"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabur
Devan sudah berada di klinik pribadi milik Profesor Takeda Hiroshi.Bangunan klinik itu berdiri megah tapi sederhana, dikelilingi taman bambu dan kolam kecil.
Devan berjalan menyusuri koridor panjang bersama sekertaris Ken dan seorang perawat muda, langkahnya mantap meski jantungnya terasa berat.
Pintu ruangan bertuliskan Prof. Dr. Takeda Hiroshi Neurology Division terbuka pelan.Seorang pria paruh baya berambut perak, memakai jas lab putih, menatapnya dengan senyum hangat.
“Ah, Tuan Devan Alfonso,” suara profesor itu tenang namun berwibawa.“Saya sudah membaca seluruh hasil medis otak Anda. Glioblastoma stadium empat, tapi saya senang Anda datang lebih cepat dari perkiraan.”
Devan duduk perlahan, “Jujur saja, Profesor. Saya datang bukan untuk menambah waktu hidup. Saya datang untuk memintanya kembali.”
Profesor Takeda menatapnya lama, kemudian menautkan kedua tangan di depan dada.
“Kalimat yang berani. Tapi saya menyukai semangat seperti itu. Di dunia medis, terkadang keyakinan pasien lebih kuat dari obat apa pun.”
Devan tersenyum samar, tatapannya menerawang ke luar jendela tempat bunga sakura mulai berguguran.
“Saya punya seseorang di rumah dan saya ingin hidup lebih lama bersamanya.”
Profesor Takeda berdiri,Senyumnya hangat.
“Kalau begitu, mari kita mulai perjalanan ini, Tuan Devan. Waktu kita sedikit, tapi harapan selalu cukup.”
***
Sudah dua malam Nadira berada di mansion keluarga Alfonso,waktu berjalan dengan ritme yang lambat. setiap detik seperti menunggu sesuatu dan pertanyaan yang meminta segera terjawab. "Sebenarnya kamu di mana Mas?"
Nadira duduk di balkon kamarnya, menatap langit.
Ia teringat malam saat Devan meminta cerai di hari anniversary pernikahannya yang ke tiga tahun.
Malam penuh luka, saat suaminya yang selalu memperlakukannya dengan lembut dan penuh cinta tiba-tiba berkata mencintai seseorang yang lain,bernama Rafika.
Angin sore berhembus pelan, membuat rambutnya menutupi sebagian wajah.Ia mengelus perutnya yang mulai sedikit membulat, suara hatinya berbisik
"Mas Devan… apa sebenarnya kamu bersama Rafika? Dan kenapa aku merasa kau menyebutnya untuk alasan yang tak pernah sempat kau jelaskan?”
“Kalau memang dia orang yang Devan cintai,Aku harus menemuinya. Aku harus tahu… siapa yang sebenarnya Devan perjuangkan.”
***
Rindu semakin menyesakkan, Henry bukan tipe orang yang mudah mengabaikan perasaan.Rasa rindunya pada Nadira,membuatnya melangkah ke butik tempat biasanya ia akan bertemu Nadira.
Tapi,dia merasa kecewa.Satu-satunya tempat yang ia tahu akan bisa menemukan Nadira ternyata di tempat itu dia tidak menemukan apa-apa.
Dari pegawai yang bekerja di sana,Henry di beri tahu bahwa Nadira sedang hamil muda dan tidak di izinkan Mama mertuanya untuk datang ke butik.Dia di suruh menjaga kehamilannya hingga melahirkan pewaris Alveron Group.
Kabar itu,tidak membuat sedikitpun kerinduannya berkurang.Ia justru penasaran dengan perubahan bentuk tubuh Nadira saat sedang hamil.Cinta bertahun-tahun itu rupanya sudah mendesain Henry untuk tidak peduli apapun yang sedang terjadi. Yang ia tahu,rindunya semakin menuntut.
"Apa perlu aku mendatanginya di rumah Mertua Nadira?,Hem...itu tidak terlalu buruk.Aku cukup berlagak beratamu saja,untuk bertemu kekasihku itu."
Henry menyeringai,otaknya di penuhi dengan intrik.
Tidak ada yang bisa menghalangi niatnya Meski status Nadira sekalipun.
Sebentar saja,Henry sudah berada di mansion milik keluarga Alfonso.Tubuh tegapnya berdiri penuh wibawa di depan pintu utama.Luca asistennya nampak bicara pada dua orang staff yang berdiri di dekat situ.Ia menunjukkan kartu VIP yang di berikan Devan saat Gala Estetika' kemarin sebagai tanda pengenal ketika ingin berkunjung ke keluarga Alfonso.
Staff mengenali kartu itu dan mengizinkan Henry masuk.
Seorang wanita berseragam Maid paruh baya, menghampirinya."Tuan,siapa yang hendak anda temui?"
Henry menoleh,beberapa saat mata mereka bertemu. Maid itu adalah Bibik Lusi.Kepala maid yang sudah lama bekerja di Mansion itu.
Bibik Lusi memperhatikan mata Henry,seperti ada sesuatu di sana.Seperti sudah lama mengenalnya.Tapi ingatan kecil itu masih seperti potongan puzzle di kepalanya.'Mata ini,mirip bayi kecil yang dulu...'
Henry yang di pandangi seperti itu,mendehem kecil.
membuyarkan puzzle yang Bibik Lusi mulai susun.
"Aku ingin menemui istri Tuan Devan"
"Oh ..Nyonya Muda Nadira,ada kepentingan apa Tuan?"
Mendengar pertanyaan itu,Henry tidak langsung menjawab.Ia menatap Bibik Lusi lalu menyipitkan tatapannya sekilas."Apa perlu aku katakan kepentinganku padamu?"
Pertanyaan itu membuat Bibik Lusi kikuk,menyadari kesalahannya pada tamu VIP keluarga ini.
"Baiklah Tuan,saya minta maaf.Akan segera saya panggilkan Nyonya Muda".
Henry diam saja,menjatuhkan pandangannya pada lukisan karya nya yang di pajang di dinding ruang utama.
Nadira muncul,memecah keheningan di ruangan besar itu."Hei Henry!" Sapaan itu,sontak membuat Henry mencari sumber suara.Suara yang selama ini ingin segera ia dengar.Matanya berbinar kala ia menemukan sosok pemilik suara tadi.
"Hai Nadira!,"
"Henry,akhirnya aku bertemu kamu,i'm feeling great today."
"Iya Nadira,i'm feeling to,full of energi.Setelah bertemu kamu".
"Kamu bisa saja Hen"
Nadira mendekat pada Henry,suaranya sengaja ia pelankan.Seperti sengaja agar tidak ada yang mendengar.
"Henry,bisakah kau membawa aku pergi dari sini?.Di sini sangat membosankan"
Mendengar itu,seperti sebuah hadiah yang di nantikan oleh Henry.Tentu saja dengan cepat ia menyetujui.'Nadira betapa aku sangat ingin membawamu pergi bersamaku' bisik hatinya.
"Kamu bosan?,aku punya cara untuk membuatmu tidak lagi merasakan itu.Ayo aku akan tunjukkan padamu".
Tanpa Nadira duga,setelah dari tadi memikirkan cara. Ternyata ada cara yang paling gampang untuk keluar dari penjara berbentuk Mansion ini. 'Henry, terimakasih sudah menyelamatkan aku'
*
*
*
~Salam hangat dari Penulis🤍