Arsenio Elvarendra, mafia kejam yang dihianati orang kepercayaannya, terlahir kembali di sebuah singgasana yang sangat megah sebagai Kaisar Iblis. Di dunia barunya, ia bertemu seorang wanita cantik—Dia seorang dewi yang menyembunyikan identitasnya.
Bisakah Arsenio mengungkap jati diri sang Dewi? Akankah cinta mereka mengubah jalan takdir di antara kegelapan dan cahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BUBBLEBUNY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tantangan di Balik Tradisi
Setelah beberapa hari, kesehatan Lucifer membaik dengan cepat. Dia kembali ke ruang rapat untuk memimpin kerajaan, dengan Lilith selalu berada di sisinya. Namun, kehadiran Lilith di sisi Kaisar segera menjadi pembicaraan di seluruh Kerajaan Iblis.
Pada hari itu, para pemimpin keluarga bangsawan berkumpul di ruang rapat. Di antaranya adalah Azazel, kepala keluarga Iblis tertua dan yang paling taat pada tradisi.
"Yang Mulia," kata Azazel, berdiri dengan sikap tegas. "Kami semua senang melihatmu pulih sepenuhnya. Tapi ada hal yang perlu kita bicarakan."
"Apa itu, Azazel?" tanya Lucifer, melihat wajah para pemimpin yang serius.
"Kehadiran Lilith di sisi mu, Yang Mulia," jawab Azazel. "Kita semua melihatnya. Dan kita tidak bisa menerima hal ini."
Lucifer mengerutkan kening. "Mengapa tidak?"
"Karena tradisi kerajaan ini menyatakan bahwa Kaisar hanya boleh menikahi wanita dari keluarga iblis bangsawan," kata Azazel. "Lilith hanyalah pelayanmu. Dia bukan dari darah bangsawan. Hubungan mu dengan dia melanggar semua aturan yang telah kita pegang teguh selama ribuan tahun."
Para pemimpin lainnya mengangguk menyetujui. Beberapa dari mereka melihat Lilith dengan pandangan membenci.
"Lilith telah melayani ku dengan setia selama bertahun-tahun," kata Lucifer. "Dia telah menyelamatkan nyawaku berkali-kali. Dia lebih layak menjadi ratu daripada siapapun di antara keturunan bangsawanmu!"
"Tradisi adalah tradisi, Yang Mulia," kata Azazel, tidak mau mundur. "Jika kau terus melanjutkan hubungan ini, maka kita akan terpaksa mengambil tindakan. Mungkin bahkan mempertanyakan otoritas mu sebagai Kaisar."
Lilith yang berdiri di belakang Lucifer merasakan dada terasa sesak. Dia tahu ini akan terjadi, tetapi dia tidak menyangka akan seberat ini.
"Jangan bicara omong kosong, Azazel," kata Lucifer, suaranya mulai memanas. "Aku adalah seorang Kaisar Iblis semua keputusanku adalah mutlak, dan aku memutuskan siapa yang akan menjadi ratuku. Jika ada yang tidak setuju, silakan dipersilahkan melawanku!"
"Aku tidak akan melawan mu, Yang Mulia," kata Azazel, dengan nada sombong. "Tetapi rakyat juga memiliki suara. Mereka tidak akan menerima seorang ratu yang bukan dari bangsawan. Kita bisa mengalami kerusuhan di seluruh kerajaan."
Pada saat itu, pintu ruang rapat terbuka dan Ezra masuk. Dia melihat suasana yang tegang dan segera memahami situasi.
"Maaf mengganggu, Yang Mulia," kata Ezra. "Tapi aku ingin menyampaikan sesuatu. Sebagai pemimpin Kerajaan Penyihir dan sahabatmu yang paling lama, aku mendukung keputusan mu. Lilith adalah orang yang kuat, cerdas, dan penuh cinta. Dia akan menjadi ratu yang hebat untuk Kerajaan Iblis."
