Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 PPYD
Jovanka masuk kelas dan langsung membagikan undangan ulang tahunnya kepada teman-temannya. "Teman-teman kalian harus datang ya, karena acaranya sangat meriah dan aku juga bakalan undang band terkenal loh," seru Jovanka.
"Yeayyyy....." Anak-anak bertepuk tangan sbari bersorak gembira.
Jovanka memberikan undangan kepada Edgar dengan gayanya yang centil. "Awas kalau kamu tidak datang ya, soalnya tamu undangan yang sangat aku tunggu-tunggu itu adalah kamu," ucap Jovanka dengan senyumannya.
Edgar hanya melihatnya saja, habis itu dia simpan undangannya di atas meja membuat Jovanka kembali kesal. Dia pun beralih kepada Alesha dan menatap Alesha dengan tatapan sinisnya. "Hai, yang datang ke acara ulang tahunku itu memakai dress code pink untuk cewek dan putih untuk cowok, apa kamu punya baju bagus untuk datang ke acara ulang tahunku?" ledek Jovanka dengan tawanya.
"Mana punya dia gaun bagus Jo, yang ada nanti dia akan mengacaukan pesta ulang tahun kamu dengan pakaian gembelnya," timpal Mimi.
"Tidak apa-apa, tidak usah diundang saja lagi pula aku pun tidak akan bisa datang," sahut Alesha.
"Baguslah, akhirnya kamu sadar diri juga," sinis Jovanka.
Edgar mengerutkan keningnya mendengar jawaban Alesha. "Kamu harus datang, karena kalau kamu tidak datang maka aku juga tidak akan datang," celetuk Edgar yang membuat satu kelas melongo.
"Apa kamu bilang? pokoknya kamu harus datang Edgar karena aku sangat mengharapkan kedatangan kamu," rengek Jovanka.
Edgar tersenyum sinis lalu fokus kembali ke buku yang sedang dia baca. Jovanka semakin kesal, maka dari itu dia pun memberikan undangan kepada Alesha secara terpaksa. "Kamu harus datang, karena Edgar tidak akan datang jika kamu gak datang. Menyebalkan sekali," kesal Jovanka.
Jovanka pun pergi dan membagikan undangan satu persatu. "Nanti aku jemput ya, soal baju nanti aku belikan untukmu," bisik Grace.
"Ah, gak usah Grace. Aku punya kok dress pink hanya saja warnanya sudah sedikit memudar, tapi tidak apa-apa masih bagus kok," sahut Alesha dengan senyumannya.
Tidak sengaja Edgar mendengar obrolan keduanya. Dia pun mengirimkan pesan kepada salah satu pengawalnya untuk membelikan gaun warna pink untuk Alesha. Sebuah senyuman terbit di wajah tampan Edgar, dia benar-benar sudah jatuh cinta kepada Alesha.
Waktu istirahat pun tiba....
Alesha menatap undangan dari Jovanka dengan sangat lama. "Apa aku bisa datang ke pesta ulang tahun Jovanka? pasti Mama tidak akan mengizinkanku untuk pergi," batin Alesha sembari menghembuskan napasnya kasar.
"Kenapa lihatin undangan itu terus?" seru Grace sembari menepuk pundak Alesha.
"Aku bingung Grace, pasti Mama gak bakalan ngizinin aku untuk pergi ke ultahnya Jovanka," sahut Alesha.
Grace terdiam sejenak, lalu tersenyum ke arah Alesha. "Aku punya ide, bagaimana kalau nanti aku aja yang minta izin sama Mama kamu? aku yakin Mama kamu bakalan ngizinin," ucap Grace.
"Tapi tetap saja dia gak bakalan ngizinin kalau untuk datang pesta ulang tahun," sahut Alesha dengan wajah sedihnya.
"Nanti aku izinnya mau kerja kelompok," ucap Grace.
"Bohong dong?" seru Alesha.
"Gak apa-apalah, sekali doang," sahut Grace dengan tawanya.
"Idih. Tapi boleh jugalah, sekali-sekali aku juga ingin ikut pesta sama teman-teman," ucap Alesha.
"Nah, gitu dong."
***
Waktu ulang tahun Jovanka pun tiba, dan undangannya itu untuk malam. Siang ini Alesha masih berada di kedai bantu-bantu Mamanya. Tidak lama kemudian, Grace datang membuat Alesha tersenyum.
"Mana Mama kamu?" tanya Grace.
"Mama lagi di ruangannya, sebentar lagi Mama bakalan keluar kok," sahut Alesha.
Tidak lama kemudian, Kamila keluar. "Tante," seru Grace.
Kamila mengerutkan keningnya. "Kamu siapa?" tanya Mama Kamila.
