NovelToon NovelToon
Ketika Sakura Mekar Kembali

Ketika Sakura Mekar Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Abdulpro

Shinamura Haruki, seorang siswa SMA kelas dua berusia 16 tahun, baru saja mengalami patah hati terburuk. Empat bulan lalu, cintanya ditolak saat malam Natal. Dalam kesedihan, ia memutuskan untuk membeli kopi sebelum pulang, tapi takdir berkata lain. Ia malah ditabrak oleh Aozora Rin, gadis teman satu sekolahnya. Bagaimana pertemuan tak terduga ini akan mengubah kisah cinta mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdulpro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pemandian Air Panas

Malam merayap, membawa serta hawa dingin yang menusuk. Langit gelap, namun tak sunyi.

Ribuan titik bintang gemerlap, dan bulan purnama menggantung seperti permata raksasa, memancarkan cahaya keperakan yang menembus kegelapan. Di bawahnya, mereka mulai sibuk, bergerak sesuai tugas masing-masing.

Hana dan Rin mengambil tempat di dekat perapian. Aroma laut yang masih melekat pada tangan mereka berpadu dengan udara segar pantai. Rin dengan sigap membelah perut ikan satu per satu, membersihkan isinya dengan teliti.

Di sampingnya, Hana mencuci ikan-ikan itu hingga bersih, lalu membuat irisan tipis dan rapi di sepanjang tubuhnya. Setiap sayatan adalah janji bahwa bumbu akan meresap sempurna, hingga ke dalam serat daging terdalam.

Tak jauh dari mereka, Aika dan Yui sibuk dengan bumbu. Yui mengupas bawang merah dan putih, kulitnya jatuh seperti kelopak kering ke atas talenan. Ia memasukkan semua bumbu. Garam, kunyit, ketumbar, dan kemiri ke dalam cobek.

Aika mengambil alih, menggerus semua bahan hingga lumat. Suara gedebuk-gedebuk batu cobek menjadi melodi di antara percakapan mereka.

Sementara itu, di sudut lain, Naomi dan Souta memilih arang. Souta menumpuknya dengan hati-hati.

“Segitu cukup, kan?” tanya Naomi.

Souta tersenyum, matanya memancarkan keyakinan.

“Ini buat bara api nya gimana?” Menoleh ke arah arang yang masih kering.

“Tenang, ini gampang kok.” Ia mengambil satu arang, membakarnya di kompor gas hingga pijar merah menyala.

“Lihat,” katanya, meletakkan arang menyala itu di tumpukan arang lain. Dalam sekejap, percikan api kecil mulai merambat, memeluk arang-arang di sekitarnya.

Naomi terpukau. Dalam kesederhanaannya, cara Souta begitu efektif.

Hana dan Rin menghampiri Yui dan Aika. Dengan senyum puas, mereka mulai melumuri ikan yang sudah diiris. Perlahan, mereka membalurkan bumbu itu, menggosoknya lembut ke setiap celah, memastikan tidak ada bagian yang terlewat.

Haruki yang melintas tak bisa menahan diri.

“Wah, baunya udah enak, nih!” serunya.

“Jelas dong,” balas Yui dengan cengiran.

“Ambilin minum dong. Buat aku sama Aika.”

Haruki menggelengkan kepalanya, menatap Yui yang begitu manja kepadanya.

Haruki lantas mengambil dua gelas plastik, menuang minuman dingin ke dalamnya, dan memberikannya.

Sambil meneguk minumannya, Yui dan Aika menata ikan yang sudah terbalut bumbu ke dalam penjepit panggangan, lalu meletakkannya di atas bara.

Asap tebal mengepul, membawa aroma gurih ikan bakar yang menyebar ke seluruh penjuru vila.

Aroma ini bukan sekadar bau, melainkan janji kehangatan dan kebersamaan.

Naomi mengambil alih kipas dari Renji.

“Naomi, kamu gantiin aku dulu ya, mau ke toilet sebentar,” ucap Renji.

“Oke. Nanti dibalik, kan?” tanya Naomi.

“Iya, yang penting jangan sampai gosong,” jawab Renji, melangkah pergi.

Di lorong menuju kamar mandi, Renji merasa ada yang mengikutinya. Langkahnya melambat, lalu berhenti. Ia menoleh, dan melihat seseorang berjalan mendekat, langkahnya sedikit terpincang.

“Yui? Ngapain? Mau ikut aku ke kamar mandi?” goda Renji.

Wajah Yui langsung memerah. Ia membuang muka, kesal.

“Ih, apaan, sih! Aku mau ngomong sesuatu!” Yui cemberut.

“Oh, kirain.” Renji mencoba menormalkan suasana, tersenyum kecil.

“Mau ngomong apa?”

Yui menarik napas. “Tentang yang tadi siang… Aku masih butuh waktu, Renji. Aku belum bisa jawab sekarang.” Ia menatap Renji, matanya memancarkan ketulusan.

“Aku harap kita tetap bisa jadi teman baik, seperti yang selama ini kita jalani. Aku belum siap kehilangan itu.”

Keheningan melingkupi mereka. Renji menatap Yui, lalu merenung. Ia menyadari, mungkin tindakannya tadi siang terlalu terburu-buru.