Azazel melihat Ezra dengan marah. "Ini urusan keluarga iblis bangsawan, Ezra. Jangan campur tangan!"
"Itu urusan seluruh kerajaan, Azazel," jawab Ezra. "Dan aku yakin rakyat akan menyukai Lilith jika mereka diberi kesempatan untuk mengenalnya."
Lucifer menatap para pemimpin bangsawan, lalu melihat Lilith. Dia menggenggam tangannya dengan erat.
"Baiklah," kata Lucifer. "Kita akan melakukan ini dengan cara yang adil. Kita akan mengadakan rapat umum untuk semua rakyat. Aku akan memperkenalkan Lilith sebagai calon ratuku, dan mereka akan memutuskan. Jika mereka tidak menerima, maka aku akan mempertimbangkan lagi. Tapi jika mereka menerima, maka tidak ada yang boleh menentangnya lagi."
Azazel mengangguk. "Baiklah, Yang Mulia. Kita setuju dengan syarat itu. Tapi aku yakin rakyat akan memilih tradisi daripada seorang pelayan."
Lilith mendekat ke telinga Lucifer. "Aku takut, Lucifer," bisiknya. "Aku takut rakyat tidak akan menerima aku."
"Jangan takut," kata Lucifer, menatapnya dengan senyum tulus. "Kita akan melewati ini bersama. Aku tahu mereka akan melihat apa yang kulihat di dalam dirimu."
Para pemimpin bangsawan pergi, meninggalkan Lucifer, Lilith, dan Ezra di ruang rapat. Beban tantangan yang akan datang terasa berat di pundak mereka, tetapi mereka tahu mereka harus berjuang untuk apa yang benar.
Hari pertemuan umum tiba. Lapangan besar di tengah ibukota Kerajaan Iblis dipenuhi oleh ribuan rakyat — iblis, penyihir, dan makhluk lain yang tinggal di kerajaan. Di atas panggung, Lucifer berdiri bersama Lilith dan Ezra, sementara para pemimpin keluarga bangsawan duduk di barisan depan, dengan Azazel di tengah mereka.
Beberapa detik kemudian, para petinggi bangsawan mulai berdiri satu per satu. Yang pertama adalah Samael, kepala keluarga bangsawan kedua. Dia membawa seorang wanita muda dengan rambut hitam yang mengkilap dan gaun kemerahan mewah.
"Yang Mulia," kata Samael, menyapa dengan senyum yang penuh harapan. "Ini adalah putri ku, Seraphim. Dia berasal dari darah bangsawan murni, terpelajar dalam sihir dan tata pemerintahan. Dia adalah calon ratu yang sempurna untuk kerajaan kita."
Seraphim mendekati panggung dan membalas salam dengan sikap sombong. "Aku siap melayani kerajaan bersama, Yang Mulia," katanya, menatap Lucifer dengan pandangan penuh harapan.
Lucifer mengangguk dengan sopan. "Seraphim, aku menghargai kehadiranmu dan kesediaanmu. Tapi aku sudah memiliki calon ratu yang kukira cocok yaitu Lilith."
Samael mengerutkan kening. "Tetapi Yang Mulia, dia hanyalah seorang pelayan!"
"Pelayan yang telah menyelamatkan nyawaku dan melayani kerajaan dengan setia selama bertahun-tahun," jawab Lucifer dengan tenang. "Kualitas itu lebih berharga daripada darah bangsawan."
Setelah Samael turun ke tempat duduknya dengan wajah muram, petinggi bangsawan lainnya juga mulai membawa putri mereka. Ada Lilithia dari keluarga Belial, dan Mazikeen dari keluarga Leviathan semuanya memang cantik, berdarah murni, dan bersedia mengambil kursi ratu.
Lucifer menolak semuanya dengan halus, selalu mengulangi bahwa Lilith adalah pilihan pertamanya. Para petinggi bangsawan semakin marah. Azazel berdiri lagi, suaranya memecah keheningan.