"Aku Grace, teman sekolahnya Alesha. Begini Tante, aku mau minta izin untuk meminjam Alesha dan menginap di rumah aku karena ada tugas sekolah yang harus dikerjakan dan harus dikumpulkan besok. Boleh 'kan Tante, malam ini Alesha menginap di rumah aku? tenang Tante, bukannya hanya Alesha tapi ada teman-teman yang lain juga," dusta Grace.
Kamila menatap Alesha dan dengan cepat Alesha menunduk karena tidak berani menatap mata Mamanya itu. "Besok 'kan ulang tahun Jovanka dan juga Alesha, malam ini rencananya aku mau diam-diam ke rumah Jovanka dan mengirimkan hadiah untuknya. Kalau Alesha tidak ada, aku bisa dengan leluasa pergi tanpa ada yang curiga," batin Mama Kamila.
"Kalau Mama tidak mengizinkan tidak apa-apa, Alesha tidak akan pergi," lirih Alesha.
"Boleh, kalau mau menginap, menginap saja," sahut Mama Kamila.
Alesha dan Grace sampai membelalakkan matanya mendengar jawaban Kamila yang tidak disangka-sangka itu. "Serius Ma? Alesha boleh menginap di rumah Grace?" tanya Alesha tidak percaya.
"Iya, tapi dengan satu syarat, kamu gak boleh bohongi Mama. Kalau sampai kamu bohong apalagi melakukan hal yang bikin malu Mama, awas saja Mama tidak akan pernah mengampuni kamu," ancam Mama Kamila.
"Baik, Ma." Alesha sedikit merasa bersalah karena dia sudah berbohong.
"Ya, sudah sana pergi," ucap Mama Kamila.
"Iya, Ma."
"Terima kasih, Tante," ucap Grace.
Alesha pun segera pergi bersama Grace. Grace langsung membawa Alesha ke butik langganan keluarganya. Edgar sudah memerintahkan pengawalnya untuk mengikuti Alesha.
Awalnya dia ingin membelikan gaun untuk Alesha tapi dia takut Alesha tidak mau, makanya dia lebih memilih menyuruh pengawalnya untuk mengikuti Alesha dan biarkan dia sendiri yang memilih bajunya. Sesampainya di butik, Alesha sangat bahagia karena banyak sekali gaun-gaun yang lucu.
"Kamu pilih saja gaun yang kamu mau, nanti biar aku yang bayar," ucap Grace.
"Enggak ah, harganya mahal-mahal. Aku sudah bawa baju kok, gak apa-apa aku pakai baju aku aja," sahut Alesha tidak enak.
"Sudah, pokoknya kamu cari gaun yang kamu suka," ucap Grace sembari mendorong pelan pundak Alesha.
Akhirnya dengan terpaksa, Alesha pun mencari gaun yang menurutnya bagus dan cocok. Setelah mencari, pilihan Alesha jatuh ke gaun lucu tanpa lengan berwarna baby pink yang kontras sekali dengan kulitnya yang putih. "Kamu mau yang ini?" tanya Grace.
"Iya, tapi harganya mahal gak usah sajalah," tolak Alesha.
"Sudah, jangan banyak menolak lagi. Mbak, aku mau gaun yang ini," seru Grace.
Karyawan butik melirik ke arah pengawal Edgar, dia mengangguk setelah pengawal itu memberikan kode. "Ini Nona gaunnya," ucap karyawan butik.
"Ini, aku bayar pakai ATM saja," ucap Grace.
"Maaf Nona, gaunnya sudah dibayar," sahut Karyawan butik.
"Apa!" Alesha dan Grace saling pandang satu sama lain.
"Siapa yang bayar, Mbak?" tanya Alesha kaget.
"Semuanya sudah dibayar oleh Tuan muda Edgar. Bahkan Tuan Muda Edgar juga memberikan sepatu untuk Nona, silakan diterima," sahut Karyawan butik dengan menyerahkan satu paperbag lagi.
Alesha sangat terkejut begitu pun dengan Grace. Tapi tidak lama kemudian, Grace tersenyum dan merangkul lengan Alesha.
"Cie--cie--Edgar perhatian banget sama kamu," goda Grace.
"Apaan sih, aku gak enak tahu menerima semua ini," sahut Alesha tidak enak.
"Sudahlah, itu rezeki kamu jangan menolak pemberian orang gak baik. Yuk, kita pulang aku yakin kamu bakalan cantik banget memakai gaun itu," ucap Grace.
Akhirnya mereka berdua pun keluar dari butik itu dengan penuh senyuman. Begitu juga dengan Edgar yang menyunggingkan senyuman kala mendengar laporan dari pengawalnya kalau Alesha menerima gaun itu.