk ditemani
Ana_Mar
yang kuat Nita .. buktikan pada mereka bahwa kamu yang terbaik.
dewi
anita sdh mulai menyerah tapi aq tdk terima sblm amanda dpt amukan dr arsen d keluarganya krn ikt campur dlm rmh tangga arsen d anita
Ana_Mar
gedek banget dengan 2 wanita ular, si pelakor ga ada harga diri dan ipar ga tahu di untung.
kalian berdua beda kelas dengan Nita.
ayo Nita...hadapi para sampah yang ada di sekitarmu. kamu kuat dan kamu bisa lawan mereka secara elegan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!