Menikahi Pria Gila

Firo terbangun dari mimpinya. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul Delapan pagi. Dilihatnya di sofa sudah tidak ada Medina.

Hari itu hari minggu, seperti biasa Medina pasti sudah pergi keluar rumah pikir Firo.

Firo pun bersiap siap untuk keluar, hari itu ada janji yang harus dia tepati.

***

Medina keluar dari rumah itu ketika Firo masih tertidur, bersikeras Medina meyakinkan pelayan yang mengikutinya dari kemaren untuk tidak mengikutinya keluar rumah.

"Stop, Jangan ikuti aku!" seru Medina kepada kedua pelayan yang sering mengikutinya.

"Tapi Nona, Tuan Bram pasti akan marah kalau ada apa-apa dengan Nona," sangkal pengawal Tuan Bram.

"Aku tidak akan kenapa-napa!"

Medina lalu berpikir keras bagaimana caranya agar bisa keluar dari rumah itu sendiri.

Ketika sampai di depan gerbang rumahnya Medina langsung mengambil langkah seribu dan cepat menarik tangan Shaka yang saat itu sedang menunggu dirinya di depan. Padahal rencananya dia akan ke rumah orang tuanya atau ke shelter.

Mereka berdua berlari sangat kencang. Kedua pelayan yang mengejarnya sampai tidak bisa menangkapnya ketika mereka sudah tidak terlihat di depan kedua mata pelayan itu.

Kedua pelayan itu tidak mengetahui kalau mereka berdua sedang ngumpet di bawah jembatan.

"Cepat banget lari kamu, Nona" ucap Shaka mengatur nafas.

"Ha... haa.. dari pada aku ketangkap kedua orang itu," ucap Medina.

"Aku kira kamu bercanda mau menunggu aku di depan," ucapnya lagi kepada Shaka.

"Kalau aku sudah berjanji tak mungkinlah aku mengingkarinya," jawab Shaka.

"Tadinya aku mau pulang ke rumah aku, Tapi karena kamu sudah menunggu, bagaimana kalau aku ajak kamu ke suatu tempat," ajak Medina.

"Dengan senang hati Nona," ucap Shaka.

Ketika keadaan dirasa aman, mereka berdua memutuskan keluar. Mereka berjalan beriringan.

"Mengapa kedua pelayan itu mengikuti mu?" tanya Shaka.

"Pelayan tadi suruhan Tuan Bram. Menurut aku Tuan Bram terlalu berlebihan terhadapku," ucap Medina.

"Mungkin kamu sangat spesial bagi suamimu makanya ayah mertuamu sampai begitu khawatir," sahut Shaka.

"Entahlah." Medina mengangkat kedua bahunya.

"Apa aku boleh menanyakan sesuatu?" tanya Shaka.

"Tanya apa?" Sambil berjalan santai mereka berbincang.

"Apa benar kamu sedang hamil?" Shaka mendengar rumor kalau Medina sedang hamil.

" Ha.. haa... apa aku terlihat seperti wanita hamil?" Medina menanggapinya dengan tersenyum.

"Aku tidak percaya, tapi para pelayan banyak yang membicarakannya kalau Nona sedang hamil muda," ucap Shaka kecewa.

"Tuan Bram terlalu cepat mengambil kesimpulan, Kemarin aku hanya masuk angin biasa. Aku sudah coba jelasin tapi Tuan Bram malah mengirim ku dua pelayan tadi"

"Syukurlah kalau itu tidak benar," ucap Shaka.

"Tau gak, Kamu mengingatkanku kepada seseorang," ucapnya lagi.

"Maksud kamu?" Medina terus berjalan.

"Wajah kamu mirip sekali dengan tunangan ku, Shinta" ucapnya.

" Apa? menurutmu aku mirip kucingmu!" Medina memukul bahu Shaka.

"Auuuu....bukan itu maksudku,"

"Anda sangat mirip dengan tunangan ku, Namanya Shinta bukan kucingku. Kucing itu sengaja aku beri nama Shinta , agar aku bisa mengingat kembali Shinta tunangan ku yang sudah meninggal"

"Tunangan mu meninggal karena apa?" tanya Medina penasaran.

"Dia meninggal terkena kanker," sahut Shaka terlihat sedih.

"Aku turut sedih mendengarnya"

"Tapi sekarang Shinta sudah kembali," ucap Shaka sambil melihat Medina yang terus berjalan di sampingnya.

"Mungkin wajah aku memang pasaran kali ya! banyak yang bilang wajah aku mirip seseorang yang tidak aku kenal," ucap Medina sambil menyetop bis di depannya.

Mereka berdua menaiki bis yang berukuran mini, karena tempat duduk penuh mereka berdua akhirnya berdiri.

Shaka yang baru pertama kali naik kendaraan umum merasa ini adalah pengalaman barunya. Shaka mencoba menahan penciumannya karena merasa orang di sebelahnya sangat bau belum lagi berdesakan dengan orang yang bertubuh gempal.

Gadis gadis di dalam bis tidak berhentinya memperhatikan Shaka. mereka takjub melihat wajah Shaka yang ganteng seperti bule.

Bis itu melaju cepat.

Ciiiittt...

Tiba-tiba Bis itu mengerem mendadak, Tangan Medina yang tidak kencang memegang pegangan terlepas.

Pandangan mereka saling bertemu, Cepat cepat Medina langsung berdiri lagi. Orang orang yang di dalam bis itu melihatnya, mungkin pikir mereka, mereka adalah pasangan kekasih.

"Cie, Romantisnya" seorang gadis berbaju pink meneriakinya.

Raut wajah Medina mendadak merah karena merasa malu.

Bis berhenti tepat di halte yang mereka tuju. cepat cepat Medina mengajak Shaka untuk keluar.

Kemudian Mereka berjalan lagi cukup jauh.

"Akhirnya sampai juga," ucap Medina menunjuk arena bermain di depannya.

Medina hanya menganggap Shaka adalah teman.