NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Keesokan paginya dimana Bima sudah bersiap untuk menuju ke kota untuk membeli sesuatu.

Ia melihat Sania yang masih terbaring di atas tempat tidur.

"Bim, nggak jadi keluar?" tanya Sania.

Bima menggelengkan kepalanya dan duduk di samping istrinya.

"Aku tidak bisa meninggalkan mu sendirian, San. Kamu baru saja muntah seperti itu." jawab Bima.

Sania yang mendengarnya langsung mencium punggung tangan suaminya.

"Bim, aku nggak apa-apa. Pekerjaan kamu yang lebih penting. Dan bukankah kamu mau membelikan aku buah jeruk." ucap Sania.

"Yakin, San?"

Sania menganggukkan kepalanya dan meminta suaminya untuk lekas pergi.

"Aku janji akan lekas pulang," ucap Bima

Bima keluarga dari rumah dan segera ia melajukan mobilnya menuju ke kota.

Ia mengawasi semuanya dan berharap tidak ada yang tahu kepergiannya.

Setelah sampai jalan raya, Salvatore tersenyum tipis dan ia masuk ke hutan pinus.

"Shelena, akhirnya aku menemukanmu." gumam Salvatore.

Agar Sania tidak curiga, Salvatore turun dari motornya dan mencari rumah mereka.

Sania masih berada di atas tempat tidur dan tidak menyadari bahaya yang akan menghampirinya.

“Buah jeruk, semoga dia dapat yang manis,” gumamnya pelan.

Ia berguling ke sisi kanan, menarik selimut hingga sebatas dada.

Udara pagi ini sangatlah dingin tidak seperti biasanya.

Amira memejamkan matanya sambil menunggu kedatangan suaminya.

Salvatore tersenyum dan menemukan rumah Bima yang sangat terpencil.

Ia berjalan perlahan-lahan agar Sania tidak tahu dengan kedatangannya.

"Shelena, sebentar lagi aku akan membawamu pulang." gumam Salvatore yang sudah berhasil masuk ke dalam rumah Bima.

Ia melihat Shelena yang berada di atas tempat tidur sambil memegang perutnya.

"Hallo, Shelena. Akhirnya kita bertemu lagi." ucap Salvatore.

Sania membuka matanya dan melihat Salvatore sudah berdiri di hadapannya.

Ia bangkit dari tempat tidur, tetapi Salvatore langsung menutup mulut Sania dengan sapu tangan.

"MMMMPPHH!!!"

Sania mencoba melawan tapi tangan Salvatore menekan kain itu di mulut Sania.

Dalam hitungan detik Sania langsung tidak sadarkan diri dan Salvatore membawanya.

Salvatore melihat anak buahnya yang sudah datang membawa mobil.

"Bakar rumah ini dan berikan tanda agar Bima menyangka kalau Shelena mati karena kebakaran." perintah Salvatore.

Mereka menganggukkan kepalanya dan segera menyiram bensin ke rumah Bima.

Setelah itu mereka membakarnya dan meninggalkan rumah itu.

Di dalam mobil Salvatore membelai pipi Sania yang sedang tidak sadarkan diri.

"Aku mencintaimu, Shelena." ucap Salvatore.

Salvatore meminta mereka untuk membawa ke tempat yang sudah ia siapkan sejak lama

Dan hanya Salvatore beserta anak buahnya yang tahu tempat itu .

Sementara itu di tempat lain dimana Bima sudah selesai belanja.

Ia tersenyum saat sudah membelikan jeruk yang diinginkan oleh istrinya.

"Waktunya pulang ke rumah." ucap Bima yang kemudian melajukan mobilnya.

Ia sudah membayangkan kalau Sania pasti akan senang dengan Jeruk yang ia bawa.

Mobilnya melintas di jalan rindang yang mulai mengarah ke dalam hutan pinus.

Semakin dekat dengan rumah kecil itu, semakin hangat perasaan dalam dadanya.

Namun beberapa menit kemudian ia melihat asap dari arah rumahnya.

"T-tidak mungkin,"

Bima menekan pedal gas, mobilnya melaju lebih cepat, menembus jalan kecil berliku yang menuju rumah kecil itu.

Semakin mendekat, jantungnya semakin menghantam rusuknya.

"SANIA!!!”

Bima menghentikan mobilnya bahkan sebelum sempat parkir dengan benar.

Ia berlari menerobos asap panas dengan wajahnya yang penuh dengan kehawatiran.