Perlahan, senyum hangat kembali terukir di wajahnya. Ia mengangkat tangan, mengusap lembut puncak kepala Yui.

“Iya, aku paham kok. Tentu aja kita tetap berteman,” katanya.

“Seperti ini, kan?”

Keduanya tertawa, kecanggungan yang sempat membekas perlahan mencair.

Aroma ikan yang matang kini semakin pekat. Warna kecoklatan nya begitu menggoda. Naomi mengangkat penjepit itu tinggi-tinggi.

“Ikannya udah matang! Kita makan dulu, atau mandi dulu?”

“Mandi dulu, deh,” usul Aika.

“Nanti setelah makan, kita lanjut main.” Semua setuju.

Naomi meletakkan ikan-ikan itu di piring saji, menutupnya agar tidak dihinggapi debu atau lalat. Mereka berbondong-bondong menuju pemandian air panas.

Di sana, suara gemericik air menyambut mereka, membawa ketenangan. Pemandian pria dan wanita dipisahkan oleh pagar bambu yang rapat.

Mereka melepaskan piyama, melangkah turun ke kolam. Byur! suara air yang memecah keheningan.

“Ah… nyamannya!” Renji merentangkan tangan, menyandarkan tubuhnya di tepi kolam. Semua penat dan lelah seolah hilang ditelan kehangatan. Souta melirik Renji, menyadari ada sesuatu yang mengganjal. Ia mendekat, merangkul bahu Renji.

“Kamu kenapa? Ada yang dipikirin?”

Renji terkejut. Sulit baginya terbuka pada orang yang baru dikenalnya beberapa minggu.

“E-enggak kok. Cuma… kepikiran nilai ujian,” ucapnya, mencari alasan.

Souta tertawa kecil.

“Masalah nilai mah, udah lewat. Sekarang waktunya liburan. Nikmati aja momennya.”

Kata-kata Souta menenangkan, meski Renji hanya bisa berpura-pura mengerti.

Di sisi lain, Rin, Hana, dan Aika berendam, sementara Yui berada di kolam dangkal, mengangkat kaki yang terluka, menyandarkannya di batu.

“Aika, kamu sama Souta udah lama, kan?” tanya Hana.

“Cerita dong, pengalaman kalian.”

Aika tersenyum geli.

“Aku sama Souta sih biasa aja. Jalan bareng, chatting malam-malam, kadang dia ngajak kencan.”

“Aku kira kamu tipe yang mesra-mesraan,” celetuk Yui.

“Nggak juga. Souta itu kalem, tapi perhatian banget,” jawab Aika.

“Gimana awalnya bisa jadian?” tanya Yui penasaran.

Wajah Aika merona.

“Dulu di klub tenis, Souta ngajak aku main bareng. Kami sering ketemu, dan aku… terpana sama dia.

Akhirnya aku yang nembak, hehe. Ternyata dia juga suka.”

Rin terdiam, senyum kecil terukir di bibirnya. Ia seperti melamun, membayangkan hal yang sama dengan orang yang ia sukai. Hana menangkap gelagatnya.

“Eh, Rin, senyum-senyum sendiri, nih. Jangan-jangan kamu sudah ada yang kamu suka ya? Misalnya …. Haruki?” goda Hana, menepuk air.

Rin langsung gugup. Wajahnya memerah.

“I-ih, kok gitu, sih?” Ia menunduk, merendahkan diri ke air hingga hanya hidung dan matanya yang terlihat.

Mereka tertawa melihat tingkah Rin. Yui menatap Rin dengan senyum yang menenangkan.

“Rin, kamu harus tau, Haruki itu orang yang baik. Dia emang terkesan dingin dan cuek, tapi perhatiannya ditunjukkan lewat perbuatan, bukan kata-kata.”

“Kamu tahu banyak banget tentang Haruki,” komentar Rin, matanya berbinar.

“Kami udah temenan lama. Dari SMP, dia selalu perhatian. Sering bantu ngerjain tugas, sering traktir aku sama Renji makan. Mungkin karena itu juga aku menyukainya.” Yui tersenyum tulus, tatapannya merefleksikan kebahagiaan batin dan pemahaman mendalam tentang Haruki.

Kehangatan merasuk ke dalam relung hati, bukan hanya dari air panas, tapi dari percakapan mereka.

Namun setelah mendengar ucapan Hana yang menggoda Rin tentang Haruki, raut wajah Yui tampak sedikit berbeda, serasa ada yang mengganjalnya.

Setelah puas berendam, mereka kembali ke vila dengan perut yang mulai keroncongan. Aroma ikan bakar menyambut mereka. Mereka makan sambil tertawa, berbagi cerita tentang keseruan di pantai tadi siang.

Setelah semua piring bersih, mereka mengumpulkan sisa makanan dan memberikannya pada seekor kucing liar yang menunggu dengan sabar.

Malam itu terasa sempurna, dipenuhi kebersamaan dan tawa.

(Bersambung…)

1
Felipa Bravo
Characternya bikin terikat! 😊
Abdul Jabbar: Nantikan terus bab selanjutnya, upload setiap hari Selasa dan jumat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!