"Lihatlah, rakyat sekalian!" teriaknya, menunjuk ke arah para putri bangsawan. "Ini adalah calon ratu yang layak — yang memiliki darah dan hak untuk memimpin bersama Kaisar! Bukan seorang pelayan yang hanya beruntung!"
Beberapa orang di kalangan rakyat mulai berbisik, tetapi sebagian besar hanya diam, menatap panggung dengan cermat. Lilith merasakan tangan nya berkeringat, dia menggenggam lengan Lucifer dengan erat.
"Aku tidak tahan melihat ini," bisiknya. "Mereka membuatku seolah-olah aku tidak berharga apa-apa."
"Jangan dengarkan mereka," kata Lucifer, menyentuh pipinya lembut. "Kita akan menunjukkan kepada mereka siapa yang sebenarnya berharga."
Lucifer naik ke pucuk panggung dan mengangkat tangan. Segera, seluruh lapangan menjadi sunyi.
"Rakyat Kerajaan Iblis!" serunya, suaranya menggelegar ke seluruh tempat. "Kamu semua tahu tentang tradisi kita yaitu bahwa Kaisar hanya boleh menikahi putri bangsawan. Tapi apa artinya tradisi jika tidak memungkinkan kita untuk memilih yang terbaik untuk kerajaan?"
Dia menarik Lilith ke sisi dan menggenggam tangannya. "Ini adalah Lilith. Banyak dari kamu mungkin hanya mengenalnya sebagai pelayan ku. Tapi bagaimana banyak di antara kamu yang tahu bahwa dia adalah yang menyelamatkan ribuan nyawa selama pertempuran melawan Ratu Vampir? Bagaimana banyak yang tahu bahwa dia selalu membantu rakyat yang membutuhkan, bahkan ketika tidak ada yang melihat?"
Beberapa orang di kalangan rakyat mulai bersorak nama Lilith.
"Setiap hari, dia bekerja keras untuk kerajaan ini," lanjut Lucifer. "Dia kuat, cerdas, dan penuh cinta. Dia tidak perlu darah bangsawan untuk menjadi ratu yang hebat karena dia sudah memiliki semua kualitas yang dibutuhkan."
Pada saat itu, seorang wanita iblis muda berdiri dari kalangan rakyat. "Yang Mulia! Aku tahu Lilith! Dia menyelamatkan anak ku dari banjir di daerah utara! Dia tidak memandang bahwa aku hanya seorang petani!"
Seorang pria lain berdiri. "Dia juga membantu saya memperbaiki rumah saya setelah kebakaran! Dia tidak meminta apa-apa dalam balasannya!"
Semakin banyak rakyat berdiri, menceritakan cerita tentang kebaikan Lilith. Suara sorakannya semakin kencang, membungkam suara para petinggi bangsawan yang semakin marah dan gelisah.
Azazel mencoba berdiri lagi, tetapi tidak ada yang mendengarkannya. Seluruh lapangan sudah mulai berteriak: "Lilith menjadi ratu! Lilith menjadi ratu!"
Lilith menangis air mata bahagia. Dia tidak menyangka bahwa rakyat akan mengenalnya dan menerima dia seperti ini. Lucifer menatap para petinggi bangsawan dengan tatapan tegas. "Kau lihat, Azazel? Ini adalah suara rakyat. Mereka telah memilih. Lilith akan menjadi ratuku."
Para petinggi bangsawan melihat satu sama lain, tidak bisa menerima kenyataan. Tetapi mereka tidak bisa melawan suara ribuan rakyat yang bersorak. Azazel hanya bisa menghela napas dan duduk kembali, wajahnya penuh kemarahan dan kekecewaan.
Lucifer menarik Lilith mendekat dan menciumnya di depan semua rakyat. Lapangan penuh dengan sorak dan tepuk tangan yang meriah. Di tengah kegembiraan itu, Lilith tahu bahwa semua tantangan yang dia lewati sudah sepadan dan dia akhirnya menemukan tempatnya, bersama pria yang dia cintai, didukung oleh rakyat yang mencintainya.