“SANIAAAAA!!”

Rumah kecil itu sudah hampir rata oleh api. Atapnya ambruk, dindingnya runtuh, kayu-kayu gosong berjatuhan.

Bima mencoba menerobos masuk, tapi panasnya membakar kulit bahkan dari jarak jauh.

“Tidak! Sania ada di dalam…” suaranya pecah, terisak tanpa ia sadari.

Jeruk yang ia beli berguling keluar dari kantong plastik, menggelinding di tanah yang berdebu dan mulai menghitam terkena abu.

Sebuah ledakan kecil dari dalam rumah memaksanya mundur.

Ia mendengar suara sirine pemadaman kebakaran yang datang dan langsung memadamkan api itu.

Tubuh Bima langsung limbung dan salah satu petugasnya membawa Bima ke ambulans.

"Tolong selamatkan istriku. Dia sedang hamil." ucap Bima dengan tatapan kosong.

Pemadam kebakaran akhirnya berhasil meredam api dan asap masih mengepul pelan meninggalkan sisa-sisa hangus dari rumah sederhana yang semalam menjadi tempat perlindungan Bima dan Sania.

Seorang petugas keamanan dengan wajahnya yang tertutup masker, langkahnya berat dan melangkah ke arah reruntuhan yang masih mengepulkan asap.

“Pak, kami menemukan sesuatu,” ucapnya lirih.

Bima, yang sedang duduk di tepi ambulans dengan selimut darurat di bahunya, langsung menoleh.

Bima turun dari mobil ambulans dan melihat mereka yang membawa kantong jenazah.

"K-kami menemukan jasad di atas tempat tidur dengan kondisi yang tidak bisa kamu selamatkan. Kamu minta maaf."

Bima berjalan sempoyongan dan membuka kantung jenazah.

Ia melihat jasad yang sudah hangus dan tidak dapat dikenali lagi.

"Sania, maafkan aku. Seharusnya aku tadi tidak pergi." ucap Bima sambil menepuk-nepuk dadanya.

Salah satu petugas akan memapah Bima dan membawanya ke dalam mobil ambulans.

Mereka akan membawa Bima ke pemakaman umum untuk memakamkan Sania.

"A-aku sudah membunuh istri dan anakku. Seandainya aku tadi..."

Bima kembali menangis sesenggukan di dalam mobil ambulans.

Tak berselang lama mereka telah sampai di pemakaman umum.

Salah satu petugas kembali memapah tubuh Bima yang sangat lemah.

Bima berjalan menuju ke liang lahat yang sudah disiapkan oleh petugas pemadam kebakaran.

Bima berdiri di tepi liang lahat demgan wajahnya yang pucat.

Di depannya, petugas pemakaman menurunkan peti jenasah itu perlahan-lahan.

“Kami turut berduka, Pak,” ucap salah satu petugas pemadam kebakaran dengan suara pelan.

Bima hanya terdiam dan tidak membalas perkataan salah satu petugas pemadam kebakaran.

Ketika tanah mulai ditimbun, Bima mengangkat tangannya gemetar, seakan mencoba menghentikan, seakan masih berharap ada keajaiban.

“San, maafkan aku. Aku gagal melindungi kamu.” gumam Bima.

Tangan petugas memegang bahunya, menahan tubuhnya yang hampir roboh.

Beberapa menit kemudian, liang lahat itu telah tertutup sepenuhnya.

Bima berlutut di depan nisan itu, jari-jarinya menggali tanah basah yang melekat di permukaannya.

"Maafkan aku, San."

Sementara itu di tempat lain dimana Salvatore telah sampai di tempat persembunyiannya.

Ia membopong tubuh Sania dan menaruhnya di atas tempat tidur.

"Ikat tangan dan kakinya." ucap Salvatore sambil menutup mulut Sania dengan kain.

Salah satu anak buahnya mengambil rantai dan mengikat tangan dan kaki Sania.

Ia mencium kening Sania dan setelah itu ia meminta pelayan menyiapkan makan malam.

Pelayan menganggukkan kepalanya dan segera menyiapkan makan malam.

"Setelah kamu sadar nanti, Shelena. Kita makan malam bersama." ucap Salvatore.

Salvatore menghidupkan televisi dan melihat berita kebakaran yang terjadi di rumah Bima.

Ia melihat Bima yang sedang menangis di pemakaman Sania.

"Bima, Bima. Kamu salah jika mau bermainlah dengan Salvatore."

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!